ABSTRAK
EFEKTIFITAS KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM MENSOSIALISASIKAN PEMILU LEGISLATIF
(Studi Pada Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tulang Bawang Dalam Pemilu Legislatif 2009)
Oleh
TESSA BROJONEGORO
Kemampuan pemerintah dalam membangun kehidupan berdemokrasi yang baik
kepada rakyat tercermin dari proses pelaksanaan demokratisasi itu sendiri, dan
salah satu bentuk proses demokrasi yang dijalankan oleh pemerintah adalah
terjamin dan terlaksananya sebuah pemilu yang jujur, adil, bebas dan rahasia
sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang undang dasar 1945 dan Pancasila.
Pemilu merupakan sebuah sarana politik yang tak bisa dipisahkan dari setiap
bangsa yang menganut sistem demokrasi, karena syarat demokratis tidaknya suatu
bangsa dapat dilihat dari bagaimana prorses pengambilan keputusan yang
dilakukan melalui sebuah sistem pemilu yang jujur, adil dan berkalanjutan.
Namun seiring dengan makin majunya sebuah sistem demokrasi tentunya harus
pula diimbangi dengan kesiapan perangkat atau lembaga pendukungnya. Dalam
hal ini lah Komisi Pemilihan Umum memiliki peranan yang sangat besar didalam
menentukan keberhasilan dari suatu pemilihan umum, karena sukses atau tidaknya
pelaksanaan pemilihan umum sepenuhnya merupakan wewenang dari lembaga
dibentuk pemerintah berdasarkan undang-undang untuk dapat menyelenggarakan
pemilihan umum dengan baik, jujur dan berkeadilan.
Komisi pemilihan umum memiliki tanggung jawab dalam menyelenggarakan dan
mensosialisasikan pemilu kepada masyarakat dengan baik, sehingga pada
muaranya dapat menghasilkan pemilu yang berkualitas dan wakil wakil rakyat
yang bertanggung jawab, sehingga mampu memperjuangkan aspirasi rakyat dan
daerah yang diwakilinya.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisis efektifitas Komisi Pemilihan Umum dalam melakukan sosialisasi
mengenai pemilihan umum legislatif dengan studi pada Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten Tulang Bawang.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif, yaitu metode penelitian untuk merumuskan sebuah gambaran yang
tersusun secara sistematis, faktual dan akurat.
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat dari hasil kuisioner, menunjukan bahwa
Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tulang Bawang cukup efektif dalam
melakukan sosialisi pemilu sehingga dalam pemilu legeslatif yang dilaksanakan
berapa waktu yang lalu dapat berjalan dengan baik dan sukses, hal ini terlihat dari
partisipasi dan peran serta masyarakat dalam sosialisasi dan pelaksanaan pemilu
mampu berjalan dengan baik dan damai, namun terlepas dari itu semua Komisi
Pemilihan Umum Kabupaten Tulang Bawang juga masih banyak terdapat
belum mampu memanfaatkan dan meningkatkan kinerjanya secara optimal bagi
tercapainya terlaksananya pemilu yang berkualitas.
KATA KUNCI : SOSIALISASI PEMILU
ABSTRACT
EFFECTIVENESS IN THE ELECTORAL COMMISSION ELECTION SOCIALIZE LEGISLATIVE
(Studies in Tulang Bawang County Election Commission Onions In Legislative Election 2009)
By
TESSA BROJONEGORO
The ability of the government in building democratic life is good to the people is
reflected in the implementation process of democratization itself, and one form of
democratic process which is run by the government is assured and the
implementation of an election is honest, fair, free and confidential as mandated by
the Constitution Act 1945 and Pancasila. Election is a political tool that can not be
separated from each nation that embraces democracy, because democratic
requirement whether or not a nation can be seen from how prorses decisions made
through a system of elections that are honest, fair and regular. But along with the
advance of a democratic system of course must also dimbangi with the readiness
of the device or its supporting agencies. In this case is the National Election
Commission has a very large role in determining the success of an election,
because the success or failure of elections is the sole authority of the institution or
the Commission Electoral Commission which is the independent body established
by the government under the law to hold elections with a good, honest and fair.
Electoral commission has a responsibility in conducting elections to the
deputy election representative of the people in charge, so that they can fight for
the aspirations of the people and regions they represent.
The goal of this research is to investigate and analyze the effectiveness of the role
of the Electoral Commission in conducting elections legeslatif socialization of the
study at the General Election Commission of Tulang Bawang Regency Onion.
The research method used in this research is descriptive research, the method of
research to formulate a picture that is composed in a systematic, factual and
accurate.
Based on research results obtained from the questionnaire, indicated that the
District Election Commission Tulang Bawang Onions "Effective enough" in
conducting socialization legislative election so that in the elections held on time
and can walk quite well and successfully, but apart from that all Electoral
Commission General district Tulang Bawang Onions are also still there are still
many shortcomings, so that the County Commission of the General election has
not been able to take advantage of Tulang Bawang Onions and improve their
performance to achieve optimal implementation of a quality election.
96
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Sebagai lembaga yang menyelenggarakan pemilu legislatif tahun 2009, KPU
Kabupaten Tulang Bawang memiliki peran penting dalam mensosialisasikan
pemilu kepada seluruh masyarakat di Tulang Bawang. Berdasarkan data yang
diperoleh dilapangan, maka efektifitas KPU Kabupaten Tulang Bawang dalam
mensosialisaskan pemilu legislatif tahun 2009 dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. KPU Kabupaten Bawang, kurang efektif dalam mensosialisasikan dasar
hukum pelaksanaan pemilu karena informasi mengenai dasar hukum tersebut
kurang dapat diterima dengan baik oleh masyarakat, hal ini dapat terlihat dari
tingkat pengetahuan anggota masyarakat yang tidak mencapai 50%, mengenai
dasar hukum pemilu setelah mereka mendapatkan sosialisasi mengenai dasar
hukum pelaksanaan pemilu. Jika dibandingkan dengan sebelum dilakukannya
sosialisasi mengenai dasar hukum pelaksanaan pemilu jelas ini belum dapat
dikatakan sebagai suatu hasil yang memuaskan, karena pengetahuan
masyarakat akan dasar hukum pelaksanaan pemilu tidak banyak mengalami
peningkatan.
2. KPU Kabupaten Tulang Bawang telah efektif dalam mensosialisasikan
anggota dewan dari perseorangan, hal ini dapat terlihat dari upaya-upaya yang
dilakukan KPU Kabupaten Tulang Bawang untuk mensosialisasikan peserta
pemilu melalui media, meskipun sebagian masyarakat mengakui bahwa
mereka lebih banyak mengetahui partai-partai apa saja yang mengikuti pemilu
dari kampanye yang dilakukan masing-masing peserta, namun secara
keseluruhan masyarakat dapat menerima dengan baik sosialisasi dan berbagai
informasi yang diberikan oleh KPU Kabupaten Tulang Bawang mengenai
Partai Politik Peserta Pemilu Legislatif 2009 .
3. KPU Kabupaten Tulang Bawang telah berperan efektif dalam
mensosialisasikan waktu pelaksanaan pemilu, hal ini dapat terlihat dari upaya
KPU Tulang Bawang untuk mensosialisasikan waktu pelaksanaan pemilu
kepada masyarakat baik secara langsung maupun menggunakan berbagai
media dapat diterima dengan baik oleh masyarakat
4. KPU Kabupaten Tulang Bawang terkesan kurang efektif dalam
mensosialisasikan tatacara pemungutan suara atau pelaksanaan pemilu karena
informasi tersebut hanya dilakukan lewat media, dan tidak menjelaskan secara
langsung kepada masyarakat yang melakukan simulasi di lingkungannya. Hal
ini menunjukkan bahwa kurangnya koordinasi dan pengawasan KPU
Kabupaten Tulang Bawang dengan PPK dan PPS yang merupakan
perpanjangan tangan dari KPU Kabupaten Tulang Bawang dalam hal
sosialisasi dan simulasi disetiap kelurahan dan lingkungannya.
5. KPU Kabupaten Tulang Bawang telah berperan efektif dalam
mensosialisasikan atau mengkampanyekan pemilu damai pada masyarakat.
ditanamkan KPU Kabupaten Tulang Bawang pada masyarakat untuk
mewujudkan pemilu damai, dan hal ini ditunjukkan pula dengan keadaan yang
tetap berjalan aman dan tertib selama pelaksanaan pemilu sampai terpilihnya
calon legislatif yang baru. Ini semua mengindikasikan bahwa sosialisasi telah
memberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya menjaga
keamanan dan ketertiban dalam pelaksanaan pemilu legeslatif 2009.
B. Saran
Berdasarkan deskripsi dan pembahasan yang dilakukan, maka penulis
menyarankan :
1. Untuk lebih memaksimalkan sosialisasi dasar hukum pemilu legislati. KPU
Kabupaten Tulang Bawang sebaiknya memperbanyak sosialisasi langsung
atau tatap muka dengan masyarakat, dan lebih menjelaskan seperti dasar
hukum pelaksanaan pemilu kepada masyarakat, agar masyarakat memahami
latar belakang dan tujuan dikeluarkannya dasar hukum tersebut, serta
memahami materi pokok dari dasar hukum tersebut.
2. KPU Kabupaten Tulang Bawang sebaiknya mengawasi pelaksanaan
kampanye dari masing-masing peserta pemilu agar tidak ada peserta pemilu
yang menyalahi peraturan perundang-undangan dalam melakukan kampanye.
3. KPU Kabupaten Tulang Bawang juga sebaiknya memperbanyak pamflet,
spanduk atau baliho yang berisi tentang pelaksanaan pemilu agar masyarakat
yang mengetahui tentang pemilu lebih banyak, dan sebaiknya juga KPU lebih
4. KPU Kabupaten Tulang Bawang sebaiknya lebih meningkatkan koordinasi
dan pengawasan dengan pihak PPK dan PPS sebagai panitia di lapangan agar
pelaksanaan sosialisasi dan simulasi berjalan dengan baik.
5. Masyarakat Kabupaten Tulang Bawang diharapkan dapat membantu dan
mendukung tugas yang dilakukan oleh KPU Kabupaten Tulang Bawang agar
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih
wakil wakil rakyat untuk duduk sebagai anggota legislatif di MPR, DPR, DPD
dan DPRD. Wakil rakyat tersebutlah yang akan memperjuangkan kepentingan
rakyat dan daerahnya.. Pemilihan Umum (PEMILU) juga merupakan sarana dari
pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur dan adil guna menghasilkan pemerintahan negara yang
demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD1945.
Sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa “Kedaulatan berada
ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang Undang Dasar“. Makna dari
kedaulatan ditangan Rakyat ini ialah rakyat memiliki kedaulatan, tanggungjawab,
hak dan kewajiban untuk secara demokratis memilih pemimpin yang akan
membentuk pemerintahan, guna mengurus dan melayani seluruh lapisan
masyarakat, serta memilih wakil-wakil rakyat untuk mengawasi jalannya
pemerintahan.
Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang mejemuk dan
berwawasan kebangsaan, Partai Politik adalah merupakan saluran untuk
rekrutmen pemimpin, baik untuk tingkat nasional maupun daerah dan rekrutmen
pimpinan berbagai komponen penyelenggara negara, oleh karena itu peserta
Pemilu untuk memilih anggota DPR dan DPRD adalah Partai Politik, dan selain
itu untuk mengakomodasi aspirasi ke-anekaragaman daerah maka dibentuk
Dewan Perwakilan Daerah ( DPD ) yang anggota-anggotanya dipilih dari
perseorangan bersamaan dengan Pemilu untuk memilih anggota DPR dan DPRD.
Dalam perkembangan politik di Indonesia saat ini telah banyak mengalami
perubahan yang cukup signifikan setelah era reformasi, semangat untuk
menenggelamkan praktik-praktik berpolitik yang dianggap penuh rekayasa,
manipulatif, tidak adil dan represif telah memberikan energi besar kepada semua
komponen bangsa untuk menciptakan suasana politik yang lebih terbuka,
transparan, jujur dan adil. Pasca reformasi 1998 telah menyebabkan kesadaran
pada rakyat untuk menuntut kepada pemerintah agar dapat melaksanakan sebuah
proses demokrasi yang baik melalui pemilihan umum yang berkualitas, sehingga
sejak pemilu 1999 pemerintah telah melakukan penataan format pemilu menjadi
sebuah pemilu yang lebih adil dan demokratis, sangat jauh lebih baik jika
dibandingkan dengan pelaksanaan pemilu di era orede baru yang penuh rekayasa,
manipulatif dan cenderung hanya merupakan formalitas saja karena pemilu sudah
bercampur dengan pengaruh dan kepentingan penguasa , maka agar pemilu dapat
berjalan dengan lebih demokratis, sejak pemilu tahun 1999 telah dibentuk sebuah
lembaga penyelenggara pemilu yaitu sebuah badan yang secara khusus bertugas
untuk mengadakan atau menyelenggarakan pemilu yang bernama Komisi
Di dalam sistem ketatanegaraan modern, model pembagian kekuasaan menjadi
tiga bidang (Trias Politica, Montesque), yakni legeslatif, eksekutif dan yudikatif,
sesungguhnya tidaklah memadai lagi karena kehidupan politik kenegaraan sudah
sedemikian kompleks, sehingga tiga lembaga yang membidangi legeslatif,
eksekutif dan yudikatif tidak mampu lagi menjalankan semua tugas kenegaraan.
Hal inilah yang melatar belakangi lahirnya lembaga-lembaga tambahan atau The
Auxilliary State Agency. Kehadiran lembaga negara tambahan independent
menjadi semakin penting dalam rangka menjaga proses demokratisasi yang tengah
dikembangkan oleh Negara yang baru saja melepaskan diri dari sistem
authoritarian. Dalam konteks inilah Komisi Pemilihan Umum (KPU) harus
diposisikan, yakni sebagai penggerak proses demokratisasi lewat kegiatan pemilu
(Supriyanto, 2007 : 127 ).
Pemilihan Umum merupakan sebuah sarana demokrasi yang sangat penting dalam
kehidupan bernegara saat ini, karena dalam pemilihan umumlah kita dapat melihat
perwujudan nyata terdapatnya demokrasi dalam kehidupan bernegara. Oleh
karena itulah pemilu seringkali dijadikan tolak ukur sejauh mana suatu negara
benar-benar telah melaksanakan demokrasi ( Renstra KPU Tahun 2002-2005).
Penyelenggaraan pemilu secara berkala merupakan suatu keharusan mutlak
sebagai sarana demokrasi yang menjadikan kedaulatan sebagai inti dalam
kehidupan bernegara. Proses kedaulatan rakyat yang diawali dengan pemilu
dimaksudkan untuk menentukan asas legalitas, asas legimitasi dan asas
kredibelitas bagi suatu pemerintahan yang didukung oleh rakyat. Pemerintahan
penyelenggaraan pemerintahan yang merakyat. Pemerintahan berdasarkan asas
kerakyatan juga mengandung arti kontrol rakyat terhadap penyelengaraan
pemerintahan.
Menurut Nur Hidayat Sardini (2007 :2), terdapat sejumlah standar yang dikenal
secara internasional, yang menjadi tolak ukur demokratis-tidaknya suatu pemilu.
Standar internasional yang menjadi syarat minimal bagi kerangka hukum untuk
menjamin pemilu yang demokratis. Indikator dari standar tersebut meliputi 15
aspek yaitu antara lain ;
1. Penyusunan kerangka hukum
2. Pemilihan sistem pemilu
3. Penetapan daerah pemiihan
4. Hak untuk memilih dan dipilih
5. Badan penyelenggara pemilu
6. Pendaftaran pemilih dan daftar pemilih
7. Akses kertas suara bagi partai politik dan kandidat
8. Kampanye pemilu yang demokratis
9. Akses ke media dan kebebasan berekspresi
10.Pembiayaan dan pengeluaran
11.Pemungutan suara
12.Peranan wakil partai dan kandidat
13.Pemantauan pemilu
14.Penataan peraturan pemilu
Kelima belas (15) aspek tersebut saling terkait dan secara bersama sama menjadi
faktor penentu terselenggaranya pemilu yang demokratis, artinya apabila terdapat
satu aspek yang berjalan kurang baik, maka hal itu akan mempengaruhi
aspek-aspek yang lain, sehingga secara keseluruhan akan berdampak pada kualitas
pemilu.
Sepanjang sejarah pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia telah dilaksanakan
sebanyak 10 (sepuluh) kali pemilihan umum yaitu pada tahun 1955, 1971, 1977,
1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004 dan 2009.
Namun sejak pemilu tahun 2004, Indonesia meneyelenggarakan pemilihan umum
yang berbeda dari pemilihan umum sebelumnya, karena sejak pemilu tahun 2004
pemilu yang dilaksanakan merupakan pemilihan umum yang bersifat khusus.
Dikatakan khusus karena pemilihan umum yang dilaksanakan telah menggunakan
sistem yang berbeda dari pemilihan umum yang sebelumnya. Begitu pula pada
pemilu tahun 2009 yang baru saja dilaksanakan pada 9 april 2009 yang lalu,
sesungguhnya merupakan pengalaman baru bagi bangsa indonesia karena pada
pemilu kali ini digunakan sistem proporsional daftar terbuka dengan penggunaan
suara terbanyak. Penyelenggaraan pemilihan umum pada tahun 2009 didasarkan
pada Undang-Undang RI No.22 tahun 2007 tentang pemilihan umum Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah ( DPR, DPD dan DPRD ) yang mengatur barbagai hal yang
berkaitan dengan pemilihan umum anggota legeslatif. Sistem pemilihan umum
1. Dilaksanakan secara langsung, dalam arti rakyat langsung memilih
tokoh-tokoh yang dipercaya mampu mewakilinya dalam lembaga legislatif.
2. Adanya lembaga yang memiliki tugas dan kewajiban dalam melaksanakan
pemilihan umum ( KPU).
3. Terdapat pula sebuah lembaga atau badan/ panitia yang bertugas mengawasi
jalannya pemilihan umum agar dapat berlangsung secara jujur dan adil
(BAWASLU).
Berdasarkan undang undang penyelengaraan pemilihan umum, asas
penyelengaraan pemilu harus berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut, yaitu :
a. Mandiri b. Jujur c. Adil
d. Kepastian hukum
e. Tertib penyelenggaraan pemilu f. Kepentingan umum
g. Keterbukaan h. Proporsionalitas i. Profesionalitas j. Akuntabilitas k. Efesiensi l. Efektivitas
( Sumber : UU RI No.22 Tahun 2007 ).
Pemilihan umum tahun 2009 dirancang dan dilaksanakan berdasarkan
prinsip-prinsip yang berbeda dengan pemilihan umum masa sebelumnya. Perbedaan ini
dilakukan mengikuti perubahan-perubahan terhadap undang-undang mengenai
pemilihan umum.
Agar pemilihan umum dapat terlaksana secara langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur, adil, edukatif dan akuntabel, maka menurut Chairullah Gultom ( 2005: 7 )
1. Komponen yang berkaitan dengan peraturan perundang-undangan pemilihan
umum.
2. Kesiapan penyelenggaraan pemilihan umum pada semua tingkatan baik pada
tingkat perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan
pengendalian.
3. Kesiapan masyarakat sebagai pemilih dan partai politik sebagai peserta
pemilu.
4. Sumber daya ( waktu, dana, sumber daya manusia, peralatan/ perlengkapan )
untuk melaksakannya.
Seiring dengan menguatnya tuntutan dan keinginan dari sebagian besar rakyat
agar proses pelaksanaan pemilu pada setiap periode dilaksanakan dengan lebih
baik, jujur dan adil maka pada pelaksanaan pemilihan umum tahun 2009,
pemerintah melalui DPR telah melakukan amandemen terhadap UU.No 10 Tahun
2008 tentang pemilihan umum,diantaranya adalah :
1. Yaitu mulai diterapkanya sistem pencontrengan atau penandaan pada kertas
suara dalam pemilu 2009, hal ini berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya
yang menggunakan cara mencoblos atau melobangi gambar partai politik
ataupun caleg pada kertas suara
2. Pemilu 2009 menerapkan penggunaan sistem suara terbanyak dalam
menentukan caleg terpilih yang akan duduk dikursi legeslatif, hal ini berbeda
dengan pelaksanaan pemilu 2004 yang masih menggunakan sistem nomor urut
Perubahan tata cara dari mencoblos menjadi mencontreng dimaksudkan untuk
memberikan kemudahan bagi rakyat dalam proses pemungutan suara, karena
dengan cara mencontreng dianggap lebih mudah dan efisien dalam hal
pengehematan waktu, sehingga masyarakat pada saat pelaksanaan pemilu tidak
lagi melakukan antrian yang lama di TPS-TPS, dengan mencontereng diharapkan
pelaksanaan waktu pemilihan umum yang dilangsungkan hanya satu hari saja
sejak pukul 8.00 – 13.00 dapat lebih efektif bagi masyarakat.
Penggunaan sistem mencontreng atau menandai juga dilakukan untuk
meminimalisir terjadinya kerusakan kertas suara yang sering terjadi pada saat
penggunaan cara mencoblos, karena seringkali terdapat tanda gambar atau nama
caleg yang tertembus dengan tidak sengaja saat mencoblos sehingga akibatnya
kertas suara dianggap menjadi tidak sah sebab terdapat dua tanda pencoblosan
dalam satu kertas suara, hal ini sangat merugikan hak politik rakyat didalam
pemilu.
Sedangkan perubahan dari sistem nomor urut menjadi sistem suara terbanyak
dalam menentukan calon anggota legeslatif yang akan duduk baik itu di DPR dan
DPRD Kabupaten/ Kota, sesungguhnya telah membuka peluang yang lebih
terbuka, lebih sehat dan lebih demokratis bagi setiap caleg untuk dapat bersaing
karena masing-masing caleg memiliki peluang yang sama besarnya untuk dapat
duduk di kursi legislatif. Namun seiring dengan hal itu pula maka pelaksanaan
pemilu juga dituntut untuk dapat menyiapkan perangkat dan kesiapan dengan
lebih baik lagi karena semakin maju dan modernnya sebuah sistem demokrasi
perangkat penyelenggara pemilu yang juga modern dan mampu bekerja secara
optimal dan efektif dalam mensosialisasikan segala perubahan dan informasi
mengenai pemilu agar pelaksanaan pemilu mampu berjalan dengan baik dan
menuai hasil yang positif tidak hanya bagi pemerintah dan lembaga legislatif
akan tetapi juga bagi rakyat.
Hal ini disebabkan karena jika bercermin pada hasil laporan evaluasi KIPP
(Komite Independent Pemantau Pemilu) Kabupaten Tulang Bawang yang
melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pemilu legislatif tahun 2004, bahwa
pelaksanaan pemilu legislatif pada tahun 2004 yang lalu, dikabupaten Tulang
Bawang ternyata ditemukan berbagai permasalahan, salah satunya ialah
permasalahan mengenai tingkat partisipasi masyarakat di dalam pemilu serta
seringkali terjadinya kesalahan-kesalahan didalam teknis pelaksanaan pemilu
legisatif 2004, khususnya diwilayah kecamatan menggala yang merupakan pusat
pemerintahan di Kabupaten Tulang Bawang dan padat populasi penduduknya.
Berdasarkan jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu Legislatif 2004 di
Kecamatan Menggala terdapat total 28.112 pemilih yang terbagi dalam 11 PPS
dan 84 TPS namun hanya 16.804 pemilih yang memilih atau hanya sekitar
60,03% dan terdapat lebih dari 1000 suara yang rusak akibat dari kesalahan dalam
melakukan pencoblosan tanda gambar atau nama caleg. ( Sumber Data KIPP
Kab.Tuba : 2004 ).
Hal ini menunjukkan bahwa KPU Kabupaten Tulang Bawang perlu untuk
mengevaluasi kembali program sosialisasi pemilu yang telah lalu, sehingga pada
meningkat dalam mengikuti pemilu. Oleh sebab itu untuk dapat
menyelenggarakan pemilu secara baik dan maksimal maka KPU kabupaten
Tulang Bawang dalam rangka melaksanakan sosialisasi pemilu legislatif tahun
2009 telah melakukan kegiatan sosialisasi mengenai pemilu 2009 yang
dilaksanakan oleh Pokja Sosialisasi dan Dokumentasi KPU Kabupaten Tulang
Bawang yang dilaksanakan sejak tanggal 24 Desember 2008 – 4 april 2009 di 6
wilayah daerah pemilihan (DP) di seluruh Kabupaten Tulang Bawang. ( Sumber :
KPU Tulang Bawang ).
Hal ini diharapkan mampu secara efektif berperan dalam mensosialiasikan
mengenai tata cara dan pelaksanaan pemilu legislatif 2009 kepada masyarakat
secara baik dan benar, agar masyarakat merasa ikut memiliki dan bertanggung
jawab terhadap pemilu, sehingga pemilu yang dihasilkan adalah pemilu yang
berkualitas serta meminimalkan terjadinya konflik dan kerusuhan yang banyak
terjadi akibat dari minimnya informasi yang diterima mengenai proses
pelaksanaan pemilu sejak dimasa pencalegkan, masa kampanye sampai dengan
waktu pemilihan. Karena itulah maka KPU yang merupakan lembaga yang
ditugaskan oleh negara dalam menyelenggarakan pemilu dituntut untuk mampu
berperan efektif mensosialisaikan segala hal mengenai pemilu secara baik dan
benar, agar terjadinya tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu mampu
ditingkatkan secara maksimal. Maka itulah untuk menciptakan pelaksanaan
pemilu yang baik diperlukan sebuah sosialisasi yang optimal dalam
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan
pengkajian secara lebih mendalam tentang “Efektivitas Komisi Pemilihan Umum
Dalam Mensosialisasikan Pemilu Legislatif (Studi pada KPU Kabupaten Tulang
Bawang dalam Pemilu Legislatif Tahun 2009).”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka pokok permasalahan dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
“Bagaimanakah Efektifitas Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Tulang
Bawang Dalam Mensosialisasikan Pemilu Legislatif 2009 ? ”
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diungkapkan diatas, maka tujuan penelitian ini
adalah :
“Untuk mengetahui Efektivitas Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten
Tulang Bawang dalam mensosialisasikan pemilihan umum legislatif (DPR, DPD,
DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota) Pada Pemilu Tahun 2009 ”
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah :
1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
pemikiran dalam pengembangan ilmu politik, sistem kepartaian dan pemilihan
2. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran akan peningkatan kinerja bagi Komisi Pemilihan Umum Kabupaten