• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potret Penempatan Dana Perbankan Syariah di Indonesia

BAB V: ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Potret Penempatan Dana Perbankan Syariah di Indonesia

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata „bank’ memiliki arti badan usaha di bidang keuangan yang menarik dan mengeluarkan uang dalam masyarakat, terutama memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.1 Secara etimologi, kata bank berasal dari bahasa Latin banco merujuk pada meja, counter atau tempat penukaran uang (money changer).2 Dengan demikian, fungsi dasar bank adalah menyediakan tempat untuk menitipkan uang dengan aman dan menyediakan alat pembayaran untuk membeli barang dan jasa.3 Secara terminologi, bank memiliki pengertian lembaga yang mendapat izin untuk mengerakan dana masyarakat berupa simpanan dan menyalurkan dana kepada masyarakat berupa pinjaman sehingga berfungsi sebagai sarana perantara bagi penabung (depositor, saver, dan investor) yang mengalami surplus dana dengan

peminjam (borrower) yang mengalami defisit dana dalam membiayai usaha yang

dilakukannya. Atau dapat dikatakan bank merupakan lembaga perantara

1

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed.3, cet.IV (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h.103.

2

Rimsky K. Judissen, Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), h.92-93.

3

(Intermediary Institution) yang berfungsi menghimpun dana dari masyarakat (surplus

unit) dan menyalurkan dana kepada masyarakat (deficit unit).4

Menurut pasal 1 point 2 UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, bank didefinisikan sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Di lain pihak, menurut UU No. 21 tahun 2008, Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.5

Dalam perkembangannya, pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Bila pada periode tahun 1992-1998 hanya ada satu unit Bank Syariah yaitu Bank Muamalat Indonesia, maka pada Desember 2010 telah berdiri 11 Bank Umum Syariah, 23 Unit Usaha Syariah (UUS) dan 150 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia.6 Bank Umum Syariah yang telah berdiri diantaranya:

1. Bank Syariah Muamalat Indonesia 2. Bank Syariah Mandiri

3. Bank Syariah Mega Indonesia 4. Bank Syariah BRI

4

H.M. Amin Aziz, Mengembangkan Bank Islam di Indonesia, cet.II, (Jakarta: Penerbit Bangkit, 1992), h.1.

5

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

6

Statistik Perbankan Syariah Desember 2010 dari http://www.bi.go.id/web/id/statistik/Statistik+Perbankan+Syariah/sps_1308.htm, diakses pada 12 Februari 2011.

5. Bank Syariah Bukopin 6. Bank Panin Syariah 7. Bank Victoria Syariah 8. BCA Syariah

9. Bank Jabar dan Banten 10.Bank Syariah BNI

11.Maybank Indonesia Syariah

Adapun produk-produk yang dimiliki oleh perbankan syariah diantaranya:7

1. Produk penyaluran dana 2. Produk penghimpunan dana

3. Produk yang berkaitan dengan jasa yang diberikan kepada nasabahnya.

Penghimpunan dana di bank syariah dapat berbentuk giro, tabungan, dan deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip Wadiah dan Mudharabah.

Sedangkan produk penyalurannya, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi dalam tiga kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya yaitu:

1. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli.

7

2. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa yang dilakukan dengan prinsip sewa.

3. Transaksi pembiayaan untuk kerjasama yang ditujukan guna untuk mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil.

Dalam katagori pertama dan kedua, tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harta atas barang atau jasa yang dijual. Produk yang termasuk dalam kelompok ini adalah produk yang menggunakan prinsip jual-beli seperti; Mudharabah, Salam, dan Istishna serta produk yang menggunakan

prinsip sewa yaitu Ijarah. Pada katagori ketiga, tingkat keuntungan bank

ditentukan dari besarnya keuntungan usaha sesuai dengan prinsip bagi hasil. Pada produk bagi hasil keuntungan ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang disepakati dimuka. Produk perbankan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah

Musyarakah dan Mudharabah.

Selain produk-produk penyaluran dana tersebut diatas yang merupakan porsi penyaluran dana perbankan terbesar, bank syariah dalam menjaga likuiditasnya juga menempatkan dana pada instrument investasi. Instrument ini berfungsi menjaga agar dana perbankan tetap liquid. Instrumen penempatan dana tersebut misalnya saham, sukuk, dan penempatan pada instrument moneter syariah berupa SBIS dan pemanfaatan PUAS.

Sedangkan pada perbankan konvensional, jenis instrumen penempatan dana lainnya berupa saham, obligasi, instrument derevatif dan penempatan pada

instrument moneter berupa SBI dan pemanfaatan PUAB. Instrument moneter berupa SBI dimanfaatkan oleh bank sebagai alat investasi yang aman dan menguntungkan. Bahkan pada saat krisis 1998 suku bunga SBI pernah mencapai lebih dari 70% pada Agustus 1998 dan menyebabkan jumlah penempatan dana yang dilakukan bank-bank pada SBI meningkat tajam. Peningkatan tersebut mengakibatkan peningkatan beban negara terhadap SBI ini melonjak sangat tinggi. Tidak hanya itu, bank-bank yang dinyatakan sehat pada krisis 1998 sebenarnya dapat bertahan ditengah krisis merupakan hasil dari keuntungan yang diperoleh dari transaksi pinjam-meminjam dana di PUAB (Pasar Uang AntarBank) dengan suku bunga overnight yang tinggi. Bahkan suku bunga Pasar

Uang Antar Bank (PUAB) pernah mencapai 300% per tahun.8 Tingginya suku bunga PUAB ini dikarenakan banyak bank yang mengalami kesulitan likuiditas yang sangat parah yang disusul dengan kelangkaan likuiditas serta distrust antar

bank. Keadaaan ini mengakibatkan bank-bank lebih memilih menahan likuiditasnya. Jika pun ada bank yang meminjamkan dana pada bank lain, bunga yang dimintapun sangat besar.

Pada krisis keuangan global 2008, perbankan konvensional juga melakukan aksi menampatkan dana pada SBI. Penempatan dana perbankan pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI) mulai terlihat meningkat sejak Agustus 2008 dan terus bertambah banyak sejak krisis keuangan melanda Amerika yang kemudian

8 “Sejarah Bank Indonesia: Perbankan Periode 1997-1998” diakses pada tanggal 20

Agustus 2011 dari http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/A6011CBA-1B4E-49B1-9DDC-CB01AB6C60D0/19387/SejarahPerbankanPeriode19971999.pdf

menyebar ke seluruh dunia. Pada April 2009, sebanyak Rp 216,5 triliun dana perbankan ditempatkan di SBI, berlipat 2,5 kali dari posisi enam bulan sebelumnya yaitu Rp 84,5 triliun.9 Sedangkan suku bunga Pasar Uang Antarbank (PUAB) pada krisis keuangan global 2008 tidak setinggi krisis moneter 1998. Suku bunga PUAB tahun 2008 berkisar antara 10-12%.10

Sedangkan pada perbankan syariah, instrument SBIS dan PUAS belum dapat digunakan pada krisis 1998 karena instrument tersebut belum terbit pada saat itu. Dan analisis mengenai penempatan dana perbankan syariah pada instrument SBIS dan PUAS pada saat krisis keuangan global 2008 akan dijelaskan dibawah ini.

B. Analisis Deskriptif terhadap Penempatan Dana Perbankan Syariah di Indonesia

1. Penempatan Dana pada Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

Berikut ini adalah data penempatan dana pada Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Data volume transaksi SBIS ini diasumsikan merupakan efek

cash flow hasil penambahan volume transaksi dari bulan sebelumnya. Efek cash

flow adalah kondisi dimana jumlah volume terakhir merupakan jumlah volume

hari ini ditambah dengan volume transkasi hari ini. Untuk menghilangkan efek

cash flow maka dilakukan pengurangan volume transaksi suatu bulan dengan

9

Muhammad Diponogoro, “Saat Krisis Bankir Kecanduan SBI” diakses pada tanggal 20

Agustus dari http://m.inilah.com/read/detail/102561/saat-krisis-bankir-kecanduan-sbi

10

Inggried Dwi Wedhaswary, “Berulang Kali, Boediono Samakan Situasi Krisis 2008 san

1997" diakses pada tanggal 20 Agustus dari http://nasional.kompas.com/read/2009/12/22/14523564/ Berulangkali..Boediono.Samakan.Situasi.Krisis.2008.dan.1997

volume transaksi bulan sebelumnya untuk mengetahui posisi volume riil bulan tersebut.

Tabel di bawah ini menunjukan volume transaksi SBIS dan hasil pergerakan penempatan dana riil yang ditempatkan pada SBIS. Di mana PDSBIS merupakan Penempatan Dana volume SBIS rill pada bulan bersangkutan setelah dilakukan pengurangan terhadap volume transaksi bulan sebelumnya. Data Desember 2006 penulis gunakan hanya sebagai pengurang untuk mendapatkan volume riil bulan Januari 2007 .

Tabel 5.1 Volume Transaksi SBIS dan Volume Riil SBIS Perbankan Syariah Indonesia Menuju hingga Saat Krisis Keuangan Global 2008

No Bulan Volume SBIS (dalam milyar rupiah) PDSBIS

1 Dec-06 2357 0 2 Jan-07 2663.4 306.4 3 Feb-07 3001.5 338.1 4 Mar-07 3325.45 323.95 5 Apr-07 3165.55 -159.9 6 May-07 2801 -364.55 7 Jun-07 2036 -765 8 Jul-07 1555 -481 9 Aug-07 982.7 -572.3 10 Sep-07 1310.9 328.2 11 Oct-07 1761.1 450.2 12 Nov-07 1643.6 -117.5 13 Dec-07 2599 955.4 14 Jan-08 3189 590 15 Feb-08 3717 528 16 Mar-08 2135 -1582 17 Apr-08 2829 694 18 May-08 2110 -719 19 Jun-08 2042 -68 20 Jul-08 1175 -867 21 Aug-08 438 -737 22 Sep-08 413 -25 23 Oct-08 453 40 24 Nov-08 1063 610

25 Dec-08 2824 1761 26 Jan-09 3488 664 27 Feb-09 3192 -296 28 Mar-09 2704 -488 29 Apr-09 2058 -646 30 May-09 2539 481 31 Jun-09 1819 -720 32 Jul-09 1253 -566 33 Aug-09 2321 1068 34 Sep-09 2635 314 35 Oct-09 2835 200 36 Nov-09 2142 -693 37 Dec-09 3076 934 38 Jan-10 3373 297 39 Feb-10 2972 -401 40 Mar-10 2425 -547 41 Apr-10 3027 602

Tabel 5.2 Case Processing Summary Volume SBIS Menuju hingga Saat Krisis Keuangan Global 2008

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

SBIS_menuju_krisis 20 100.0% 0 .0% 20 100.0%

SBIS_saat_krisis 20 100.0% 0 .0% 20 100.0%

Jumlah data (N) penempatan dana Perbankan Syariah Indonesia pada SBIS ketika menuju hingga saat terjadinya krisis keuangan global 2008 yaitu masing-masing sebanyak 20 data dan tidak ada kasus yang hilang (missing value).

Tabel 5.3

Deskriptif Volume SBIS Menuju hingga Saat Krisis Keuangan Global 2008

Descriptives

Statistic Std. Error

SBIS_menuju_krisis Mean -95.9500 1.45966E2

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound -4.0146E2

Upper Bound 2.0956E2

5% Trimmed Mean -71.8000 Median -92.7500 Variance 4.261E5 Std. Deviation 6.52778E2 Minimum -1582.00 Maximum 955.40 Range 2537.40 Interquartile Range 1104.50 Skewness -.431 .512 Kurtosis -.346 .992

SBIS_saat_krisis Mean 1.2945E2 1.53356E2

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound -1.9153E2

Upper Bound 4.5043E2

5% Trimmed Mean 86.0000 Median 1.2000E2 Variance 4.704E5 Std. Deviation 6.85828E2 Minimum -720.00 Maximum 1761.00 Range 2481.00 Interquartile Range 1140.25 Skewness .610 .512 Kurtosis -.103 .992

Rata-rata (mean) penempatan dana pada SBIS menuju krisis keuangan

Standar deviasi ini termasuk tinggi karena melebihi rata-rata. Artinya bahwa pada Januari 2007 hingga Agustus 2008 terjadi penurunan penempatan dana pada SBIS rata-rata sebanyak 95.9500 milyar rupiah. Rentang juga tinggi yaitu 2537.40 dengan posisi penempatan dana SBIS terendah sebanyak -1582.00 dan tertinggi 955.40. Artinya, Perbankan Syariah ketika melakukan penempatan dana SBIS pada Januari 2007 hingga Agustus 2008 dengan volume tertinggi sebesar 955.40 miliar. Penempatan dana SBIS juga pernah mengalami penurunan hingga 1582.00 miliar.

Sedangkan rata-rata penempatan dana SBIS saat krisis keuangan global 2008 adalah 1.2945E2 (baca: 129.45) dengan standar deviasi 6.85828E2 (baca: 685.828). Standar deviasi ini termasuk tinggi karena melebihi rata-rata. Artinya bahwa pada rata-rata penempatan dana pada SBIS September 2008 hingga April 2010 adalah sebanyak 129.45milyar rupiah. Rentang juga tinggi yaitu sebesar 2481.00 dengan posisi penempatan dana SBIS terendah -720.00 dan tertinggi 1761.00. Artinya, Perbankan Syariah melakukan penempatan dana SBIS pada September 2008 hingga April 2010 dengan volume tertinggi sebesar 1761.00 miliar. Penempatan dana SBIS juga pernah mengalami penurunan hingga 720.00 miliar.

5% trimmed mean atau rata-rata yang dihitung dengan membuang 5%

skor tertinggi dan terendah pada penempatan dana SBIS menuju krisis adalah sebesar -71.8000 dan saat krisis sebesar 86.0000.

Median penempatan dana SBIS menuju krisis sebesar -92.7500 atau lebih tinggi dari rata-rata, hal tersebut menunjukan bahwa lebih dari 50% penempatan dana SBIS menuju krisis berada dibawah nilai median dan kurang dari 50% diatasnya. Artinya data pada Januari 2007 hingga Agustus 2008 paling banyak berada pada posisi penurunan penempatan dari 92.7500 miliar. Sedangkan median penempatan dana SBIS saat krisis sebesar 1.2000E2 (baca: 120.00) atau lebih kecil dari rata-rata, ini menunjukan bahwa lebih dari 50% penempatan dana SBIS saat krisis berada diatas nilai median dan kurang dari 50% dibawahnya. Artinya data rata-rata penempatan dana SBIS pada September 2008 hingga April 2010 paling banyak berada pada posisi 120 miliar hingga 1761 miliar

2. Penempatan Dana pada Pasar Uang AntarBank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS)

Berikut ini adalah data penempatan dana pada Pasar Uang AntarBank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS). Data volume transaksi PUAS ini diasumsikan merupakan efek cash flow hasil penambahan volume transaksi dari

bulan sebelumnya. Efek cash flow adalah kondisi dimana jumlah volume terakhir

merupakan jumlah volume hari ini ditambah dengan volume transkasi hari ini. Untuk menghilangkan efek cash flow maka dilakukan pengurangan volume

transaksi suatu bulan dengan volume transaksi bulan sebelumnya untuk mengetahui posisi volume riil bulan tersebut.

Tabel di bawah ini menunjukan volume transaksi PUAS dan hasil pergerakan penempatan dana riil yang ditempatkan pada PUAS. Di mana PDPUAS merupakan Penempatan Dana PUAS pada bulan bersangkutan setelah dilakukan pengurangan terhadap volume transaksi bulan sebelumnya. Data Desember 2006 penulis gunakan hanya sebagai pengurang untuk mendapatkan volume riil bulan Januari 2007.

Tabel 5.4 Volume Transaksi PUAS dan Volume Riil PUAS Perbankan Syariah Indonesia Menuju hingga Saat Krisis Keuangan Global 2008

No Bulan Volume PUAS (dalam milyar rupiah) PDPUAS

1 Dec-06 761.6 0 2 Jan-07 764.45 2.85 3 Feb-07 728.5 -35.95 4 Mar-07 680.8 -47.7 5 Apr-07 375.8 -305 6 May-07 806.6 430.8 7 Jun-07 651.9 -154.7 8 Jul-07 780.5 128.6 9 Aug-07 933.8 153.3 10 Sep-07 1062.6 128.8 11 Oct-07 794.4 -268.2 12 Nov-07 1139.3 344.9 13 Dec-07 1168.8 29.5 14 Jan-08 1470.5 301.7 15 Feb-08 603.4 -867.1 16 Mar-08 651 47.6 17 Apr-08 1749 1098 18 May-08 1962.8 213.8 19 Jun-08 1506.2 -456.6 20 Jul-08 2391.4 885.2 21 Aug-08 3419.7 1028.3 22 Sep-08 3811.5 391.8 23 Oct-08 2401 -1410.5 24 Nov-08 3197 796 25 Dec-08 3827 630 26 Jan-09 3016 -811 27 Feb-09 2782 -234 28 Mar-09 3538 756 29 Apr-09 4031 493 30 May-09 3127 -904

31 Jun-09 2809 -318 32 Jul-09 1793 -1016 33 Aug-09 2854 1061 34 Sep-09 2518 -336 35 Oct-09 2479 -39 36 Nov-09 2582 103 37 Dec-09 2889 307 38 Jan-10 1570 -1319 39 Feb-10 3074 1504 40 Mar-10 3619 545 41 Apr-10 2540 -1079

Tabel 5.5 Case Processing Summary Volume PUAS Menuju hingga Saat Krisis Keuangan Global 2008

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

PUAS_menuju_krisis 20 100.0% 0 .0% 20 100.0%

PUAS_saat_krisis 20 100.0% 0 .0% 20 100.0%

Jumlah data (N) penempatan dana Perbankan Syariah Indonesia pada PUAS menuju hingga saat terjadinya krisis keuangan global 2008 yaitu masing-masing sebanyak 20 data dan tidak ada kasus yang hilang (missing value).

Tabel 5.6 Deskriptif Volume PUAS Menuju hingga Saat Krisis Keuangan Global 2008

Descriptives

Statistic Std. Error

PUAS_menuju_krisis Mean 1.3290E2 1.06957E2

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound -90.9595

Upper Bound 3.5677E2

5% Trimmed Mean 1.3484E2

Median 88.1000 Variance 2.288E5 Std. Deviation 4.78328E2 Minimum -867.10 Maximum 1098.00 Range 1965.10 Interquartile Range 462.05 Skewness .370 .512 Kurtosis .648 .992

PUAS_saat_krisis Mean -43.9850 1.87929E2

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound -4.3732E2

Upper Bound 3.4935E2

5% Trimmed Mean -54.0667 Median 32.0000 Variance 7.063E5 Std. Deviation 8.40443E2 Minimum -1410.50 Maximum 1504.00 Range 2914.50 Interquartile Range 1489.50 Skewness -.082 .512 Kurtosis -.979 .992

Rata-rata (mean) penempatan dana pada PUAS menuju krisis keuangan

(baca: 478.328). Standar deviasi ini termasuk tinggi karena melebihi rata-rata. Artinya bahwa pada rata-rata penempatan dana pada PUAS Januari 2007 hingga Agustus 2008 adalah 132.90 miliar rupiah. Rentang juga tinggi yaitu 1965.10 dengan posisi penempatan dana PUAS terendah sebanyak -867.10 dan tertinggi 1098.00. Artinya Perbankan Syariah melakukan penempatan dana pada PUAS Januari 2007 hingga Agustus 2008 dengan volume tertinggi 1098.00 miliar. Penempatan dana SBIS juga pernah mengalami penurunan hingga 867.10 miliar.

Sedangkan rata-rata penempatan dana PUAS saat krisis keuangan global 2008 adalah -43.9850 dengan standar deviasi 8.40443E2 (baca 840.443). Standar deviasi ini termasuk tinggi karena melebihi rata-rata. Artinya bahwa terjadi penurunan rata-rata penempatan dana pada PUAS September 2008 hingga April 2010 sebanyak 43.9850 miliar rupiah. Rentang juga tinggi yaitu sebesar 2914.50 dengan posisi penempatan dana PUAS terendah -1410.50 dan tertinggi 1504.00. Artinya Perbankan Syariah melakukan penempatan dana pada PUAS September 2008 hingga April 2010 dengan volume tertinggi 1504.00 miliar. Penempatan dana SBIS juga pernah mengalami penurunan hingga 1410.50 miliar.

5% trimmed mean atau rata-rata yang dihitung dengan membuang 5%

skor tertinggi dan terendah pada penempatan dana PUAS menuju krisis adalah sebesar 1.3484E2 (baca: 134.84) dan saat krisis sebesar -54.0667.

Median penempatan dana PUAS menuju krisis sebesar 88.1000 atau lebih rendah dari rata-rata, hal tersebut menunjukan bahwa lebih dari 50% penempatan dana PUAS menuju krisis berada diatas nilai median dan kurang dari 50% dibawahnya. Artinya data rata-rata penempatan dana PUAS pada Januari 2007 hingga Agustus 2008 paling banyak berada pada posisi 88.1000 miliar hingga 132.90 miliar. Sedangkan median penempatan dana PUAS saat krisis sebesar 32.0000 atau lebih tinggi dari rata-rata, ini menunjukan bahwa lebih dari 50% penempatan dana PUAS saat krisis berada dibawah nilai median dan kurang dari 50% diatasnya. Artinya data rata-rata penempatan dana PUAS pada September 2008 hingga April 2010 paling banyak berada hingga posisi 32.0000.

Dokumen terkait