DEFINISI
Duberkulosis (D*) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman D* yaitu $ycobacterium tuberculosis. &ebagian besar kuman D* menyerang paru, namun dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. &aat ini timbul kedaruratan baru dalam penanggulangan D*, yaitu D* esisten banyak 9bat ($ulti Drug Resistance/ B<).
ANAMNESA
+eluhan pasien datang dengan gejala dan tanda penyakit D* paru seperti batuk berdahak O $ minggu dan dapat disertai sedikitnya salah satu dari gejala berikut=
a) 'okal respiratorik= dapat berampur darah atau batuk darah, sesak nafas, dan nyeri dada atau pleuritic chest pain (bila disertai peradangan pleura).
b) &istemik= nafsu makan menurun, berat badan menurun, berkeringat malam tanpa kegiatan sik, demam meriang lebih dari 1 bulan ,badan lemah dan malaise.
PEMERIKSAAN FISIK
<emam (pada umumnya subfebris, 6alaupun bisa juga tinggi sekali), dapat disertai dengan respirasi meningkat, berat badan menurun (*B! pada umumnya 71,2).
1. !nspeksi
- *ila lesi minimal, biasanya tidak ditemukan kelainan
- *ila lesi luas, dapat ditemukan bentuk dada yang tidak simetris. $. Palpasi
- *ila lesi minimal, biasanya tidak ditemukan kelainan
- *ila lesi luas, dapat ditemukan kelainan berupa fremitus mengeras atau melemah
. Perkusi
- *ila lesi minimal, biasanya tidak ditemukan kelainan
- *ila ada kelainan tertentu, dapat terdengar perubahan suara perkusi seperti hipersonor pada pneumotoraks, atau pekak pada efusi pleura.
. #uskultasi
- *ila lesi minimal, tidak ditemukan kelainan
- *ila lesi luas, dapat ditemukan kelainan berikut= onki basah kasar terutama di apeks paru, suara napas melemah atau mengeras, atau stridor. suara napas bronkhial/amforik/ronkhi basah/suara napas melemah di ape paru.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan mikroskopis kuman D* (*akteri Dahan #sam/ *D#) ataukultur kuman darispeimen sputum/ dahak se6aktu-pagi-se6aktu sebanyak kali.>ika laboratorium sudah terakreditasi, pemeriksaan *D# dapat dilakukan $ kali dan minimal satu bahan berasal dari dahak pagi hari. Lntuk D* paru, speimen dapat diambil dari bilas lambung, airan serebrospinal,airan pleura ataupun biopsi jaringan.
- adiologi dengan foto toraks P#-'ateral /'ateral dekubitus/ top lordotik
dapat dilakukan jika ada fasilitas dan atas indikasi. :ontoh = dugaan terdapat komplikasi (efusi pleura, pneumotoraks, batuk darah)
- Pada D*, umumnya di apeks paru terdapat gambaran berak-berak a6an dengan batas yang tidak jelas atau bila dengan batas jelas membentuk tuberkuloma. ambaran lain yang dapat menyertai yaitu, ka@itas (bayangan berupa inin berdinding tipis), pleuritis (penebalan pleura), efusi pleura (sudut kostrofrenikus tumpul).
- Pemeriksaan en H-pert jika tersedia di fasilitas - *iakan kuman D*atas indikasi
- Lji kepekaan terhadap 9#D lini pertama atas indikasi - Pemeriksaan fungsi hati dan ginjal
- Pemeriksaan darah rutin - Pemeriksaan gula darah - Pemeriksaan 0!V
- Pemeriksaan khusus pada keadaan sulit = P: D*/ *ate/ (sesuai indikasi dan fasilitas)
DIAGNOSIS
- D* paru *D# positif kasus baru - D* paru *D# negati@e kasus baru
- D* paru *D# positif kasus pengobatan ulang (gagal, kambuh, putus obat) - &uspek D* paru resisten obat
- 0epatitis !mbas 9bat - D* 0!V
- D* <B
PENEGAKAN DIAGNOSIS (Assessen) PASTI TB
<iagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan sik dan pemeriksaan penunjang
KRITERIA DIAGNOSIS
*erdasarkan )nternational Standards !or +uberculosis (are (!&D:)
STANDAR DIAGNOSIS
1. &emua pasien dengan batuk produktif yang yang berlangsung selama O $ minggu yang tidak jelas penyebabnya, harus die@aluasi untuk D*.
$. &emua pasien (de6asa, dan de6asa muda) yang diduga menderita D*, harus diperiksa mikroskopis spesimen sputum/ dahak kali salah satu diantaranya adalah spesimen pagi. >ika laboratorium sudah terakreditasi, pemeriksaan dahak dapat dilakukan $ kali dan minimal satu bahan berasal dari dahak pagi hari
. &emua pasien dengan gambaran foto toraks tersangka D*, harus diperiksa mikrobiologi dahak.
. <iagnosis dapat ditegakkan 6alaupun apus dahak negatif berdasarkan kriteria berikut=
• Binimal $ kali hasil pemeriksaan dahak negatif (termasuk pemeriksaan sputum pagi hari), sementara gambaran foto toraks sesuai D*.
• +urangnya respon terhadap terapi antibiotik spektrum luas (periksa kultur sputum jika memungkinkan), atau pasien diduga terinfeksi 0!V (e@aluasi <iagnosis tuberulosis harus diperepat).
DIAGNOSIS BANDING - Pneumonia
- Dumor/keganasan paru - >amur paru
- Penyakit paru akibat kerja - #sma
TERAPI
Dujuan pengobatan=
• Benyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktitas pasien. • Benegah kematian akibat D* aktif atau efek lanjutan.
• Benegah kekambuhan D*.
• Bengurangi penularan D* kepada orang lain.
• Benegah kejadian dan penularan D* resisten obat
1.1 Derapi umum= istirahat, stop merokok, hindari polusi, tata laksana komorbiditas, nutrisi, dan @itamin.
1.$ Derapi Pengobatan 9#D
Prinsip-prinsip terapi (e#i)
1. Praktisi harus memastikan bah6a obat-obatan tersebut digunakan sampai terapi selesai.
$. &emua pasien (termasuk pasien dengan infeksi 0!V) yang tidak pernah diterapi sebelumnya harus mendapat terapi 9bat #nti D* (9#D) lini pertama sesuai !&D:.
a. Fase #6al selama $ bulan, terdiri dari= !sonia5id, ifampisin, Pira5inamid, danEtambutol.
b. Fase lanjutan selama bulan, terdiri dari= !sonia5id dan ifampisin
. <osis 9#D yang digunakan harus sesuai dengan Derapi rekomendasi internasional, sangat dianjurkan untuk penggunaan +ombinasi <osis Detap (+<D/*eddosecombination8 %D(9 yang terdiri dari $ tablet (!"0
dan !F), tablet (!"0, !F dan PI#) dan tablet (!"0, !F, PI#, EB*).
Dabel 1. Pengobatan D*
+ategori !
• Penderita baru D* paru, sputum *D# positif
• Penderita D* baru, sputum *D# negatif rontgen positif dengan kelainan paru luas
• Penderita D* ekstra paru berat diterapi dengan 2R9E4!R G $ 0IE/ 0 G $ 0IE/ 30E
• &ediaan 9#D dapat berupa +<D atau lepasan. +ategori • Penderita kambuh
$ • Penderita gagal
• Penderita after default • <iterapi dengan =
• 2 R9ES 4 1 R9E 4 " RE • $ 0IE&/ 1 0IE / 2 0E
• &ediaan 9#D dapat berupa +<D atau lepasan
:atatan= D* B<, D* H<, D* +ronis dirujuk ke umah &akit ujukan "asional.
. Lntuk membantu dan menge@aluasi kepatuhan, harus dilakukan prinsip pengobatan dengan =
• &istem Patientcentred strategy0 yaitu memilih bentuk obat, ara pemberian ara mendapatkan obat serta kontrol pasien sesuai dengan ara yang paling mampu laksana bagi pasien.
• Penga6asan 'angsung menelan obat (<9D/direct observed therapy ) . &emua pasien dimonitor respon terapi, penilaian terbaik adalah follo6-up
mikroskopis dahak ($ spesimen) pada saat= a. #khir fase a6al (setelah $ bulan terapi),
b. 1 bulan sebelum akhir terapi, dan pada akhir terapi.
. Pasien dengan hasil pemeriksaan dahak positif pada 1 bulan sebelum akhir terapi dianggap gagal (failure) dan harus meneruskan terapi modikasi yang sesuai.
d. E@aluasi dengan foto toraks bukan merupakan pemeriksaan prioritas dalam follo6 up D* paru.
2. :atatan tertulis harus ada mengenai=
a. &emua pengobatan yang telah diberikan, b. espon hasil mikrobiologi
. +ondisi sik pasien d. Efek samping obat
3. <i daerah pre@alensi infeksi 0!V tinggi, infeksi Duberkulosis G 0!V sering bersamaan, konsultasi dan tes 0!V diindikasikan sebagai bagian dari tatalaksana rutin.
C. &emua pasien dengan infeksi Duberkulosis-0!V harus die@aluasi untuk= • Benentukan indikasi #V pada tuberkulosis.
• !nisasi terapi tuberkulosis tidak boleh ditunda
• Pasien infeksi tuberkulosis-0!V harus diterapi +otrimoksa5ol apabila :< 7 $%%. &elama terapi= e@aluasi foto setelah pengobatan $ bulan dan 3 bulan.
KONSELING DAN EDUKASI
Bemberikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai seluk beluk penyakit dan pentingnya penga6asan dari salah seorang keluarga untuk ketaatan konsumsi obat pasien sebagai berikut=
• *erobat teratur hingga selesai
• isiko terjadi resistensi obat bila berobat tidak adekuat/tuntas/berhenti sebelum selesai
• isiko terjadi efek samping 9#D
• Penegahan penularan termasuk etiket batuk • +emungkinan komplikasi sehingga perlu dirujuk • Penunjukan Penga6as Benelan 9bat (PB9)
• +onsultasikan ke petugas kesehatan jika terjadi efek samping. • >angan sampai menghentikan pengobatan seara sepihak • Pasien dirujuk bila =
- Efek samping berat - :uriga resistensi obat
- Derjadi komplikasi/keadaan khusus (D* dengan komorbid) seperti D* pada orang dengan 0!V, D* dengan penyakit metabolik, perlu dirujuk ke layanan sekunder.
• Pelaporan kasus D* sesuai pedoman - Bengisi form D*%1
- Benjadi bagian dari jejaring <9D& di 6ilayahnya.
PROGNOSIS
<ubia= tergantung derajat berat, kepatuhan pasien, sensiti@itas bakteri, gi5i, status imun, dan komorbiditas. *aik bila pasien patuh menelan obat, dalam 6aktu 3 bulan.
KRITERIA ASIL PENGOBATAN Se0-8 =
Pasien telah menyelesaikan pengobatannya seara lengkap dan pemeriksaan apusan dahak ulang (!ollo4 up), hasilnya negatif pada #P dan pada satu pemeriksaan sebelumnya.
Pen$%0##n *en$'# =
Pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya seara lengkap tetapi tidak ada hasil pemeriksaan apusan dahak ulang pada #P dan pada satu pemeriksaan sebelumnya.
Menin$$#* =
Pasien yang meninggal dalam masa pengobatan karena sebab apapun.
P--s 0e%0# (default ) =
Pasien yang tidak berobat $ bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.
G#$#* =
Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan ke lima atau selama pengobatan.
Pind#8 (transfer out ) =
Pasien yang dipindah ke unit penatatan dan pelaporan (register ) lain dan hasil pengobatannya tidak diketahui.
DAFTAR PUSTAKA
1. *raun6ald, E. Faui, #.&. +asper, <.' 0auser, &.'. et al. Byobaterial disease = Duberulosis. 0arrissonJs = Priniple of !nternal Bediine. 1Cth Ed. "e6 Mork =
Bra6 0ill :ompanies. $%%; = hal. 1%%3-1%$%
$. +ementerian +esehatan epublik !ndonesia. $%1. Panduan Praktik +linik *agi <okter di Fasilitas Pelayanan +esehatan Primer Edisi !. >akarta = +ementerian +esehatan !
. +ementerian +esehatan epublik !ndonesia. $%1. Pedoman "asional Pelayanan +edokteran Data 'aksana Duberkulosis. >akarta = +ementerian +esehatan !
. Pedoman "asional Pengendalian Duberkulosis. <irektorat >enderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan 'ingkungan. $%11
2. Perhimpunan <okter &pesialis Penyakit <alam !ndonesia. $%%3. Panduan Pelayanan Bedik. >akarta= Pusat Penerbitan <epartemen !lmu Penyakit <alam Fakultas +edokteran Lni@ersitas !ndonesia.
3. Perhimpunan <okter Paru !ndonesia. $%11. Duberkulosis= Pedoman <iagnosis dan Penatalaksanaan di !ndonesia re@isi pertama. >akarta= Perhimpunan <okter Paru !ndonesia.
C. Duberulosis :oalition for Dehnial #ssistane. !nternational &tandards for Duberulosis :are (!&D:). $nd Ed. Duberulosis :oalition for Dehnial #ssistane. Dhe 0ague. $%%;
. IulkiQi, #. #sril, *. +uber#ulosis paru. *uku #jar !lmu Penyakit <alam. Ed.2. >akarta= Pusat Penerbitan !lmu Penyakit <alam. $%%;= hal. $$% G $$;.
'ampiran 1. Data 'aksana D* paru berdasarkan tipe fasilitas pelayanan kesehatan N% DIAGNOSIS PPK 1 PPK 2 PPK Un-' K*ini': P-s'es#s: d#n RS ie D Un-' RS ie d#n B Un-' RS ie A d#n RS '8-s-s P#-1 TB P#- ANAMNESIS
sesuai D* paru (batuk berdahak O$ mgg dan dapat disertai sedikitnya salah satu dari gejala berikut = batuk darah, sesak nafas, nyeri dada atau pleuriti pain, nafsu makan
menurun, berat badan menurun, badan lemah,
keringat malam tanpa berakti@itas, demam, dan lesu) PEMERIKSAAN FISIS <emam (pada umumnya subfebris, 6alaupun bisa juga tinggi sekali), dapat disertai dengan respirasi meningkat, berat badan menurun (*B! pada umumnya 71,2).
!nspeksi =
• *ila lesi minimal, biasanya tidak
ANAMNESIS
sesuai D* paru (batuk berdahak O$ mgg dan dapat disertai sedikitnya salah satu dari gejala berikut = batuk darah, sesak nafas, nyeri dada atau pleuriti pain, nafsu makan
menurun, berat badan menurun, badan lemah,
keringat malam tanpa berakti@itas, demam, dan lesu) PEMERIKSAAN FISIS <emam (pada umumnya subfebris, 6alaupun bisa juga tinggi sekali), dapat disertai dengan respirasi meningkat, berat badan menurun (*B! pada umumnya 71,2).
!nspeksi =
• *ila lesi minimal,
ANAMNESIS
sesuai D* paru (batuk berdahak O$ mgg dan dapat disertai sedikitnya salah satu dari gejala berikut = batuk darah, sesak nafas, nyeri dada atau pleuriti pain, nafsu makan
menurun, berat badan menurun, badan lemah,
keringat malam tanpa berakti@itas, demam, dan lesu) PEMERIKSAAN FISIS <emam (pada umumnya subfebris, 6alaupun bisa juga tinggi sekali), dapat disertai dengan respirasi meningkat, berat badan menurun (*B! pada umumnya 71,2).
!nspeksi =
• *ila lesi minimal,
ditemukan kelainan
• *ila lesi luas, dapat ditemukan bentuk dada yang tidak simetris.
Palpasi
• *ila lesi minimal, biasanya tidak ditemukan kelainan
• *ila lesi luas, dapat ditemukan
kelainan berupa fremitus mengeras atau melemah
Perkusi
• *ila lesi minimal, biasanya tidak ditemukan kelainan
• *ila ada kelainan tertentu, akan terdengar perubahan suara perkusi seperti hipersonor pada pneumotoraks, atau pekak pada efusi pleura. !nspeksi =
• *ila lesi minimal, biasanya tidak ditemukan kelainan
• *ila lesi luas, dapat ditemukan bentuk
biasanya tidak ditemukan kelainan
• *ila lesi luas, dapat ditemukan bentuk dada yang tidak simetris.
Palpasi
• *ila lesi minimal, biasanya tidak ditemukan kelainan
• *ila lesi luas, dapat ditemukan kelainan berupa fremitus mengeras atau melemah
Perkusi
• *ila lesi minimal, biasanya tidak ditemukan kelainan
• *ila ada kelainan tertentu, akan terdengar perubahan suara perkusi seperti hipersonor pada pneumotoraks, atau pekak pada efusi pleura. !nspeksi =
• *ila lesi minimal, biasanya tidak ditemukan kelainan
• *ila lesi luas, dapat ditemukan bentuk dada yang tidak simetris.
Palpasi
biasanya tidak ditemukan kelainan
• *ila lesi luas, dapat ditemukan bentuk dada yang tidak simetris.
Palpasi
• *ila lesi minimal, biasanya tidak ditemukan kelainan
• *ila lesi luas, dapat ditemukan kelainan berupa fremitus mengeras atau melemah
Perkusi
• *ila lesi minimal, biasanya tidak ditemukan kelainan
• *ila ada kelainan tertentu, akan terdengar perubahan suara perkusi seperti hipersonor pada pneumotoraks, atau pekak pada efusi pleura. !nspeksi =
• *ila lesi minimal, biasanya tidak ditemukan kelainan
• *ila lesi luas, dapat ditemukan bentuk dada yang tidak simetris.
Palpasi
dada yang tidak simetris.
Palpasi
• *ila lesi minimal, biasanya tidak ditemukan kelainan
• *ila lesi luas, dapat ditemukan
kelainan berupa fremitus mengeras atau melemah
Perkusi
• *ila lesi minimal, biasanya tidak ditemukan kelainan
• *ila ada kelainan tertentu, akan terdengar perubahan suara perkusi seperti hipersonor pada pneumotoraks, atau pekak pada efusi pleura. #uskultasi
• *ila lesi minimal, tidak ditemukan kelainan
• *ila lesi luas, dapat ditemukan kelainan berikut = onki basah kasar terutama di apeks paru, suara napas melemah atau
• *ila lesi minimal, biasanya tidak ditemukan kelainan
• *ila lesi luas, dapat ditemukan kelainan berupa fremitus mengeras atau melemah
Perkusi
• *ila lesi minimal, biasanya tidak ditemukan kelainan
• *ila ada kelainan tertentu, akan terdengar perubahan suara perkusi seperti hipersonor pada pneumotoraks, atau pekak pada efusi pleura. #uskultasi
• *ila lesi minimal, tidak ditemukan kelainan
• *ila lesi luas, dapat ditemukan kelainan berikut = onki basah kasar terutama di apeks paru, suara napas melemah atau mengeras, atau stridor
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• *ila lesi minimal, biasanya tidak ditemukan kelainan
• *ila lesi luas, dapat ditemukan kelainan berupa fremitus mengeras atau melemah
Perkusi
• *ila lesi minimal, biasanya tidak ditemukan kelainan
• *ila ada kelainan tertentu, akan terdengar perubahan suara perkusi seperti hipersonor pada pneumotoraks, atau pekak pada efusi pleura. #uskultasi
• *ila lesi minimal, tidak ditemukan kelainan
• *ila lesi luas, dapat ditemukan kelainan berikut = onki basah kasar terutama di apeks paru, suara napas melemah atau mengeras, atau stridor PEMERIKSAAN PENUNJANG
mengeras, atau stridor PEMERIKSAAN PENUNJANG • &putum *D# kali &P&. *ila laboratorium sudah terakreditasi, pemeriksaan *D# dapat dilakukan $ kali dan minimal satu bahan
berasal dari dahak pagi hari
• Foto toraks dapat dilakukan jika ada fasilitas dan atas indikasi. :ontoh = dugaan terdapat komplikasi (efusi pleura, pneumotoraks, batuk darah) DIAGNOSIS • D* paru *D# positif kasus baru
• D* paru *D# negati@e kasus baru • D* paru *D# positif kasus pengobatan ulang (gagal, kambuh, putus obat) • &uspek D* paru resisten obat • &putum *D# kali &P&. *ila laboratorium sudah terakreditasi, pemeriksaan *D# dapat dilakukan $ kali dan minimal satu bahan
berasal dari dahak pagi hari • Foto toraks • Bi#'#n '-#n TB ##s indi'#si • -,i 'ee'##n e8#d# OAT *ini e## ##s indi'#si eei's##n ;-n$si 8#i • Peei's##n d##8 -in • Peei's##n $-*# d##8 • Peei's##n I5 DIAGNOSIS • D* paru *D# positif kasus baru
• D* paru *D# negati@e kasus baru • D* paru *D# positif kasus pengobatan ulang (gagal, kambuh, putus obat) • &uspek D* paru resisten obat • &putum *D# kali &P&. *ila laboratorium sudah terakreditasi, pemeriksaan *D# dapat dilakukan $ kali dan minimal satu bahan
berasal dari dahak pagi hari • Foto toraks • *iakan kuman D* atas indikasi • uji kepekaan terhadap 9#D lini pertama dan lini kedua atas indikasi • pemeriksaan fungsi hati • Pemeriksaan darah rutin • Pemeriksaan gula darah • Pemeriksaan 0!V • <e MTB4Ri; • T S=#n • B%n'%s'%i • TBLB:TTNA • IGRA • TST • Bi%si *e-# • K-#s#n 0%n'% #*>e%*# DIAGNOSIS • D* paru *D# positif kasus baru • D* paru *D# negati@e kasus baru • D* paru *D# positif
PENATALAKSANAA N Pengobatan 9#D 1.+ategori ! $0IE/0 &ediaan 9#D dapat berupa +<D atau lepasan. $. kategori $ $0IE&/10IE/20E &ediaan 9#D dapat berupa +<D atau lepasan. EDUKASI • *erobat teratur hingga selesai • isiko terjadi
resistensi obat bila berobat tidak
adekuat/tuntas
• isiko terjadi efek samping 9#D dan langkah yang harus dilakukan • penegahan penularan termasuk etiket batuk • +emungkinan komplikasi sehingga perlu dirujuk • Penunjukan PB9
Pasien dirujuk bila =
• e#iis I0#s O0# • TB I5 • TB DM PENATALAKSANAA N Pen$%0##n OAT Pe0ei#n OAT ses-#i 8#si* 0i#'#n d#n esisensi. 1.+ategori ! $0IE/0 &ediaan 9#D dapat berupa +<D atau lepasan. $. kategori $ $0IE&/10IE/20E &ediaan 9#D dapat berupa +<D atau lepasan. P#d# '#s-s 8e#iis i#s %0#: OAT di0ei'#n se=## i#si. EDUKASI • *erobat teratur hingga selesai • isiko terjadi
resistensi obat bila berobat tidak
adekuat/tuntas
• isiko terjadi efek samping 9#D dan langkah yang harus dilakukan kasus pengobatan ulang (gagal, kambuh, putus obat) • TB #- esisen %0# / - TB M%n%esisen - TB P%*iesisen - TB MDR - TB e ? <DR - TB <DR • e#iis I0#s O0# • TB I5 • TB DM • TB #- dise#i '%*i'#si e+e#: #e*e'#sis: destroyed lung: 8e%+sis: TB i*ie: TB end%0%n'i#*: • TB #- dise#i TB e's# #-PENATALAKSANAAN Pengobatan 9#D 1. +ategori ! $0IE/0 &ediaan 9#D dapat berupa +<D atau lepasan. $. kategori $ $0IE&/10IE/20E &ediaan 9#D dapat berupa +<D atau lepasan. 2
• Efek samping berat • :uriga resistensi obat • Derjadi komplikasi PELAPORAN KASUS TB sesuai pedoman • penegahan penularan termasuk etiket batuk • +emungkinan komplikasi sehingga perlu dirujuk • Penunjukan PB9
Pasien dirujuk bila =
• Efek samping berat dan bila tidak dapat ditangani di fasilitas terkait • K#s-s esisensi %0# +#n$ 8#-s di#n$#ni di e*#+#n#n PMDT • Derjadi komplikasi yang tidak dapat ditangani di fasilitas terkait PELAPORAN KASUS TB sesuai pedoman TB Ke0#* %0#/ e0ei#n OAT ses-#i 8#si* 0i#'#n d#n esisensi d#n -#n$ is%*#si den$#n ne$#i; ess-e TB den$#n '%*i'#si / %0# s## dise#i en#n$#n#n '%*i'#si d#n ind#'#n (@SD:USG T%#'s:-n$si *e-#: 0i%s+ *e-#:#ns %#'#* need*e #si#i%n: #ns 0%n=8i#* *-n$ 0i%s+: K-#s#n B%n'% A*>e%*#: B%n'%s'%i) Ani0i%i': #nied##8#n: #ni di#0ees: #ni e% >i#*) Pe0ei#n n-isi #0#8#n ses-#i indi'#si EDUKASI • *erobat teratur hingga selesai • isiko terjadi
resistensi obat bila berobat tidak
adekuat/tuntas
• isiko terjadi efek samping 9#D dan langkah yang harus dilakukan • penegahan penularan termasuk etiket batuk • +emungkinan komplikasi sehingga perlu dirujuk • Penunjukan PB9 Pe0ed#8#n Pe0ed#8#n
di*#'-'#n 0i*# *esi di*%'#*isi
PELAPORAN KASUS TB
sesuai pedoman.
LL#i#n 2. E;e' s#in$ O0# TB EFEK TIDAK DIINGINKAN (ETD) KEMUNGKINAN OBAT PENEBAB PENGOBATAN
Bayor 0entikan obat
penyebab dan rujuk kepada dokter ahli segera
uam kulit dengan atau tanpa gatal
&treptomisin,
isonia5id, rifampisin, pira5inamid
0entikan obat
Duli (tidak dapat
didapatkan kotoran yang menyumbat telinga pada pemeriksaaan otoskopi)
&treptomisin 0entikan streptomisin
Pusing (@ertigo dan nistagmus)
&treptomisin 0entikan streptomisin
>aundis (penyebab lain disingkirkan), hepatitis
!sonia5id, pira5inamid, rifampisin
0entikan 9#D
*ingung (urigai gagal hati akut terinduksi obat bila terdapat jaundis)
&ebagian besar 9#D 0entikan 9#D
angguan penglihatan (singkirkan penyebab lainnya)
Etambutol 0entikan etambutol
&yok, purpura gagal ginjal akut
&treptomisin 0entikan streptomisin
Binor 'anjutkan9#D, ek
dosis 9#D #noreksia, mual, nyeri
perut
Pira5inamid,
rifampisin, isonia5id
*erikan obat dengan bantuan sedikit
makanan atau
menelan 9#D sebelum tidur dan sarankan untuk menelan pil
seara lambat dengan sedikit air. *ila gejala menetap atau memburuk atau muntah berkepanjangan atau terdapat tanda-tanda perdarahan. Pertimbangkan kemungkinan ED< mayor dan rujuk ke dokter ahli
"yeri sendi isonia5id #spirin atau obat antiinQamasi non-steroid, atau
parasetamol asa terbakar, kebar, atau
kesemutan di tangan dan kaki
isonia5id Piridoksin 2%-C2 mg/hari
asa mengantuk isonia5id Pastikan untuk minum obat sebelum tidur #ir kemih ber6arna
kemerahan
rifampisin Pastikan pasien
diberitahukan sebelum mulai minum obat dan bila hal ini terjadi
adalah normal &indrom Qu (demam,
menggigil, malaise, sakit kepala, nyeri tulang)
Pemberian rifampisin intermiten
Lbah pemberian rifampisin intermiten menjadi setiap hari