• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PEMILIHAN UMUM DI LAMPUNG BARAT

A. Praktek Pelaksanaan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 03 Tahun 2009 di Lampung Barat

Implementasi peraturan merupakan tahap yang dilakukan sesudah suatu peraturan diformulasikan. Ketika diimplementasikan, maka suatu peraturan akan memiliki dampak yang diharapkan (dampak positif) maupun yang tidak diharapkan (dampak negatif) terhadap kelompok yang menjadi sasarannya ataupun mungkin saja kelompok yang berada di luar sasaran dari pelaksanaan ini. Implementasi berfungsi untuk membentuk suatu hubungan yang memungkinkan tujuan dan sasaran suatu peraturan dapat diwujudkan sebagai hasil akhir (outcome) dari kegiatan yang dilakukan, kemudian mencakup penciptaan sistem penyampaian suatu kebijakan (policy delivery sistem) yang terdiri atas cara atau sasaran tertentu yang didesain secara khusus serta menuju tercapainya tujuan dan sasaran yang dikendaki.

Pusat perhatian implementasi peraturan ini yakni kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian yang ditimbul sesudah disahkannya peraturan KPU, yang mencakup baik dari usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat atau dampaknyata bagi masyarakat.

Dalam pengimplementasikan kebijakan diperlukan adanya keterkaitan berbagai macam intuisi dan lembaga-lembaga pemerintah untuk mencapai

efektifitas tujuannya. Proses implementasi itu sendiri juga dipengaruhi oleh factor yang turut menentukan keberhasilan ataupun kegagalannya dalam penerapan peraturan tersebut. Sebagaimana yang di ungkapkan oleh ketua KPU Lampung Barat “ Lukman Zaini” beliau mengatakan pasca di keluarkannya peraturan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 03 tahun 2009 tertanggal 7 februari 2009, dengan waktu yang sangat singkat ini menuntut Komisi Pemilihan Umum (KPU) daerah Kabupaten Lampung Barat untuk melakukan tugas dan fungsinya dengan cepat, dan tentu ini harus di bantu oleh lembaga-lembaga pemerintah yang terkait, agar peraturan ini terlaksana dengan baik, dan disosialisasikan kepada masyarakat sesuai dengan Undang-Undang nomor 22 tahun 200735.

Pasca ditetapkannya Peraturan Komisi Pemilihan Umum pada tanggal 7 februari 2009, dengan melihat dan mempertimbangkan dasar hukumnya yakni,

1. Undang-Undang Nomor 22 tahun 2007 mengatur tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum;

2. Undang-Undang Nomor 2 tahun 2008 tentang Partai Politik, Undang- Undang Nomor 10 tahun 2008 mengatur tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD; dan

3. Undang-Undang Nomor 42 tahun 2008 mengatur tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden,serta berbagai Peraturan Pemerintah,

Maka lahirlah sebuah peraturan Komisi Pemilihan Umum (KPU), karena Komisi Pemilihan Umum (KPU) merupakan sebuah lembaga penyelenggara

35

Pemilu. Mengingat adanya perubahan dalam tata cara pemberian suara sah Pemilu 2009, baik dari segi sosialisasi, suara-suara sah pemilu 2009, kampanye, tempat pemungutan suara, panwaslu dan sejauh mana partisipasi masyarakat terhadap pemilu 2009, maka dalam pelaksanaannya, dimana didalam peraturan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 03 tahun 2009 yang isi peraturan itu membahas tentang:

1. Proses Sosialisasi

Berdasarkan pengamatan penulis dan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap tokoh-tokoh partai politik yang ada di Lampung Barat, bahwa proses sosialisasi peraturan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 03 tahun 2009 pada masyarakat Lampung Barat bisa dikatakan tidak ada, seperti yang ungkapkan oleh “M. Dil. Bakir”, karena tidak terjangkaunya oleh media, seperti tidak adanya Televisi, kurangnya masyarakat untuk membaca Koran, dan tidak adanya radio. Pendapat ini pun diperkuat oleh tokoh partai politik dari partai PKS “Ahmad Tarkalil” beliau mengatakan bahwa proses sosialisasi kebijakan peraturan nomor 03 tahun 209 kepada masyarakat cukup kurang, karena waktunya yang sangat singkat., kemudian susah memberikan sosialisasi kepada masyarakat yang di daerah pegunungan, karena tidak terjangkaunya kendaraan, baik roda dua maupaun roda empat.

Sedangkan menurut salah satu tokoh partai politik yang ada Di Lampung Barat “Edison” dari partai PAN, beliau mengatakan bahwa sosialisai kebijakan yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum terhadap

paraturan nomor 03 tahun 2009 kepada masyarakat bisa dikatakan kurang, ini bisa kita lihat, masih banyak warga Negara atau masyarakat yang belum dapat kartu pemilih, sehingga banyak masyarakat tidak dapat memberikan hak suaranya dengan jumlah pemilih yang ada kurang lebih 410.848 jiwa, sedangkan yang memilih kurang lebih 70% kepada partai politik, artinya yang 30% tidak memilih, jadi menurut saya KPU gagal dalam memberikan sosialisasi kepada masyrakat Lampung Barat bisa dikatakan tidak berhasil, dengan melihat masih banyaknya masyarakat yang tidak memilih36.

2. Partisipasi masyarakat Lampung Barat terhadap Pemilu

Partisipasi adalah peran masyarakat atau warga Negara dalam menjalankan Undang-Undang demi terselenggaranya dan terciptanya pemilu yang bersih dan adil. Dalam pemilu 2009 ini partisipasi masyarakat Lampung Barat sangat antuasias ini bisa kita lihat dari beberapa pandapat para partai politik yang melihat secara langsung kegiatan Pemilu di Lampung Barat. Pendapat Ahmad Tarkalil, “partisipasi masyarakat lampung barat cukup tinggi, ini bisa kita lihat dilapangannya hanya lima persen suara yang tidak sah, jadi cukup bagus menurut saya tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu 2009 ini”37.

36

Wawancara pribadi dengan Edison. Tanjung Karang, 22 november 2009.

37

Wawancara pribadi dengan Ahmad Tarkalil. Liwa 22 november 2009.

Sedangkan pendapat “Edison”, partisipasi masyarakat sudah cukup bagus, ini bisa kita lihat dari tidak adanya suatu yang membuat Negara menjadi kacau, tidak adanya kekacauan yang berakibat pada perpecahan suku, antar golongan dan antar etnis, jadi menurut saya partisipasi masyarakat pada pemilu 2009 ini cukup bagus. Dan pendapat ini diperkuat oleh penulis, karena peneliti melihat secara langsung bagaimana partisipasi masyarakat lampung barat pada pamilu 2009 lalu. “M. Dil Bakir” berpendapat, bahwa partisipasi masyarakat pada pemilu 2009 ini tidak menyeluruh, masyarakat hanya tahu bahwa mereka mempunyai kewajiban memberikan hak suara, namun yang jelas masyarakat tetap berpartisipasi untuk memberikan hak suara dalam pemilu kali ini.

3. Suara Sah Pada Pemilu 2009

Sebagaimana yang kita tahu bahwa pada pemilu 2009 ini tata cara pemberian suara sah pada pemilu 2009 baik dari tata cara pemberian suara dan mekanisme pemberian suara sah berbeda pada pemilu sebelumya, seperti yang dapat kita lihat didalam Peraturan KPU Nomor 03 Tahun 2009 dalam Bab III bagian II tentang pelaksanaan suara sah pada pemilu 2009 yang terdapat dalam pasal 40 dan 41 yang berbunyi38:

38

Lihat Peraturan Komisi Pemilihan Umum, Nomor 03 tahun 2009 yang dikeluarkan oleh badan penyelenggara Pemilihan Umum,h. 25-26

Pasal 40

(1) Suara pada surat suara pemilu 2009 anggota DPR/DPRD Provinsi/DPRD Kota/Kab DINYATAKAN SAH, jika:

a. Surat suara ditandatangani oleh Ketua KPPS;

b. Bentuk pemberitahuan tanda adalah TANDA CENTANG ( ) atau sebutan lainnya;

c. Pemberian tanda sebagaimana dimaksud pada huruf b, dilakuakn HANYA SATU KALI pada kolom NAMA PARTAI atau kolom NOMOR CALON atau kolom NAMA CALON anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kota/Kab ;

d. Sudut tanda centang ( ) atau sebutan lainya terdapat di dalam kolom nama partai politik walaupun ujung garis tanda centang

( melawati garis kolom nama partai; atau

e. Sudut tanda centang ( ) atau sebutan lainya terdapat pada kolom nomor urut atau kolom nama calon,tetapi bagian akhir garis tanda centang ( ) atau sbutan lainnya melampaui kolom nomor urt calon atau kolom nama calon.

(2) Suara pada surat suara Pemilu anggota DPD, dinyatakan sah apabila: surat sauar ditandatangani oleh Ketua KPPS;dan

f. Pemberian tanda sebagaimana dimaksud pada huruf b, dilakukan hanya satu kali pada foto salah satu calon anggota DPD;

g. Sudut tanda centang ( ) atau sebuatn lainnya terdapat dalam kolom yang termuat foto salah satu calon anggota DPD, walaupun ujung garis tanda centang ( ) atau sebutan lain melewati garis kolom foto salah satu calon Anggota DPD.

Pasal 41

(1) Dalam melaksanakan penghitungan suara sebagaimana dimaksud dalam pasal 40, apabila Ketua KPPS menemukan bentuk pemberian tanda pada surat suara selain dimaksud dalan pasal 40 ayat(1) huruf b, yaitu dalam bentuk TANDA COBLOS, atau TANDA SILANG (X), atau TANDA DATAR ( ), atau dalam keadaan tertentu tertentu, sehingga tanda centang ( ) atau sebutan lainya menjadi tidak sempurna yaitu dalam bentuk ( ) atau ( \ ), suaranya dianggap sah.

(2) Dalam melaksanakan penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila Ketua KPPS menemukan surat suara yang tidak terdapat nama calon dan/atau nama calon yang meninggal dunia atau tidak memenuhi syarat berdasarkan pengumuman KPPS dan diberi tanda pilihan tanda centang ( ) atau sebutan lainya atau tanda coblos, atau tanda silang, atau tanda datar, atau karena keadaan tertentu sehingga tanda centang atau sebutan lainya menjadi tidak sempurna yaitu dalam bnetuk

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), suara pada suara tersebut ditentukan:

a. Dianggap tidak sah untuk surat suara yang tidak terdapat nama calonnya;

b. Dianggap sah sebagai suara partai politik untuk surat suara yang nama calonya meninggal dunia atau dinyatakan tidak lagi memenuhi syarat berdasarkan pengumuman KPPS sebelum pemungutan dan penghitungan suara.

(3) Pengumuman KPPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, didasarkan atas:

a. Surat keterangan kematian dari instansi yang berwenang yang telah disahkan oleh PPS atas nama KPU Kabupaten/Kota, apabila meninggal dunia; dan /atau

b. Suarat pemberian PPS atas nama KPU Kabupaten/Kota berdasarkan keputusan KPU/KPU Provinsi/KPU Kabupaten/Kota, apabila tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon anggota DPR/DPRD Provinsi/ DPRD Kabupaten/Kota.

(4) Pemberian suara sebagaimana di maksud pada ayat (1), berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 40 ayat (1) huruf c, huruf d, dan

huruf e,39 suaranya dianggap sah, sedangkan suara yang tidak sah, suara yang tidak di atur dalam dua pasal diatas.

Berdasarkan peraturan tersebut menurut partai politik peserta pemilu yang ada dilampung barat ketika dilaksanakan dilapangannya, masyarakat tidak terlalu sulit seperti yang di kemukakan oleh Ahmad Tarkalil dari Partai Keadilan Sejartera40, beliau mengatakan perubahan dalam pemberian hak suara tidak terlalu sulit, meski masyarakat sudah terbiasa dengan coblos, hal ini dapat kita lihat tidak terlalu banyak yang kita jumpa banyaknya surat suara yang cacat. Dan ini menunjukan bahwa pemilu kali ini sudah bagus.

Dan pendapat ini diperkuat oleh Edison sebagai dewan pengurus wilayah Partai Amanat Nasional41, beliau mengatakan bahwa masyarakat tidak terlalu sulit dalam pemberian suara yang benar menurut Undang-Undang pemilu, meski ada sebagian masyarakat yang masih bingung, namun ini bisa diatasi oleh KPPS yang mempunyai tugas untuk memberikan arahan kepada pemilih. Pendapat ini pun sama seperti yang dikemukakan oleh M.Dil Bakir, Partai Demokrasi Perjuangan Indonesia42, beliau mengatakan meski ukuran kertas suara nya besar dan banyaknya caleg yang harus di pilih oleh masyarakat, namun masyarakat tidak terlalu kesulitan dalam pemberian suara, dari coblos beralih ke centang, menitik, dan bisa juga dengan tanda garis datar.

39

Lihat Peraturan Komisi Pemilihan Umum, Nomor 03 tahun 2009 yang dikeluarkan oleh badan penyelenggara Pemilihan Umum, h.26

40

Wawancara Pribadi dengan Ahmad Tarkalil. Liwa, 22 november 2009

41

Wawancara Pribadi dengan Edison. Bandar Lampung, 22 november 2009

42

4. Kampanye

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD dinyatakan bahwa kampanye Pemilu dilakukan

dengan prinsip bertanggung jawab dan merupakan bagian dari pendidikan politik masyarakat ( pasal 76). Hal ini juga diatur dalam Peraturan KPU No. 10/2009. Kampanye Pemilu adalah kegiatan peserta pemilu untuk meyakinkan para pemilih dengan maenawarkan visi, misi dan program peserta Pemilu termasuk mengajak memilih seseorang atau partai politik.

Namun tidak menurut salah satu partai politik, bahwa kampanye pada pemilu 2009 banyak melakukan kesalahan, baik dari cara berkempaye, banyak anggota parpol berkempanye dengan cara tertutup, dan ini merupakan pelanggaran yang dilakukan oleh peserta pemilu karena tidak sesuai dengan tatacara pemilu, bahwa pemilu yang benar seorang parpol harus berkampanye terbuka, lobi, dan debat antar partai politik (A, Tarkalil). Sedangkan pendapat Edison, dari partai Partai Amanat Nasional (PAN), kampanye pemilu 2009 ini para calon anggota partai melakukannya dengan aturan yang telah di tetapkan oleh KPU setempat, dan ini bisa kita lihat dari cara berkempaye, cara pemberian misi, visinya. Pendapat ini pun di ikuti oleh partai PDIP43, beliu mengatakan pemilu 2009 memberikan peluang yang cukup besar kepada calon anggota legislatif yang ingin menjadi anggota legislatif, dan ini bisa kita lihat dari cara

43

mereka berkempanye yang bersifat terbuka, dengan cara menyebarkan selemabaran, kalender, kaos,media massa maupun media elektronik.

5. Panwaslu ( Panitia Pengawas Pemilu)

Panitia pengawas pemilu mempunyai tugas terhadap pelaksanaan Undang- Undang oleh lembaga Negara yang berwenang secara fungsional sesuai dengan undang-undang.44 Berdasarakan kewengan yang di amanahkan oleh lembaga Negara, maka panwaslu berkewajiban memantau jalannya pemilu, agar tidak terjadi kecurangan antar anggota partai politik.

Kewajibanan ini dinilai oleh partai politik yang ada di lampung barat . Edison, berpendapat bahwa Panwaslu melakukan tugasnya dan ini bisa kita lihat ketika terjadinya penggelembungan suara di daerah Krui Lampung Barat dan panwaslu langsung melaporkannya ketingkat atasannya. Begitu pula dengan pendapat dari partai PKS, bahwa panwaslu mengawasi pelaksanaan sosialisasi, sehingga tidak ada laporan terjadinya pelanggaran ketika dilapangannya, meskipun Panwaslu tidak melakukan pembinaannya pada tingkat bawahannya ( A. Tarkalil), pendapat A.Tarkalil deperkuat dengan adanya pendapat dari partai PDIP M.Dil Bakir, belaiu mengatakan bahwa panwaslu bekerja secara maksimal dan ini bisa dilihat ketika adanya kasus d Bandar Lampung dimana terjadi kecurangan rekapitulasi

44

Hadi setia tunggal, Peraturan Perundang-undangan Pemilu 2009, ( Jakarta: Harvarindi: 2009), h. 238

dari kecamatan sampai kabupaten. Dan ini menunjukan bahwa panwaslu melakukan tugas dan wewenangnya sesuai dengan Undang-Undang pemilu

( pasal 46).

6. Tempat Pemungutan Suara ( TPS) Dengan melihat dasar hukum:

1. Undang-undang Nomor 10 tahun 2008 tentang pemilihan umum legislatif 2. Undang-undang-undang Nomor 22 tahun 2007 tentang penyelengaraan

pemilu

3. Peraturan KPU Nomor 03 tahun 2009 dan

4. Peraturan pemerintah pengganti undang-undang RI Nomor 01 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas UU Nomor 10 tahun 2008 tentang pemilu DPR,DPD dan DPRD.

Maka tugas dan kegiatan pelaksanan pemungutan suara di tempat pemungutan suara dari tata cara proses pemungutan suara, pemberian suara , dan bagaimana lagkah-langkah pemberian saura yang benar pada pemilu 2009, petugas TPS menjalankannya dengan baik, dan ini bisa kita lihat tidak adanya masyarakat yang merasa bingung ketika sudah berada di tempat pemungutan suara (TPS) (Edison). Begitu pula dengan“A.Tarkali”45, beliau mengatakan ketika di TPS masyarakat tidak bingung, dan ini bisa kita lihat ketika ada masyarakat yang cacat sehingga kesulitan dalam pemberian suara untuk pemilu, namun petugas

45

TPS membantunya masuk kedalam bilik suara, untuk memberikan kemudah kepada masyarakat tersebut. Dan “M. Dil Bakir”46 sependapat, bahwa pada pemilu 2009 ini petugas TPS cukup cekatan dalam menangani ketika ada masalah di lapangannya.

Dengan demikian, berdasarkan hasil wawanacara dari ketiga tokoh partai politik ( Partai PDIP, Partai PKS dan Partai PAN) mereka berpendapat bahwa peraturan yang dikeluarkan oleh lembaga Komisi Pemilihan Umum Nomor 03 Tahun 2009 tentang Suara Sah pada pemilu 2009 bisa dikatakan berhasil. Karena peraturan yang dikeluarkan oleh KPU pada pemilu 2009 ini memberikan kemudahan bagi masyarakat, walaupun ada sebagaian masyarakat yang tidak paham akan tata cara pemungutan suara pada pemilu 2009, mengingat adanya perubahan baik dari segi ukuran kertas suara, yang masing-masing pemilih harus memiliki empat kertas suara dengan warna yang berbeda-beda.

Warna kuning untuk surat suara pemilihan umum 2009 anggota dewan perwakilan rakyat (DPR), warna merah jambu (phink) surat suara pemilihan umum 2009 anggota perwakilan daerah (DPD), warna biru untuk surat suara pemilihan umu 2009 anggota dewan perwakilan rakyat daerah propinsi (DPRD Propinsi), dan waran hijau surat suara pemiihan umum 2009 anggota dewan perwakilan rakyat daerah kabupaten/kota ( DPRD Kab/Kota) serta tata cara pemberian suara yang benar baik anggota legislatif maupun eksekutif. (Presiden dan wakil presiden). Namun kesulitan ini bisa diatasi, karena ketika di tempat

46

pemungutan suara (TPS), kesulitan yang dihadapi oleh masyarakat bisa diatasi.47Jadi menurut hemat penulis, praktek pelaksanaan peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 03 tahun 2009 yang ada dilampung barat bisa dikatakan sukses, berdasarkan wawancara pribadi kepada tokoh partai politik dan ketua KPU yang ada dilampung barat.

B. Pandangan Partai Politik Peserta Pemilu terhadap pelaksanaan Peraturan

Dokumen terkait