• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KONSEP WADI’AH DALAM HUKUM ISLAM DAN BUWUHAN

B. Praktik Tradisi Buwuhan Dalam Pernikahan Di Desa Gesikan

Ketika orang-orang mengadakan pesta seremonial (pesta pernikahan), mereka akan mendapatkan kesuksesan ketika mereka mendapat bantuan dari orang-orang yang memiliki hubungan pribadi dan hubungan interpersonal yang baik dari keluarga atau orang lain (tetangga dan orang-orang yang diundang). Keterlibatan orang-orang dengan s{oh{ib al-h{a>jat adalah bukan tentang masalah layanan mereka dan tenaga mereka saja, tetapi keterlibatan mereka lebih ditujukan untuk hubungan sosial dan ekonomi. Buwuhan tidak dimaksudkan untuk memberikan saja, tetapi terlibatkan juga dalam acara. Orang-orang yang terlibat dalam pesta upacara bisa dikategorikan disebutkan di bawah ini

1) Keluarga

Keluarga adalah hal yang utama dalam penyelenggaraan pesta seremonial (pesta pernikahan). Apalagi hal itu berkaitan dengan siklus hidup manusia. Keluarga diistilah masyarakat Jawa terdiri dari keluarga utama yang merupakan orang-orang hidup dibawah satu atap seperti orang tua, saudara dan hubungan keluarga atau orang- orang yang bergabung dibawah satu atap.

2) Tetangga

Tetangga adalah orang atau kelompok orang yang berada disekitar rumah atau tempat tinggal kita, tetangga sering diasumsikan sebagai saudara dekat. Tetangga yang baik akan

53

menyebabkan hidup kita ini akan menjadi senang dan tentram. Jika tetangga kita kurang baikkepada kita maka akan menyebabkan hidup ini kurang tenang atau kurang kerasan.

Orang-orang yang dijelaskan diatas akan memberikan bantuan untuk tuan rumah dipersiapan untuk kebutuhan yang akan butuhkan dalam mengadakan pesta pernikahan. Kemudian, ada juga setiap keluarga besan yang akan datang ke pesta seremonial, tetapi mereka tidak memiliki keterlibatan terlalu banyak.5 Ini karena kebanyakan dari mereka (besan) tinggal di Desa lain dan jarak jauh. Mereka akan datang dan dilengkapi dengan undangan dari tanggal pernikahan. Biasanya mereka akan memberikan kemurahan "buwuhan" jenis uang dari tamu laki-laki dan perempuan.6

Menurut bapak Hadi sebagai yang diwawancarai, katanya:

“Waktu saya dulu melangsungkan pernikahan anak saya yang bungsu, saya hanya mematok undangan sekitar 300 tamu undangan. Itu sudah termasuk keluarga dari keluarga istri saya, keluarga saya, teman dekat dari anak saya dan orang Gesikan yang kami kenal dan pernah ketumpangan. tapi ketika sudah selesai acara dan melihat tamu yang datang, jumlahnya melebihi dari tamu undangan. Mereka ada yang dari Gesikan selatan, Gesikan tengah yang kami tidak merasa memberikan undangan ditunjukan kepada mereka. Sebenarnya, saya dan keluarga saya terkejut dan merasa sangat luar biasa juga. Ini karena kita merasa terbantu dengan kedatangan mereka.”

Dan menurut informasi lain, Ibu Pit. Dia mengatakan :

“Orang-orang yang saya minta bantuan untuk rewang adalah tetangga yang masih se-Rt, saya langsung mendatangi kerumahnya. Ketika mereka rewang, mereka biasanya sambil membawa beras 3 Kg dan mie atau gula 1 Kg. Yang menunjukkan bahwa hubungan dalam

5

Alfan, Wawancara, Gesikan, 22 juni 2016.

6

54

kehidupan masyarakat menggerakkan mereka untuk mengurus satu sama lain dan selalu ringan tangan dalam setiap kegiatan yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat. Sehingga mereka dapat mencoba untuk mengenal satu sama lain erat. Terutama bagi orang yang tahu satu sama lain, hal itu juga bisa membuat hubungan mereka menjadi lebih dekat.”7

2. Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Donasi dalam Perayaan Pernikahan Masyarakat dilingkungan sosialnya memiliki penilaian tertentu ketika mereka menilai dalam interaksi sosial, terutama dalam hubungan dengan tetangga dan masyarakat. Menjaga hubungan yang baik untuk tetap harmonis kadang-kadang memiliki sedikit konflik atau konflik besar yang bisa terjadi di masyarakat juga. Tetapi umumnya masyarakat yang tinggal di pedesaan dan mereka hidup secara komunal, mereka dapat mengurangi dan meminimalkan mereka. Dalam hubungan masyarakat ada penilaian tertentu yang menunjukkan keberadaan orang tersebut; masyarakat menilai dan menganggap sebagai orang yang negatif jika orang tersebut cenderung tertutup dan memiliki sikap buruk, sehingga sikap masyarakat pada orang itu sebagai manusia yang tidak memiliki kebaikan. Masyarakat Gesikan adalah masyarakat yang sangat selektif dalam interaksi masyarakat mereka.

a. Faktor Hubungan Sosial

Adalah hubungan yang berhubungan dengan seseorang atau hubungan keluarga dengan komunitas mereka. Keterbukaan individu dalam arisan, toleransi dan solidaritas dari individu menjadi penilaian

7

55

sendiri bagi masyarakat untuk mempertimbangkan untuk memberikan pemberian mereka (buwuhan) ke rumah. Hubungan yang lebih baik dalam masyarakat, maka seseorang akan menempatkan kepercayaan pada orang-orang dengan memberi mereka pemberian yang lebih besar.8

b. Faktor ekonomi

Kondisi ekonomi memberikan efek standar kontribusi rakyat secara langsung, baik dari kondisi ekonomi rakyat yang akan memberikan kontribusi atau kondisi ekonomi orang-orang yang merayakannya. Kondisi ekonomi masyarakat yang akan memberikan kontribusi juga menjadi pertimbangan bagi diri mereka sendiri untuk menyisihkan sebagian dari pendapatan mereka. Meskipun, itu adalah untuk memberikan kontribusi dalam perayaan pernikahan saja.9 Karena mereka memiliki banyak pemenuhan kebutuhan yang harus dipenuhi, sebagian besar orang akan perhatian untuk mengurangi nilai kontribusi. Umumnya, untuk orang-orang yang sudah memiliki standar untuk uang nominal dan untuk nilai barang yang akan disumbangkan. Untuk uang nominal dua puluh ribu rupiah sampai dua puluh lima ribu rupiah (nominal dapat ditingkatkan jika ada hubungan khusus seperti kerabat dekat dan keluarga). Jika pemberian uang itu lebih dari yang akan diberikan maka akan dikembalikan oleh S{oh{ib al- h{a>jat atau dengan istilah “Susuk”. Sedangkan untuk sumbangan

8

Tumirin, Wawancara, Gesikan, 20 juni 2016.

9

56

pokok terdiri dari 3 kilogram beras dan 1 kg gula atau 1 bungkus mie. Padahal, orang-orang yang tergabung dalam buwuh masyarakat, mereka akan menyumbangkan uang mereka untuk sumbangan pernikahan. Mereka biasanya menyumbangkan uang sekitar tiga puluh ribu rupiah. Standar kontribusi yang diberikan oleh masyarakat kepada tuan rumah, disesuaikan dengan kemampuan ekonomi orang. Tidak ada kesepakatan khusus yang diberikan oleh koordinator untuk menentukan jumlah kontribusi. Dan jika orang yang memberikan sumbangan tersebut, memberikannya setengah atau orang tersebut masih setengah maka orang tersebut masih terhitung mempunyai hutang pada s{oh{ib al-h{a>jat.10

Pada mulanya pemberian tampak diberikan secara sukarela, tanpa pamrih, dan spontan oleh satu pihak kepada pihak yang lain. Padahal sebenarnya pemberian itu diberikan karena kewajiban atau dengan pamrih, yang pada gilirannya akan menimbulkan kewajiban pula bagi pihak yang menerimanya untuk membalas dikemudian hari atau dihutangkan. Pemberian yang belum dibalas akan merendahkan derajat pihak penerima, khususnya jika penundaan ini dilakukan karena memang mempunyai maksud untuk tidak melunasinya. 11

10

Masudan, Wawancara, 24 juni 2016.

11

57

Buwuhan adalah proses tukar menukar yang didalamnya terdapat kewajiban untuk membalas dan kewajiban untuk memberi, serta untuk mempererat hubungan antar sesama serta adanya rasa saling tolong menolong.

Sementara itu, kewajiban dalam sumbang buwuhan, dengan asumsi yang ditawarkan untuk mengindikasikan bahwa setiap pertukaran itu mengandung dua unsur yang saling berhubungan, yaitu: pertama, seseorang harus menolong siapa yang telah menolongnya, dan kedua, seseorang tidak boleh mengecewakan siapa yang telah menolongnya. Hal ini mengindikasikan bahwa pertukaran dapat mengatur perilaku individu dalam sumbang menyumbang. Selain itu pertukaran digerakkan oleh rasa malu dan rasa hutang budi. lebih lanjut bahwa prinsip pertukaran yang terpenting adalah bahwa pertukaran itu menyangkut nilai-nilai yang dapat diperbandingkan.

Masyarakat pada umumnya ketika buwuh mereka niat nyelah (atau meletakkan barang) serta berniat untuk membantu, dengan harapan suatu saat dikembalikan ketika penyumbang punya hajatan. Maka dari sini dapat kita ketahui bahwasanya tradisi buwuh yang berkembang Di Desa Gesikan dengan adanya atau mengharap ganti atau pengembalian.

Adapun waktu buwuhan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Gesikan dibedakan menjadi dua yaitu buwuhan tanpa adanya undangan dan buwuhan dengan adanya undangan.

58

buwuhan tanpa adanya undangan dilakukan oleh para ibu dari tiap rumah, hal itu dilakukan pada waktu pagi jam 07:00 sampai sore jam 15:00 ketika pengantin perempuan dan laki-laki duduk di kursi pengantin. b. Buwuhan dengan undangan

Adapun buwuhan dengan undangan dilakukan ketika diadakanya pesta pernikahan, dimulai sejak pengantin laki-laki dan perempuan duduk dikursi penganti, itu adalah awal para tamu undangan datang menghadiri acara pernikahan sampai malam sekitar jam 21:00-22.00. buwuhan tersebut dilakukan oleh kaum remaja baik laki-laki maupun perempuan. Ada juga tamu undangan dari para bapak yang diundang karena masih kerabat dari orang tua pengantin, ada juga bapak yang hadir tanpa adanya undangan karena mempunyai tanggungan pernah disumbang oleh orang tua pengantin.12

Wawancara bapak samuji beliau adalah selaku tokoh agama Di Desa Gesikan, pernah mengadakan walimah yang mana beliau pernah diingatkan oleh seorang yang mempunyai hajatan karena beliau tidak menyumbang serta mendapatkan kekurangan dalam pengembalian buwuh beliau menuturjan dalam wawancaranya:

“Nek nang kene undangan pernikahan tergantung wonge, nek bangsone petani umum e nyumbang antarane 20.000 sampek 30.000 bedo karo pegawe negri koyo guru lan liyo liyo ne nominal e paling sitik yo 50.000, nek seng wadon biasa e gowo beras gulo lan bahan bahan liyone gawe nyumbang, nek bocah enom enek seng ngado duwet yo enek seng ngado barang, aku pernah ketumpangan biyen dibuwuhi terus gak teko kadang enek seng ngelengo kadang yo meneng, aku pernah ngalami ngunu

12

59

ketumpangan kok gak buwoh biasae nek petok koyok piye ngunu, yo rumongso dewe, nek nang kene nek ketumpangan akeh tekoe”.13

Menurut wawancara dari bapak samuji materi atau barang yang dibawa ketika buwuhan oleh para ibu umumnya membawa beras, gula, mie, dan bahan pokok lainya. Jadi tidak ada penentuan terhadap barang yang disumbangkan ketika hajatan.

Sedangkan materi yang dibawa ketika buwuhan yang dilakukan oleh para remaja atau para bapak umumnya berupa uang, masyarakat yang bekerja sebagai buruh tani biasanya memberikan sumbangan uang sejumlah Rp. 20.000 sampai Rp. 30.000, sedangkan para pegawai jumlah sumbangan antara Rp. 50.000 sampai Rp. 100.000, akan tetapi tidak menutup kemungkinan jumlah sumbangan bisa dibawah Rp. 20.000 bahkan diatas Rp. 100.000. karena tidak adanya ketentuan nominal sumbangan yang diberikan masyarakat.

Proses buwuhan yang dilakukan oleh para ibu sebelum berangkat dari rumah, mereka mengambil sobekan kertas dan menuliskan namanya penyumbang dan meletakkan diwadah yang berisikan sumbangan, ketika sampai dirumah yang punya hajat diambil oleh orang yang membantu proses pernikahan, kemudian para tamu diberikan makan, sedangkan s{oh{ib al-h{a>jat mencatat sumbangan para tamu yang datang yang dibantu oleh keluarga yang membantu proses acara. Ketika ada kekurangan seketika itu lansung ditegur oleh s{oh{ib al-h{a>jat, baik ditegur langsung oleh atau oleh s{oh{ib al-

13

60

h{a>jat keluarga yang bertugas mencatat, jika terdapat sumbagan yang tidak ada namanya, seketika itu s{oh{ib al-h{a>jat menayakan kepada para tamu undangan mencari nama penyumbang yang tidak ada namanya, ketika para tamu selesai makan dan hendak pulang, wadah tempat buwuhan sudah terisi oleh bungkusan nasi, sayur serta kue. Seperti wawancara ibu karti

“Nek wong wedok nang kene ape buwoh iku ditulisi jeneng e mbak, mengko tekan omah e dijupok teros dicatet, nek umpomo kok gak onok jeneng e seng ndwe gawe golek i nakoki tamune,nek umpomo kurang utowo wes tau disumbang yo di takokno, digawe rasan rasan mbak, biasae seng digowo beras 5 kg karu di tumpangi mie, yo enek gulo, klopo, engko nek muleh biasae diisi sego sakbuntel karo bungkusan jangan lan jajan2”.14

Adapun prosesi buwuhan yang dilakukan oleh para remaja pada waktu menghadiri pesta pernikahan, para tamu sebelum berangkat sudah menyiapkan uang, ketika para tamu undangan datang, para penerima tamu menyambut dengan bersalaman kemudian dipersilahkan duduk serta dipersilahkan untuk duduk dan menikmati hidangan yang sudah disediakan di meja tamu, tak lama kemudian yang membawa makanan datang dan dipersilahkan untuk makan, setelah selesai makan para tamu berpamitan pulang dengan bersalaman dan memberikan uang kepada pengantin, sedangkan bapak dan ibu memberikan uang juga kepada orang tua pengantin, setelah pamit para tamu pulang membawa bingkisan yang telah disediakan.15

Sumbangan yang hanya dilakukan pada waktu walimah nikah yaitu sumbangannya para remaja yang sudah melangsungkan pernikahan, sedangkan sumbangan bapak atau ibu yang berupa sembako atau barang lain

14

Wawancara ibu karti 23 juli 2016 15

61

dikembalikan setiap diadakan hajatan. Setiap orang yang menyumbang, mereka mengembalikan sumbangan yang pernah diterima dengan barang sumbangan yang sama dan nominal yang sama.16

Mengembalikan buwuhan baik berupa barang atau uang sudah menjadi kebiasaan masyarakat Desa Gesikan.

16

Dokumen terkait