• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Wilayah Kabupaten

Dalam dokumen DOCRPIJM e8dc818a8c BAB IIBAB II (Halaman 28-35)

Berdasarkan atas deskripsi karakteristik wilayah dan dengan berpedoman pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud, maka dapat diidentifikasi wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya seperti hutan produksi dan hutan rakyat, pertanian, perikanan, pertambangan, pemukiman, industri, pariwisata, pendidikan, tempat ibadah, perdagangan dan jasa, serta kesehatan.

A. Pengembangan Wilayah/Kawasan Hutan Produksi dan Hutan Rakyat

Kawasan yang diperuntukkan bagi hutan produksi terbatas dimana eksploitasinya dilakukan dengan sistem tebang pilih dan tanam. Ditinjau dari kegiatan eksploitasi yang dapat dilakukan, kawasan hutan produksi terdiri dari hutan produksi terbatas (HPT), hutan produksi biasa (HPB) dan hutan produksi konversi (HPK). Hutan produksi terbatas hanya dapat dieksploitasi dengan cara tebang habis, serta dalam bentuk hutan tanaman industri (HTI). Hutan produksi konversi, pada dasarnya dapat dikembangkan untuk kegiatan-kegiatan lain di luar sektor kehutanan. Pemanfaatan ruang pada kawasan ini didasarkan pada tujuan utama pengembangan kawasan budidaya, yaitu mengembangkan areal (kawasan budidaya) sesuai dengan potensi yang ada.

Kawasan peruntukan hutan rakyat sebagaimana dimaksud adalah kawasan di luar kawasan hutan yang ditetapkan Menteri Kehutanan yang memiliki tingkat kelerengan lebih dari 30% yang sudah tidak sesuai untuk pengembangan kegiatan budidaya pertanian dan perkebunan dan dapat dikembangkan oleh masyarakat untuk budidaya tanaman/vegetasi hutan yang memiliki nilai ekonomis tinggi.

B. Pengembangan Wilayah/Kawasan Pertanian

Kawasan peruntukkan pertanian sebagaimana dimaksud di wilayah Kabupaten adalah kawasan yang secara teknis dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya pertanian dalam arti luas; Jenis kegiatan budidaya perdesaan non terbangun berupa kegiatan pertanian dalam arti luas, yang berdasar SK Mentan No 683/Kpts/Um/8/1981 dan 837/Kpts/Um/11/1980, meliputi kegiatan pertanian yang difungsikan sebagai kawasan penyangga, kegiatan pertanian lahan kering (palawija) kegiatan pertanian tanaman tahunan atau perkebunan, dan kegiatan pertanian tanaman hias, peternakan, dan perikanan. Berdasarkan fungsi pemanfaatan ruang Kabupaten Kepulauan Talaud terdapat lahan yang sesuai bagi pengembangan pertanian dan secara operasional, strategi pengembangannya adalah memanfaatkan secara optimal kawasan budidaya untuk pengembangan pertanian yang didasarkan pada kesesuaian lahan. Dalam tata ruang Kabupaten Kepulauan Talaud lokasi atau penyebaran kawasan budidaya pertanian tidak dijelaskan secara eksplisit mengingat terjadinya tumpang tindih lokasi untuk masing-masing usaha pertanian.

budidaya tanaman pangan lahan basah, tanaman pangan lahan kering, perkebunan/ tanaman tahunan, holtikultura, peternakan dan perikanan. Secara garis besar penggunaan areal pertanian di Kabupaten Kepulauan Talaud dialokasikan bagi kegiatan :

-. Ekstensifikasi: Areal ekstensifikasi umumnya bukan termasuk dalam kriteria fungsi mintakat/ zona kawasan hutan dan areal yang telah diperuntukan bagi pembangunan serta lokasi transmigrasi. Penggunaan lahan di wilayah ini pada umumnya adalah hutan atau semak belukar dengan kemiringan tanahnya <40%. Pada areal yang pada kemiringan tanahnya <15% diarahkan untuk tanaman pangan sedangkan pada areal kemiringan antara 15-40% diarahkan untuk perkebunan dengan syarat-syarat kultur teknis tertentu untuk mencegah kerusakan sumberdaya tanah dan air.

-. Intensifikasi:Pemanfaatan lahan di Kabupaten Kepulauan Talaud relatif masih belum intensif. Masalah utama pengembangan sawah di daerah ini adalah masalah irigasi dan drainase. Namun untuk pengembangan lahan kering berupa umbi-umbian mempunyai potensi untuk dikembangkan secara lebih intensif. Oleh karena itu untuk peningkatan produksi dan pendapatan masyarakat, upaya yang harus ditempuh adalah intensifikasi, peremajaan tanaman kelapa, pala dan cengkeh yang sudah tua dan perbaikan drainase. Khusus untuk kegiatan intensifikasi terutama dilakukan pada pertanian sawah, karena sisipan tanah yang ada dominasinya merupakan jenis tanah podzolik merah kuning dan sangat jelek dalam menahan air lebih lama, tergenang, kurang subur dan bersifat masam.

-. Rehabilitasi Tanaman Tahunan: Sebagian besar tanaman tahunan yang ada merupakan tanaman kelapa, pala dan cengkeh berumur tua. Untuk meningkatkan produktivitas tanah tersebut akan ditempuh upaya-upaya rehabilitasi tanaman dengan tanaman baru dan dengan menggunakan bibit unggul.

Pengembangan wilayah pertanian sebagaimana dimaksudkan diatas terdiri atas:

a. Tanaman Pangan Lahan Basah: Lokasi pertanian tanaman pangan terdiri dari pertanian tanaman lahan basah dan pertanian tanaman lahan kering. Areal tanaman lahan basah merupakan areal pertanian yang memerlukan air terus-menerus sepanjang tahun musiman atau bergilir dengan tanaman utama padi, terutama pada areal sawah. Sedangkan pada lahan basah yang bukan merupakan sawah seyogyanya diarahkan bagi perkembangan perikanan air tawar atau perairan umum. Permanfaatan ruang pertanian lahan basah bertujuan untuk mendukung perekonomian lokal di kawasan sekitarnya dan pengembangan perekonomian wilayah.Kawasan pertanian tanaman pangan lahan basah ini adalah kawasan yang secara teknis sesuai dan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya tanaman pangan lahan basah

b. Tanaman Pangan Lahan Kering/Holtikultura: Pertanian tanaman lahan kering merupakan areal yang sifat fisiknya sesuai bagi tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, palawija dan peternakan dengan sistem pengolahan lahan kering. Pemanfaatan ruang pertanian lahan kering bertujuan untuk mendukung perekonomian lokal di kawasan sekitarnya dan pengembangan perekonomian wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud. Pengembangan kawasan pertanian lahan kering berdasarkan pada pertimbangan kondisi eksisting berupa kebun campuran, tegalan, padang rumput, ilalang dan semak belukar. Pada lahan kering diutamakan untuk pengembangkan palawija dan holtikultura (sayuran dan buah-buahan). Upaya pengembangan pertanian lahan kering dilakukan dengan usaha pengembangan perluasan pertanian lahan kering dari lahan-lahan yang selama ini belum dimanfaatkan secara maksimum.

Kawasan pertanian tanaman pangan lahan kering sebagaimana dimaksud di wilayah Kabupaten adalah kawasan yang secara teknis dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya tanaman pangan lahan kering/hortikultura, tersebar di seluruh wilayah kecamatan dengan luas keseluruhan ± 13.986,901 hektar.

kawasan pertanian tanaman tahunan / perkebunan merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan pertanian tanaman tahunan / perkebunan dengan jenis komoditi utama berupa aneka buah-buahan dan hasil perkebunan lain yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan pangsa pasar yang baik, yang dikembangkan terutama pada daerah-daerah yang masih kosong sebagai kegiatan sambilan. Pada tanaman areal tahunan ini diutamakan tanaman buah-buahan,perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Agar jenis tanaman ini mempunyai nilai ekonomis tinggi perlu dilakukan upaya penguasaan teknologi pertanian, baik melalui pelatihan, bimbingan atau studi banding.

C. Pengembangan Wilayah/Kawasan Peternakan

Kawasan peternakan merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan peternakan. Kegiatan peternakan yang dikembangkan perlu dilakukan dengan teknologi modern yang higienis, sehingga tidak menimbulkan bau dan limbah yang mengganggu lingkungan, serta pengembangannya tidak dikembangkan sebagai kawasan perumahan. Kegiatan peternakan yang dilakukan oleh masyarakat setempat umumnya berupa peternakan skala kecil. Kegiatan peternakan yang dikembangkan oleh masyarakat masih sedikit jumlahnya dan umumnya dilakukan secara tradisional / tidak menggunakan teknologi maju, sehingga tingkat produksinya masih relatif rendah. Ini dikarenakan masih minimnya fasilitas dan prasarana penunjang kegiatan peternakan yang ada. Untuk itu pengembangan di masa mendatang perlu dilakukan dengan sistem yang lebih higienis, yaitu dengan mewajibkan pengusaha peternakan untuk menyediakan pengolahan limbah buangan untuk di treatment sesuai ambang batas minimum yang dapat ditolerir agar limbah yang dibuang ke perairan tidak mencemari lingkungan sekitarnya. Dengan

ikan dan rumput laut di perairan tersebut. Apabila kewajiban ini tidak dapat dipenuhi oleh pengusaha peternakan tersebut, sebaiknya dikenakan denda setinggi-tingginya atau dihentikan kegiatan usahanya.

D. Pengembangan Wilayah/Kawasan Kelautan dan Perikanan

Kegiatan perikanan di Kabupaten Kepulauan Talaud selama ini didominasi oleh perikanan laut dibandingkan perikanan darat. Aktivitas kegiatan ini mempunyai prospek cukup baik. Secara umum kondisi perairan dan laut hampir sebagian besar berpotensi sebagai kawasan pemanfaatan perikanan tangkap. Berdasarkan potensi yang dimiliki, maka batasan aktivitas yang tidak diperbolehkan di kawasan penangkapan ikan adalah tidak boleh menggunakan cara-cara yang dapat merusak lingkungan (peledakan karang, pukat harimau, dan lain-lain) serta tidak dilakukan pada saat-saat ikan memijah/matang kelamin. Untuk meningkatkan produksi perikanan, maka kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh masyarakat nelayan sebaiknya menggunakan peralatan yang lebih baik, dengan memanfaatkan teknologi maju yang menunjang pengembangan perikanan, dengan jenis ikan yang mempunyai harga jual tinggi. Ikan-ikan tangkapan yang terlalu kecil dapat dibudidayakan dengan menggunakan keramba. Agar tingkat penangkapan ikan yang dilakukan oleh para nelayan dapat mencapai daya jelajah yang cukup jauh dengan produksi tinggi, maka harus didukung peralatan yang memadai, seperti besarnya kapal motor yang digunakan serta pemanfaatan teknologi maju yang menunjang pengembangan usaha perikanan.

Selain kegiatan penangkapan ikan, pengembangan kegiatan perikanan dapat juga dilakukan melalui kegiatan pembudidayaan ikan laut. Usaha budidaya ikan laut yang berkembang saat ini masih relatif rendah tingkat pengelolaan dan produktifitasnya karena masih belum dikuasainya teknologi budidayanya serta adanya kebiasaan penangkapan ikan secara langsung di lautan. Untuk pengembangan kegiatan budidaya perikanan laut di masa mendatang, terutama yang dilakukan oleh masyarakat dapat lebih diarahkan dengan melalui cara pembudidayaan perikanan air laut yang mempunyai nilai jual tinggi. Adapun kawasan pengembangan kegiatan budidaya perikanan diarahkan pengalokasiannya pada kawasan-kawasan yang tidak dilalui jalur pelayaran, perairan sekitar pulau-pulau kecil yang berada di luar jalur pelayaran, di perairan yang belum tercemar atau di perairan yang sesuai untuk perikanan yang merupakan habitat berkembangbiaknya ikan, serta di perairan yang diidentifikasi memiliki potensi pengembangan, yaitu di daerah sekitar pulau-pulau yang memiliki pantai berhutan bakau. Pengembangan kegiatan budidaya perikanan skala besar oleh pihak swasta sebaiknya pihak swasta diharuskan untuk bermitra dengan masyarakat nelayan setempat, terutama dalam hal pengembangan teknologi

Kabupaten Kepulauan Talaud memiliki beberapa potensi yang besar di sektor pertambangan. Di masa mendatang, agar perkembangan kawasan pertambangan ini tidak merusak lingkungan, kegiatan ini perlu diawasi secara ketat perkembangannya dan dibuat aturan yang mengharuskan para investor untuk menguruk bekas galiannya agar tidak meninggalkan lubang-lubang bekas galian yang dapat menimbulkan dampak negatif / kerusakan terhadap lingkungan.

Areal pertambangan adalah area rencana jangka menegah 5 tahunan kegiatan eksplorasi tambang dalam kawasan pertambangan yang disahkan oleh pejabat yang berwewenang. Kewenangan pemerintah daerah (Pasal 4 ayat 2 UU No.11 Tahun 1967 (UU no 4 thn 2009) tentang Ketentuan Pokok Pertambangan) atas bahan galian mencakup atas bahan galian C yang meliputi penguasaan dan pengaturan usaha pertambangannya. Untuk bahan galian strategis golongan A dan golongan B, pengaturan usaha pertambangannya dapat diserahkan kepada`pemerintah daerah provinsi.

Kawasan pertambangan sebagaimana yang dimaksud di wilayah Kabupaten adalah kawasan yang secara teknis-geologis memiliki potensi deposit bahan tambang, atau area kontrak karya pertambangan/kuasa pertambangan/izin pertambangan daerah/tambang rakyat baik yang sudah di lakukan kegiatan pertambangan ataupun belum, yang berada di luar kawasan lindung.

F. Pengembangan Wilayah/Kawasan Pemukiman

Menurut UU RI No.4 tahun 1992, Permukiman adalah merupakan suatu kawasan perumahan dengan luas wilayah dan jumlah penduduk tertentu, yang dilengkapi oleh sistem prasarana, sarana lingkungan, dan tempat kerja terbatas dan dengan penataan ruang yang terencana dan teratur sehingga memungkinkan pelayanan dan pengelolaan yang optimal. Selain itu permukiman dapat didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung kehidupan dan penghidupan. Dalam suatu permukiman, setiap hunian yang ada merupakan bagian yang tidak dapat dilihat sebagai hasil fisik yang selesai melainkan, merupakan proses yang berkembang dan berkaitan dengan proses mobilitas penghuninya dalam kurun waktu tertentu. Pembangunan perumahan dan permukiman merupakan bagian integral dari kehidupan seseorang atau keluarga yang dapat berkembang dan meningkat sesuai kondisi sumber daya serta pandangan atas kebutuhan sesuai persepsinya. Berdasarkan peningkatan jumlah penduduk maka perlu diperkirakan kebutuhan lahan untuk kawasan permukiman. Dengan asumsi satu rumah dihuni 5 jiwa maka jumlah rumah yang dibutuhkan dapat diperkirakan. Dengan asumsi perbandingan ideal yang dibutuhkan dalam suatu pemukiman yaitu 1 : 3 : 6 maka besar kebutuhan fasilitas perumahan dapat diperkirakan untuk :

c. Tipe kecil dengan luas kapling tanah 100 m2.

G. Pengembangan Wilayah/Kawasan Industri

Untuk memperoleh kelayakan ekonomis pemilihan lokasi industri dan pergudangan dilakukan dengan menekan biaya produksi. Hal tersebut ditempuh dengan mengacu pada pertimbangan sumberdaya energi, suplai air, dan transportasi sebagai pertimbangan utama. Kegiatan industri diarahkan pengembangannya dalam bentuk pengembangan sentra-sentra industri kecil dan industri pengelolaan hasil perkebunan di masing-masing perkebunan, serta pengolahan hasil perikanan laut.

Pengembangan peruntukan industri lebih jauh perlu mengacu pada Keppres No. 53 Tahun 1989 dan Keppres Nomor : 33 Tahun 1990, serta SK Menteri Perindustrian nomor : 291/M/SK/10/1989 tentang Tata Cara Perizinan dan Standar Teknis Kawasan Industri dengan didukung oleh studi perencanaan detail kawasan. Di luar kawasan industri tersebut diarahkan untuk kegiatan pendukung.

Kawasan peruntukkan industri sebagaimana dimaksud di wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud adalah kawasan yang diperuntukkan pengembangannya bagi pemusatan kegiatan industri pengolahan hasil pertanian maupun industri manufaktur.

H. Pengembangan Wilayah/Kawasan Pariwisata

Pengembangan pariwisata merupakan rangkaian pemanfaatan potensi secara optimal dan penganeka ragaman kegiatan untuk meningkatkan tingkat perekonomian masyarakat. Pengembangan pariwisata diprioritaskan untuk menarik wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik yang memberikan konstribusi penghasilan terbesar ditingkat propinsi maupun tingkat nasional.

Kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud di wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud adalah kawasan yang memiliki potensi objek dan daya tarik wisata alam, wisata budaya, wisat agro dan wisata lainnya baik yang sudah berkembang maupun yang belum berkembang.

I. Pengembangan Wilayah/Kawasan Pendidikan

Fasilitas pendidikan pada skala kota meliputi ruang atau luas lahan minimum dan lokasi yang dibutuhkan untuk penempatan fasilitas pendidikan di suatu bagian wilayah kota. Fasilitas pendidikan meliputi TK, SD, SUP, SLTA dan PT, yang tersebar di Kelurahan-kelurahan. Prosedur perhitungan kebutuhan luas minimum, dapat mengacu di pedoman yang ada, diantaranya adalah

jenjang TK s/d SLTA dan Taman Bacaan. Kondisi eksisting jumlah sekolah pada tahun 2008, menunjukkan bahwa terdapat kelebihan jumlah TK,SD dan SLTA, namun untuk jumlah SLTA sudah tercukupi. Pada jenjang Sekolah Menengah, sampai tahun 2030 dibutuhkan 108 Sekolah SD, 32 SLTP, dan 31 SLTA, yang tersebar di masing-masing kecamatan sesuai dengan distribusi penduduknya. Kebutuhan fasilitas Pendidikan Tinggi diperhitungkan bagi lulusan SLTA di Kab. Kepl. Talaud maupun untuk melayani kebutuhan pendidikan tinggi bagi penduduk kawasan sekitarnya. Peluang penjurusan yang sesuai bagi Pendidikan Tinggi adalah bidang-bidang ilmu pertanian, industri, teknik, kesehatan/keperawatan, informatika, kehutanan, dan Kelautan. Bidang-bidang tersebut, disesuaikan dengan potensi alam daerah yang memerlukan pengolahan dengan mengandalkan penduduk yang memiliki keahlian yang sesuai. Adanya kegiatan pertanian, industri, pertambangan dan kehutanan dikawasan sekitar Kab. Kepl. Talaud membuka peluang upaya peningkatan keahlian pada bidang-bidang tersebut pada tingkatan pendidikan tinggi.

J. Pengembangan Wilayah/Kawasan Tempat Ibadah

Kawasan peruntukan tempat ibadah sebagaimana dimaksud di wilayah Kabupaten adalah kawasan tempat dilaksanakannya kegiatan peribadatan umat beragama; Sebaran kawasan tempat ibadah sebagaimana yang dimaksud antara lain : tersebar di seluruh Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Talaud.

K. Pengembangan Wilayah/Kawasan Perdagangan dan Jasa

Ruang fasilitas perniagaan meliputi ruang untuk kegiatan perdagangan dan jasa-jasa yang berhubungan dengan perniagaan. Kebutuhan ruang untuk fasilitas pertokoan, pusat perbelanjaan (shoping center), pasar, maupun pusat perkantoran swasta, adalah yang termasuk dalam kelompok ini. Kebutuhan ruang untuk fasilitas tersebut perlu dipertimbangkan untuk dipersiapkan menghadapi kebutuhan sampai 20 tahun kedepan. Kondisi eksiting tahun 2008, di Kab. Kepl. Talaud menunjukkan belum adanya pusat pertokoan dan pusat perbelanjaan, namun terdapat pasar-pasar yang letaknya merata hampir diseluruh kecamatan. Kawasan-kawasan tersebut menjadi pusat tujuan belanja bagi penduduk di wilayah Kecamatan yang tidak memiliki sarana pasar. Menuju pembangunan ruang kota sampai tahun 2030, dibutuhkan penyebaran pusat-pusat pertumbuhan dan perdagangan sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelumnya. Perhitungan kebutuhan jumlah dan luasan mengacu pada standar yang berlaku, yang khususnya berdasarkan acuan jumlah penduduk yang berkembang sampai tahun 2025 dan tersebar di Kecamatan-kecamatan.

Dalam dokumen DOCRPIJM e8dc818a8c BAB IIBAB II (Halaman 28-35)

Dokumen terkait