• Tidak ada hasil yang ditemukan

Power Otot Tungkai

Dalam dokumen Skripsi Oleh: Hendrik Wibowo NIM. K (Halaman 42-47)

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

5. Power Otot Tungkai

a. Pengertian Power

Power merupakan unsur kondisi fisik yang dalam beroperasinya melibatkan unsur kekuatan dan kecepatan yang dikerahkan secara maksimal dalam waktu yang singkat. Berkaitan dengan power KONI (1993: 26) menyatakan, “Power adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat”. Menurut Suharno HP. (1993: 59) power adalah “Kemampuan otot atlet untuk mengatasi tahanan beban dengan kekuatan dan kecepatan maksimal dalam satu gerak yang utuh”. Menurut Mulyono B. (1997: 54) bahwa, “Power adalah kemampuan untuk mengerahkan kekuatan maksimum dalam waktu yang sesingkat-singkatnya”.

Berdasarkan definisi power yang dikemukakan ketiga ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, power merupakan kemampuan seseorang untuk mengatasi beban dengan mengerahkan kekuatan secara maksimal dalam waktu yang sesingkat mungkin. Berdasarkan kesimpulan power tersebut dapat dirumuskan pengertian power otot tungkai yaitu, kemampuan otot atau sekelompok otot tungkai untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Power otot tungkai digunakan terutama pada gerakan meloncat, melompat, menendang atau gerakan-gerakan lain yang melibatkan kerja otot-otot tungkai secara eksplosif termasuk lari cepat 100 meter.

b. Otot-Otot Penunjang Power Tungkai

Dalam gerakan lari cepat 100 meter, tungkai adalah bagian tubuh dominan untuk melakukan gerakan lari secepat-cepatnya. Untuk melakukan gerakan lari secepat-cepatnya, otot-otot tungkai sangat berperan penting untuk membuat gerakan tersebut. Otot-otot tungkai dituntut bekerja secara maksimal dan dalam waktu yang singkat. Hal ini karena, otot adalah jaringan yang mempunyai

kemampuan khusus yaitu berkontraksi, dan dengan jalan berkontraksi maka gerakan terlaksana. Berkaitan dengan otot, Syaifuddin (1997: 35) menyatakan, “Otot merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh dapat bergerak”. Menurut Waharsono (1999: 98) bahwa, “Otot adalah suatu sel yang mempunyai sifat tersendiri yaitu jaringan yang bersifat dapat mengkerut (kontraksi) dan memanjang (streching). Menurut Evelyn Pearce (1999: 15) bahwa, “Otot adalah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu berkontraksi, dan dengan jalan demikian maka gerakan terlaksana”.

Berdasarkan pengertian otot yang dikemukakan tiga ahli tersebut menunjukkan bahwa, otot merupakan suatu jaringan yang merupakan alat penggerak tubuh manusia dan dengan berkontraksi maka gerakan akan terjadi. Suatu gerakan terjadi karena adanya rangsangan dari luar. Seperti dikemukakan Syaifuddin (1995: 35) bahwa, “Otot dapat mengadakan kontraksi dengan cepat, apabila mendapat rangsangan dari luar”. Rangsangan ini dapat bermacam-macam bentuknya. Dengan adanya rangsangan ini maka otot-otot berkontraksi sesuai dengan rangsangan yang diterima.

Secara anatomis otot-otot yang terlibat dalam gerakan yang memerlukan power tungkai menurut Blattner dan Noble (1979: 583-588), dan Thompson (1981: 71) dalam penelitian Sarwono (1999: 8) yaitu: “(1) Otot-otot tungkai atas:

gluteus maximus, biceps femoris, semitendinosus, semimembranosus, gluteus medius, gluteus minimus, adductor magnus, adductor brevis, adductor longus, gracilis, pectineus, sartorius, rectus femoris, vastus medialis, vastus leteralis, (2)

Otot-otot tungkai bawah: gastrocnemius, soleus, peroneus anterior, plantaris,

tibialis, flexor digitorum longus, extensor digitorum longus, dan flexor calcaneal".

Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi anatomi otot-otot tungkai sebagai berikut:

Gambar 8. Otot-Otot Penunjang Power Otot Tungkai (Syaifuddin, 1997: 47)

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Power

Power dihasilkan oleh kerja fisik yang di dalamnya terjadi mekanisme kerja otot yang sangat kompleks. Berdasarkan hal tersebut, power dipengaruhi oleh banyak faktor tidak hanya kekuatan dan kecepatan saja. Menurut hasil penelitian Sarwono dan Ismaryati (1999: 6) bahwa, “Unsur-unsur penentu power adalah kekuatan otot, kecepatan rangsangan syaraf, kecepatan kontraksi otot, produksi energi secara biokimia dan pertimbangan mekanik gerak”. Pendapat lain dikemukakan Suharno HP. (1993: 59-60) bahwa faktor yang menentukan baik tidaknya power adalah:

1) Banyak sedikitnya macam fibril otot putih dari atlet. 2) Kekuatan dan kecepatan otot atlet

Ingat rumus P = F x V

P = power, F = force, V = velocity.

3) Waktu rangsangan maksimal 34 detik, misalnya waktu rangsangan hanya 15 detik, power akan lebih baik dibandingkan dengan waktu rangsangan selama 34 detik.

4) Koordinasi gerakan yang harmonis antara kekuatan dan kecepatan. 5) Tergantung banyak sedikitnya zat kimia dalam otot (ATP).

Baik tidaknya power yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor di antaranya macam fibril otot putih, kekuatan dan kecepatan, waktu rangsangan, koordinasi gerakan yang harmonis serta produksi energi biokimia dalam otot. Jika unsur-unsur seperti di atas dimiliki, maka akan dihasilkan power yang baik. Upaya meningkatkan power, maka faktor-faktor tersebut harus dimiliki dan dilatih secara sistematis dan kontinyu.

d. Peranan Power Otot Tungkai terhadap Kemampuan Lari Cepat 100 Meter

Power merupakan unjuk kerja otot-otot tubuh untuk melakukan gerakan yang

eksplosif dengan mengerahkan kekuatan dan kecepatan yang maksimal dan

dilakukan dalam waktu yang singkat. Power otot tungkai merupakan kemampuan otot-otot tungkai untuk mengerahkan kekuatan dan kecepatan secara maksimal dalam waktu yang singkat.

Power otot tungkai berperan terutama pada saat melakukan start dan gerakan lari. Pada saat menjejakkan kaki pada balok start dilakukan dengan kuat dan cepat dalam waktu yang singkat untuk memperoleh dorongan yang maksimal. Seperti dikemukakan Nadisah dalam Seri Bahan Kuliah Olahraga ITB (1992: 135) bahwa, “Agar pelari memperoleh kecepatan melaju ke depan, tolakan kaki tumpu sebelum meninggalkan tanah memegang peranan penting. Pada saat kaki tumpu melakukan tolakan, tungkai diusahakan lurus sampai mulai pergelangan kaki, lutut dan sendi panggul”. Selain itu juga, power otot tungkai berperan pada gerakan lari. Pada gerakan lari telapak kaki menjejak pada tanah dengan kuat dan cepat yang dilakukan sesingkat-singkatnya. Kemampuan mengarahkan power otot tungkai pada teknik yang benar akan diperoleh kecepatan secara maksimal.

B. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut:

1. Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Lari Cepat Up Hill dan Down Hill terhadap Kemampuan Lari Cepat 100 Meter

Latihan lari cepat up hill dan down hill merupakan bentuk latihan lari cepat yang berorientasi pada lintasan lari yaitu berupa lintasan lari naik dan lintasan lari menurun. Hal ini menunjukkan bahwa latihan lari cepat up hill dan down hill memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan karakteristik tersebut akan menimbulkan pengaruh yang berbeda pula terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter.

Latihan lari cepat up hill merupakan bentuk latihan lari cepat yang dilakukan pada lintasan naik atau menaiki bukit. Gerakan lari pada lintasan yang tinggi menuntut kerja otot-otot tungkai secara maksimal. Latihan lari di lintasan tinggi, maka secara tidak langsung akan meningkatkan dynamic streght, dan daya tahan otot. Hal ini karena lari pada lintasan yang tinggi kecepatan tidak dapat dikerahkan secara maksimal karena adanya tarikan gravitasi bumi. Adanya tarikan gravitasi bumi tersebut menuntut kerja otot-otot tungkai lebih maksimal, sehingga akan mengembangkan kekuatan dan daya tahan otot tungkai. Berkembangnya kekuatan dan daya tahan otot tungkai akan dapat mendukung kecepatan lari 100 meter. Sedangkan latihan lari cepat down hill merupakan bentuk latihan lari cepat pada lintasan menurun. Latihan lari cepat pada lintasan menurun, maka gerakan lari akan menjadi lebih cepat karena adanya tarikan gravitasi bumi. Adanya tarikan gravitasi bumi tersebut mengakibatkan frekuensi langkah menjadi lebih cepat. Kecepatan frekuensi langkah pada saat lari sangat penting untuk mendukung kecepatan lari. Di samping mempercepat frekuensi langkah harus diimbangi pula dengan memperlebar langkah. Kemampuan seorang pelari mempercepat frekuensi langkah dan memperpanjang langkah akan mendukung kecepatan lari lebih maksimal.

Berdasarkan karakteristik dari masing-masing perlakuan tersebut tentu akan menimbulkan pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter. Perbedaan perlakuan yang diberikan akan menimbulkan respon yang berbeda pula pada diri pelaku. Dengan demikian diduga bahwa, latihan lari cepat up hill dan down hill memiliki perbedaan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan lari cepat 100 meter.

2. Perbedaan Pengaruh Power Otot Tungkai Tinggi dan Power Rendah terhadap Kemampuan Lari Cepat 100 Meter

Power merupakan perpaduan dari dua unsur utama kondisi fisik yaitu kekuatan dan kecepatan. Dalam pelaksanaanya, kekuatan dan kecepatan dikerahkan secara maksimal dalam waktu yang sesingkat mungkin. Power

berperan pada gerakan melompat, meloncat, menolak, melempar dan gerakan-gerakan lainnya yang bersifat eksplosif seperti lari cepat 100 meter.

Power otot tungkai berparan dalam gerakan lari cepat 100 meter terutama pada teknik start dan gerakan lari. Pada saat melakukan start yaitu dengan menjejakkan kaki pada balok start dilakukan dengan kuat dan cepat dalam waktu singkat. Selain itu juga, power otot tungkai berperan pada gerakan lari. Pada gerakan lari telapak kaki menjejak pada tanah dengan kuat dan cepat yang dilakukan sesingkat-singkatnya. Kemampuan mengerahkan power otot tungkai pada teknik yang benar akan diperoleh kecepatan yang maksimal. Dengan power otot tungkai yang baik maka akan mendukung gerakan menolak lebih maksimal, sehingga akan diperoleh daya dorong ke depan secara maksimal pada saat melakukan start. Semakin kuat dan cepat tolakan dari kaki mengakibatkan tubuh meluncur cepat, sehingga akan diperoleh kecepatan awal yang maksimal. Tetapi sebaliknya, jika pada saat melakukan start tolakkan lemah, tidak diperoleh kecepatan awal yang maksimal sehingga akan berpengaruh terhadap kecepatan larinya. Dengan demikian diduga, antara power otot tungkai tinggi dan power otot tungkai rendah memiliki perbedaan pengaruh terhadap kecepatan lari 100 meter.

3. Interaksi antara Metode Latihan Lari Cepat dan Power Otot Tungkai

Dalam dokumen Skripsi Oleh: Hendrik Wibowo NIM. K (Halaman 42-47)

Dokumen terkait