• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Potensi Sumber Daya Kecamatan Tanon 1. Potensi Sumber Daya Manusia di Kecamatan Tanon

2. Potensi Sumber Daya Alam di Kecamatan Tanon

Bangsa yang kuat adalah bangsa yang memiliki kekuatan pangan yang dapat menjamin kehidupan rakyatnya. Ketahanan pangan, tidak mungkin terlepas dari media tanam dan tumbuh tanaman pangan. Ketersediaan dan proses pemanfaatan lahan yang optimal dalam sebuah wilayah merupakan bagian dari

22

Pertumbuhan penduduk alami (natural increase) Di rinci per kecamatan di Kabupaten Dati II Sragen, Kantor Statistik Kab. Sragen, 1984-1985, Hlm. 53.

ketahanan pangan itu sendiri. Berikut ini merupakan data pemanfaatan lahan di Kabupaten Sragen.

Tabel 9

Pembagian potensi tanah sawah menurut penggunaan di Kabupaten Sragen tahun 1985

No Jenis tanah sawah Luas ( ha )

1 Tanah sawah dengan irigasi teknis 20.355 ha

2 Tanah sawah dengan irigasi setengah teknis 2.488 ha

3 Tanah sawah dengan irigasi sederhana 2. 607 ha

4 Tanah sawah tadah hujan 14.423 ha

5 Tanah sawah yang dapat ditanam 1X per tahun 3. 284 ha

6 Tanah sawah yang dapat ditanam 2X per tahun 37. 419 ha

Sumber: Kabupaten Sragen Dalam Angka, Kantor Statistik Kabupaten Sragen 1985.

Menurut penggunaan, tanah sawah dapat dibagi menjadi tanah sawah dengan irigasi teknis 20.355 ha, tanah sawah dengan irigasi setengah teknis 2.488 ha, Tanah sawah dengan irigasi sederhana 2. 607 ha dan tanah sawah tadah hujan seluas 14. 423 ha. Tanah sawah ini dapat ditanami padi satu kali setiap tahun seluas 3. 284 ha sedangkan yang dapat ditanami padi dua kali atau lebih setiap tahun seluas 37. 419 ha. Data penggunaan dan potensi lahan sawah ini, menunjukkan potensi yang harus saling terkait dengan potensi lahan yang lain, karena tanah merupakan potensi yang tetap dan harus berintegral dengan pertumbuhan penduduk. Data berikut merupakan pembagian potensi tanah kering di Kabupaten Sragen.

Tabel 10

Pembagian potensi tanah kering menurut penggunaan di Kabupaten Sragen tahun 1985

No Pemakaian tanah kering Luas

1 Pekarangan atau bangunan 22. 593 ha

2 Tegalan 19. 909 ha

3 Padang gembala/ rumput 50 ha

4 Kolam/ empang 32 ha

5 Hutan negara/ swasta 5. 313 ha

6 Perkebunan 855 ha

7 Lain-lain 3. 684 ha

Sumber: Kabupaten Sragen Dalam Angka, Kantor Statistik Kabupaten Sragen 1985.

Tanah kering dapat dipergunakan untuk wahana-wahana sebagai berikut : pekarangan atau bangunan 22. 593 ha, tegalan 19. 909 ha, padang gembala/ rumput 50 ha, kolam/ empang 32 ha, hutan negara/ swasta 5. 313 ha, perkebunan

855 ha, dan lain-lain 3. 684 ha.23 Potensi pada lahan pertanian di kabupaten sragen

bisa dikatakan cukup besar bila dibandingkan dengan potensi penggunaan tanah pada bidang lain, sehingga fokus pembangunan daerah Sragen yang berlandaskan sektor pertanian merupakan peluang terbuka.

Dalam proses ketahanan pangan, tentu pemerintah pusat harus membagi penyelasaian ini dengan pemerintah daerah. Persolan yang timbul dalam rangka

23

Penggunaan Tanah Sawah Kabupaten Dati II Sragen Dalam Angka 1993,Badan Pusat Statistik Kabupaten Dati II Sragen, 1993, Hlm. 6.

mengatasi persolan pangan ini adalah keterbatasan lahan. Lahan yang luas hanya tersedia pada wilayah-wilayah pemerintahan daerah. Akhirnya daerah pedesaan menjadi tulang punggung ketahanan pangan nasional. Menilik potensi di daerah, maka dibawah ini merupakan rincian pengguanaan lahan di Kecamatan Tanon menurut luas dan fungsinya. Luas wilayah Kecamatan Tanon adalah 5.099,96 Ha.Menurut fungsinya, luas wilayah Kecamatan Tanon adalah sebagai berikut:

Tabel 11

Luas Wilayah Kecamatan Tanon Diperinci Menurut Penggunaan Tanah Tahun 1985

No. Penggunaan Lahan Luas (Ha)

1 Tanah Sawah 2902,49 Ha

2 Tanah Kering 1934,68 Ha

3 Hutan Negara 0 Ha

4 Perkebunan Negara/Swasta 0 Ha

5 Lain-Lain 262,79 Ha

Jumlah Luas Lahan 5.099,96 Ha

Sumber: Kabupaten Sragen Dalam Angka, Kantor Statistik Kabupaten Sragen 1985

Dari data dapat diketahui bahwa di kecamatan Tanon penggunaan tanah terbesar adalah tanah sawah sebesar 2902,49 Ha. Tanah sawah di Kecamatan Tanon merupakan sawah irigasi teknis, yaitu irigasi yang diusahakan dengan bangunan permanen, namun pengelolaan belum begitu baik sehingga disaat musim kemarau, persediaan air di waduk dan dam kering, sehinggapengusahaan pengairan tanah dilakukan dengan teknik irigasi pribadi melalui sumur pantek dan

mesin diesel. Pada musim kemarau umumnya tanah sawah ditanami sesuai dengan kemampuan pemilik lahan.

Bagi para pengusaha pertanian yang memiliki kemampuan untuk mengusahakan irigasi mandiri tanaman padi yang memerlukan banyak air, maka sawah dapat terus ditanami tanaman padi. Bagi pengusaha pertanian yang tidak memiliki kemampuan untuk mengusahakan irigasi mandiri, tanaman-tanaman yang memerlukan sedikit air, seperti jagung, kacang tanah, dan kedelai menjadi pilihan atau membiarkan lahan diam tidak ditanami. Untuk sistem irigasi di Kecamatan Tanon dibuat Waduk Ketro yang dapat membantu pengairan lahan pertanian di sebagian kecamatan Tanon, dan juga ada Bendung Suwatu yang biasa digunakan untuk menahan air hujan dan pengendalian banjir. Terdapat kendala Waduk Ketro dan Dam Suwatu kurang berfungsi secara signifikan karena selain dari air hujan, Waduk ketro dan Dam Suwatu tidak memiliki sumber air yang lain. Stok air di Waduk Ketro dan Dam Suwatu menjadi sangat kurang untuk menopang kebutuhan irigasi diwilayah Kecamatan Tanon.

Tanah kering merupakan tanah terbesar kedua dengan luas 1934,68 Ha setelah tanah sawah. Tanah kering merupakan tanah yang biasanya terdiri dari pekarangan, kebun-kebun yang belum dimanfaatkan dengan baik biasanya digunakan untuk menanam tanaman ubi-ubian. Tanah kering disini dapat diartikan sebagai areal tanah belum mangalami pengolahan tanah. Tanah kering ini juga digunakan untuk mendirikan, rumah, kantor, sekolahan, tempat ibadah dan jenis bangunan lainnya. Bangunan-bangunan rumah penduduk didirikan di sepanjang jalan desa dengan tanah pekarangan berada disamping dan dibelakang rumah. Tanah lain-lain berada diurutan ketiga setelah tanah pekarangan dengan luas

wilayah 262,79 Ha yang berfungsi sebagai tanah untuk fasilitas umum seperti sungai, jalan dan tanah kuburan. Kecamatan Tanon tidak terdapat tanah hutan negara, perkebunan negara maupun swasta, karena tanah dikecamatan ini tidak mendukung untuk dibentuk perkebunan maupun hutan negara. Tanah yang paling luas digunakan sebagai tanah bangunan/pekarangan dan tanah sawah.

Kegiatan perekonomian pedesaan tidak mungkin melepaskan diri dalam beberapa bidang, hal-hal yang mencakup soal persawahan serta pengairannya, berjenis-jenis tanaman dan buah-buahan, peternakan serta perikanannya, kerajinan

dan perdagangannya.24 Dalam pembahasan keadaan sosial budaya masyarakat di

Kecamatan Tanon yang notabene sebagai bagian dalam pembahasan sejarah perdesaan, maka kita tidak dapat melepaskan diri dari pembahasan dari topik topik yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat.

Pada point selanjutnya dalam kehidupan sosial budaya masyarakat, peran serta para pejabat-pejabat desa dalam ikut mensejahterakan kehidupan masyarakat juga merupakan bagian penting dalam pembahasan. Dalam struktur sosial masyarakat pedesaan di Kecamatan Tanon. Masyarakat pedesaan terdiri masyarakat tipe Dapur terdiri atas petani bebas (rama) dan petani setengah bebas (kawula, abdi), yang lazim diperintah oleh orang tua (buyut). Disamping itu disebut pula golongan-golongan sosial yang tinggal dipedesaan, seperti andem dan akuwu sebagai elite desa. Ada pula masyarakat pedesaan yang dinamakan dharma, sima, dan kalagyan yaitu daerah religius, wilayah merdeka, dan

24

Sartono Kartodirdjo., Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1992), Halaman 194.

pemukiman pedagang.25 Dari pemaparan penjelasan bahwa kegiatan sosial budaya masyarakat pedesan dapat diambil kesimpulan bahwa ada dua faktor yang menentukan dalam kehidupan sosial masyarakat pedesaan.

Pertama adalah kegiatan ekonomi yang berbasis pada pemanfaatan dan penggunaan lahan.Kedua adalah para tetua desa bukan hanya pelaku administrasi, tapi lebih dari itu, para tetua bertanggung jawab atas nilai-nilai luhur yang harus tetap dipertahankan. Juga membentuk lembaga swadaya yang tidak berpasrah pada pimpinan pusat. Ini berkaitan dengan beberapa kegiatan yang masih dapat ditemukan diberbagai wilayah pedesaan. Banyak dari bentuk kegiatan ini biasanya adalah pengerahan masa untuk pembangunan yang bersifat fasilitas umum, maupun pribadi dengan tujuan saling tolong menolong.

Tanah sawah merupakan tanah yang sangat penting di Indonesia, karena merupakan sumberdaya alam yang utama dalam produksi beras.Perkembangan ketahanan Negara dalam sektor pertanian sangat tergantung dari potensi yang tersedia berupa tanah sawah.Dalam perkembangannya, tanah sawah selanjutnya dibenntuk dan dikembangkan sesuai dengan daerah masing-masing diwilayah Indonesia. Sawah juga ditemukan pada berbagai iklim, karena padi dapat tumbuh

pada iklim yang jauh lebih beragam dari pada jenis tanaman lain.26

Pada proses pembentukannya, tanah sawah dapat berasal dari jenis tanah kering maupun jenis tanah basah. Jenis tanah kering dapat dijadikan tanah sawah

25

Ibid

26

Sarwono hardjowigeno, dan Luthfi rayes., Tanah Sawah, karateristik, kondisi dan permasalahan tanah sawah di Indonesia, (Malang: Bayumedia Publising, 2005), halaman 2.

dengan diairi kemudian disawahkan. Untuk jenis tanah basah atau rawa-rawa harus "dikeringkan" dengan membuat saluran drainase. Tanah sawah yang berasal dari tanah kering yang diairi umumnya berupa sawah irigasi, baik irigasi teknis (dengan bangunan irigasi permanen), setengah teknis (dengan bangunan irigasi semi permanen), maupun irigasi sederhana (tanpa bangunan irigasi).Tanah sawah yang memakai sumber air langsung dari air hujan tanpa irigasi, maka disebut sebagai sawah tadah hujan. Sawah yang dikembangkan di daerah rawa-rawa pasang-surut disebut sawah pasang-surut, sedang yang dikembangkan didaerah

rawa-rawa lebak disebut sawah lebak.27

Ketahanan pangan bukan begitu saja dapat dicapai tanpa hambatan dan tantangan. Beberapa hal dapat terjadi dengan cepat dan dapat menghancurkan pondasi pertanian yang dibangun bila sektor ini tidak diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Tantangan utama dalam mencapai ketahanan pangan dan energi antara lain;

1. Degradasi sumber daya lahan dan kelangkaan sumber daya air. 2. Penciutan dan konversi lahan subur.

3. Cekaman variabilitas dan perubahan iklim.

4. Keterbatasan sumber daya lahan potensial/subur.28

Langkah-langkah yang diambil kemudian harusnya dapat menempatkan pembangunan sarana dan prasarana pertanian kedalam langkah yang terstruktur,

27

Ibid, halaman 7

28 Anny mulyani, S. Ritung, dan Irsal las., Potensi dan Ketersediaan

Sumber Daya Lahan Untuk Mendukung Ketahanan Pangan, (Bogor, Jurnal penelitian dan pengembangan pertanian Badan Penelitian dan Pengambangan pertanian, 2011), halaman 74

masif dan terencana. Potensi-potensi pertanian harus dapat dilihat, sehingga prioritas pembangunan dapat dilaksanakan dengan baik. Peningkatan kerjasama oleh pemerintah dan rakyat dalam perencanaan pola tanam dapat meminimalisir kegagalan akibat salah perhitungan dalam pembacaan iklim dan cuaca yang biasa dilakukan oleh petani.

Perencanaan yang matang dalam proses tanam seperti mempersiapkan bibit unggul. Pemerintah Kab. Sragen sebagai pemegang kendali atas bibit yang beredar di masyarakat harus lebih selektif dalam penentuan izin edar bibit. Tahap selanjutnya adalah musim tanam dan proses pertumbuhan tanaman padi, hal penting untuk pemerintah Kab. Sragen adalah menjamin penyediaan pupuk berkualitas baik dan air yang mencukupi. Perubahan iklim dan bergesernya musim dalam pertanian merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Pola tanam yang diterapkan di Kab. Sragen sudah sesuai dengan pola nasional, sehingga penyikapan dari pemerintah kabupaten dalam penganjuran penanaman tanaman kepada petani harus lebih giat dan masuk kedalam petani. Kesalahan penanaman yang diakibatkan oleh musim dapat di minimalisir.

Keberhasilan yang ditunggu dalam pertanian, dapat berujung pada panen yang menggembirakan hasilnya. Harapan selanjutnya apabila terjadi kerja sama yang baik antar pemerintah dan petani dalam perencanaan pertanian adalah menekan angka gagal panen, yang sering menimpa petani. Pertumbuhan kesejahteraan bersama dari bidang pertanian bukan berasal dari satu pihak saja, melainkan ditunjang dari kerjasama antara pemerintah, petani, pedagang dan berbagai bidang dalam skala besar. Dibawah ini merupakan rekap hasil pertanian di Kecamatan Tanon.

Tabel 12

Produksi dan Luas Panen Pertanian di Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen Tahun 1982 s.d. 1985

No Subyek Sawah Padi Gogo Kacang Hijau Kacang Tanah Jagung Kedelai

Tahun Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Luas panen (Ha) Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) 1 1982 29706 5035 620 124 7 19 315 407 59 66 207 10 2 1983 36231 5751 890 159 27 32 341 381 408 438 611 679 3 1984 34297 6080 1436 271 192 253 373 464 308 414 329 501 4 1985 29251 5182 1440 288 78 94 359 425 226 267 114 138 Jumlah 129485 4386 304 1388 1001 1261

Berdasarkan data di atas, produksi dan luas panen di Kecamatan Tanon dari tahun 1982-1985, sektor sawah memiliki rata-rata produksi 32.371,25 ton dengan rata-rata luas panen 5.512 ha. Rata-rata sektor sawah menghasilkan 5,9 ton/ha produksi setiap tahunnya. Padi gogo dalam kurun waktu itu menghasilkan rata-rata produksi setiap tahunnya mencapai 1.096,5 ton dengan rata-rata luas panen 210,5 ha. Setiap tahun sektor padi gogo menghasilkan 5,2 ton/ha di wilayah Kecamatan Tanon.

Kedelai memiliki rata-rata produksi setiap tahunnya 315,25 ton. Luas wilayah yang digunakan untuk menanam kedelai di wilayah Kecamatan Tanon rata-rata 332 ha setiap tahunnya. Kedelai rata-rata menghasilkan 0,95 ton/ha dalam setiap tahun. Jagung di wilayah Kecamatan Tanon menghasilkan rata-rata 250,25 ton setiap tahun dengan luas panen rata-rata 296,25 ha. Hasil rata-rata yang dapat dicapai dalam setiap tahunnya 0,84 ton/ha. Tanaman kacang tanah di wilayah kecamatan Tanon memproduksi rata-rata 347 ton dengan luas panen 419,25 ha, maka rata-rata produksi setiap hektar lahan adalah 0,83 ton/ha. Sektor pertanian terakhir di wilayah Kecamatan Tanon yang ditanam oleh penduduk di lahannya adalah kacang hijau. Produksi kacang hijau rata-rata menghasilkan 76 ton setiap tahunnya. Luas lahan yang digunakan untuk media tanaman ini rata-rata 99,5 ha, maka setiap hektar lahan yang ditanami menghasilkan 0,76 ton/ha.

Berdasarkan uraian di atas maka jelas bahwa sektor sawah mencapai hasil produksi tertinggi dan menjadi tumpuan sektor pertanian di Kecamatan Tanon, sedangkan sektor kacang hijau memiliki hasil produksi terendah. Hal tersebut dikarenakan sektor sawah menghasilkan makanan pokok yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk di Indonesia khususnya di wilayah Kabupaten Sragen,

sedangkan sektor kacang hijau memiliki produksi panen yang kecil dikarenakan tidak menjadi makanan pokok dan hanya ditanam di musim kering yang tidak membutuhkan banyak air.

Pemaparan data di atas menunjukkan bahwa potensi alam di Kecamatan Tanon yang banyak dimanfaatkan penduduknya adalah sektor sawah sehingga potensi lahan yang tersedia berupa bentangan sawah. Untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, maka langkah tepat yang harus diambil adalah pembangunan sektor irigasi.

Dokumen terkait