HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
P- Potensial Tanah
Hasil sidik ragam (Lampiran 10) memperlihatkan bahwa aplikasi pupuk
kandang berpengaruh nyata pada peningkatan P-potensial tanah Inceptisol,
sedangkan aplikasi pupuk SP-36 dan interaksi antara keduanya tidak berpengaruh
nyata pada peningkata P-potensial tanah.
Hasil uji rataan aplikasi SP-36 dan aplikasi pupuk kandang terhadap
Tabel 5. Nilai P-potensial tanah akibat pemberian pupuk SP-36 dan pupuk kandang pada akhir masa vegetatif
Pupuk Kandang Pupuk SP-36 Rataan 0 50 100 150 --- ppm --- Kontrol 205,25 196,26 203,50 229,42 208,61 a Ayam 227,89 269,56 262,63 276,44 259,13 b Sapi 219,63 235,84 251,43 210,45 229,34 a Kambing 214,20 233,36 253,48 239,94 235,25 ab Rataan 216,74 233,76 242,76 239,06
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama
pada setiap efek perlakuan menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%
Pada Tabel 5 diketahui bahwa pengaruh aplikasi pupuk SP-36 cenderung
meningkatkan P-potensial tanah, tetapi efek peningkatan tersebut belum dapat
memperbaiki stastus P-potensial tanah yang masih dikategorikan rendah.
Pada Tabel 5 diketahui bahwa aplikasi pupuk kandang ayam berbeda nyata
dibandingkan dengan perlakuan pupuk kandang sapi dan kambing. Sedangkan
aplikasi pupuk kandang kambing tidak berbeda nyata pada perlakuan pupuk
kandang sapi dan perlakuan kontrol (tanpa pupuk kandang).
Tinggi Tanaman Jagung
Hasil sidik ragam (Lampiran 11) menunjukkan bahwa aplikasi pupuk
SP-36, pupuk kandang serta interkasi keduanya berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman jagung.
Hasil rataan aplikasi SP-36 dan pupuk kandang terhadap tinggi tanaman
Tabel 6. Tinggi tanaman jagung akibat pemberian pupuk SP-36 dan pupuk kandang pada akhir masa vegetatif tanaman
Pupuk Kandang Pupuk SP-36 Rataan 0 50 100 150 --- cm --- Kontrol 34,67 a 65,33 b 78,67 b 93,67 cb 68,09 a Ayam 119,67 c 133,00 d 119,33 c 99,33 c 117,83 b Sapi 75,67 b 107,33 c 75,33 b 99,67 c 89,50 ab Kambing 92,00 b 101,00 c 106,67 c 120, cd 104,92 b Rataan 80,50 a 101,67 b 95,00 ab 103,17 b
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama
pada setiap efek perlakuan menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%
Pada Tabel 6 diketahui bahwa pengaruh aplikasi pupuk SP-36 nyata
meningkatkan tinggi tanaman jagung, tetapi peningkatan yang signifikan hanya
terjadi pada taraf perlakuan 150 kg/ha. Hubungan tinggi tanaman (cm) dengan
perlakuan pupuk SP-36 (kg/ha) dapat dilihat pada Gambar 3 .
Gambar 3. Hubungan antara dosis pupuk SP-36 (kg/ha) dengan tinggi tanaman (g)
Pada Gambar 3 dapat dilihat pada perlakuan kontrol dan pupuk kandang
kambing menunjukkan semakin tinggi dosis pupuk SP-36 yang diberikan dapat
Ŷ = 0,3807x + 39,534 r= 0,958 Ŷ = -0,0033x2+ 0,3506x + 120,7 R² = 0,963 Ŷ = -0,0007x2+ 0,1898x + 81,67 R² = 0,1148 Ŷ = 0,1793x + 91,467 r = 0,974 0 20 40 60 80 100 120 140 0 50 100 150 TINGGI TANAMAN (cm) DOSIS PUPUK SP-36 Kontrol PK. Ayam PK. Sapi PK. Kambing
meningkatkan tinggi tanaman secara linier. Hubungan tersebut memiliki
persamaan Ŷ = 39,534 + 0,3870x dengan nilai r = 0,958 ,Ŷ = + 0,1793x dengan nilai r = 0,974. Sedangkan pada perlakuan pupuk kandang ayam terjadi
peningkatan tinggi tanaman pada dosis 50 kg/ha tetapi mengalami penurunan pada
dosis 100 kg/h dan dosis 150 kg/ha. Sebaliknya pada perlakuan pupuk kandang
sapi mengalami peningkatan pada dosis 50 kg/ha dan mengalami penurunan pada
dosis 100 kg/ha dan mengalami peningkatan pada dosis 150 kg/ha.
Pada Tabel 6 diketahui aplikasi pupuk kandang ayam dan kambing
berbeda nyata meningkatkan tinggi tanaman dibandingkan dengan pupuk kandang
sapi. Sedangkan aplikasi pupuk kandang sapi tidak berbeda nyata dengan
perlakuan kontrol (tanpa pupuk kandang). Aplikasi setiap jenis pupuk kandang
dan pupuk SP-36 yang semakin meningkat dosisnya nyata meningkatkan tinggi
tanaman jagung. Kombinasi perlakuan antara pupuk kandang dan pupuk SP-36
yang terbaik meningkatkan tinggi tanaman jagung adalah perlakuan pupuk
kandang ayam dengan pupuk SP-36 dengan dosis (50 kg/ha) dengan nilai 133 cm.
Kadar P-daun
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 12) terlihat bahwa aplikasi kandang
berpengaruh nyata pada peningkatan nilai P-daun. Sedangkan aplikasi pupuk
SP-36 dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kadar
P-daun.
Hasil rataan aplikasi SP-36 dan aplikasi pupuk kandang terhadap kadar
Tabel 7. Kadar P-daun akibat pemberian pupuk SP-36 dan pupuk kandang pada akhir masa vegetatif tanaman
Pupuk Kandang Pupuk SP-36 Rataan 0 50 100 150 --- % --- Kontrol 0,20 0,30 0,24 0,21 0,24 a Ayam 0,32 0,29 0,30 0,38 0,33 b Sapi 0,28 0,29 0,34 0,32 0,31 a Kambing 0,33 0,34 0,27 0,32 0,32 ab Rataan 0,28 0,31 0,29 0,31
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama
pada setiap efek perlakuan menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%
Pada Tabel 7 diperoleh bahwa pengaruh aplikasi pupuk kandang ayam
berbeda nyata dengan aplikasi pupuk kandang sapi dan kambing. Sedangkan
antara aplikasi pupuk kandang sapi kambing dan kontrol (tanpa pupuk kandang)
tidak berbeda nyata.
Serapan P-Tanaman
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 13) menunjukkan bahwa aplikasi pupuk
SP-36 dan aplikasi pupuk kandang serta interaksi pupuk SP-36 dengan pupuk
kandang berpengaruh nyata terhadap nilai serapan P-tanaman.
Hasil uji rataan aplikasi SP-36 dan aplikasi pupuk kandang terhadap
Tabel 8. Nilai serapan P-tanaman akibat pemberian pupuk SP-36 dan pupuk kandang pada akhir masa vegetatif tanaman
Pupuk Kandang Pupuk SP-36 Rataan 0 50 100 150 --- g/tan --- Kontrol 0,06 a 0,31 a 0,50 a 0,92 a 0,45 a Ayam 2,86 bc 4,99 c 6,17 d 5,90 d 4,84 c Sapi 0,51 a 2,12 b 0,97 ab 1,47 b 1,27 ab Kambing 0,60 a 2,41 b 1,73 bc 4,52 c 2,14 b Rataan 1,01 a 2,03 2,63 bc 3,51 c
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama
pada setiap efek perlakuan menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%
Pada Tabel 8 diketahui bahwa aplikasi pupuk SP-36 berpengaruh nyata
terhadap nilai serapan P-tanaman dimana pada taraf (150 kg/ha) berbeda nyata
dibandingkan dengan taraf 100 kg/ha dan perlakuan kontrol (0 kg/ha). Sedangkan
pada taraf (50 kg/ha) tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol (0 kg /ha).
Hubungan antara nilai serapan P-tanaman (g/tan) dengan perlakuan pupuk
SP-36 (kg/ha) dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Hubungan antara dosis pupuk SP-36 (kg/ha) dengan nilai serapan P-tanaman (g/tan) Ŷ = 0,0055x + 0,032 r = 0,9711 Ŷ= -0,0001x2+ 0,0521x + 2,569 R² = 0,8882 Ŷ = -0,0001x2+ 0,0201x + 0,7305 R² = 0,32 Ŷ = 0,0236x + 0,373 r = 0,8271 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 0 50 100 150 SERAPAN P-TANAMA N (g/tan)
DOSIS PUPUK SP-36 (kg/ha)
Kontrol
PK. Ayam PK. Sapi PK. Kambing
Pada Gambar 4 dapat dilihat pada perlakuan kontrol dan pupuk kandang
kambing menunjukkan semakin tinggi dosis pupuk SP-36 yang diberikan maka
semakin meningkatkan serapan P-tanaman secara linier. Hubungan tersebut
memiliki persamaan Ŷ = 0,032 + 0,0055x dengan nilai r = 0,971 dan Ŷ = 0,827 + 0,0236x dengan nilai r = 0,971. Sedangkan pada perlakuan pupuk
kandang ayam mengalami penurunan nilai serapan P-tanaman dan mengalami
peningkatan seiring penambahan dosis pupuk SP-36, sebaliknya pada perlakuan
pupuk kandang sapi mengalami peningkatan serapan P-tanaman pada dosis
50 kg/ha dan mengalami penurunan seiring penambahan dosis pupuk SP-36.
Pada Tabel 8 diketahui bahwa aplikasi pupuk kandang nyata
meningkatkan serapan P-tanaman, tetapi peningkatan yang signifikan hanya
terjadi pada perlakuan pupuk kandang ayam. Interaksi antara pupuk SP-36 dan
pupuk kandang nyata meningkatkan serapan P-tanaman dengan nilai tertinggi
6,17 g/tan pada kombinasi perlakuan 100 kg/ha pupuk SP-36 dan pupuk kandang
ayam.
Berat Kering Tajuk Tanaman
Dari hasil sidik ragam terlihat (Lampiran 14) bahwa aplikasi pupuk SP-36
dan aplikasi pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap berat kering tajuk
tanaman serta interaksi pupuk SP-36 dengan pupuk kandang berpengaruh nyata
terhadap berat kering tajuk tanaman.
Hasil rataan aplikasi SP-36 dan aplikasi pupuk kandang terhadap berat
Tabel 9. Berat kering tajuk tanaman akibat pemberian pupuk SP-36 dan pupuk kandang pada akhir masa vegetatif tanaman
Pupuk Kandang Pupuk SP-36 Rataan 0 50 100 150 --- g --- Kontrol 0,36 a 1,01 a 3,16 a 5,33 b 2,47 a Ayam 9,09 c 16,77 d 19,97 e 14,97 d 15,20 c Sapi 1,82 a 7,07 bc 3,22 ab 5,38 b 4,37 ab Kambing 18,00 a 6,79 b 6,49 b 14,15 d 11,36 b Rataan 7,32 a 7,91 b 8,21 b 9,96 b
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama
pada setiap efek perlakuan menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%
Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 9 diketahui bahwa pengaruh aplikasi
pupuk SP-36 berpengaruh nyata terhadap berat kering tajuk tanaman dimana pada
taraf (150 kg/ha) yaitu (7,32 g) berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan
kontrol (0 kg/ha). Sedangkan pada taraf (50kg/ha), (100 kg/ha) dan (150 kg/ha)
tidak berbeda nyata pada peningkatan berat kering tajuk tanaman. Hubungan
antara berat kering tajuk tanaman (g) dengan perlakuan pupuk SP-36 dapat dilihat
pada Gambar 5.
Gambar 5. Hubungan antara dosis pupuk SP-36 (kg/ha) dengan berat kering tajuk tanaman (g)
Pada Gambar 5 dapat dilihat pada perlakuan kontrol menunjukkan
semakin tinggi dosis pupuk SP-36 yang diberikan maka semakin meningkat berat
kering tajuk tanaman secara linier. Hubungan tersebut memiliki persamaan
Ŷ = 0,094 + 0,0341x dengan nilai r = 0,954. Sedangkan pada perlakuan pupuk kandang ayam sapi dan kambing mengalami peningkatan dan penurunan berat
kering tajuk tanaman secara kuadratik.
Pada Tabel 9 diketahui bahwa pengaruh aplikasi pupuk kandang
berpengaruh nyata terhadap berat kering tajuk tanaman dimana pada aplikasi
pupuk kandang ayam berbeda nyata dibandingkan dengan pupuk kandang sapi
dan kambing. Dan aplikasi pupuk kandang sapi dan kambing tidak berbeda nyata
dalam peningkatan berat kering tajuk tanaman. Interaksi antara pupuk SP-36
dengan pupuk kandang yang terbaik meningkatkan berat kering tajuk tanaman
adalah kombinasi perlakuan pupuk kandang ayam dengan pupuk SP-36 dengan
taraf 100 kg/h (16,77 g). Sedangkan yang terendah adalah perlakuan kontrol
(0,36 g).
Berat Kering Akar Tanaman
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 15) terlihat bahwa aplikasi pupuk SP-36
dan aplikasi pupuk kandang serta interaksi pupuk SP-36 dengan pupuk kandang
tberpengaruh nyata terhadap berat kering akar tanaman jagung.
Hasil uji beda rataan aplikasi SP-36 dan aplikasi pupuk kandang terhadap
Tabel 10. Berat kering akar tanaman akibat pemberian pupuk SP-36 dan pupuk kandang pada akhir masa vegetatif tanaman
Pupuk Kandang Pupuk SP-36 Rataan 0 50 100 150 --- g --- Kontrol 0,13 a 0,13 a 0,76 ab 0,57 a 0,40 a Ayam 1,48 b 1,57 b 2,22 c 2,44 c 1,93 b Sapi 0,27 a 0,96 b 0,44 a 0,54 a 0,55 ab Kambing 1,44 b 1,50 b 1,38 b 2,78 c 1,78 b Rataan 0,60 a 1,04 b 1,20 ab 1,58 b
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama
pada setiap efek perlakuan menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%
Pada Tabel 10 diketahui bahwa pengaruh aplikasi pupuk SP-36
berpengaruh nyata terhadap beratt kering akar tanaman dimana pada taraf
(150 kg/ha) yaitu (0,71 g) dan pada taraf 100 kg/ha berbeda nyata dibandingkan
dengan perlakuan kontrol. Sedangkan taraf 50 kg/ha, 100 kg/ha dan 150 kg/ha
tidak berbeda nyata. Hubungan antara nilai berat kering akar tanaman (g) dengan
perlakuan pupuk SP-36 (kg/ha) dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Hubungan antara dosis pupuk SP-36 (kg/ha) dengan berat kering akar tanaman (g) Ŷ = -2E-05x2+ 0,0068x + 0,0575 r = 0,6545 Ŷ = 0,0071x + 1,398 R² = 0,9213 Ŷ = -6E-05x2+ 0,0094x + 0,3615 R² = 0,3527 Ŷ = 0,0001x2- 0,0123x + 1,525 R² = 0,8933 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 0 50 100 150 BERAT KERING AKAR (g) DOSIS PUPUK SP-36 Kontrol PK. Ayam PK. Sapi PK. Kambing
Pada Gambar 6 dapat dilihat pada perlakuan kontrol dan perlakuan pupuk
kandang kambing serta pupuk kandang sapi menunjukkan semakin tinggi pupuk
SP-36 yang diberikan maka memberikan peningkatan berat kering akar tanaman
secara kuadratik. Sebaliknya pada perlakuan pupuk kandang ayam menunjukkan
semakin tinggi pupuk SP-36 yang diberikan maka memberikan peningkatan berat
kering akar tanaman secara linier.
Pada Tabel 10 diketahui bahwa pengaruh aplikasi pupuk kandang
berpengaruh nyata terhadap berat kering akar tanaman, tetapi tidak ada perbedaan
peningkatan berat kering akar tanaman diantara efek aplikasi pupuk kandang
ayam, sapi dan kambing. Interaksi antara pupuk SP-36 dan pupuk kandang nyata
dalam meningkatkan berart kering akar tanaman dengan nilai tertinggi 2,44 g pada
kombinasi perlakuan 150 kg/ha pupuk SP-36 dan pupuk kandang ayam.
Pembahasan
Pengaruh Pupuk Kandang
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ketiga jenis pupuk kandang yang
diaplikasikan ke tanah Inceptisol berpengaruh nyata dalam meningkatkan nilai
C-organik tanah, P-tersedia tanah dan P-potensial tanah. Sedangkan pada pH
tanah dan Al-dd tanah aplikasi pupuk kandang tidak memberikan pengaruh yang
nyata.
Dari analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam,
sapi dan kambing tidak berpengaruh nyata meningkatkan pH tanah tetapi
cenderung meningkatkan nilai pH tanah. Hal ini dapat dilihat dari ketiganya
meningkatkan pH tanah, tetapi peningkatan tersebut belum dapat memperbaiki
penelitian tanah (2005). Peningkatan pH tanah terjadi disebabkan oleh pupuk
kandang yang memberikan bahan organik kedalam tanah sehingga pH di tanah
Inceptisol meningkat walaupun tidak sampai kriteria yang optimal.
Dan pada parameter Al-dd tanah juga mengalami hal yang sama dengan
pH tanah yaitu pupuk kandang yang diaplikasikan tidak berpengaruh nyata
terhadap nilai Al-dd tanah tetapi mengalami peningkatan dibandingkan dengan
perlakuan kontrol. jika dilihat dari hasil penelitian terjadi peningkatan sedikit nilai
Al-dd, hal itu berarti asam- asam organik yang disumbangkan oleh pupuk
kandang hanya sedikit yang dapat mengikat Al dilarutan tanah akibatnya kadar
aluminium di tanah Inceptisol tetap dalam kategori yang tinggi, hal ini sesuai
dengan literatur Damanik, dkk (2010) yang menyatakan bahwa pengaruh bahan
organik terhadap ketersediaan hara fosfat di dalam tanah melalui hasil
pelapukannya yaitu asam-asam organik yang dapat mengikat logam-logam seperti
Al, Fe dan Ca dari dalam larutan tanah, kemudian membentuk senyawa komplek
yang bersifat sukar larut. Dan juga hal tersebut diduga oleh adanya proses
hidrolisis Aluminium didalam tanah. Dari hasil penelitian pH tanah yang tertinggi
yaitu 4,92 yang berarti pada pH tersebut terdapat bentuk Al yang dominan yaitu
Al (OH)+2 yang jika pada hidrolisis Aluminium akan menghasilkan H+ yang dapat
mengasamkan tanah. Hal ini sejalan dengan literatur Mukhlis, dkk (2011) yang
menyatakan bahwa pada pH di bawah 4,7 Al3+ paling dominan dan pada pH
4,7-6,5 bentuk Al (OH)+2 yang paling dominan dan jika mengalami hidrolisis akan
menghasilkan ion H+ yang dapat mengasamkan tanah.
Dari hasil penelitian dapat diperoleh bahwa aplikasi pupuk kandang ayam,
tanah Inceptisol. Seperti terlihat pada hasil sidik ragam dimana nilai C-organik
tertinggi terdapat pada aplikasi pupuk kandang sapi diikuti pupuk kandang ayam
dan yang terendah pada pupuk kandang kambing. Peningkatan kadar C-organik
pada tanah Inceptisol disebabkan karena pupuk kandang ayam, sapi dan kambing
merupakan hasil dari pelapukan bahan organik sehingga memiliki kadar
C-organik yang tinggi, kandungan C-organik masing masing pupuk kandang
dapat dilihat di Lampiran 3. Hal ini sejalan dengan literatur Syekhfani (2000)
yang menyatakan bahwa pupuk kandang adalah pupuk organik yang berasal dari
kotoran ternak yang mengandung unsur hara makro dan mikro dan mampu
memperbaiki sifat fisik, kimi dan biologi tanah. Hal ini juga didukung oleh
penelitian Indrasari dan Syukur (2006) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk
kandang dengan dosis 10 ton/ha dan 30 ton /ha mampu meningkatkan jumlah
bahan organik didalam tanah.
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang
ayam memberikan pengaruh pada peningkatan P-tersedia tanah. Dari ketiga jenis
pupuk kandang yang diaplikasikan tersebut, pupuk kandang ayam memberikan
nilai peningkatan tertinggi dibandingkan dengan keduanya. Hal ini dikarenakan
pupuk kandang ayam jika diberikan kedalam tanah lebih cepat terurai
dibandingkan dengan pupuk kandang sapi dan kambing. Hal ini sejalan dengan
literatur Damanik (2010) yang menyatakan bahwa tiap ton pupuk kandang ayam
mengandung 65,8 kg N, 13,7 kg P dan 12,8 kg K, dengan demikian pupuk
kandang ayam lebih baik digunakan dari pada kotoran hewan lain jika digunakan
dalam jumlah yang sama. Hal ini juga didukung oleh Penelitian
berpengaruh nyata terhadap peningkatan P-tersedia tanah karena pupuk kandang
ayam mengandung unsur P yang dapat disumbangkan kedalam tanah jika
mengalami dekomposisi, serta hasil dekomposisinya yang menyebabkan P
menjadi lebih tersedia.
Hal yang sama juga terjadi pada P-potensial tanah karena hasil analisis
ragam menunjukkan pemberian pupuk kandang memberikan pengaruh pada
peningkatan P-potensial di dalam tanah. Tidak hanya pada P-tersedia tanah, pupuk
kandang ayam juga memberikan peningkatan tertiinggi dibandingkan dengan
pupuk kandang sapi dan kambing. Tetapi jika dilihat dari unsur hara P yang
dikandung dari ketiganya, pupuk kandang sapi lebih banyak mengandung unsur P
dibandingkan dengan pupuk kandang ayam dan kambing. Pupuk kandang sapi
mengandung 27,35 ppm sedangkan pupuk kandang ayam mengandung 14,64
lebih rendah dibandingkan kambing yang mengandung 18,25 ppm P, tapi tetap
saja pupuk kandang ayam memberikan peningkatan lebih tinggi P-total tanah
dibandingkan keduanya. Hal ini dikarenakan pupuk kandang ayam lebih cepat
terdekomposisi didalam tanah dibandingkan pupuk kandang sapi dan kambing.
Sedangkan pupuk kandang sapi lambat melepasakan unsur hara, hal tersebut
didukung oleh literatur Damanik (2010) yang menyatakan bahwa pupuk kandang
sapi termasuk pupuk dingin karena perubahan yang ditimbulkan oleh jasad renik
berlangsung perlahan dan tidak banyak menghasilkan panas oleh karena itu unsur
hara dilepaskan secara berangsur angsur dan menyebabkan kerjanya menjadi
lambat. Hal tersebut juga disebabkan oleh kotoran sapi yang banyak mengandung
air dan lendir yang membentuk kerak apabila terkena udara, akibatnya udara dan
dapat bertahan lama dalam bentuk gumpalan di dalam tanah. Itulah sebabnya
pupuk kandang ayam memberikan peningkatan P-total tanah dibandingkan pupuk
kandang sapi dan kambing. Hal ini juga didukung oleh penelitian
Dikinya and Mufwanzala (2010) yang menyatakan pupuk kandang ayam mampu
memberikan pengaruh yang baik dalam meningkatkan kesuburan tanah dan
produktivitas tanah dibandingkan pupuk kandang lain.
Peningkatan P-tersedia tanah dan P-potensial tanah sejalan dengan
peningkatan C-organik tanah, pH tanah dan Al-dd tanah yang diaplikasikan pupuk
kandang ayam, sapi dan kambing. Hal tersebut diduga karena semakin banyak
bahan organik didalam tanah maka semakin banyak pula Aluminium dilarutan
tanah yang diikat oleh asam-asam organik yang mengakibatkan unsur hara P yang
mulanya diikat oleh unsur Al terlepas sehingga P-tersedia didalam tanah semakin
meningkat. Hal ini juga sejalan dengan literatur Winarso (2005) yang menyatakan
bahwa ketersediaan unsur hara P didalam tanah dipengaruhi oleh fiksasi Al dan Fe
serta banyaknya bahan organik didalam tanah.
Dari analisis keragaman menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang
ayam, sapi dan kambing berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, beratt kering
akar, beratt kering tajuk dan Serapan P tanaman. Hal tersebut dikarenakan pupuk
kandang mengandung unsur hara makro dan mikro yang dibututhkan tanaman,
dan juga pupuk kandang mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Hal ini sejalan dengan literatur Syekhfani (2000) yang menyatakan bahwa pupuk
kandang memiliki sifat yang alami dan tidak merusak tanah, menyediakan unsur
hara makro dan mikro, selain itu pupuk kandang juga berfungsi untuk
tukar kation dan memperbaiki struktur tanah dan juga hal ini didukung oleh
penelitian Kartikawati dkk (2011) yang menyatakan bahwa aplikasi pupuk
kandang dengan dosis 20 ton/ ha mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman
jagung.
Aplikasi pupuk kandang ayam, sapi dan kambing pada peubah amatan
tinggi tanaman, berat kering akar, berat kering tajuk dan Serapan P-tanaman
memang berpengaruh nyata, tetapi dari ketiga jenis pupuk kandang tidak berbeda
nyata terhadap peningkatan parameter tersebut. Hal ini diduga karena kandungan
unsur hara pupuk kandang ayam, sapi dan kambing tidak jauh berbeda, hanya saja
lama terurainya menyebabkan nilai yang dihasilkan berbeda. Hal ini didukung
oleh penelitian Hartoyo (2008) yang menyatakan bahwa pada pupuk kandang
disamping mengandung unsur hara makro meskipun terbatas juga mengandung
unsur hara mikro dan juga unsur pemacu petumbuhan yang mempengaruhi
pertumbuhan vegetatif seperti tinggi tanaman. Tetapi antar macam pupuk kandang
tidak beda nyata atau sama. Hal ini disebabkan karena kandungan hara pada
masing-masing pupuk kandang selisihnya tidak mencolok sekali atau beda sedikit
sehingga kurang menghasilkan perbedaan tinggi tanaman.
Pengaruh Pupuk SP-36
Dari analisis keragaman menunjukkan bahwa aplikasi pupuk SP-36 tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan pH tanah dan Aldd tanah.
Penyebab utama pengaruh tidak nyata pemberian SP-36 terhadap pH tanah
disebabkan karena pupuk SP-36 bersifat netral sehingga pengaruhnya tidak nyata
dalam meningkatkan atau menurunkan pH tanah. Hal ini sesuai dengan
merupakan jenis pupuk yang larut di dalam air dan reaksinya di dalam tanah
adalah netral. Hal yang sama juga terjadi pada parameter P-total tanah yang tidak
berpengaruh nyata setelah diaplikasikan pupuk SP-36.
Pada pH tanah aplikasi pupuk SP-36 dengan dosis 50 kg/ha memberikan
nilai tertinggi diibandingkan dengan dosis 100 kg/ha dan 150 kg/ha. Hal tersebut
berbanding lurus dengan sama Al-dd tanah yang nilai tertinggi pada dosis
50 kg/ha dan mengalami penurunan pada dosis 100 kg/ha dan 150 kg/ha. Hal ini
diduga karena tanah Inceptisol merupakan tanah yang masam dan mempunyai
nilai kapasitas tukar kation yang tinggi sehiingga pH tanah akan sulit dinaikkan
jika tidak tepat pengolahan dan pemberian pupuk yang digunakan.
Dari analisis kergaman menunjukkan bahwa aplikasi pupuk SP-36
membrikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatakan P-tersedia tanah dan
C-organik. Dari kedua paremeter tersebut diperoleh peningkatan terjadi akibat
penambahan pupuk SP-36 yang diaplikasikan. Semakin banyak dosis yang
diberikan maka semakin meningkat nilai P-tersedia dan C-organik tanah. Hal ini
dikarenakan pupuk SP-36 dilihat dari bentuknya berbentuk butiran halus, jika
pupuk yang berbentuk halus akan semakin mudah larut dan membentuk H2PO4
sehingga cepat tersedia oleh tanaman. Hal ini didukung oleh literatur Damanik,
dkk (2010) yang menyatakan bahwa efektivitas pupuk fosfat yang diberikan
kedalam tanah dipengaruh oleh dua faktor yakni ukuran butiran pupuk yang jika
semakin halus maka efektivitasnya semakin tinggi, artinya pupuk yang diberikan
akan cepat larut dan membentuk H2PO4 di dalam larutan sehingga dapat
Dari analisis keragaman menunjukkan bahwa aplikasi pupuk SP-36