• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SRAGEN DAN POTENSI SUMBERDAYA DI KECAMATAN TANON. A. Keadaan Geografi dan Demografi Kabupaten Sragen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SRAGEN DAN POTENSI SUMBERDAYA DI KECAMATAN TANON. A. Keadaan Geografi dan Demografi Kabupaten Sragen"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM KABUPATEN SRAGEN DAN POTENSI SUMBERDAYA DI KECAMATAN TANON

A. Keadaan Geografi dan Demografi Kabupaten Sragen

Kabupaten Sragen memiliki keadaan alam dengan relief yang beraneka ragam. Daerah pegunungan kapur yang membentang dari timur ke barat terletak di sebelah utara bengawan Solo, sehingga kemudian daerah ini diketahui sebagai daerah yang kering, sukar pertaniannya. Sebelah selatan bangawan Solo memiliki dataran yang lebih rendah dan mudah dalam mengusahakan air untuk pertanian, namun secara umum Kabupaten Sragen memiliki dataran rendah yang tersebar di seluruh wilayahnya.

Klimatologi Kabupaten Sragen, menerangkan bahwa wilayah ini mempunyai iklim tropis dan temperatur sedang dengan curah hujan rata-rata di

bawah 2.482 mm/tahun1 dan hari hujan dengan rata-rata di bawah 112 hari

hujan2.Secara geografis, wilayah Kabupaten Sragen terletak di selatan garis

ekuator, sehingga Kabupaten Sragen bertemperatur sedang dengan suhu berkisar

antara 24-290 C. Wilayah yang berlokasi di dekat Gunung Lawu mempunyai suhu

udara rata-rata relatif rendah dibandingkan dengan wilayah di utara Sungai Bengawan Solo. Pada iklim tropis ini menjadikan banyak terjadi angin terutama pada musim kemarau.

1Banyaknya curah hujan pada tempat – tempat pengukuran Di Daerah

Kabupaten Sragen, Kantor Statistik Kab. Sragen, 1985, Hlm. 13. 2

Banyaknya hari hujan pada tempat – tempat pengukuran Di Daerah Kabupaten Sragen, Kantor Statistik Kab. Sragen, 1985, Hlm. 11

(2)

Kabupaten Sragen terletak di antara 110, 45°–111, 10°BT (Bujur Timur) dan 7,15°-7,30°LS (Lintang Selatan).Adapun luas wilayah Kabupaten Sragen

adalah 941,55 km2 dengan batas-batas wilayah Kabupaten Sragen adalah sebagai

berikut:

- Sebelah utara : Kabupaten Grobogan

- Sebelah selatan : Kabupaten Karanganyar

- Sebelah barat : Kabupaten Boyolali

- Sebelah timur : Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur

Gambar 1.

Peta Administrasi Kabupaten Sragen

Sumber Peta Kab. Sragen: www.google.kab.sragen.co.id (Diakses pada tanggal 20 Agustus 2014, pukul 20.05 WIB)

(3)

Luas wilayah Kabupaten Sragen adalah 941,55 km2 yang terbagi dalam 20 kecamatan, 8 kelurahan, dan 200 desa.Wilayah Kabupaten Sragen terbagi atas: 40.037,93 Ha (42,52%) lahan basah dan 54.117,88 Ha (57,48%) lahan kering. Wilayah Kabupaten Sragen berada di dataran dengan ketinggian rata rata 109 M di atas permukaan laut. Jumlah penduduk Sragen berdasarkan data tahun 1985 sebanyak 820.840 jiwa, terdiri dari 403.564 penduduk laki laki dan 417.276 penduduk perempuan. Kepadatan penduduk rata rata 871 jiwa/km2.

Topografi Kabupaten Sragen secara umum berupa lembah dengan dataran tinggi di bagian utara - tenggara dan dataran di bagian tengahnya. Ketinggian tiap kecamatan di wilayah Kabupaten Sragen berkisar antara 84 meter sampai dengan

141 meter dpl. Ketinggian rata-rata Kabupaten Sragen adalah 109 meter dpl 3.

1. Daerah Administrasi Kabupapaten Sragen

Kabupaten Sragen adalah salah satu kabupaten yang berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah. Ada 20 kecamatan, 208 kelurahan dan desa yang berada dalam wilayah Kabupaten Sragen. 11 Kecamatan diantaranya berada di sebelah utara Sungai Bengawan Solo sedangkan 9 wilayah kecamatan lainnya berada di sebelah selatan Sungai Bengawan Solo. Letak geografis yang dipisahkan oleh sungai Bengawan Solo ini mempengaruhi karakteristik tanah dan kebiasaan bertani masyarakat Sragen, sehingga perlu diperjelas letak wilayah sebuah daerah untuk mampu mnejelaskan sebuah studi kasus. Pembagian wilayah berdasarkan Kecamatan, Kelurahan dan luas wilayah dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

3

Tinggi daerah kabupaten Sragen dari permukaan air laut diperinci menurut kecamatan, Kantor Statistik Kab. Sragen, 1985, Hlm. 9

(4)

Tabel 1

Luas dan Wilayah Administrasi Kabupaten Sragen Dirinci Per Kecamatan. No Kecamatan Luas

Wilayah

Kelurahan Jumlah

Kelurah an

1 Gondang 41,17 Srimulyo, Tegalrejo, Tunggul,

Glonggong, Kaliwedi, Plosorejo, Wonotolo, Bumiaji, Gondang.

9

2 Gemolong 40,23 Desa Kaloran, Kel. Ngembat

padas, Kel Kragilan, Desa Brangkal, Desa Jatibatu, Desa Peleman, Desa Geneng duwur, DesaTegal dowo, Kel Gemolong, Kel Kwangen, Desa Purworejo, Desa Jenalas Desa Kalangan, Desa Nganti.

14

3 Gesi 39,58 Pilangsari, Tanggan, Srawung,

Gesi, Blangu, Slendro, Poleng

7

4 Jenar 63,97 Japoh, Ngepringan, Mlale,

Dawung, Kandang sapi, Jenar, Banyu urip.

7

5

Kali Jambe 46,96

Keden, Trobayan, Kalimacan, Jetis karangpung, Krikilan, Bukuran, Ngebung, Tegalombo,

(5)

Banaran, Karangjati, Saren, Samberembe, Donoyudan, Wonorejo.

6

Karangmalang 42,98

Kedung waduk, Jurang jero, Saradan, Plosokerep ,Guworejo, Puro, Mojorejo, Pelemgadung, Plumbungan, Kroyo.

10

7

Kedawung 49,78

Karang pelem, Mojodoyong, Jenggrik, Mojokerto, Kedawung , Bendungan , Wonokerso,

Wonorejo, Celep, Pengkok.

10

8

Masaran 44,04

Sidodadi, Karangmalang, Krebet, Sepat, Jirapan, Gebang,

Dawungan, Masaran, Jati, Kliwonan, Pilang, Pringanom, Krikilan.

13

9 Miri 53,81

Geneng, Jeruk , Sunggingan, Girimargo, Doyong, Soko, Brojol, Bagor , Gilirejo, Gilirejo Baru.

10

10 Ngrampal 34,40

Geneng, Jeruk , Sunggingan, Girimargo, Doyong, Soko, Brojol, Bagor , Gilirejo, Gilirejo Baru.

8

11 Plupuh 48,36

Jembangan, Sidokerto, Jabung, Pungsari, Manyarejo, Gedongan,

(6)

Plupuh, Cangkol,

Somomorodukuh, Sambirejo, Dari, Karanganyar, Gentan Banaran, Karungan, Karangwaru, Ngrombo.

12 Sambirejo 48,43

Musuk, Jetis, Sukorejo, Jambeyan, Sambi, Dawung, Blimbing, Sambirejo, Kadipiro.

9

13 Sambungmacan 38,48

Karanganyar, Toyogo, Banyurip, Gringging, Banaran,

Sambungmacan, Bedoro, Plumbon, Cemeng.

9

14 Sidoharjo 45,89

Bentak, Purwosuman, Patihan, Duyungan, Jetak, Sidoharjo, Singopadu, Jambanan, Taraman, Tenggak, Sribit, Pandak.

12

15 Sragen 27,27

Kel. Sine, Kel. Sragen Kulon, Kel. Sragen Tengah, Kel.Sragen, Kel. Nglorog, Kel.KarangTengah, Desa Tangkil, Desa Kedungupit.

8

16 Sukodono 45,55

Newung, Jati Tengah, Bendo, Juwok, Pantirejo, Majenang, Karanganom, Gebang, Baleharjo

9

(7)

Mojopuro, Ngandul, Ngargotirto, Kacangan, Pagak, Tlogotirto, Ngargosari.

18 Tangen 55,13

Katelan, Dukuh, Jekawal, Galeh, Ngrombo, Sigit, Denanyar.

7

19 Tanon 51,00

Karangasem, Slogo, Jono, Gawan, Kecik, Padas, Gabugan, Ketro, Sambiduwur, Karangtalun, Gading, Bonagung, Kalikobok, Tanon, Suwatu, Pengkol.

16

20 Mondokan 49,37

Sono, Tempelrejo, Trombol, Jekani, Pare, Kedawung, Jambangan, Gemantar, Sumberejo.

9

Sumber : Kabupaten Sragen Dalam Angka, Kantor Statistik Kabupaten Sragen

1985

Secara administratif wilayah yang berada di utara bengawan Solo adalah Jenar, Tangen, Gesi, Sukodono, Mondokan, Tanon, Sumberlawang, Miri, Gemolong, Plupuh, Kalijambe. Wilayah yang berada di selatan bengawan Solo meliputi: Masaran, Sidoharjo, Sragen, Ngrampal, Sambungmacan, Gondang, Karangmalang, Kedawung, Sambirejo.

(8)

Pembagian wilayah administratif Kabupaten Sragen yang terbagi oleh Bengawan Solo secara lengkap dapat dilihat pada peta di bawah ini:

Gambar 2.

Peta Hidrologi Kabupaten Sragen

Sumber:

http://referensigeography.blogspot.com/2013/05/kumpulan-peta-kabupaten-sragen.html (diakses pada tanggal 20 Agustus 2014, pukul 20.17) 2. Kependudukan di Kabupapaten Sragen

Definisi penduduk menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang atau orang-orang yang mendiami suatu tempat (kampung, negeri, pulau, dsb). Pada Bab X pasal 26 tentang warga negara dan penduduk, bahwa pasal 1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. 2. Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di

Indonesia.4 Sangat jelas bahwa penduduk Indonesia adalah mereka yang

4

Undang Undang Dasar 1945 Bab X Pasal 26 Ayat 1 dan 2 tentang warga Negara dan penduduk. Teks UUD di unduh dari

(9)

mendiami tempat dari wilayah NKRI. Penduduk kemudian menjadi bagian penting dalam sebuah negara. Peran pembangunan terhadap negara, di ambil dari sumber daya penduduk yang mendiami wilayah itu.

Penduduk adalah salah satu potensi bagi suatu daerah, akan tetapi bila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan masalah. Secara teori, penduduk besar merupakan keuntungan bagi pembangunan karena memberi kemungkinan adanya pasar dalam negara yang besar yang memungkinkan untuk pembangunan

sektor produksi dan distribusi yang besar economic scale yang lebih efisien.5

Untuk mengukur kekuatan dalam sebuah wilayah, maka biasa digunakan sensus penduduk dalam pengukurannya. Dalam hal ini, pemerintah dan masyarakatnya melakukan peran aktif dalam penghitungannya. Sensus penduduk merupakan sebuah cara untuk melakukan penghitungan jumlah penduduk, ekonomi, dsb yg dilakukan oleh pemerintah dalam jangka waktu tertentu, misal waktu sepuluh tahun, dilakukan secara serentak dan bersifat menyeluruh dalam batas wilayah suatu negara untuk kepentingan demografi negara yang

bersangkutan6.

Kepadatan penduduk Kabupaten Sragen terbilang rendah (di bawah 5000

orang/km2). Kepadatan umum tahunan Tahun 1975 berjumlah 734 jiwa/km2.

Kepadatan ini tiap tahun naik 12 hingga 16 jiwa sehingga pada akhir tahun 1985

kepadatan umum menjadi 871 jiwa/km2.Jumlah penduduk Kabupaten Sragen

http://www.kpi.go.id/download/regulasi/UUD%201945.pdf diakses pada tanggal 14-04-2015 pukul 23.00 WIB.

5

M. Sadli, “Proyek Jangka Panjang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”, PRISMA No.2 , Februari 1982. Halaman 7

6

(10)

dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir secara terperinci dapat dilihat seperti pada Tabel di bawah ini.

Tabel 2

Jumlah dan Prosentase Laju Pertumbuhan Penduduk Per Tahun Di Kabupaten Sragen Tahun : 1973 s.d. 1985

No. Tahun Penduduk Akhir Tahun Pertumbuhan Penduduk Per Tahun Prosentase Laju Pertumbuhan Penduduk Per Tahun

[%] 1 1973 672.244 - - 2 1974 681.185 8.941 1,33 3 1975 691.931 10.746 1,58 4 1976 710.592 18.661 2,70 5 1977 720.597 10.005 1,41 6 1978 734.499 13.902 1,93 7 1979 753.322 18.823 2,56 8 1980 764.609 11.287 1,50 9 1981 776.879 12.270 1,60 10 1982 790.166 13.287 1,71 11 1983 801.127 10.961 1,39 12 1984 811.077 9.950 1,24 13 1985 820.840 9.763 1,20

Sumber : Kabupaten Sragen Dalam Angka, Kantor Statistik Kabupaten Sragen

(11)

Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Sragen jika dilihat dari jumlah penduduk di tiap tahun menunjukkan belum adanya keteraturan pertumbuhan penduduk, hal ini terlihat dari prosentase pertumbuhan penduduk, ada pertumbuhan sampai diatas 2%. Walau rata-rata masih berkisar diantara 1,30% s.d. 1,80%. Pertumbuhan penduduk tertinggi dapat dilihat pada tahun 1979 yang mencapai 2,56%, sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 1985 yang berkisar pada 1,20%.Dalam jangka sepuluh tahun ini, maka angka-angka diatas merupakan gambaran yang cukup jelas tentang kekuatan sumberdaya manusia dalam wilayah kabupaten Sragen.Jumlah penduduk Kabupaten Sragen diperinci menurut Kecamatan pada tahun 1985 dapat dilihat seperti pada Tabeldi bawah ini.

Tabel 3

Jumlah penduduk Kabupaten Sragen diperinci menurut Kecamatan pada tahun 1985.

No Kecamatan Jumlah penduduk

1 Sragen 62.798 2 Masaran 56.939 3 Tanon 55.698 4 Kedawung 52.796 5 Karangmalang 48.573 6 Sidoharjo 47.237 7 Plupuh 46.218 8 Sambungmacan 44.362 9 Gondang 42.815 10 Sumberlawang 41.883

(12)

11 Gemolong 41.374 12 Kali Jambe 41.204 13 Ngrampal 37.912 14 Miri 36.392 15 Sambirejo 34.518 16 Sukodono 30.805 17 Mondokan 30.644 18 Jenar 24.564 19 Tangen 23.689 20 Gesi 20.419

Sumber : Kabupaten Sragen Dalam Angka, Kantor Statistik Kabupaten Sragen

1985.

Berdasarkan pemaparan data maka daerah Kecamatan di Kabupaten Sragen yang memiliki kekuatan sumberdaya manusia tertinggi adalah Kecamatan Sragen dengan 62.798 jiwa. Kecamatan Gesi dengan jumlah penduduk 20.419 menjadi daerah Kecamatan paling kecil kekuatan sumberdaya manusia-nya. Mengetahui jumlah penduduk dan keadaan geografi sebuah wilayah dapat membantu pemerintah daerah dalam menentukan fokus pembangunan bersadarkan potensi yang ada. Wilayah yang dekat dengan pusat kota menjadi tumpuan pertumbuhan penduduk tertinggi, dikarenakan akses yang mudah dan keterjangkauan dengan wilayah lain sehingga menjadi tujuan tempat tinggal seperti pada Kecamatan Sragen. Wilayah dengan akses jalan yang sulit dan keadaan alam berbukit seperti Kecamatan gesi maka pertumbuhan penduduknya menjadi kecil karena keterbatasan akses.

(13)

B. Kondisi Geografi Kecamatan Tanon 1. Letak Kecamatan Tanon

Suatu desa dilihat dari pengertian geografis adalah perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dan lingkungan. Hasil perpaduan tersebut adalah wujud yang ditimbulkan oleh unsur-unsur geografis, sosial, ekonomi dan kultur yang saling berinteraksi serta berhubungan antara unsur satu dengan unsur yang

lainnya.7

Kecamatan Tanon terletak di Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Tanon terletak sekitar 14 Km dari pusat kota Kabupaten Sragen, dan pusat Kecamatan Tanon berada di desa Gabugan. Sebagai suatu wilayah Kecamatan Tanon mempunyai batas-batas wilayah administratif yaitu disebelah utara berbatasan dengan kecamatan Mondokan, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sidoharjo, di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Plupuh, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sumberlawang.

Dilihat dari letak Kecamatan Tanon, wilayah kecamatan ini berada ditengah wilayah Kabupaten Sragen. Tepat berada disebelah sungai Bengawan Solo yang memisahkan Kecamatan Tanon dengan daerah yang dekat Kota Kabupaten Sragen. Kecamatan Tanon merupakan daerah yang bertopografi cenderung datar dengan sedikit wilayah berbukit, dengan demikian memungkinkan pemberdayaan dan penguasahaan tanah pertaniannya adalah tanah sawah dan tegal/ladang.

7

R. Bintarto., Interaksi Desa Kota Dan Permsalahanya, (Jakarta: Ghalia

(14)

Tabel 4

Wilayah Kecamatan Tanon Dibagi Menurut Kelurahan dan Pembagian Daerah Terkecil adalah sebagai berikut ;

No. Nama Desa Pusat Desa Jumlah Dukuh Jumlah RT

1 Karangasem Sidorejo 18 32 2 Slogo Slogo 10 27 3 Jono Jono 13 26 4 Gawan Gawan 5 18 5 Kecik Karangdowo 14 32 6 Padas Kricak 7 19 7 Gabugan GabuganPatihan 12 26 8 Ketro Dengkengan 15 32 9 Sambiduwur Pengger 15 24 10 Karangtalun Dukuh 9 22 11 Gading Gading 12 24 12 Bonagung Bonagung 11 30 13 Kalikobok Genengsari 7 24 14 Tanon Tanon 6 24 15 Suwatu Suwatu 5 18 16 Pengkol Pengkol 9 12

Sumber : Kabupaten Sragen Dalam Angka, Kantor Statistik Kabupaten Sragen

1990

Kecamatan Tanon terdiri dari 16 desa / kelurahan. Tiap Kelurahan dipimpin oleh seorang kepala desa yang secara berkala selama lima tahun sekali

(15)

diadakan pergantian atau re-organisasi dengan sistem pemilihan langsung oleh rakyat. Dearah - daerah yang berada di bawah pemerintahan kecamatan tanon adalah sebagai berikut: Karangasem, Slogo, Jono, Gawan, Kecik, Padas,Gabugan, KetroSambiduwur, Karangtalun, Gading, Bonagung, Kalikobok, Tanon, Suwatu, Pengkol. Pemerintahan dibawah desa adalah Kebayanandan sub terkecil dari pemerintahan desa ada di tingkat Rukun Tetangga ( RT ) yang dipimpin oleh Ketua RT.

2. Pola Tempat Tinggal Masyarakat Kecamatan Tanon

Pola tempat tinggal masyarakat di kecamatan Tanon tidak menunjukan pola-pola yang teratur. Pembangunan rumah-rumah saling berdekatan sehingga menunjukan kesan pola perkampungan yang mengelompok padat. Namun, dibeberapa daerah, pembangunan rumah-rumah didaerah yang jumlahnya penduduk sedikit, perumahan warga dibangun dengan jarak yang cukupjauh sehingga nampak wilayah daerah-daerah tertentu diwilayah kecamatan Tanon sangat jarang penduduknya.

Faktor yang mempengaruhi persebaran penduduk ini biasanya adalah akses jalan dan alat transportasi masa yang susah. Semakin mudah akses menuju suatu wilayah maka akan ditemukan jumlah penduduk yang padat. Kasus ini terjadi pada wilayah Kecamatan Tanon yang dilalui jalur bus jurusan Sragen-Sukodono. Maka sepanjang wilayah jalan akan ditemui banyak pemukiman padat penduduk. Sementara berbeda dengan wilayah yang tidak dilalui jalur bus, akan ditemukan bahwa pemukiman warga yang sangat renggang.

Pengelompokan ini selanjutnya dipengaruhi oleh ikatan kekerabatan. Pada mulanya penduduk cenderung membuat rumah yang berlokasi disekitar rumah

(16)

orang tua, sehingga kepadatan lambat laun tidak dapat dihindarkan karena sifat alami manusia untuk meneruskan garis keturunan. Ketidakteraturan pola pemukiman akan terlihat jelas pada kondisi-kondisi diatas. Disisi lain, pola pemukiman tempat tinggal masyarakat ini dapat memudahkan pengelompokan potensi daerah dan juga masyarakat bagi yang wilayah daerahnya memiliki sumberdaya yang cukup, namun disisi lain pola seperti ini mengakibatkan proses pembangunan wilayah yang kurang merata.

C. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Kecamatan Tanon

Kehidupan masyarakat pedesaan, secara umum dipengaruhi oleh adanya interaksi dengan kelompok masyarakat yang lain dan gejala sosial yang timbul dari dalam. Pertemuan berbagai bidang ini kemudian menghasilkan proses, proses yang mencakup usaha masyarakat menghadapi pengaruh kultural dari luar dengan mencari bentuk penyesuaian terhadap komoditi, nilai, atau ideologi baru, suatu penyesuaian berdasar kondisi, disposisi, dan referensi kulturalnya, yang kesemuanya merupakan faktor-faktor kultural yang menentukan sikap terhadap

pengaruh baru, ini yang kemudian disebut proses Akulturasi.8

Proses yang begitu banyak terjadi dalam proses interaksi masyarakat. Proses yang terjadi merupakan bagian yang cukup memiliki kompleksitas yang cukup dalam, bila melihat bagaimana perkembangan interaksi yang terjadi wilayah kecamatan Tanon. Secara kewilayahan, Kacamatan Tanon terletak di

8

Sartono kartodirdjo., Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi

(17)

tengah Kabupaten Sragen, sehingga informasi yang masuk dan mempengaruhi kehidupan masyarakat memilki variabel cukup beragam.

Hubungan dengan kelompok masyarakat lain mengacu pada kekuatan-kekuatan dari luar daerah yang melakukan interaksi dengan masyarakat di Kecamatan Tanon. Kondisi sosial budaya di Kecamatan Tanon tidak dapat dilepaskan dari adanya interaksi dengan kekuatan-kekuatan dari luar daerah. Informasi-informasi yang datang mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap perkembangan sosial budaya di Kecamatan Tanon.

1. Kehidupan Sosial Masyarakat Kecamatan Tanon

Masyarakat di Kecamatan Tanon adalah masyarakat yang masih menggunakan sistem pemimpim masyarakat bukan hanya pelaku administratif, tetapi lebih dari itu, mentalitas masyarakat setidaknya yang belum terlalu tergerus oleh sifat-sifat individualisme. Tipe masyarakat yang masih menjunjung tinggi rasa kekeluargaan dan kebersamaan, hubungan antar warga masih sangat erat, mereka juga masih sering melakukan gotong royong, tolong menolong dan saling bantu membantu. Rasa saling memiliki yang masih dapat bertahan ini tentu peran dari tetua desa cukup sentral dan signifikan.

Rasa saling memiliki antar masyarakat juga dapat dilihat dalam hal aktivitas tolong menolong kebutuhan, yang bersangkutan dengan rumah tangga, penyelenggarakan pesta-pesta tertentu, seperti pernikahan, perayaan khitanan untuk anak laki-laki, akhikah dari anak yang baru lahir dan sebagainya. Masyarakat tolong menolong dengan tetangga dan kerabat tidak hanya dalam hal-hal berbau sosial, dalam hal-hal pekerjaan pertanian juga dapat ditemukan, persaudaraan tidak hanya terbangun karena tali persaudaraan sedarah, namun juga

(18)

kepada tetangga yang kebetulan letak tanah atau rumahnya berdekatan. Persaudaraan juga dapat ditemui dengan sesama anggota dari organisasi, baik organisasi yang sifatnya keagamaan maupun organisasi bentukan pemerintah

seperti koperasi atau organisasi pengguna irigasi pertanian Dharma tirta.

Gotong royong adalah adat istiadat untuk saling tolong menolong antar warga desa. Jenis-jenis gotong royong yang masih banyak ditemukan di

Kecamatan Tanon seperti Kerja Bakti, Sambatan, nyinom, duwe gawe Gotong

royong identik dengan pengerahan massa dalam mengerjakan berbagai macam lapangan aktivitas-aktivitas yang bersifat sosial, baik untuk mengerjakan pekerjaan yang bersifat publik maupun kebutuhan yang berdasarkan hubungan tetangga, hubungan kekerabatan. Hubungan pengerahan massa dalam gotong royong biasanya berdasarkan pertimbangan efektif, efisien dan praktis, dan berbasis kebersamaan.

Pemerintah Kab. Sragen juga memanfaatkan kebiasaan gotong royong untuk mempercepat pembangunan daerah. Aktivitas bekerjasama antara sejumlah besar warga-warga untuk meyelesaikan suatu proyek tertentu yang dianggap

berguna bagi kepentingan umum.9 Sungguh sangat umum ketika melihat

masyarakat pedesaan melakukan kegiatan bersama yang berbasis gotng royong. Hal ini dapat dilihat dalam kegiatan seperti membuat tempat peribadatan, sarana pendidikan, perbaikan jalan, pembangunan jembatan. Kegiatan ini jamak disebut

dengan kegiatan kerja bakti.

9

Sajogyo, dan Pujiwati Sajogyo., Sosiologi Pedesaan, (Yogyakarta: Gajah

(19)

Dalam gotong royong, ada beberapa sebutan yang digunakan untuk membedakan alat, makna dan keperluan yang akan dikerjakan. Misal untuk

acara-acara seperti pernikahan dan kematian biasa disebut duwe gawe, bila mendengar

istilah duwe gawe masyarakat akan menyiapkan diri untuk membantu, kaum

laki-laki akan bersiap untuk menyiapkan tempat dan peralatan yang berkaitan, sementara kaum perempuan membantu tuan rumah dalam menyediakan hidangan.

Sedang istilah nyinom dipakai untuk para pemuda yang membantu pihak pemilik

hajat sebagai pelayan dalam pesta yang diselenggarakan.

Gotong royong dalam penyebutan untuk istilah sambatan memiliki makna

meminta bantuan tenaga untuk menyelesaikan sesuatu. Ketika masyarakat mendengar istilah ini, maka yang akan dipersiapkan adalah alat-alat bangunan yang dimiliki dari masing-masing anggota masyarakat sekitarnya. Kegiatan ini biasanya dilakukan untuk membantu meyelesaikan suatu pekerjaan yang dilakukan anggota masyarakat yang lain, misalnya memperbaiki rumah penduduk atau membangun rumah.

Kehidupan di pedesaan memiliki kebiasaan dalam memasukkan "nilai" kepada generasi penerus. Nilai-nilai tersebut biasanya banyak diwariskan oleh para alim ulama dan para pendahulu dalam bentuk kebiasaan-kebiasaan yang kemudian banyak dikenal dengan tradisi dan kebiasaan. Tradisi yang diwariskan berupa kebiasaan-kebiasaan yang memiliki makna religius, ada juga kebiasaan yang tidak bersifat religius, namun memiliki yang dalam dalam hal memupuk kebersamaan.

Tradisi yang bersifat religius biasanya dilakukan untuk mempermudah masyarakat dalam memahami hakikat hidup. Peringatan hari-hari seperti kelahiran

(20)

dan kematian yang menggunakan tumpeng biasanya disertai dengan pemaknaan apa itu sesungguhnya arti hidup. Penjelasan ini dilakukan oleh pemuka agama dan adat terkait. Pendekatan-pendekatan religius semacam ini yang kemudian dianggap lebih masuk kedalam logika masyarakat setempat yang kebetulan menggunakan budaya Jawa. Pemaknaan akan simbol lebih tertangkap daripada pemaknaan dari media lain.

Kebiasaan akan berkumpul dan berbagi pandangan, adalah sebuah kegiatan yang lazim dijumpai dalam dinamika hidup masyarakat pedesaan. Berkumpul merupakan sarana berbagi informasi yang cukup efektif dalam mengatasi permasalahan komunikasi di masyarakat luas. Masyarakat pedesaan masih menggunakan komunikasi massa, bahwa setiap orang akan mendapat kesempatan dan andil yang sama dalam menyelesaikan permasalahan. Musyawarah kemudian menjadi sarana sosial yang cukup efektif dalam menyelesaikan persoalan sosial. musyawarah adalah suatu gejala social yang ada dalam banyak masyarakat pedesaan umumnya dan khususnya di Indonesia.

Proses penyelesaiannya pun bisa dikatakan unik, karena semua orang berkesempatan untuk menyatakan pendapat dan saling mempengaruhi Artinya bahwa keputusan yang diambil dalam rapat tidak berdasarkan suatu mayoritas, yang menganut suatu pendirian yang tertentu, melainkan seluruh rapat, seolah-olah sebagai suatu badan. Hal ini tentu berarti bahwa baik pihak mayoritas maupun minoritas mangurangi pendirian masing-masing, sehingga bisa

dekat-mendekati.10 Dalam proses dekat-mendekati inilah ditimbang dan diukur

berdasarkan argumen yang saling menguatkan atau mengurangi kadar, hingga

10

(21)

terciptalah sebuah keputusan bersama dan mengikat yang kemudian disebut mufakat.

2. Pendidikan Masyarakat Tanon

Pentingnya pendidikan dalam masyarakat tidak hanya menyangkut pendidikan formal maupun non formal melainkan juga pendidikan mental dan spiritual. Pendidikan akan memelihara sistem-sistem dalam masyarakat dengan dasar pengajaran berbasis intelektuil yang didapat di sekolah. Melalui pendidikan seperti kesusasteraan, seni, hukum, matematika dan ilmu pengetahuan yang lain ditanamkanlah nilai-nilai luhur tersebut.

Proses pendidikan efektif dilakukan oleh orang-orang yang telah mengerti dan kemudian diajarkan kepada orang lain yang belum mengerti. Para pemuda kemudian belajar bagaimana memberi bentuk baru pada sistem intelektuil yang

tradisional guna memajukan berbagai aspek modernisasi.11 Proses modernisasi

dilakukan agar dapat mencapai kemajuan teknologi dan ekonomi, memperbesar produksi bahan makanan, menjalankan pabrik-pabrik, dan menerapkan ilmu

pengetahuan guna meningkatkan taraf hidup.12

Pendidikan mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan masyarakat, karena dalam proses pendidikan, transformasi di berbagai bidang kehidupan dapat ditempuh. Pendidikan dalam pengertian pengajaran adalah usaha sadar tujuan dengan sisitematika terarah pada pertumbuhan tingkah laku. Perubahan yang

11

Myron, dan Werner., Modernisasi Dinamika Pertumbuhan, (Jogjakarta:

UGM Press, 1981), halaman 17.

12

(22)

dimaksud itu menunjukan pada suatu proses yang dilalui. Tanpa proses itu,

perubahan tidak mungkin terjadi, proses di sini berarti proses pendidikan.13

Proses pendidikan akan menghasilkan manusia yang berpengetahuan dan berkeahlian. Dengan pendidikan, orang dapat mengubah kondisi menjadi lebih baik secara ekonomi maupun cara pandang masyarakat dalam menyikapi suatu masalah yang ada. Usaha membangun fasilitas pendidikan seharusnya menjadi prioritas dalam memakmurkan kehidupan masyarakat. Pada dekade 1980an pendidikan di Kecamatan Tanon masih sangat sulit, sehingga prioritas saat itu adalah pembangunan sarana dan prasarana pendidikan. Pembangunan dilakukan melalui dua jalur, yaitu pembangunan fisik (bangunan sekolah) dan pembangunan mental (peningkatan minat bersekolah). Berikut ini adalah data dari siswa yang bersekolah di Kecamatan Tanon.

Tabel 5

Banyaknya Kelas, Murid dan Rata-Rata Murid Tiap Kelas pada Sekolah SD, SLTP dan SLTA di Kecamatan Tanon:

No. Tingkat Pendidikan Kelas Murid Rata-Rata Murid Tiap Kelas

1 SD 222 7.459 34

2 SLTP 33 1.467 44

3 SLTA 14 450 32

Sumber: Kabupaten Sragen Dalam Angka, Kantor Dep. P & K Kab. Sragen 1986

Dari tabel siswa yang terdaftar pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar merupakan jumlah yang paling banyak dengan jumlah 7.459 orang. Urutan kedua

13

Winarno Surakhmad., Metode Pengajaran Nasional, (Jakarta: Jemmars,

(23)

siswa pada jenjang pendidikan Sekolah Lanjut Tingkat Pertama dengan kelompok siswa jumlah sebanyak 1.467 orang. Peminat pendidikan paling sedikit adalah pada jenjang Sekolah Lanjut tingkat Atas yang di tempuh kelompok siswa yang berjumlah 450 orang.

Penyediaan sarana dan pembangunan institusi pendidikan yang berjenjang menunjukkan usaha yang cukup serius pemerintahan saat itu dalam penanganan pendidikan, namun tidak dapat dipungkiri bahwa kesenjangan dalam hal perolehan kesempatan mendapatkan pendidikan yang sama dari setiap warga masyarakat di Kecamatan Tanon belum terjawab dengan baik. Dari 7.459 siswa yang belajar di jenjang pendidikan Sekolah Dasar hanya 1.467 yang belajar dalam jentang pendidikan di Sekolah Lanjut Tingkat Pertama dan hanya 450 siswa yang belajar di Sekolah Lanjut Tingkat Atas.

Kesadaran masyarakat di Kecamatan Tanon dikatakan cukup. Masyarakat di Kecamatan Tanon menganggap pendidikan formal bukanlah satu-satunya jalan untuk membebaskan hidup dari belenggu kegelapan ketiadaan ilmu pengetahuan. Pendidikan non formal seperti pondok pesantren di kecamatan Tanon cukup diminati, terbukti ada 3 institusi pondok pesantren yang dijalankan hanya di

kelurahan Tanon.14 Menurut penuturan Jumhadi, S.pd. selaku pelaku dan

pemerhati pendidikan di Kabupaten Sragen, di wilayah kecamatan Tanon saat dekade 1980an, masyarakatnya masih banyak beranggapan bahwa pendidikan formal tidak begitu penting karena tidak menjawab kebutuhan hidup saat itu. Pendidikan di sekolah formal tidak mengajarkan ketrampilan yang langsung dapat dirasakan manfaatnya, sementara di pondok pesantren diajarkan ketrampilan

14

(24)

minimal bercocok tanam. Bahkan ada sebuah lokal khusus yang dihuni oleh

santri-santri yang khusus diajari berbagai hal dalam bidang pertanian.15

3. Kondisi Masyarakat Dalam Kehidupan Beragama di Kecamatan Tanon Kehidupan adalah sebuah proses yang di anugerahkan oleh Allah SWT kepada setiap makhluknya yang berada di muka bumi. Hidup yang dianugerahkan ini, kemudian menjadi proses untuk membedakan mana hamba yang bersyukur dan mana yang ingkar terhadap anugerah kehidupan yang diberikan. Maka agama menjadi sebuah bentangan jalan kebenaran yang tidak hanya terbatas pada ritus keagamaan semata.

Agama lebih dari itu, yaitu keseluruhan tingkah laku manusia yang terpuji, yang dilakukan demi memperoleh ridla atau perkenan Allah. Agama, dengan kata lain, meliputi keseluruhan tingkah laku manusia dalam hidup ini, yang tingkah laku itu membentuk keutuhan manusia berbudi luhur (akhlaq karimah), atas dasar percayaatau iman kepada Allah dan tanggung jawab pribadi di hari kemudian. Inilah makna pernyataan dalam doa pembukaan (iftitah) shalat, bahwa shalat kita itu sendiri juga darma bakti kita, hidup kita dan mati kita, semua adalah untuk

atau milik Allah, seru sekalian alam.16

Agama adalah faktor penting dalam kehidupan masyarakat. Agama mengajarkan kepada masyarakat untuk taat dan patuh kepada Tuhan. Ajaran agama juga berisi ketauhidan yang harus dicerminkan dalam kehidupan sehari-hari yang bertujuan memberi dasar pegangan keyakinan hidup sehingga orang

15

Wawancara dengan Muhammad Syaifudin pada tanggal 23 agustus 2014

16

Nurcholish Madjid., Ensiklopedi Nurcholish Madjid Pemikiran Islam di

Kanvas Peradaban, (Jakarta: "edisi digital" Yayasan Abad demokrasi, 2011), halaman 49.

(25)

sadar dan mengetahui asal-usul kejadian alam dan sangkan parannya yaitu tujuan dan untuk apa manusia hidup. Sikap tauhid juga harus dicerminkan dalam akhlak

atau norma-norma tingkah laku serta budi pekerti dalam pergaulan sosial.17

Agama akan tumbuh subur tergantung pada kesadaran masyarakat dan pemerintah yang ada, dimana pemerintah memperhatikan agama sebagai sarana dalam pembaharuan diikuti dengan masyarakat yang telah menyadari tentang peranan agama sebagai pegangan hidup dalam pergaulan bermasyarakat dan bernegara,

maka agama itu akan berkembang dengan baik.18 Dua aspek inti yang sangat

berpengaruh dalam berkembangnya agama dan kemajuan sosial adalah masyarakat pemeluk agama dan pemerintah sebagai pemegang kebijakan. Agama juga mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan melalui komunitas pendidikan seperti pondok pesantren dalam agama Islam.

Agama juga mempunyai pengaruh besar didalam membentuk kepribadian

seorang individu.19 Dalam membentuk sebuah kehidupan sosial yang baik, maka

perlu sebuah kesejalanan arah pembangunan manusia, ideologi, dan infrasruktur dengan disertai pengenalan potensi alam yang di anugrahkan Allah, Tuhan seru sekalian alam. Secara umum sebagian besar penduduk di Indonesia beragama Islam, seperti halnnya di Kecamatan Tanon juga mayoritas penduduknya

17

M. Dawam Raharjo., Pesantren dan Pembaharuan, (Jakarta: LP3ES,

1988), halaman 3.

18

Masjkuri dan Sutrisno Kutoyo., Sejarah Daerah Istimewa Jogjakarta,

(Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977), Halaman 27

19

Soerjono Sukanto., Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja

(26)

beragama Islam. Data mengenai penduduk di Kecamatan Tanon berdasarkan agama yang dianut adalah sebagai berikut:

Tabel 6

Kondisi Penduduk di Kecamatan Tanon Berdasarkan Agama yang Dianut: No. Agama Jumlah Pemeluk (orang)

1 Islam 54.752

2 Katholik 455

3 Kristen 362

4 Hindu 1

5 Budha 128

Sumber : Kabupaten Sragen Dalam Angka, Kantor Statistik Kabupaten Sragen

1985

Dari data dapat disimpulkan bahwa mayoritas agama yang dipeluk oleh penduduk di Kecamatan Tanon adalah Islam. Kegiatan – kegiatan keagamaan seperti memperingati hari Maulid Nabi Muhammad SAW yang dilaksanakan oleh setiap masjid, pondok pesantren, dan tempat-tempat yang memungkinkan menampung banyak jama'ah. Setiap Ramadhan ada tadarusan di masjid - masjid yang suaranya dapat menemani sepanjang malam, biasanya diperuntukan bagi jama'ah laki-laki baik muda maupun orang tua. Banyak juga kelompok bapak-bapak maupun ibu-ibu setiap seminggu sekali rutin mengadakan pengajian, yasinan, dan sholawatan. Organisasi masyarakat berbasis Islam juga tumbuh subur di Kecamatan Tanon, organisasi ini seperti Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah.

(27)

D. Potensi Sumber Daya Kecamatan Tanon 1. Potensi Sumber Daya Manusia di Kecamatan Tanon

Pembangunan suatu wilayah tidak akan dapat dilepaskan dari sumber daya manusia yang tersedia. Dalam pembangunan maka hal yang harus diperhatikan adalah bagaimana kekuatan dari potensi yang tersedia. Kekuatan dari potensi tersebut (masyarakat) yang kemudian akan menentukan arah pembangunan. Menurut teori klasik Adam Smith, manusialah sebagai faktor produksi utama yang menentukan kemakmuran bangsa-bangsa. Alam tidak ada artinya kalau tidak ada sumber daya manusia yang pandai mengolahnya sehingga bermanfaat bagi

kehidupan.20 Pendapat smith ini menunjukan peningkatan taraf kemakmuran

hidup, terlebih dahulu harus dimulai dengan pembangunan potensi sumber daya manusianya.

Tabel 7

Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Sragen dari tahun 1971-1995: NO Tahun Laju pertumbuhan ( jiwa )

1 1971 650.757

2 1975 691.931

3 1980 764.609

4 1985 820.840

5 1990 844.837

Sumber : Kabupaten Sragen Dalam Angka, Kantor Statistik Kabupaten Sragen

1995

20

Mulyadi S., Ekonomi Sumberdaya Manusia dalam Perspektif

(28)

Menurut data Badan Pusat Statistik laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Dati II Sragen dari tahun 1971 – 1995, jumlah penduduk di kabupaten Sragen pada tahun 1971 jumlahnya 650.757 jiwa, pada 5 tahun lagi pada tahun 1975 jumlahnya mencapai 691.931 jiwa, pada tahun 1980 meningkat 764.609 jiwa, kemudian pada tahun 1985 laju pertumbuhan penduduk meningkat menjadi 820.840 jiwa, laju pertumbuhan penduduk meningkat menjadi 820.840 jiwa, kemudian pada tahun 1990 laju pertumbuhan penduduk 844.837 jiwa. Pada tahun

1995 laju pertumbuhan penduduk mencapai 871.722 jiwa.21

Tabel 8

Pertumbuhan Penduduk Alami di Kecamatan Tanon pada tahun 1985

NO Kejadian Angka

1 Penduduk awal tahun 1985 54.650 ( jiwa )

2 Lahir 1.474 ( jiwa )

3 Mati 303 ( jiwa )

4 Pertumbuhan ( jiwa ) 1.171 ( jiwa )

5 Tingkat pertumbuhan alami ( % ) 2,14%

Sumber: Kabupaten Sragen Dalam Angka, Kantor Statistik Kabupaten Sragen

1985.

Menurut data Badan Pusat Statistik dilihat dari Pertumbuhan Penduduk Alami (Natural Increase) Di Rinci Per Kecamatan ditinjau dari tahun 1984 – 1985 (%), Kecamatan Tanon tingkat pertumbuhan penduduk pada awal tahun 1985 adalah sebesar 54.650 jiwa, dengan jumlah kelahiran sebesar 1.474 jiwa. Angka

21

Laju Pertumbuhan Penduduk selama 10 tahun,Kantor Statistik Kab. Dati II Sragen, tahun 1971-1995 , Hlm. 52.

(29)

kematian di wilayah Kecamatan Tanon hanya 303 jiwa, maka ditemukan angka pertumbuhan jiwa pada tahun 1985 adalah 1.171 jiwa. Deret angka tingkat

pertumbuhan penduduk alamiah di wilayah Kecamatan Tanon mencapai2,14 %.22

Data menunjukkan potensi sumber daya manusia di wilayah Kecamatan Tanon, ada pertumbuhan peningkatan yang signifikan. Pertumbuhan penduduk sebesar 1.171 jiwa, dalam kurun waktu datu tahun. Hal ini merupakan pedang bermata dua, satu sisi merupakan potensi tenaga kerja yang cukup besar, sisi yang lain juga merupakan potensi pengangguran yang besar bila visi pembangunan pemerintah tidak sejalan dengan pertumbuhan penduduk ini.

Pembahasan sebelumnya tentang pendidikan, menunjukkan bahwa pembangunan manusia melalui pendidikan oleh pemerintah menunjukkan hal positif. Hal itu ditunjukkan dari angka partisipasi yang cukup tinggi atas partisipasi masyarakat terhadap pendidikan, setidaknya pada sekolah dasar untuk memperoleh kemampuan baca, tulis, dan hitung dasar. Hal ini cukup untuk menekan angka buta huruf dalam masyarakat, sehingga pembangunan masyarakat dapat terus ditingkatkan kepada jenjang yang lebih tinggi di masa depan.

2. Potensi Sumber Daya Alam di Kecamatan Tanon

Bangsa yang kuat adalah bangsa yang memiliki kekuatan pangan yang dapat menjamin kehidupan rakyatnya. Ketahanan pangan, tidak mungkin terlepas dari media tanam dan tumbuh tanaman pangan. Ketersediaan dan proses pemanfaatan lahan yang optimal dalam sebuah wilayah merupakan bagian dari

22

Pertumbuhan penduduk alami (natural increase) Di rinci per kecamatan di Kabupaten Dati II Sragen, Kantor Statistik Kab. Sragen, 1984-1985, Hlm. 53.

(30)

ketahanan pangan itu sendiri. Berikut ini merupakan data pemanfaatan lahan di Kabupaten Sragen.

Tabel 9

Pembagian potensi tanah sawah menurut penggunaan di Kabupaten Sragen tahun 1985

No Jenis tanah sawah Luas ( ha )

1 Tanah sawah dengan irigasi teknis 20.355 ha

2 Tanah sawah dengan irigasi setengah teknis 2.488 ha

3 Tanah sawah dengan irigasi sederhana 2. 607 ha

4 Tanah sawah tadah hujan 14.423 ha

5 Tanah sawah yang dapat ditanam 1X per tahun 3. 284 ha

6 Tanah sawah yang dapat ditanam 2X per tahun 37. 419 ha

Sumber: Kabupaten Sragen Dalam Angka, Kantor Statistik Kabupaten Sragen

1985.

Menurut penggunaan, tanah sawah dapat dibagi menjadi tanah sawah dengan irigasi teknis 20.355 ha, tanah sawah dengan irigasi setengah teknis 2.488 ha, Tanah sawah dengan irigasi sederhana 2. 607 ha dan tanah sawah tadah hujan seluas 14. 423 ha. Tanah sawah ini dapat ditanami padi satu kali setiap tahun seluas 3. 284 ha sedangkan yang dapat ditanami padi dua kali atau lebih setiap tahun seluas 37. 419 ha. Data penggunaan dan potensi lahan sawah ini, menunjukkan potensi yang harus saling terkait dengan potensi lahan yang lain, karena tanah merupakan potensi yang tetap dan harus berintegral dengan pertumbuhan penduduk. Data berikut merupakan pembagian potensi tanah kering di Kabupaten Sragen.

(31)

Tabel 10

Pembagian potensi tanah kering menurut penggunaan di Kabupaten Sragen tahun 1985

No Pemakaian tanah kering Luas

1 Pekarangan atau bangunan 22. 593 ha

2 Tegalan 19. 909 ha

3 Padang gembala/ rumput 50 ha

4 Kolam/ empang 32 ha

5 Hutan negara/ swasta 5. 313 ha

6 Perkebunan 855 ha

7 Lain-lain 3. 684 ha

Sumber: Kabupaten Sragen Dalam Angka, Kantor Statistik Kabupaten Sragen

1985.

Tanah kering dapat dipergunakan untuk wahana-wahana sebagai berikut : pekarangan atau bangunan 22. 593 ha, tegalan 19. 909 ha, padang gembala/ rumput 50 ha, kolam/ empang 32 ha, hutan negara/ swasta 5. 313 ha, perkebunan

855 ha, dan lain-lain 3. 684 ha.23 Potensi pada lahan pertanian di kabupaten sragen

bisa dikatakan cukup besar bila dibandingkan dengan potensi penggunaan tanah pada bidang lain, sehingga fokus pembangunan daerah Sragen yang berlandaskan sektor pertanian merupakan peluang terbuka.

Dalam proses ketahanan pangan, tentu pemerintah pusat harus membagi penyelasaian ini dengan pemerintah daerah. Persolan yang timbul dalam rangka

23

Penggunaan Tanah Sawah Kabupaten Dati II Sragen Dalam Angka 1993,Badan Pusat Statistik Kabupaten Dati II Sragen, 1993, Hlm. 6.

(32)

mengatasi persolan pangan ini adalah keterbatasan lahan. Lahan yang luas hanya tersedia pada wilayah-wilayah pemerintahan daerah. Akhirnya daerah pedesaan menjadi tulang punggung ketahanan pangan nasional. Menilik potensi di daerah, maka dibawah ini merupakan rincian pengguanaan lahan di Kecamatan Tanon menurut luas dan fungsinya. Luas wilayah Kecamatan Tanon adalah 5.099,96 Ha.Menurut fungsinya, luas wilayah Kecamatan Tanon adalah sebagai berikut:

Tabel 11

Luas Wilayah Kecamatan Tanon Diperinci Menurut Penggunaan Tanah Tahun 1985

No. Penggunaan Lahan Luas (Ha)

1 Tanah Sawah 2902,49 Ha

2 Tanah Kering 1934,68 Ha

3 Hutan Negara 0 Ha

4 Perkebunan Negara/Swasta 0 Ha

5 Lain-Lain 262,79 Ha

Jumlah Luas Lahan 5.099,96 Ha

Sumber: Kabupaten Sragen Dalam Angka, Kantor Statistik Kabupaten Sragen

1985

Dari data dapat diketahui bahwa di kecamatan Tanon penggunaan tanah terbesar adalah tanah sawah sebesar 2902,49 Ha. Tanah sawah di Kecamatan Tanon merupakan sawah irigasi teknis, yaitu irigasi yang diusahakan dengan bangunan permanen, namun pengelolaan belum begitu baik sehingga disaat musim kemarau, persediaan air di waduk dan dam kering, sehinggapengusahaan pengairan tanah dilakukan dengan teknik irigasi pribadi melalui sumur pantek dan

(33)

mesin diesel. Pada musim kemarau umumnya tanah sawah ditanami sesuai dengan kemampuan pemilik lahan.

Bagi para pengusaha pertanian yang memiliki kemampuan untuk mengusahakan irigasi mandiri tanaman padi yang memerlukan banyak air, maka sawah dapat terus ditanami tanaman padi. Bagi pengusaha pertanian yang tidak memiliki kemampuan untuk mengusahakan irigasi mandiri, tanaman-tanaman yang memerlukan sedikit air, seperti jagung, kacang tanah, dan kedelai menjadi pilihan atau membiarkan lahan diam tidak ditanami. Untuk sistem irigasi di Kecamatan Tanon dibuat Waduk Ketro yang dapat membantu pengairan lahan pertanian di sebagian kecamatan Tanon, dan juga ada Bendung Suwatu yang biasa digunakan untuk menahan air hujan dan pengendalian banjir. Terdapat kendala Waduk Ketro dan Dam Suwatu kurang berfungsi secara signifikan karena selain dari air hujan, Waduk ketro dan Dam Suwatu tidak memiliki sumber air yang lain. Stok air di Waduk Ketro dan Dam Suwatu menjadi sangat kurang untuk menopang kebutuhan irigasi diwilayah Kecamatan Tanon.

Tanah kering merupakan tanah terbesar kedua dengan luas 1934,68 Ha setelah tanah sawah. Tanah kering merupakan tanah yang biasanya terdiri dari pekarangan, kebun-kebun yang belum dimanfaatkan dengan baik biasanya digunakan untuk menanam tanaman ubi-ubian. Tanah kering disini dapat diartikan sebagai areal tanah belum mangalami pengolahan tanah. Tanah kering ini juga digunakan untuk mendirikan, rumah, kantor, sekolahan, tempat ibadah dan jenis bangunan lainnya. Bangunan-bangunan rumah penduduk didirikan di sepanjang jalan desa dengan tanah pekarangan berada disamping dan dibelakang rumah. Tanah lain-lain berada diurutan ketiga setelah tanah pekarangan dengan luas

(34)

wilayah 262,79 Ha yang berfungsi sebagai tanah untuk fasilitas umum seperti sungai, jalan dan tanah kuburan. Kecamatan Tanon tidak terdapat tanah hutan negara, perkebunan negara maupun swasta, karena tanah dikecamatan ini tidak mendukung untuk dibentuk perkebunan maupun hutan negara. Tanah yang paling luas digunakan sebagai tanah bangunan/pekarangan dan tanah sawah.

Kegiatan perekonomian pedesaan tidak mungkin melepaskan diri dalam beberapa bidang, hal-hal yang mencakup soal persawahan serta pengairannya, berjenis-jenis tanaman dan buah-buahan, peternakan serta perikanannya, kerajinan

dan perdagangannya.24 Dalam pembahasan keadaan sosial budaya masyarakat di

Kecamatan Tanon yang notabene sebagai bagian dalam pembahasan sejarah perdesaan, maka kita tidak dapat melepaskan diri dari pembahasan dari topik topik yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat.

Pada point selanjutnya dalam kehidupan sosial budaya masyarakat, peran serta para pejabat-pejabat desa dalam ikut mensejahterakan kehidupan masyarakat juga merupakan bagian penting dalam pembahasan. Dalam struktur sosial masyarakat pedesaan di Kecamatan Tanon. Masyarakat pedesaan terdiri

masyarakat tipe Dapur terdiri atas petani bebas (rama) dan petani setengah bebas

(kawula, abdi), yang lazim diperintah oleh orang tua (buyut). Disamping itu

disebut pula golongan-golongan sosial yang tinggal dipedesaan, seperti andem

dan akuwu sebagai elite desa. Ada pula masyarakat pedesaan yang dinamakan dharma, sima, dan kalagyan yaitu daerah religius, wilayah merdeka, dan

24

Sartono Kartodirdjo., Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi

(35)

pemukiman pedagang.25 Dari pemaparan penjelasan bahwa kegiatan sosial budaya masyarakat pedesan dapat diambil kesimpulan bahwa ada dua faktor yang menentukan dalam kehidupan sosial masyarakat pedesaan.

Pertama adalah kegiatan ekonomi yang berbasis pada pemanfaatan dan

penggunaan lahan.Kedua adalah para tetua desa bukan hanya pelaku administrasi,

tapi lebih dari itu, para tetua bertanggung jawab atas nilai-nilai luhur yang harus tetap dipertahankan. Juga membentuk lembaga swadaya yang tidak berpasrah pada pimpinan pusat. Ini berkaitan dengan beberapa kegiatan yang masih dapat ditemukan diberbagai wilayah pedesaan. Banyak dari bentuk kegiatan ini biasanya adalah pengerahan masa untuk pembangunan yang bersifat fasilitas umum, maupun pribadi dengan tujuan saling tolong menolong.

Tanah sawah merupakan tanah yang sangat penting di Indonesia, karena merupakan sumberdaya alam yang utama dalam produksi beras.Perkembangan ketahanan Negara dalam sektor pertanian sangat tergantung dari potensi yang tersedia berupa tanah sawah.Dalam perkembangannya, tanah sawah selanjutnya dibenntuk dan dikembangkan sesuai dengan daerah masing-masing diwilayah Indonesia. Sawah juga ditemukan pada berbagai iklim, karena padi dapat tumbuh

pada iklim yang jauh lebih beragam dari pada jenis tanaman lain.26

Pada proses pembentukannya, tanah sawah dapat berasal dari jenis tanah kering maupun jenis tanah basah. Jenis tanah kering dapat dijadikan tanah sawah

25

Ibid

26

Sarwono hardjowigeno, dan Luthfi rayes., Tanah Sawah, karateristik,

kondisi dan permasalahan tanah sawah di Indonesia, (Malang: Bayumedia Publising, 2005), halaman 2.

(36)

dengan diairi kemudian disawahkan. Untuk jenis tanah basah atau rawa-rawa harus "dikeringkan" dengan membuat saluran drainase. Tanah sawah yang berasal dari tanah kering yang diairi umumnya berupa sawah irigasi, baik irigasi teknis (dengan bangunan irigasi permanen), setengah teknis (dengan bangunan irigasi semi permanen), maupun irigasi sederhana (tanpa bangunan irigasi).Tanah sawah yang memakai sumber air langsung dari air hujan tanpa irigasi, maka disebut sebagai sawah tadah hujan. Sawah yang dikembangkan di daerah rawa-rawa pasang-surut disebut sawah pasang-surut, sedang yang dikembangkan didaerah

rawa-rawa lebak disebut sawah lebak.27

Ketahanan pangan bukan begitu saja dapat dicapai tanpa hambatan dan tantangan. Beberapa hal dapat terjadi dengan cepat dan dapat menghancurkan pondasi pertanian yang dibangun bila sektor ini tidak diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Tantangan utama dalam mencapai ketahanan pangan dan energi antara lain;

1. Degradasi sumber daya lahan dan kelangkaan sumber daya air.

2. Penciutan dan konversi lahan subur.

3. Cekaman variabilitas dan perubahan iklim.

4. Keterbatasan sumber daya lahan potensial/subur.28

Langkah-langkah yang diambil kemudian harusnya dapat menempatkan pembangunan sarana dan prasarana pertanian kedalam langkah yang terstruktur,

27

Ibid, halaman 7

28 Anny mulyani, S. Ritung, dan Irsal las., Potensi dan Ketersediaan

Sumber Daya Lahan Untuk Mendukung Ketahanan Pangan, (Bogor, Jurnal

penelitian dan pengembangan pertanian Badan Penelitian dan Pengambangan pertanian, 2011), halaman 74

(37)

masif dan terencana. Potensi-potensi pertanian harus dapat dilihat, sehingga prioritas pembangunan dapat dilaksanakan dengan baik. Peningkatan kerjasama oleh pemerintah dan rakyat dalam perencanaan pola tanam dapat meminimalisir kegagalan akibat salah perhitungan dalam pembacaan iklim dan cuaca yang biasa dilakukan oleh petani.

Perencanaan yang matang dalam proses tanam seperti mempersiapkan bibit unggul. Pemerintah Kab. Sragen sebagai pemegang kendali atas bibit yang beredar di masyarakat harus lebih selektif dalam penentuan izin edar bibit. Tahap selanjutnya adalah musim tanam dan proses pertumbuhan tanaman padi, hal penting untuk pemerintah Kab. Sragen adalah menjamin penyediaan pupuk berkualitas baik dan air yang mencukupi. Perubahan iklim dan bergesernya musim dalam pertanian merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Pola tanam yang diterapkan di Kab. Sragen sudah sesuai dengan pola nasional, sehingga penyikapan dari pemerintah kabupaten dalam penganjuran penanaman tanaman kepada petani harus lebih giat dan masuk kedalam petani. Kesalahan penanaman yang diakibatkan oleh musim dapat di minimalisir.

Keberhasilan yang ditunggu dalam pertanian, dapat berujung pada panen yang menggembirakan hasilnya. Harapan selanjutnya apabila terjadi kerja sama yang baik antar pemerintah dan petani dalam perencanaan pertanian adalah menekan angka gagal panen, yang sering menimpa petani. Pertumbuhan kesejahteraan bersama dari bidang pertanian bukan berasal dari satu pihak saja, melainkan ditunjang dari kerjasama antara pemerintah, petani, pedagang dan berbagai bidang dalam skala besar. Dibawah ini merupakan rekap hasil pertanian di Kecamatan Tanon.

(38)

Tabel 12

Produksi dan Luas Panen Pertanian di Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen Tahun 1982 s.d. 1985

No Subyek Sawah Padi Gogo Kacang Hijau Kacang Tanah Jagung Kedelai

Tahun Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Luas panen (Ha) Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) 1 1982 29706 5035 620 124 7 19 315 407 59 66 207 10 2 1983 36231 5751 890 159 27 32 341 381 408 438 611 679 3 1984 34297 6080 1436 271 192 253 373 464 308 414 329 501 4 1985 29251 5182 1440 288 78 94 359 425 226 267 114 138 Jumlah 129485 4386 304 1388 1001 1261

(39)

Berdasarkan data di atas, produksi dan luas panen di Kecamatan Tanon dari tahun 1982-1985, sektor sawah memiliki rata-rata produksi 32.371,25 ton dengan rata-rata luas panen 5.512 ha. Rata-rata sektor sawah menghasilkan 5,9 ton/ha produksi setiap tahunnya. Padi gogo dalam kurun waktu itu menghasilkan rata-rata produksi setiap tahunnya mencapai 1.096,5 ton dengan rata-rata luas panen 210,5 ha. Setiap tahun sektor padi gogo menghasilkan 5,2 ton/ha di wilayah Kecamatan Tanon.

Kedelai memiliki rata-rata produksi setiap tahunnya 315,25 ton. Luas wilayah yang digunakan untuk menanam kedelai di wilayah Kecamatan Tanon rata-rata 332 ha setiap tahunnya. Kedelai rata-rata menghasilkan 0,95 ton/ha dalam setiap tahun. Jagung di wilayah Kecamatan Tanon menghasilkan rata-rata 250,25 ton setiap tahun dengan luas panen rata-rata 296,25 ha. Hasil rata-rata yang dapat dicapai dalam setiap tahunnya 0,84 ton/ha. Tanaman kacang tanah di wilayah kecamatan Tanon memproduksi rata-rata 347 ton dengan luas panen 419,25 ha, maka rata-rata produksi setiap hektar lahan adalah 0,83 ton/ha. Sektor pertanian terakhir di wilayah Kecamatan Tanon yang ditanam oleh penduduk di lahannya adalah kacang hijau. Produksi kacang hijau rata-rata menghasilkan 76 ton setiap tahunnya. Luas lahan yang digunakan untuk media tanaman ini rata-rata 99,5 ha, maka setiap hektar lahan yang ditanami menghasilkan 0,76 ton/ha.

Berdasarkan uraian di atas maka jelas bahwa sektor sawah mencapai hasil produksi tertinggi dan menjadi tumpuan sektor pertanian di Kecamatan Tanon, sedangkan sektor kacang hijau memiliki hasil produksi terendah. Hal tersebut dikarenakan sektor sawah menghasilkan makanan pokok yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk di Indonesia khususnya di wilayah Kabupaten Sragen,

(40)

sedangkan sektor kacang hijau memiliki produksi panen yang kecil dikarenakan tidak menjadi makanan pokok dan hanya ditanam di musim kering yang tidak membutuhkan banyak air.

Pemaparan data di atas menunjukkan bahwa potensi alam di Kecamatan Tanon yang banyak dimanfaatkan penduduknya adalah sektor sawah sehingga potensi lahan yang tersedia berupa bentangan sawah. Untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, maka langkah tepat yang harus diambil adalah pembangunan sektor irigasi.

Referensi

Dokumen terkait

telah melakukan penelitian dan pengambilan data di PG-TK Buah hati pada tanggal 20 Agustus - 11.

 Jumlah keberangkatan (embarkasi) penumpang angkutan laut dalam negeri melalui pelabuhan laut Tanjung Emas Semarang pada bulan Mei 2015 sebanyak 10.091 orang, turun 5,13

Terbukti masih banyak siswa yang membuang sampak secara sembarangan baik diluar dan didalam kelas, karena minimnya kesaradarn siswa dalam menjaga kebersihan

Penelitian dilakukan di rumah sakit kota Semarang dengan alasan pentingnya penganggaran bagi rumah sakit di Semarang, terutama pada proses partisipasi anggaran

Paired Samples Test..

Residivis Pencurian oleh Anak Dibawah Umur Perspektif Hukum Positif Dan Hukum Islam (Studi Analisis Perkara No.19/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Kdi No.13 /Pid.Sus. Anak/2016/PN .Kdi )” hal

Sastra Jawa ngrembaka ing lingkungan kraton jaman Surakarta sing dipandhegani dening pujangga dalem (Suwarni, 2009:4-8). Serat Anglingdarma iki mujudake salah sawijine

Sedangkan status bekerja ibu, tingkat pengetahuan ibu dan kebutuhan yang dirasakan ibu balita dalam pelayanan di posyandu menunjukkan Ho ditolak (ρ<0,05) yang artinya bahwa