BAB 7 PENDIDIKAN
7.1.3 Praktik Membaca Cepat
7 . 1 . 3
7 . 1 . 3
7 . 1 . 3
7 . 1 . 3 Pra ktik Me m ba ca Ce pa tPra ktik Me m ba ca Ce p a tPra ktik Me m ba ca Ce p a tPra ktik Me m ba ca Ce p a tPra ktik Me m ba ca Ce p a t
Ikutilah petunjuk berikut ini! a. Siapkan jam atau stopwatch!
b. Bacalah dengan cepat teks di bawah ini yang panjangnya sekitar 700 kata!
c. Jangan lupa catat waktu mulai membaca!
Se bu a h K Se bu a h K Se bu a h K Se bu a h K
Se bu a h Ke lu a rg a u n tu k Si Ke l u a rg a u n tu k Si Ke lu a rg a u n tu k Si Ke l u a rg a u n tu k Si Ke lu a rg a u n tu k Si Ke c i le c i le c i le c i le c i l
Tawa dan celoteh anak-anak terdengar dari balik dinding. Kegaduhan itu tak mengusik 15 perempuan yang sedang berdiskusi di dalam kelas. Mereka asyik bertukar pengalaman dan mengasah teori mengenai pola-pola pengasuhan anak. Dua pekan silam, 15 wanita itu datang jauh-jauh ke Lembang, Jawa Barat, mening- galkan rumahnya di Banda Aceh, Meulaboh, dan Medan. Mereka adalah calon ibu asuh yang sedang menjalani pelatihan di SOS Kinderdorf, yang lebih dikenal sebagai SOS Desa Taruna Lembang. Motif mereka seragam. Ida Riyani, 25 tahun, perempuan asal Banda Aceh itu, bergabung dengan SOS Kinderdorf karena ingin membantu anak-anak di kotanya yang kehilangan orang tua akibat bencana tsunami. Ia tahu SOS Kinderdorf dari siaran radio. Kendati sempat kaget setelah mengetahui ada larangan menikah selama menjadi ibu asuh, Ida tetap meneruskan langkahnya.
“Menikah juga ujung-ujungnya mempunyai anak. Di sini tidak perlu menikah tapi sudah punya anak. Sama saja.”
Peserta lain adalah Rosamaeda Purba, 42 tahun. Hati janda beranak dua itu terpincut SOS Kinderdorf karena lembaga yang kegiatannya sekilas mirip panti asuhan itu melarang anak-anak asuhnya diadopsi. “Saya tertarik metode mendidik anak di sini dengan pendekatan sebuah keluarga,” ujar perempuan yang tadinya berdagang baju di Medan itu.
Mereka semua akan menjalani pendidikan di Lembang selama tiga bulan. Sebuah korting besar dari masa pelatihan yang lazim- nya selama dua tahun, mulai dari proses wawancara, tes, pembe- kalan teori, dan magang menjadi ibu asuh. “Ada pengecualian,” kata pimpinan SOS Desa Taruna Lembang, Sutrisno Setiawan.
Gbr. 7.1
Anak-anak asuh Yayasan SOS Desa Taruna di Lembang sedang belajar
komputer.
Te
mpo
, 8 Okt 06
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk meningkatkan kecepatan
membaca.
Jangan mengeluarkan suara ketika membaca!
Jangan gerakkan bibir saat membaca!
Jangan gerakkan kepala ke kiri dan ke kanan saat membaca!
Jangan menggunakan jari untuk menunjuk teks saat membaca!
Jangan lakukan regresi saat membaca!
Jangan melafalkan kata demi kata, meskipun membaca dalam hati!
Para peserta pelatihan itu diterima menjadi ibu asuh di per- kampungan SOS Desa Taruna, yang sedang dibangun di Banda Aceh, Meulaboh, dan Medan. Mereka akan mengasuh anak-anak korban gempa dan tsunami di Aceh dan Nias hampir dua tahun lalu.
Setiap pekan, para calon ibu asuh di DesaTaruna itu berpindah rumah. Mereka magang dan melakukan pekerjaan yang sama seperti ibu asuh di rumah-rumah itu. Sebagai selingan, selama tiga jam setiap hari mereka mendapat pembekalan teori mengenai pola pengasuhan anak dari pengelola desa.
***
Mari kita teropong kegiatan para ibu asuh. Teriakan seorang perempuan terdengar dari dalam rumah. “Fathur, main sepeda di luar, ya.” Seorang bocah terlihat segera menghela sepeda kecilnya ke halaman. Di sana ia berputar-putar dengan sepedanya seperti hendak pamer. Sri Andiani, perempuan yang tadi berteriak, cuma memperhatikan sambil tersenyum.
Di dalam rumah, seorang perempuan muda lain sedang menyetrika pakaian. Dia Santi, kini sedang menuntut ilmu di Jurusan Psikologi Universitas Persada Indonesia YAI, Jakarta. Tak lama kemudian, masuk seorang anak berseragam sekolah dasar. “Assalamualaikum,” gadis kecil itu menguluk salam sambil meng- hampiri dan mencium tangan Sri Andiani. Dia Desy Indah Sari. Seorang anak lain menyusul masuk. Namanya Selmi Fitriani.
Dalam soal anak, perempuan berperawakan sedang dengan rambut pendek itu memang terhitung subur. Selain empat anak tadi, dia masih memiliki dua anak lain. Simak pula pengakuannya ini, “Saya telah mantu 10 kali dan memiliki 15 cucu.”
Jadi, wanita 48 tahun ini punya 16 anak? Betul, tapi semuanya bukan anak kandungnya. Inilah berkah yang didapat Sri Andiani sebagai ibu asuh di perkampungan SOS Desa Taruna, Cibubur, Jakarta Timur. Jumlah anak yang ia asuh sejak menjadi “ibu” pada 1984 bahkan lebih dari angka tersebut. Mereka adalah anak-anak dari keluarga tak mampu yang menjadi asuhan Yayasan SOS Desa Taruna.
Sri berperan layaknya ibu kandung bagi anak-anak tersebut. Dia harus mendampingi saat mereka belajar. Mendengarkan ber- bagai keluh-kesah. Datang ke sekolah untuk mengambil rapor, atau menyelesaikan masalah yang mereka dapat di tempat mereka belajar.
Bila anak-anak itu kekurangan uang, duit gajinya yang tak seberapa pun ia berikan. Bahkan anak-anak yang sudah tak tinggal di rumah kadang-kadang masih menadahkan tangan. Soalnya, “Hanya aku ibu yang mereka kenal,” ujarnya.
Di rumah lain, ada Supriatni. Perempuan 37 tahun ini mengurus 12 anak. Ketika Tempo bertandang pekan lalu, anak- anak berusia sekolah dasar mondar-mandir di ruang tamu – ruang yang hanya dipisahkan oleh lemari rendah dengan meja makan
Te m p o , 8 O k t 0 6 Gbr. 7.2
Anak-anak asuh Yayasan SOS Desa Taruna di Cibubur.
Membaca cepat dapat digu- nakan untuk menemukan ide pokok teks.
Langkah yang harus dilakukan adalah:
1. Siapkan jam atau stopwatch! 2. Bacalah teks dengan cermat su-
paya ide pokok dapat Anda ketehui secara tepat!
3. Jangan membaca kata demi kata, seraplah idenya dan mata bergerak lebih cepat untuk membaca, tetapi jangan sampai kehilangan pemahaman! 4. Bacalah dalam kecepatan nor-
mal!
5. Seraplah ide penulis dengan cepat, tetapi jangan tergesa- gesa sehingga tidak menye- babkan ketegangan!
6. Berkonsentrasilah dalam mem- baca sehingga ide atau gagasan pokok dapat ditemukan!
Bab 7 Pendidikan
yang sekaligus menjadi meja belajar. Untuk tidur, mereka harus berbagi tilam di empat kamar.
Mengurusi anak-anak dengan latar belakang berbeda – sebagian yatim, lainnya dititipkan orang tua yang tak mampu – jelas bukan hal mudah. Sri bercerita pernah memiliki empat anak bersaudara kandung yang terlibat bermacam masalah. Anak pertama mogok sekolah dan meninggalkan rumah. Adiknya, yang sempat kuliah di Universitas Padjadjaran, Bandung, terlibat pemakaian narkoba. Seorang adiknya yang lain kabur hanya sebulan sebelum mengikuti ujian sekolah menengah kejuruan. Si bungsu lari saat pendidikan di balai latihan kerja. Tentu saja Sri stres. Biasanya, ia lalu berusaha menenangkan pikiran dengan jalan-jalan sendiri keluar rumah. Setelah pikiran tenang, barulah ia kembali ke rumah.
Ada pula cerita mengesankan. Supriatni menuturkan seorang anaknya pernah mencuri uang. Uang kertas Rp 500 itu kemudian disobek menjadi tiga potongan. Begitu Supriatni pulang, si anak ingin menukar potongan uang kertas itu menjadi uang receh untuk jajan.
Saat ditanya kenapa uang kertas itu dipotong, si anak menjawab jujur, “Dari nyuri kemudian harus dibagi bertiga.” Jawaban itu mau tak mau membuat Supriatni tersenyum.
Sumber:Tempo, 8 Oktober 2006
Membaca cepat dan menemu- kan ide pokok.
1. Setelah mempraktikkan mem- baca cepat, hitunglah kece- patan membaca Anda menggu- nakan rumus!
2. Temukan ide pokok dari teks yang dibaca!
3. Berlatihlah membaca cepat menggunakan teks yang lain!