IMPLEMENTASI PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NO 03 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERLAKUAN SUARA SAH PADA PEMILU
2009 DI LAMPUNG BARAT MENURUT PARTAI POLITIK Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh: ROHMASARI
105045201532
KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH JURUSAN JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam mengatasi krisis legitimasi setelah reformasi, pemerintah transisi
melaksanakan pemilihan umum yang relatif berhasil. Legitimasi kekuasaan yang
bersumber dari persetujuan rakyat (concent of the people) menjadi sangat penting,
karena dengan itu diharapkan tercipta stabilitas politik yang nyata dan
pemerintahan yang efektif. Sesungguhnya sistem pemilu Indonesia sudah
beragam.Beberapa pemilu lokal seperti Yogyakarta, Minahasa, Makasar di tahun
1952, memilih sistem pemilu langsung (calon) atau tidak langsung (partai)1. Tapi gagasan perwakilan proporsional telah dimulai sejak KNIP
difungsikan sebagai DPR di bawah pimpinan Sjahrir, yang mengubah kabinet
presidensil pimpinan Soekarno menjadi pemerintahan parlementer. Walaupun
begitu, barulah dalam UU No. 7 Tahun 1953 tentang Pemilu yang mendasari
Pemilu 1955, untuk pertama kalinya dipastikan penggunaan sistem proporsional.2 Selanjutnya enam Pemilu Orde Baru menggunakan sistem proporsional. Varian
sistem proporsional yang mengadopsi sistem Pemilu mayoritas (distrik) dimulai
dalam pemilu dengan kombinasi memilih partai dan calon, di bawah ketentuan
1
Jurnal Ilmu Pemerintahan, hal. 3
2
Pasal 15 ayat 2 UU No.7 Tahun 1953 tentang Pemilu,berbunyi:” Masing-masing daerah pemilihan memilih anggota Konstituante dan DPR, yang jumlahnya seimbang denagn jumlah penduduk warga negaranya”.
pembagian kursi DPR berdasarkan daftar calon dimulai dengan nomor urut kecil,
sehingga akhirnya kemenangan calon ditentukan berdasarkan sistem
proporsional.3 Untuk itu, dalam skripsi ini, penulis tidak akan terlalu banyak menyingung tentang sejarah pemilu pada masa Orde Lama.
Berbagai peraturan perundangan yang dianggap tidak memiliki elemen
demokrasi yang kuat, sementara partai kalah otomatis berperan sebagai oposisi
melembaga di dalam sistem pemerintahan untuk menjaga diubah dalam
penyelenggaraan pemilu 1999, kemudian disempurnakan dalam pemilu 2004.
Pemilihan Umum Indonesia 2004 adalah pemilu pertama yang memungkinkan
rakyat untuk memilih presiden secara langsung, dan cara pemilihannya
benar-benar berbeda dari Pemilu sebelumnya.
Indonesia memasuki babak baru sejak diberlakukannya Undang-Undang
No. 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, Undang-undang
Nomor 2 Tahun 2008 yang mengatur Partai Politik, Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2009 mengatur tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD serta
Undang-Undang Nomor 42 mengatur tentang Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden4, pergeseran paradigma peraturan Pemerintah terhadap pemilu, otomatis menuntut posisi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota yang sebelumnya bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD), saat ini menjadi lembaga independen yang memiliki
3
Lihat UU No.12 Tahun 2003 tentang Pemilu, dalam Himpunan UU bidang Politik, KPU, 2003
4
hubungan hierarkhis dengan KPU Pusat. Kalau sebelumnya KPU dan KPUD
tidak memiliki hubungan secara struktural, UU Penyelenggara Pemilu
mensyaratkan sifat hierarkis hingga ke tingkat KPU Kabupaten/Kota. Sifat ini
memunculkan hubungan yang lebih subordinatif antara KPU dengan KPU
Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota. diberlakukannya UU Penyelenggara Pemilu
sekaligus mewadahi aturan hukum penyelenggara pemilu.
Penyempurnaan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur penyelenggaraan pemilihan umum ini juga dimaksudkan untuk lebih
meningkatkan fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi
penyelenggaraan pemilihan umum5.Didalam pelaksanaan pemilihan umum kita tahu bahwa pemilihan umum merupakan syarat tegaknya negara demokrasi, dan
pemilu merupakan media untuk memilih seseorang yang akan dicalonkan sebagai
kepala negara.
Pemilihan Umum (pemilu) sebagai bagaian dari sistem demokrasi adalah
sebuah keniscayaan. Karena melalui pemilu tidak hanya menjamin berlansungnya
proses sirkulasi dan regenerasi kekuasaan. Tetapi partiipasi dan representasi atas
kepentingan rakyat terhadap terpenuhinya pemerintahan yang baik, akan senantisa
terjaga. Kepentingan rakyat sebagai bagian dari hak-hak konstitusional yang
harus selalu dijamin, dilindungi dan dijunjung tinggi. Oleh karena itu sistem
pemilu yang dibangun, hendaknya dikreasikan dengan tujuan dan maksud
5
tersebut. Termasuk didalam setiap penyelenggara pemilu, diharapkan dapat
berjalan secara jujur dan adil (free and fair election) serta transparan.6
Namun pada kenyataannya di lapangan tidak begitu mengikuti aturan
yang telah ditetapkan oleh UU RI Nomor 22 tahun 2007 tentang penyelenggaraan
pemilihan umum. Banyak terjadinya money politik, penggelembungan suara di
berbagai daerah dan pendataan penduduk yang tidak jelas, dan ini menurut hemat
penulis dari hasil survei di lapangan begitu banyaknya kecurangan yang terjadi,
dan ini seharusnya menjadi perhatian khusus kepada lembaga penyelenggara
pemilu yang seharusnya menjadi salah tugas dari KPU daerah kabupaten lampung
barat itu sendiri untuk memberikan sosialisasi atau pemahaman kepada
masyarakat (partai politik), yang sesuai dengan UU pemilihan umum.
Ketidaktahuan ini tentu mengundang peneliti untuk melakukan survei, mengapa
begitu banyaknya masyarakat ( partai politik) yang tidak tahu akan mekanisme
pemilihan umum pada tahun 2009, sebagaimana yang kita tahu bahwa mekanisme
pemilu tahun 2009 berbeda pada pemilu tahun 2004 silam?, sebagaimana yang
terdapat dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum No. 03 tahun 2009 BAB III
Perhitungan Suara Bagian Kedua: kegiatan Pelaksanaan Suara Sah Pada Pemilu
2009 sebagaimana yang terdapat dalam pasal (40) dan (41).7
6
Yulianto,dkk, Pelanggaran Pemilu 2009 dan Tata Cara Penyelesianya, (Jakarta: KRHN, 2009),Cet. I, h. v
7
Dengan melihat latar belakang yang di paparkan oleh penulis, maka
penulis terdorong untuk melakukan penelitian dan pembahasan skripsi dengan
judul:
“Implementasi Peraturan Komisi Pemilihan Umum No. 03 Tahun 2009 Tentang
Pemberlakuan Suara Sah Pada Pemilu 2009 Di Lampung Barat Menurut Partai
Politik”
B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH
Untuk mempermudah pembahasan dan agar pokok permasalahan tidak
melebar kemana-mana serta sesuai dengan latar belakang di atas, dengan
memperhatikan Undang-Undang No. 22 tahun 2007 tentang penyelenggara
Pemilu, Undang No. 02 tahun 2008 tentang partai politik,
Undang No. 10 tahun 2008 tentang Pemilu anggota legislatif, dan
Undang-Undang No. 42 tahun 2008 tentang Pemilu presiden dan wakil presiden, serta
wawancara dari partai politik Lampung Barat, yakni partai PDIP, partai PAN dan
partai PKS, maka pembahasan ini terfokus pada implementasi peraturan KPU
Nomor 03 tahun 2009 selama pemilu tahun 2009 menurut pandangan Partai
Politik yang berada di kabupaten Lampung Barat, supaya terlaksananya pemilihan
umum yang baik. Karena pemilu merupakan syarat tegaknya negara demokrasi
yang memberikan keadilan yang merupakan sebuah cita-cita masyarakat sejak
Dari masalah yang diidentifikasi dan pembatasan masalah yang akan dapat
dirumuskan masalahnya sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat pemahaman masyarakat dalam proses sosialisasi pemilu
2009 yang dilakukan oleh KPU Lampung Barat?
2. Bagaimana pandangan partai politik peserta pemilu 2009 terhadap
implementasi Peraturan Komisi Pemilihan Umum No. 03 tahun 2009 tentang
pelaksanaan suara sah pada pemilu 2009 di Lampung Barat?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Adapun tujuan yang hendak dicapai oleh penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui penerapan peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 03
tahun 2009 di Lampung Barat terhadap Pemilu 2009.
2. Untuk mengetahui sejauhmana implementasi peraturan KPU Nomor 03 tahun
2009 yang ada di Lampung Barat yang dilakukan oleh KPU menurut partai
politik.
Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah:
1. Teoritis: Penelitian ini berguna untuk memberikan informasi dan kontribusi
bagi kalangan intelektual, akademisi dan masyarakat umum yang ingin tahu lebih
lanjut tentang implentasi peraturan komisi pemiliha umum Nomor 03 tahun 2009
tentang suara sah pada pemilu 2009 di Lampung Barat menurut partai politik
2. Kebijakan: Tulisan ini juga bertujuan untuk menambah khasanah keilmuan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Fakultas Syari’ah
dan Hukum. Tulisan ini juga diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi
Pemerintah Daerah Lampung Barat, khusus nya komisi pemilihan umum
kabupaten lampung barat.
D. REVIEW STUDI TERDAHULU
No Identitas Judul/subtansi Perbedaan
1 Abdul Hadi
bin
Aripin
Nilai-Nilai Ketatanegaraan
Islam Dalam Pelaksanaan
Pemilu Di Malaysia (2008)
Skripsi Ini Hanya Membahas
Tentang Nilai Keadilan,
Mandiri Dan Transparansi
Dalam Pemilu Di Malaysia,
Sedangkan Penelitian Penulis
Ini Menjelaskan Bagaimana
Pelaksanaan Suara Sah Pada
Pemilu 2009 Di Lampung
Barat.
2 Fauzi
Ahmad
Badrul
Fuad
Pandangan Pengaruh Pondok
Pesantren Di Kec. Pakuhaji
Terhadap Pengunaan Alat
Elektronik Dalam Pelaksanaan
Skripsi Ini Membahas
Tentang Pengunaan Alat
Elektronik Dalam Pelaksanaan
Shalat Jum’at (2008) Penulis Menjelaskan
Pandangan Partai Politik
Dalam Pelaksaan Peraturan
KPU No. 03 Tahun 2009 Di
Lampung Barat.
3 Hendri
Sukri
Implementasi Kebijakan
Program Dana Pembangunan
Desa Cempaka Putih Kec.
Ciputat Kab. Tanggerang
Tulisan Ini Membahas
Tentang Proses Implementasi
Kebijakan Program Dana
Pembangunan Dan Partisipasi
Masyarakat Serta Bagaimana
Dampak Dari Implementasi
Program Dana Pembangunan
Di Kec. Cemapaka Putih. Pada
Skripsi Ini Jelas Berbeda,
Karena Penulis Mengkaji
Tentang Implementasi
Peraturan KPU No.93 Tahun
2009 Tentang Pelaksanaan
Suara Sah Pada Pemilu 2009
Di Lampung Barat Menurut
E. METODE PENELITIAN
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dalam menyusun skripsi ini penulis menggunkan metode yang
bersikap deskriptif kualitatif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan
memberikan gambaran terhadap keadaan seseorang, lembaga, atau masyarakat
sekarng ini, berdasarkan faktor-faktor, latar belakang pendidikan yang
nampak dalam situasi yang diselidiki. Penelitian ini terbatas pada usaha
mengungkapkan suatu masalh dan keadaan sebagaimana keadaan, sehingga
hanya merupak penyingkapan fakta.8
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan adalah studi lapangan (field research),
yaitu suatu cara pendekatan dengan jalan terjun langsung ke lapangan untuk
mendekatkan data yang dibutuhkan. Untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan penulis mencoba untuk menggunakan da sumber data, yaitu:
a. Data Primer
Data Primer antara lain : data yang diperoleh dari hasil wawancara kepada
tokoh partai politik yang ada di Lampung Barat dengan jumlah partai yang
ada tiga puluh enam partai politik yang ikut Pemilu pada tahun 2009, dan
penulis hanya mengambil sample tiga partai yang mendapatkan suara yang
8
terbanyak PDIP, partai PAN mendapat suara sedang dan PKS yang
mendapat suara yang kalah pada Pemilu legislatif 20099. b. Data Sekunder
Data Sekunder antara lain : data yang diperoleh melalui data-data yang
telah diteliti dan dikumpulkan oleh pihak lain yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian ini baik berupa buku, koran, majalah maupun
melalui media internet.
3. Tehnik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data ialah tehnik atau cara-cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk mnegumpulkan data. Metode (cara atau teknik)
menukjukkan suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda,
tetapi hanya dapat dilihat penggunaannya melalui: wawancara, pengamatan,
ujian (tes), dokumentasi, dan lainnya. Dan peneliti dapat menggunakan salah
satu atau gabungan tergantung dari masalah yang dihadapi. Adapun teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
a. Wawancara
yaitu proses tanya jawab yang dilakukan oleh penulis kepada partai
politik yang ada di Lampung Barat dengan cara face to face.
9
Digunakan untuk memperoleh informasi yang lebih jelas dan akurat
berkaitan dengan hal yang diteliti.10 b. Observasi ( penelitian lapangan)
Peneliti mengadakan pengamatan secara langsung ke lapangan, hal ini
dilakukan oleh penulis bertujuan untuk mengetahui permasalahan
yang terjadi dilapangannya.
c. Dokumentasi
Pengumpulan data-data sekunder mengenai lahan penelitian yang
didapatkan dari berbagai sumber tertulis seperti arsip, dokumen resmi,
foto, data statistic dan sejenisnya yang diharapkan dapat mendukung
analisis penelitian.
4. Teknik Analisis Data
Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan sepenuhnya dianalisis
secara kualitatif. Analisis data dilakukan setiap saat pengumpulan data di
lapangan sacara berkesinambungan. Diawali dengan proses klarifikasi data agar
tercapai konsistensi di lapangan dengan langkah abstrkaksi-abstraksi teoritis
terhadap informasi lapangan, dengan mempertimbangkan menghasilkan
10
pernyataan-pernyataan yang sangat memungkinkan dianggap mendasar dan
universal.11
F. TEKNIKPENULISAN SKRIPSI
Teknik penulisan skripsi ini merujuk pada buku pedoman penulisan
skripsi, tesis, disertasi, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press 2008, dengan pengecualian
kutipan tercemahan al qur’an dan hadits di tulis satu spasi.
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk lebih mempermudah pembahasan dan penulisan pada skripsi ini
maka penulis mengklarifikasikan permasalahan dalam beberapa bab, dengan
sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB 1 Merupakan pendahuluan yang mengambarkan tentang: Latar belakang yang mendasari bagaimana penting untuk dibahas dengan
membatasi masalahnya, tujuan dan manfaat penelitian, metodelogi
penelitian, tinajauan pustaka, teknik penulisan, dan sistimatika
penulisan skripsi.
BAB II Kajian teori yang membahas tentang penjelasan tentang peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 03 tahun 2009, Komisi Pemilihan
11
Umum yang membahas tentang kedudukan KPU, tugas dan
wewenang KPU dan sruktur KPU.
BAB III Partai Politik dan Gambaran umum Kabupaten Lampung Barat; pengertian partai politik, asal usul dan pendirian partai politik,
kedudukan partai politik dan gambaran umum Kabupaten Lampung
Barat.
BAB IV Analisis penerapan Peraturan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 03 tahun 200 tentang pelaksanaan suara sah pada pemilu
2009 di lampung barat terdiri dari penerapan peraturan KPU Nomor
03 tahun 2009 tentang suara sah pada pemlu 2009 di Lampung
Barat, pandangan partai politik terhadap pelaksanaan Peraturan KPU
pada Pemilu 2009.
BAB II KAJIAN TEORI
A. PENJELASAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 03 TAHUN 2009
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 tahun 2007 mengatur tentang
Penyelenggaraan Pemilihan Umum,Undang-Undang Nomor 02 tahun 2008
tentang Partai Politik, Undang-Undang Nomor 10 tahun 2008 mengatur tentang
Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD, Undang-Undang Nomor 42
tahun 2008 mengatur tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden,serta berbagai
Peraturan Pemerintah, perlu menetapkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Nomor 03 tahun 2009 tentang pedoman teknis pelaksanaan pemungutan
dan penghitungan di tempat pemungutan suara dalam pemilihan umum 200912. Dengan memperhatikan konsideran peraturan Komisi Pemilihan Umum
(KPU) sebagai lembaga Negara yang diamanahkan oleh Undang-Undang Dasar
1945, maka dari itu hasil rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum (KPU) tanggal 4
Februari 2009 memutuskan dan menetapkan peraturan Komisi Pemilihan Umum
tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Pemungutan Suara Dan Penghitungan
Suara Di Tempat Pemungutan Suara Dalam Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat
12
Daerah Provinsi Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Tahun
2009 sebagaimana yang terdapat dalam Bab III bagian II tentang pelaksanaan
suara sah pada pemilu 2009 yang terdapat dalam pasal 40 dan 41 yang berbunyi13:
Pasal 40
(1) Suara pada surat suara pemilu 2009 anggota DPR/DPRD Provinsi/DPRD
Kota/Kab DINYATAKAN SAH, jika:
a. Surat suara ditandatangani oleh Ketua KPPS;
b. Bentuk pemberitahuan tanda adalah TANDA CENTANG ( ) atau
sebutan lainnya;
c. Pemberian tanda sebagaimana dimaksud pada huruf b, dilakuakn
HANYA SATU KALI pada kolom NAMA PARTAI atau kolom
NOMOR CALON atau kolom NAMA CALON anggota DPR,
DPRD Provinsi, dan DPRD Kota/Kab ;
d. Sudut tanda centang ( ) atau sebutan lainya terdapat di dalam kolom
nama partai politik walaupun ujung garis tanda centang
( melawati garis kolom nama partai; atau
e. Sudut tanda centang ( ) atau sebutan lainya terdapat pada kolom
nomor urut atau kolom nama calon,tetapi bagian akhir garis tanda
centang ( ) atau sbutan lainnya melampaui kolom nomor urt calon
atau kolom nama calon.
13
(2) Suara pada surat suara Pemilu anggota DPD, dinyatakan sah apabila:
a. surat sauar ditandatangani oleh Ketua KPPS;dan
b. bentuk pemberian tanda adalah tanda centang ( ) atau sebutan
lainya;
c. pemberian tanda sebagaimana dimaksud pada huruf b, dilakukan
hanya satu kali pada foto salah satu calon anggota DPD;
d. sudut tanda centang ( ) atau sebuatn lainnya terdapat dalam kolom
yang termuat foto salah satu calon anggota DPD, walaupun ujung
garis tanda centang ( ) atau sebutan lain melewati garis kolom foto
salah satu calon Anggota DPD.
Pasal 41
(1) Dalam melaksanakan penghitungan suara sebagaimana dimaksud dalam
pasal 40, apabila Ketua KPPS menemukan bentuk pemberian tanda pada
surat suara selain dimaksud dalan pasal 40 ayat(1) huruf b, yaitu dalam
bentuk TANDA COBLOS, atau TANDA SILANG (X), atau TANDA DATAR ( ), atau dalam keadaan tertentu tertentu, sehingga tanda centang ( ) atau sebutan lainya menjadi tidak sempurna yaitu dalam
bentuk ( ) atau ( \ ), suaranya dianggap sah.
(2) Dalam melaksanakan penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) apabila Ketua KPPS menemukan surat suara yang tidak terdapat
memenuhi syarat berdasarkan pengumuman KPPS dan diberi tanda
pilihan tanda centang ( ) atau sebutan lainya atau tanda coblos, atau
tanda silang, atau tanda datar, atau karena keadaan tertentu sehingga
tanda centang atau sebutan lainya menjadi tidak sempurna yaitu dalam
bnetuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1), suara pada suara tersebut
ditentukan:
a. dianggap tidak sah untuk surat suara yang tidak terdapat nama
calonnya;
b. dianggap sah sebagai suara partai politik untuk surat suara yang nama
calonya meninggal dunia atau dinyatakan tidak lagi memenuhi syarat
berdasarkan pengumuman KPPS sebelum pemungutan dan
penghitungan suara.
(3) Pengumuman KPPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b,
didasarkan atas:
a. surat keterangan kematian dari instansi yang berwenang yang telah
disahkan oleh PPS atas nama KPU Kabupaten/Kota, apabila
meninggal dunia; dan /atau
b. suarat pemberian PPS atas nama KPU Kabupaten/Kota berdasarkan
keputusan KPU/KPU Provinsi/KPU Kabupaten/Kota, apabila tidak
lagi memenuhi syarat sebagai calon anggota DPR/DPRD Provinsi/
(4) Pemberian suara sebagaimana di maksud pada ayat (1), berlaku ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 40 ayat (1) huruf c, huruf d, dan
huruf e.14
B. KOMISI PEMILIHAN UMUM
1. Kedudukan Komisi Pemilihan Umum
Komisi Pemilihan Umum berkedudukan di ibu kota kabupaten/kota,
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 2007 tentang
penyelenggara pemilihan umum yang terdapat dalam pasal 4 ayat (3)15
2. Tugas dan Wewenang Komisi Pemilihan Umum
(1) Tugas dan wewenang Komisi Pemilihan Umum dalam penyelenggaraan
Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sebagaimana yang terdapat dalam UU No 22
Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum yang terdapat dalam pasal
10, meliputi:
a. Menjabarkan program dan pelaksaan anggaran serta menetapkan jadwal di
Kabupaten/Kota;
14
Lihat Peraturan Komisi Pemilihan Umum, Nomor 03 tahun 2009 yang dikeluarkan oleh badan penyelenggara Pemilihan Umum, h.26
15
b. Melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan di Kabupaten/Kota
berdasarkan peraturan perundang- undangan;
c. Membentuk PKK, PPS, dan KPPS dalam wilayah kerjanya;
d. Mengkoordinasikan dan mengendalikan tahapan penyenggaraan oleh PKK,
PPS, dan KPPS dalam wilayah kerjanya;
e. Memutakhiran data pemilih berdasarkan data kependuduk dan penetapan data
pemilih sebagai daftar pemilih;
f. Menyampaikan daftar pemilih kepada Provinsi;
g. Menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan suara Pemilu
Anggota Dewan Perwakilana Daerah Kabupaten/Kota berdasarkan hasil
reakitulasi penghitungan suara PPK dengan berita acara rekapitulasi suara
dan sertifikat rekapitulasi suara;
h. Melakukan dan mengumumkan rekapitulasi hasil penghitungan suara Pemilu
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota
yang bersangkutan berdasarkan berita acara hasil rekapitulasi penghitungan
suara di PPK;
i. Membuat berita acara penghitungna suara serta membuat sertifikat
penghitungan suara dan wajib menyerahknnya kepada saksi peserta
Pemilu,Panwaslu Kabupaten/Kota, dan KPU Provinsi;
j. Menertibkan keputusan KPU Kabupaten/Kota untuk mengesahkan hasil
k. Mengumumkan calon Anggota Dewan Perwakilana Rakyat Daerah
Kabupatn/Kota terpilih sesuai dengan alokasi jumlah kursi setiap daerah
pemilihan di Kabupaten/Kota yang bersangktan dan membuat berita acaranya;
l. Memeriksa pengaduan dan /atau laporan adanya pelanggaran kode etik yang
dilakukan oleh PPK, PPS, dan KPPS;
m. Menindaklanjuti dengan segera temuan dan laporan yang disampaikan oleh
Panwaslu Kabupaten/Kota;
n. Menonaktifkan sementara dan/ atau mengenakan sanksi administratif kepada
anggota PKK, PPS, sekretaris KPU Kabupaten/Kota, pegawai sekretaris KPU
Kabipaten/Kota yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan
terganggunya Pemilu yang sedang berlangsung berdasarkan rekomendasi
Panwaslu Kabupaten/Kota dan ketentuan peraturan perundang-undangan;
o. Menyelenggarakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu dan atau yang
berkaitan dengn tugas dan wewenang KPU Kabupaten/Kota kepada
masyarakat;
p. Melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap tahapan penyenggaraan
Pemilu; dan
q. Melaksanakan tugas da wewenanga lain yang diberikan oleh KPU, KPU
Provinsi, dan/atau udang-undang;
(2) Tugas dan wewenang Komisi Pemilihan Umum dalam penyelenggaraan
Undang-Undang No 22 tahun 2007 tentang penyelenggara pemilihan umum yang terdapat
dalam pasal 10, meliputi16:
a. Menjabarkan program dan pelaksaan anggaran serta menetapkan jadwal di
kabupaten/kota;
b. Melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan di kabupaten/kota
berdasarkan peraturan perundang- undangan;
c. Membentuk PKK, PPS, dan KPPS dalam wilayah kerjanya;
d. Mengkoordinasikan dan mengendalikan tahapan penyenggaraan oleh PKK,
PPS, dan KPPS dalam wilayah kerjanya;
e. Memutakhiran data pemilih berdasarkan data kependuduk dan penetapan data
pemilih sebagai daftar pemilih;
f. Menyampaikan daftar pemilih kepada Provinsi;
g. Melakukan rekapitulasi hasil penghitungan suara pemilu presiden dan wakil
presiden di Kabupaten/Kota yang bersangkutan berdasarkan hasil rekapitulasi
penghitungan suara di PPK dengan membuat berita acara penghitungan suara
dan sertifikat hasil penghitungan suara;
h. Membuat berita acara penghitungna suara serta membuat sertifikat
penghitungan suara dan wajib menyerahknnya kepada saksi peserta
Pemilu,Panwaslu Kabupaten/Kota, dan KPU Provinsi;
i. Memeriksa pengaduan dan /atau laporan adanya pelanggaran kode etik yang
dilakukan oleh PPK, PPS, dan KPPS;
16
j. Menindaklanjuti dengan segera temuan dan laporan yang disampaikan oleh
Panwaslu Kabupaten/Kota;
k. Menonaktifkan sementara dan/atau mengenakan sanksi administratif kepada
anggota PKK, PPS, sekretaris KPU Kabupaten/Kota, pegawai sekretaris KPU
Kabupaten/Kota yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan
terganggunya Pemilu yang sedang berlangsung berdasarkan rekomendasi
Panwaslu Kabupaten/Kota dan ketentuan peraturan perundang-undangan;
l. Melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu dan atau yang berkaitan
dengan tugas dan wewenang KPU Kabupaten/Kota kepada masyarakat;
m. Melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap tahapan penyenggaraan
Pemilu;
3. Struktur Kepengurusan Komisi Pemilihan Umum Lampung Barat
Dasar : Peraturan KPU No. 22 tahun 200817
17
Lihat Peraturan KPU No. 22 Tahun 2008
Anggota KPU Sekretaris
BAB III
PARTAI POLITIK DAN GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG BARAT
B. PENGERTIAN PARTAI POLITIK
Secara umum partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang
anggota-anggotanya mempunyai orientasi nilai-nilai, cita-cita yang sama. Tujuan
kelompok ini adalah memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan
politik (biasanya) dengan cara konstitusional untuk melaksanakan
kebijakan-kebijakan mereka.18
Untuk mengetahui apa dan bagaimana partai politik beroperasi, ada baiknya
kita melihat kembali literature yang terkait dengan partai palitik. Max Weber
dapat dikatagorikan sebagai pendiri pemikiran politik modern (Brechon, 1999).
Dalam bukunya yang berjudul Economi et Societi (1959) Max Weber
menekankan aspek profesionalisme dalam dunia politik modern. Partai politik
kemudian mendefinisikan sebagai organisasi public yang bertujuan untuk
membawa pemimpinya berkuasa dan memungkinkan para pendukuknya (politisi)
untuk mendapatkan keuntungan dari dukungan tersebut. Partai politik menurut
Max Weber sangat berkembang pesat di abad ke 19 karena didukung oleh
18
legitimasi legal-rasional.19 Partai politik adalah alat yang paling ampuh bagi manusia untuk mencapai tujuan-tujuan politiknya.20 Hubungan antara partai sebagai institusi yang menjadi alat manusia untuk mengendalikan kekuasaan
dengan masyarakatnya sangat erat sekali. Sebagaimana yang dikutip oleh Prof.
Mariam Budiarjo ada beberapa pengertian tentang partai politik antara lain:21 pertama Carl j. Fedrich, partai politik adalah sekelompok manusia yang
terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut mempertahankan penguasa
terhadap pemrintahan bagi pemimpin partainya dan berdasarkan penguasa ini
memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat adil maupn
materil (apolitical party is a group of human beings, stably organized with
objective of maintaining of is leader the control of a government with the further
objcktive of giving to member of the party through such control ideal and
material benefits and adventages),
Kedua R.H. Soltau, partai politik adalah sekelompok warga Negara yang
sedikit banyak terorganisir yang bertindak sebagai satu kesatuan politik dan yang
dengan memanfaatkan kekuasaanya untuk memilih bertujuan menguasai
pemerintahan dan melaksanakan kebijakan umum mereka (A group of citizen
more or les organized who act as a political unit and who by the use of their
voting power aim to control the government and cary out their general political)
19
Firman, Mengelola partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era Demokrasi, ( Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), Cet. Pertama, h.66
20
M. Rusli Karim, dkk, Perjalan Partai Politik Di Indonesia ,( Yokyakarta:CV.Rajawali-Jakarta, 1983), h.1
21
ketiga Sigmun Nauman mendefinisikan partai politik adalah organisasi dari
aktivitas-aktivitas politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintah
serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan dengan golongan atau
golongan-golongan lain yang mempunyai pandanagan berbeda (A political party
is the particulate organization of society’s active political agents, those are
concerned white the control of the governmental power and who compete for
popular support with another group’s holding divergen view’s). Sedangkan
menurut Undang- Undang Nomor 02 tahun 2008 tentang partai politik yang
terdapat pada BAB I Pasal (1) Partai Politik adalah organisasi tang bersifat
nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga Negara Indonesia secara sukarela
atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela
kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan Negara, serta memelihara
keutuhan Negara kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-undang dasar Negara republik Indonesia tahun 1945.22
Sedangkan dalam bukunya Wirjono Prodjodikoro yang berjudul : “Asas-asas
Ilmu Negara” partai politik didefinisikan sebagai berikut: bahwa yang dimaksud
partai politik adalah perkumpulan yang terorganisir untuk menyokonh suatu
prinsip ataua asas yang oleh perkumpulan itu diusahakan melalui cara-cara yang
sesuai konstitusi atau UUD agar menjadi penentuan atas dasar cara pelaksanan
pemrintahan, pengikatan tersebut dimaksudkan sebagai kepentingan bersama
22
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik
diantara mereka. Oleh karena itu partai politik merupakan media yang diciptakan
untuk mengemukakan kepentingan-kepentinganyang meliputi seluruh rakyat,
adapun usahanya secara jelas untuk mencapai kekuasaan dalam alat”
perlengkapan neagra baik legislatif maupun eksekutuf.23
B. ASAL MULA DAN PROSES PENDIRIAN PARTAI POLITIK
Ada tiga teori yang menjelaskan asal usul partai politik.24 Pertama teori kelembagaan yang melihat ada hubungan antara parlemen awal dan timbul partai
politik, kedua teori situasi histories yang melihat timbulnya partai sebagai upaya
suatu system politik untuk mengatasi krisis yang timbul dengan perubahan
mayarakat secara luas, ketiga teori pembangunan yang melhat partai politik
sebagai produl modernisasi social ekonomi.25
Teori pertama mengatakan partai politik dibentuk oleh kalangan legislatif dan
eksekutif, karena ada kebutuhan para anggota parlemen (yang ditentukan
berdasarkan pengangkatan) untuk mengadakan kontrak dengan masyarkat dengan
membina dukungan dari masyarakat. Setelah partai politik terbentuk dan
dijalankan fungsinya, kemdian muncul partai-partai lain yang dibnetuk oleh
kalangan masyarakat. Partai politik yang terakhir ini biasanya dibentuk oleh
kelompok kecil pemimpin masyarakat yang sadar politik berdasarkan penelian
23
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Ilmu Negara, ( Jakarta: Gresco, 1981), h. 100-101
25
bahwa politik yang dibentuk pemerintah tidak mampu menampung dan
memperjuangkan kepentingan mereka.
Hal ini tidak hanya ditemui diwilayah atau bangsa yang tengah dijajah yang
membnetuk parati politik, sebagai alat mobilisasi masa untuk memperjuangkan
kemerdekaan. Dan juga dapat ditemui dalam masyarakat Negara maju diamana
kelompok masyarakat yang kepentingannya kurang terwakili dalam sistem
kepartaian yang ada membentuk sendiri, seperti partai dalam system kepartaian
yang ada membentuk partai sendiri, seperti partai buruh di Inggris, dan Australia,
dan juga partai hijau di Jerman.26
Teori kedua menjelaskan krisis histories terjadi manakala suatu system politik
mangalami masa transisi karena perubahan masyarakat dari bentuk tradisional yag
berstuktur sederhana menjadi masyarakat modern yang berstruktur komplek. Pada
situasi ini terjadi berbagai perubahan, seperti pertambahan penduduk karena
perbaikan fasilitas kesehatan, perluasan pendidikan, mobilitas, okupasi,
perubahan pola pertanian, dan industri partaisipasi media, and harapan-harapan
baru, dan munculnya gerakan-gerakan populis. Perubahan-perubahan itu
menimbulkan tiga macam krisis yaitu krisis legitimsi, krisis integrai, dan krisis
partisipasi. Artinya perubahan-perubahan itu mengakibatkan mayarakat
mempertanyakan prinsip-prinsip yang mendasari legitimasi kewenagan pihak
yang memerintah menimbulkan masalah dalam identitas yang menyetukan
26
masyarakat sebagai suatu bangsa dan mengakibatkan timbulnya tuntutan yang
semakin besar untuk ikut serta dalam proses politik. Dan untuk mengatasi tiga
masalah ini partai politik dibentuk. Partai politik yang berakar kuat dalam
masyarakat diharapkan dapat mengendalikan pemerintah, sehingga terbentuk
semacam pola hubungan kewenangan yang berlegitimasi antara pemerinatah dan
masyarakat. Selanjutnya partai politik yang ikut serta dalam pemilu sebagai
sarana konstitusional mendapatkan dan saluran aspirasi politik rakyat.27
Teori ketiga melihat modernisasi sosial ekonomi seperti pembangunan
teknologi komunikasi berupa media massa dan transportasi, perluasan dan
peningkatan pendidikan, industrialisasi, urbanisasi, perluasan kekuasaan Negara,
seperti birokrasi, pembentukan berbagai kelompok kepentingan dan organisasi
profesi dan peningkatan kemampuan individu yang mempengaruhi, melahirkan
suatu kebutuhan akan suatu organisasi politik yang mampu memadukan dan
memperjaungkan berbagai aspirasi tersebut, jadi partai politik merupakan produk
logis dari modernisasi sosial ekonomi.28
Sedangkan proses pembentukan partai politik sebagai mana yang terdapat
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai
Politik sebagai mana yang disebutkan di dalam BAB II29 pasal 2 ayat (1) sampai ayat (5), pasal 3 ayat (1) dan (2), dan pasal 4 ayat (1) sampai ayat (4). Pasal 2
27
Ramlan Surbekti, Memahami Ilmu Politik,, h. 114
28
Ibid, h. 114
29
ayat (1) sampai ayat (5) mengatakan: (1) partai politik didirikan dan dibentuk oleh
paling sedikit 50 (lima puluh) orang warga Negara yang telah berusia 21 tahun
dengan akte notaries. (2) pendirian dan pembentukan partai politik sebagaimana
dimaksud ayat (1) menyertakan 30% keterwakilan perempuan. (3) akte notaries
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memuat AD dan ART serta
kepengurusan partai politik tingkat pusat. (4) AD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling sedikit memuat: a) Asas dan ciri Partai politik; b). visi dan
misiparati politik; c), Nama, lambang dan tanda gambar partai politik; d). tujuan
dan fungsi partai politik; e). Organisasi, tempat kedudukan, dan pengambilan
keputusan; f). Kepengurusan partai; g). Peraturan dan Keputusan partai politik; h).
Pendidikan politik; i). Keuangan partai politik; (5) kepengurusan partai politik
tingakat pusat sebagaimana dimaksud ayat (3) disusun dengan menyertakan
paling rendah 30% keterwakilan perempuan. Pasal 3 ayat (1) partai politik harus
didaftarkan ke Departemen untuk menjadi badan hukum, ayat (2) untuk menjadi
badan hokum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), partai politik harus
mempunyai: (a) akta notaris pendirian partai politik; (b) nama, lambang, atau
gambar yang tidak mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhanya
dengan nama, lambang, atau tanda gambar yang telah dipakai secara sah oleh
partai politik lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan; (c) kantor tetap,
(d) kepengurusan paling sedikit 60% dari jumlah prorinsi, 50% dari jumlah
kecamatan pada setiap kabupaten/kota pada setiap daerah yang bersangkutan; dan
(e) memiliki rekening atas naman partai politik.
Dalam pasal 4 ayat (1), departeman menerima pendaftaran dan melakukan
penelitian dan/atau verifikasi kelengkapan dan kebenaran sebagaimana dimaksud
pasal 2 dan pasal 3 ayat (2). Ayat (2) penelitian dan/atau verifikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lama 45 (empat puluh lima) hari sejak di
terimanya dokemen persyaratan secara lengkap. Ayat (3) pengesahan partai
menjadi badan hukum dilakukan dengan keputusan Menteri paling lama 15 (lima
belas) hari sejak berakhirnya proses penelitian dan/atau verifikasi. Ayat (4)
Keputusan menteri mengenai pengesahan partai politik sebagaiamana dimaksud
pada ayat (3) diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia.
C. KEDUDUKAN PARTAI POLITIK
Sebagaimana yang terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 2 tahun 2008 Tantang Partai Politik30 sebagaimana terdapat dalam pasal 2 yang berbunyi:
Pasal 2
(1) Partai politik didirikan dan dibentuk oleh paling sedikit 50 ( lima puluh)
orang warga Indonesia yang telah berusia 21 (dua puluh satu) tahun
dengan akta notaris.
30
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik
(2) Pendirian dan pembentuk Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) menyertakan 30% (tiga puluh perseratus) ketewakilan perempuan.
(3) Akta notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memuat AD dan
ART serta kepengurusan Partai Politik tingkat pusat.
(4) AD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) memuat paling sedikit:
a. asas dan ciri Partai Politik;
b. visi dan misi Partai Politik;
c. nama, lambing, dan tanda gambar Partai Politik;
d. tujuan dan fungsi Partai Politik;
e. organisasi, tempat kedudukan, dan pengambilan keputusan;
f. kepengurusan Partai Politik;
g. peraturan dan keputusan Partai Politik
h. pendidikan politik; dan
i. keuangan Partai Politik.
(5) Kepengurusan Partai Politik tingkat pusat sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) disusun dengan menyertakan paling rendah 30% ( tiga persen
perseratus) keterwakilan perempuan.
Pasal 3
(1) Partai Politik harus didaftarkan ke Departemen untuk menjadi badan
hukum.
(2) Untuk menjadi badan hokum sebagaimana dimaksud pada ayat(1), Partai
(3) Akta notaris pendirian Partai Politik
(4) Nama, lambang, atau tanda gambar yang tidak mempunyai persamaan
pada pokoknya atau keseeluruhannya dengan nama, lambang atau tanda
gambar yang telah dipakai secara sah oleh partai politik lain sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
(5) Kantor tetap;
(6) Kepengurusan paling sedikit 60% (enam pulah persen) dari jumlah
provinsi, 50% ( lima puluh persen) dari jumlah kabupaten /kota pada
setiap provinsi yang bersangkutan, dan 25% ( dua puluh lima persen) dari
jumlah kecamatan pada kabupaten/kota pada daerah yang
bersangkutan;dan
(7) Memiliki rekening atas nama Partai Politik.
Pasal 4
(1) Departemen menerima pendafataran dan melakukan penelitian dan/atau
verifikasi kelengkapan dan kebenaran sebagaimana dimaksud dalam pasal
2 dan pasal 3 ayat (2).
(2) Penelitian dan/atau verifiaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan paling lama 45 ( empat puluh lima) hari sejak diterimanya
dokumen persyaratan secara lengkap.
(3) Pengesahan Partai Politik menjadi badan hokum dilakukan dengan
Keputusan Menteri paling lama 15 ((lima belas) hari sejak berakhirnya
(4) Keputusan Menteri mengenai pengasahan Partai Politik sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dimumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia.
D. GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG BARAT
Kabupaten Lampung Barat adalah salah satu kabupaten di provinsi Lampung,
Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Liwa. Kabupaten ini dibentuk
berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1991 tanggal 16 Agustus 1991
dominan dengan perbukitan dengan pantai di sepanjang pesisir barat Lampung.31 Kabupatem Lampung Barat memiliki luas wilayah lebih kurang 4.950,40 km2
atau 13,99 % dari luas wilayah Propinsi Lampung dan mempunyai garis pantai
sepanjang 260 km Lampung Barat terletak pada koordinat 4o,47',16" - 5o,56',42"
lintang selatan dan 103o,35',08" - 104o,33',51"BujurTimur. Adapun batas-batas
wilayahnya sebagai berikut:32
• sebelah utara berbatsan dengan kabupaten bengkulu selatan provinsi
bengkulu, dan kabupaten ogan komering ulu provinsi Sumatra
selatan.,
• sebelah timur berbatasan dengan kabupaten lampung utara provinsi
lampung, kabupaten tenggamus provinsi lampung,
• sebelah selatan berbatasan dengan samudra hindia dan selat sunda dan
• sebelah barat berbatasan dengan samudra hindia ( Direktorat Jendral
Pengusaan Hutan Departemen Kehutanan Republik Indonesia, 1997).
1. Gambaran Demokrafis Penduduk
Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu dari 10 (sepuluh)
Kabupaten/Kota yang ada Provinsi Lampung, dengan luas wilayah 4.950,40
km2, dan berpenduduk 410.848 jiwa yang tersebar pada 17 (tujuh belas)
Kecamatan, 6 (enam) Kelurahan dan 195 Pekon, yang sebagian besar
31
http://www.sejarah lampung barat.go.id, Diakeses pada tgl 18 agustus 2009
32
bermatapencaharian sebagai petani. Dari luas wilayah Kabupaten Lampung
Barat tersebut, 70% atau 323.643 ha adalah kawasan hutan atau kawasan non
budidaya yang terdiri dari: Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS);
hutan lindung (HL) hutan produksi terbatas (HPT).
Dari luas Kabupaten Lampung Barat tersebut hanya 30% atau 171.247 ha
yang merupakan kawasan budidaya yang dapat dikelola. Dan dari luas
kawasan budidaya tersebut 44.000 ha adalah kawasan perkebunan, dimana
75% nya adalah lahan perkebunan Kopi. Sisanya adalah lahan perkebunan
kelapa sawit, kelapa dalam, lada, kakau dan tanaman hortikultura serta
tanaman hutan lainnya seperti damar, rotan dan kayu manis.
Sebagai gambaran potensi yang berkaitan dengan pembangunan perkopian
yang ada di Kabupaten Kampung Barat, dapat dijelaskan bahwa Luas areal
perkebunan saat ini mencapai 92.189,6 ha dengan 21 jenis komoditas,
termasuk tanaman kopi dengan luas areal komoditas Kopi Robusta saat ini
mencapai 60.471,8 ha, atau 65,6% dari luas areal perkebunan yang ada.
Sementara masyarakat yang terlibat dalam usaha tani Kopi mencakup 92,24%
yang meliputi petani/pekebun, pedagang dan jenis usaha lainnya yang terkait
dengan usaha tani Kopi, dimana terdapat 40.135 Kepala Keluarga (KK) tani
berbasis komoditas usaha tani kopi mencapai dengan rata-rata lahan yang
dikelola tiap KK adalah 1,5 ha. Angka ini sama dengan 201.152 jiwa atau
dilihat dari kontribusi perkebunan dalam struktur ekonomi Kabupaten
Lampung Barat adalah mencapai 50,32%, artinya bahwa komoditas
perkebunan terutama kopi benar-benar menjadi andalan Lampung Barat
dalam meningkatkan devisa ekonomi, dengan penyerapan penduduk angkatan
kerja di sektor pertanian dan perkebunan adalah 80% dari jumlah penduduk
angkatan kerja yang ada di LampungBarat.33
2.Gambaran Sosiologis- Kultural
Kondisi sosial budaya Lampung Barat ditandai dengan adat istiadat
pesisir yang masih terpelihara hingga saat ini. Lampung Barat dikenal dengan
sebutan Tanah Sai Betik atau tanah yang indah dengan tata kehidupan
masyarakat dengan sistem Patrilinial, dimana harta pusaka, Gelar dan nama
Suku diturunkan menurut garis Ayah/Bapak. Suku bangsa asli yang mendiami
wilayah Kabupaten Lampung Barat berasal dari bekas Kerajaan Skala Brak
yang banyak mendapat pengaruh Sumatera Barat. Penduduk yang mengambil
jalan melalui Danau kebanyakan keturunan Paksi Pak, sedangkan penduduk
yang melalui pesisir merupakan keturunan Buay Bulan/Nerima yang
menyebar sepanjang pantai pesisir mulai dari Krui, Kota Agung, Teluk
Betung, Kalianda sampai Labuhan Maringgai34.
Pada tahun 1996, diungkapkan bahwa di wilayah pesisir Kabupaten
Lampung Barat terdapat 16 masyarakat hukum adat yang disebut Marga.
33
http://www. Lampung Barat.id.com. data kependudukan lampung barat, 2008, diakses pada tanggal 10 juli 2009
34
Hasil survey ini kemudian dituangkan dalam SK Gubernur Lampung No.
G/362/B.II/HK/1996. Wilayah marga-marga di wilayah Pesisir memiliki batas
yang cukup jelas antara satu marga dengan marga lainnya. Secara rinci nama
marga, pusat/lamban gedung dan lokasi kecamatan, masing-masing marga
tersebut di atas dipimpin oleh seorang Saibatin (Kepala Marga).Oleh karena
itu, Lampung Barat mempunyai Motto “Beguai Jejama” yang artinya bekerja
BAB IV
PELAKSANAAN PEMILIHAN UMUM DI LAMPUNG BARAT
A. Praktek Pelaksanaan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 03 Tahun 2009 di Lampung Barat
Implementasi peraturan merupakan tahap yang dilakukan sesudah suatu
peraturan diformulasikan. Ketika diimplementasikan, maka suatu peraturan akan
memiliki dampak yang diharapkan (dampak positif) maupun yang tidak
diharapkan (dampak negatif) terhadap kelompok yang menjadi sasarannya
ataupun mungkin saja kelompok yang berada di luar sasaran dari pelaksanaan ini.
Implementasi berfungsi untuk membentuk suatu hubungan yang memungkinkan
tujuan dan sasaran suatu peraturan dapat diwujudkan sebagai hasil akhir
(outcome) dari kegiatan yang dilakukan, kemudian mencakup penciptaan sistem
penyampaian suatu kebijakan (policy delivery sistem) yang terdiri atas cara atau
sasaran tertentu yang didesain secara khusus serta menuju tercapainya tujuan dan
sasaran yang dikendaki.
Pusat perhatian implementasi peraturan ini yakni kegiatan-kegiatan dan
kejadian-kejadian yang ditimbul sesudah disahkannya peraturan KPU, yang
mencakup baik dari usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk
menimbulkan akibat atau dampaknyata bagi masyarakat.
Dalam pengimplementasikan kebijakan diperlukan adanya keterkaitan
efektifitas tujuannya. Proses implementasi itu sendiri juga dipengaruhi oleh factor
yang turut menentukan keberhasilan ataupun kegagalannya dalam penerapan
peraturan tersebut. Sebagaimana yang di ungkapkan oleh ketua KPU Lampung
Barat “ Lukman Zaini” beliau mengatakan pasca di keluarkannya peraturan
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 03 tahun 2009 tertanggal 7 februari
2009, dengan waktu yang sangat singkat ini menuntut Komisi Pemilihan Umum
(KPU) daerah Kabupaten Lampung Barat untuk melakukan tugas dan fungsinya
dengan cepat, dan tentu ini harus di bantu oleh lembaga-lembaga pemerintah yang
terkait, agar peraturan ini terlaksana dengan baik, dan disosialisasikan kepada
masyarakat sesuai dengan Undang-Undang nomor 22 tahun 200735.
Pasca ditetapkannya Peraturan Komisi Pemilihan Umum pada tanggal 7
februari 2009, dengan melihat dan mempertimbangkan dasar hukumnya yakni,
1. Undang-Undang Nomor 22 tahun 2007 mengatur tentang
Penyelenggaraan Pemilihan Umum;
2. Undang Nomor 2 tahun 2008 tentang Partai Politik,
Undang-Undang Nomor 10 tahun 2008 mengatur tentang Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD dan DPRD; dan
3. Undang-Undang Nomor 42 tahun 2008 mengatur tentang Pemilu Presiden
dan Wakil Presiden,serta berbagai Peraturan Pemerintah,
Maka lahirlah sebuah peraturan Komisi Pemilihan Umum (KPU), karena
Komisi Pemilihan Umum (KPU) merupakan sebuah lembaga penyelenggara
35
Pemilu. Mengingat adanya perubahan dalam tata cara pemberian suara sah Pemilu
2009, baik dari segi sosialisasi, suara-suara sah pemilu 2009, kampanye, tempat
pemungutan suara, panwaslu dan sejauh mana partisipasi masyarakat terhadap
pemilu 2009, maka dalam pelaksanaannya, dimana didalam peraturan Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Nomor 03 tahun 2009 yang isi peraturan itu membahas
tentang:
1. Proses Sosialisasi
Berdasarkan pengamatan penulis dan hasil wawancara yang dilakukan
oleh peneliti terhadap tokoh-tokoh partai politik yang ada di Lampung Barat,
bahwa proses sosialisasi peraturan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor
03 tahun 2009 pada masyarakat Lampung Barat bisa dikatakan tidak ada,
seperti yang ungkapkan oleh “M. Dil. Bakir”, karena tidak terjangkaunya oleh
media, seperti tidak adanya Televisi, kurangnya masyarakat untuk membaca
Koran, dan tidak adanya radio. Pendapat ini pun diperkuat oleh tokoh partai
politik dari partai PKS “Ahmad Tarkalil” beliau mengatakan bahwa proses
sosialisasi kebijakan peraturan nomor 03 tahun 209 kepada masyarakat cukup
kurang, karena waktunya yang sangat singkat., kemudian susah memberikan
sosialisasi kepada masyarakat yang di daerah pegunungan, karena tidak
terjangkaunya kendaraan, baik roda dua maupaun roda empat.
Sedangkan menurut salah satu tokoh partai politik yang ada Di
Lampung Barat “Edison” dari partai PAN, beliau mengatakan bahwa
paraturan nomor 03 tahun 2009 kepada masyarakat bisa dikatakan kurang, ini
bisa kita lihat, masih banyak warga Negara atau masyarakat yang belum dapat
kartu pemilih, sehingga banyak masyarakat tidak dapat memberikan hak
suaranya dengan jumlah pemilih yang ada kurang lebih 410.848 jiwa,
sedangkan yang memilih kurang lebih 70% kepada partai politik, artinya
yang 30% tidak memilih, jadi menurut saya KPU gagal dalam memberikan
sosialisasi kepada masyrakat Lampung Barat bisa dikatakan tidak berhasil,
dengan melihat masih banyaknya masyarakat yang tidak memilih36.
2. Partisipasi masyarakat Lampung Barat terhadap Pemilu
Partisipasi adalah peran masyarakat atau warga Negara dalam
menjalankan Undang-Undang demi terselenggaranya dan terciptanya pemilu
yang bersih dan adil. Dalam pemilu 2009 ini partisipasi masyarakat Lampung
Barat sangat antuasias ini bisa kita lihat dari beberapa pandapat para partai
politik yang melihat secara langsung kegiatan Pemilu di Lampung Barat.
Pendapat Ahmad Tarkalil, “partisipasi masyarakat lampung barat cukup
tinggi, ini bisa kita lihat dilapangannya hanya lima persen suara yang tidak
sah, jadi cukup bagus menurut saya tingkat partisipasi masyarakat dalam
pemilu 2009 ini”37.
36
Wawancara pribadi dengan Edison. Tanjung Karang, 22 november 2009.
37
Wawancara pribadi dengan Ahmad Tarkalil. Liwa 22 november 2009.
Sedangkan pendapat “Edison”, partisipasi masyarakat sudah cukup bagus,
ini bisa kita lihat dari tidak adanya suatu yang membuat Negara menjadi
kacau, tidak adanya kekacauan yang berakibat pada perpecahan suku, antar
golongan dan antar etnis, jadi menurut saya partisipasi masyarakat pada
pemilu 2009 ini cukup bagus. Dan pendapat ini diperkuat oleh penulis, karena
peneliti melihat secara langsung bagaimana partisipasi masyarakat lampung
barat pada pamilu 2009 lalu. “M. Dil Bakir” berpendapat, bahwa partisipasi
masyarakat pada pemilu 2009 ini tidak menyeluruh, masyarakat hanya tahu
bahwa mereka mempunyai kewajiban memberikan hak suara, namun yang
jelas masyarakat tetap berpartisipasi untuk memberikan hak suara dalam
pemilu kali ini.
3. Suara Sah Pada Pemilu 2009
Sebagaimana yang kita tahu bahwa pada pemilu 2009 ini tata cara
pemberian suara sah pada pemilu 2009 baik dari tata cara pemberian suara
dan mekanisme pemberian suara sah berbeda pada pemilu sebelumya, seperti
yang dapat kita lihat didalam Peraturan KPU Nomor 03 Tahun 2009 dalam
Bab III bagian II tentang pelaksanaan suara sah pada pemilu 2009 yang
terdapat dalam pasal 40 dan 41 yang berbunyi38:
38
Pasal 40
(1) Suara pada surat suara pemilu 2009 anggota DPR/DPRD
Provinsi/DPRD Kota/Kab DINYATAKAN SAH, jika:
a. Surat suara ditandatangani oleh Ketua KPPS;
b. Bentuk pemberitahuan tanda adalah TANDA CENTANG ( ) atau
sebutan lainnya;
c. Pemberian tanda sebagaimana dimaksud pada huruf b, dilakuakn
HANYA SATU KALI pada kolom NAMA PARTAI atau kolom
NOMOR CALON atau kolom NAMA CALON anggota DPR, DPRD
Provinsi, dan DPRD Kota/Kab ;
d. Sudut tanda centang ( ) atau sebutan lainya terdapat di dalam kolom
nama partai politik walaupun ujung garis tanda centang
( melawati garis kolom nama partai; atau
e. Sudut tanda centang ( ) atau sebutan lainya terdapat pada kolom
nomor urut atau kolom nama calon,tetapi bagian akhir garis tanda
centang ( ) atau sbutan lainnya melampaui kolom nomor urt calon
atau kolom nama calon.
(2) Suara pada surat suara Pemilu anggota DPD, dinyatakan sah apabila:
surat sauar ditandatangani oleh Ketua KPPS;dan
f. Pemberian tanda sebagaimana dimaksud pada huruf b, dilakukan
hanya satu kali pada foto salah satu calon anggota DPD;
g. Sudut tanda centang ( ) atau sebuatn lainnya terdapat dalam kolom
yang termuat foto salah satu calon anggota DPD, walaupun ujung
garis tanda centang ( ) atau sebutan lain melewati garis kolom foto
salah satu calon Anggota DPD.
Pasal 41
(1) Dalam melaksanakan penghitungan suara sebagaimana dimaksud dalam
pasal 40, apabila Ketua KPPS menemukan bentuk pemberian tanda pada
surat suara selain dimaksud dalan pasal 40 ayat(1) huruf b, yaitu dalam
bentuk TANDA COBLOS, atau TANDA SILANG (X), atau TANDA DATAR ( ), atau dalam keadaan tertentu tertentu, sehingga tanda centang ( ) atau sebutan lainya menjadi tidak sempurna yaitu dalam
bentuk ( ) atau ( \ ), suaranya dianggap sah.
(2) Dalam melaksanakan penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) apabila Ketua KPPS menemukan surat suara yang tidak terdapat
nama calon dan/atau nama calon yang meninggal dunia atau tidak
memenuhi syarat berdasarkan pengumuman KPPS dan diberi tanda
pilihan tanda centang ( ) atau sebutan lainya atau tanda coblos, atau
tanda silang, atau tanda datar, atau karena keadaan tertentu sehingga tanda
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), suara pada suara tersebut
ditentukan:
a. Dianggap tidak sah untuk surat suara yang tidak terdapat nama
calonnya;
b. Dianggap sah sebagai suara partai politik untuk surat suara yang nama
calonya meninggal dunia atau dinyatakan tidak lagi memenuhi syarat
berdasarkan pengumuman KPPS sebelum pemungutan dan
penghitungan suara.
(3) Pengumuman KPPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b,
didasarkan atas:
a. Surat keterangan kematian dari instansi yang berwenang yang telah
disahkan oleh PPS atas nama KPU Kabupaten/Kota, apabila
meninggal dunia; dan /atau
b. Suarat pemberian PPS atas nama KPU Kabupaten/Kota berdasarkan
keputusan KPU/KPU Provinsi/KPU Kabupaten/Kota, apabila tidak
lagi memenuhi syarat sebagai calon anggota DPR/DPRD Provinsi/
DPRD Kabupaten/Kota.
(4) Pemberian suara sebagaimana di maksud pada ayat (1), berlaku ketentuan
huruf e,39 suaranya dianggap sah, sedangkan suara yang tidak sah, suara yang tidak di atur dalam dua pasal diatas.
Berdasarkan peraturan tersebut menurut partai politik peserta pemilu yang ada
dilampung barat ketika dilaksanakan dilapangannya, masyarakat tidak terlalu sulit
seperti yang di kemukakan oleh Ahmad Tarkalil dari Partai Keadilan Sejartera40, beliau mengatakan perubahan dalam pemberian hak suara tidak terlalu sulit,
meski masyarakat sudah terbiasa dengan coblos, hal ini dapat kita lihat tidak
terlalu banyak yang kita jumpa banyaknya surat suara yang cacat. Dan ini
menunjukan bahwa pemilu kali ini sudah bagus.
Dan pendapat ini diperkuat oleh Edison sebagai dewan pengurus wilayah
Partai Amanat Nasional41, beliau mengatakan bahwa masyarakat tidak terlalu sulit dalam pemberian suara yang benar menurut Undang-Undang pemilu, meski ada
sebagian masyarakat yang masih bingung, namun ini bisa diatasi oleh KPPS yang
mempunyai tugas untuk memberikan arahan kepada pemilih. Pendapat ini pun
sama seperti yang dikemukakan oleh M.Dil Bakir, Partai Demokrasi Perjuangan
Indonesia42, beliau mengatakan meski ukuran kertas suara nya besar dan banyaknya caleg yang harus di pilih oleh masyarakat, namun masyarakat tidak
terlalu kesulitan dalam pemberian suara, dari coblos beralih ke centang, menitik,
dan bisa juga dengan tanda garis datar.
39
Lihat Peraturan Komisi Pemilihan Umum, Nomor 03 tahun 2009 yang dikeluarkan oleh badan penyelenggara Pemilihan Umum, h.26
40
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Tarkalil. Liwa, 22 november 2009
41
Wawancara Pribadi dengan Edison. Bandar Lampung, 22 november 2009
42
4. Kampanye
Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Anggota
DPR, DPD dan DPRD dinyatakan bahwa kampanye Pemilu dilakukan
dengan prinsip bertanggung jawab dan merupakan bagian dari pendidikan politik
masyarakat ( pasal 76). Hal ini juga diatur dalam Peraturan KPU No. 10/2009.
Kampanye Pemilu adalah kegiatan peserta pemilu untuk meyakinkan para pemilih
dengan maenawarkan visi, misi dan program peserta Pemilu termasuk mengajak
memilih seseorang atau partai politik.
Namun tidak menurut salah satu partai politik, bahwa kampanye pada
pemilu 2009 banyak melakukan kesalahan, baik dari cara berkempaye, banyak
anggota parpol berkempanye dengan cara tertutup, dan ini merupakan
pelanggaran yang dilakukan oleh peserta pemilu karena tidak sesuai dengan
tatacara pemilu, bahwa pemilu yang benar seorang parpol harus berkampanye
terbuka, lobi, dan debat antar partai politik (A, Tarkalil). Sedangkan pendapat
Edison, dari partai Partai Amanat Nasional (PAN), kampanye pemilu 2009 ini
para calon anggota partai melakukannya dengan aturan yang telah di tetapkan
oleh KPU setempat, dan ini bisa kita lihat dari cara berkempaye, cara pemberian
misi, visinya. Pendapat ini pun di ikuti oleh partai PDIP43, beliu mengatakan pemilu 2009 memberikan peluang yang cukup besar kepada calon anggota
legislatif yang ingin menjadi anggota legislatif, dan ini bisa kita lihat dari cara
43
mereka berkempanye yang bersifat terbuka, dengan cara menyebarkan
selemabaran, kalender, kaos,media massa maupun media elektronik.
5. Panwaslu ( Panitia Pengawas Pemilu)
Panitia pengawas pemilu mempunyai tugas terhadap pelaksanaan
Undang-Undang oleh lembaga Negara yang berwenang secara fungsional sesuai dengan
undang-undang.44 Berdasarakan kewengan yang di amanahkan oleh lembaga Negara, maka panwaslu berkewajiban memantau jalannya pemilu, agar tidak
terjadi kecurangan antar anggota partai politik.
Kewajibanan ini dinilai oleh partai politik yang ada di lampung barat . Edison,
berpendapat bahwa Panwaslu melakukan tugasnya dan ini bisa kita lihat ketika
terjadinya penggelembungan suara di daerah Krui Lampung Barat dan panwaslu
langsung melaporkannya ketingkat atasannya. Begitu pula dengan pendapat dari
partai PKS, bahwa panwaslu mengawasi pelaksanaan sosialisasi, sehingga tidak
ada laporan terjadinya pelanggaran ketika dilapangannya, meskipun Panwaslu
tidak melakukan pembinaannya pada tingkat bawahannya ( A. Tarkalil), pendapat
A.Tarkalil deperkuat dengan adanya pendapat dari partai PDIP M.Dil Bakir,
belaiu mengatakan bahwa panwaslu bekerja secara maksimal dan ini bisa dilihat
ketika adanya kasus d Bandar Lampung dimana terjadi kecurangan rekapitulasi
44
dari kecamatan sampai kabupaten. Dan ini menunjukan bahwa panwaslu
melakukan tugas dan wewenangnya sesuai dengan Undang-Undang pemilu
( pasal 46).
6. Tempat Pemungutan Suara ( TPS)
Dengan melihat dasar hukum:
1. Undang-undang Nomor 10 tahun 2008 tentang pemilihan umum legislatif
2. Undang-undang-undang Nomor 22 tahun 2007 tentang penyelengaraan
pemilu
3. Peraturan KPU Nomor 03 tahun 2009 dan
4. Peraturan pemerintah pengganti undang-undang RI Nomor 01 Tahun
2009 Tentang Perubahan Atas UU Nomor 10 tahun 2008 tentang pemilu
DPR,DPD dan DPRD.
Maka tugas dan kegiatan pelaksanan pemungutan suara di tempat pemungutan
suara dari tata cara proses pemungutan suara, pemberian suara , dan bagaimana
lagkah-langkah pemberian saura yang benar pada pemilu 2009, petugas TPS
menjalankannya dengan baik, dan ini bisa kita lihat tidak adanya masyarakat yang
merasa bingung ketika sudah berada di tempat pemungutan suara (TPS) (Edison).
Begitu pula dengan“A.Tarkali”45, beliau mengatakan ketika di TPS masyarakat tidak bingung, dan ini bisa kita lihat ketika ada masyarakat yang
cacat sehingga kesulitan dalam pemberian suara untuk pemilu, namun petugas
45
TPS membantunya masuk kedalam bilik suara, untuk memberikan kemudah
kepada masyarakat tersebut. Dan “M. Dil Bakir”46 sependapat, bahwa pada pemilu 2009 ini petugas TPS cukup cekatan dalam menangani ketika ada masalah
di lapangannya.
Dengan demikian, berdasarkan hasil wawanacara dari ketiga tokoh partai
politik ( Partai PDIP, Partai PKS dan Partai PAN) mereka berpendapat bahwa
peraturan yang dikeluarkan oleh lembaga Komisi Pemilihan Umum Nomor 03
Tahun 2009 tentang Suara Sah pada pemilu 2009 bisa dikatakan berhasil. Karena
peraturan yang dikeluarkan oleh KPU pada pemilu 2009 ini memberikan
kemudahan bagi masyarakat, walaupun ada sebagaian masyarakat yang tidak
paham akan tata cara pemungutan suara pada pemilu 2009, mengingat adanya
perubahan baik dari segi ukuran kertas suara, yang masing-masing pemilih harus
memiliki empat kertas suara dengan warna yang berbeda-beda.
Warna kuning untuk surat suara pemilihan umum 2009 anggota dewan
perwakilan rakyat (DPR), warna merah jambu (phink) surat suara pemilihan
umum 2009 anggota perwakilan daerah (DPD), warna biru untuk surat suara
pemilihan umu 2009 anggota dewan perwakilan rakyat daerah propinsi (DPRD
Propinsi), dan waran hijau surat suara pemiihan umum 2009 anggota dewan
perwakilan rakyat daerah kabupaten/kota ( DPRD Kab/Kota) serta tata cara
pemberian suara yang benar baik anggota legislatif maupun eksekutif. (Presiden
dan wakil presiden). Namun kesulitan ini bisa diatasi, karena ketika di tempat
46
pemungutan suara (TPS), kesulitan yang dihadapi oleh masyarakat bisa
diatasi.47Jadi menurut hemat penulis, praktek pelaksanaan peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 03 tahun 2009 yang ada dilampung barat bisa dikatakan
sukses, berdasarkan wawancara pribadi kepada tokoh partai politik dan ketua
KPU yang ada dilampung barat.
B. Pandangan Partai Politik Peserta Pemilu terhadap pelaksanaan Peraturan KPU pada Pemilu 2009 di Lampung Barat.
Pemilihan Umum (Pemilu) sebagai bagian dari system demokrasi. Karena
melalui pemilu tidak hanya menjamin berlangsungnya proses sirkulasi dan
regenerasi kekuasaan. Oleh karena itu system pemilu yang dibangun, hendaknya
dikreasikan dengan tujuan dan maksud tersebut. Termasuk didalam setiap
penyelenggaraan pemilu, diharapkan dapat secara jujur dan adil (free and fair
election) serta transparan.48
Pemilu 2009 setelah keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) menerapkan
pemberlakuan suara sah sebagaimana yang dikeluarkan oleh badan penyelenggara
pemilihan umum (KPU) tentang pelaksanaan suara sah pada pemilu 2009, dimana
dijelaskan bahwa suara yang dianggap sah itu yang sesuai dengan peraturan yang
dikelurkan oleh KPU yakni peraturan Nomor 03 tahun 2009 tentang “ Pedoman
Teknis Pelaksanaan Pemungutan Dan Penghitungan Suara Di Tempat
47
Hasil wawancara pribadi kepada pengurus partai politik lampung barat
48