BAB II KAJIAN TEORITIK DAN KERANGKA BERPIKIR
2. Praktikum
kreativitas dan kemandirian siswa kurang tersalurkan.
3. Guru masih kesulitan memfokuskan perhatian terhadap kualitas praktikum yang dilakukan siswa
8 Aslıhan Kartal Taşoğlu dan Mustafa Bakaç, The Effect of Problem Based Learning
Approach on Conceptual Understanding in Teaching of Magnetism Topics, Eurasian J. Phys. & Chem. Educ. 6(2), 2014, h. 110.
9
Lutfi Fidiana, Bambang S, dan Pratiwi D, Pembuatan Dan Implementasi Modul Praktikum Fisika Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Kelas XI,
Unnes Physics Education Journal, 1(1), 2012, h. 38. 10
Oon-Seng Tan, Problem-Based Learning and Cretivity, (Singapore: Cengage Learning, 2009), h. 6.
4. Belum adanya bahan ajar di sekolah yang menuntun siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuan mereka dalam menemukan konsep-konsep kimia.
C. Pembatasan Masalah
Agar masalah dalam penelitian ini tidak terlalu luas ruang lingkupnya, maka diperlukan pembatasan masalah. Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada:
1. Modul praktikum yang akan dibuat hanya berisi materi-materi kimia kelas X semester genap yaitu larutan elektrolit dan non elektrolit, dan reaksi reduksi oksidasi.
2. Proses pengembangan modul praktikum berbasis problem based learing
untuk kelas X semester genap.
3. Penilaian siswa terhadap modul praktikum berbasis problem based learning.
D. Perumusan masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah proses pengembangan modul praktikum berbasis problem based learning untuk kimia kelas X semester genap.
2. Bagaimana hasil penilaian siswa terhadap modul praktikum berbasis
problem based learning untuk kimia kelas X semester genap. E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian pengembagan modul praktikum berbasis problem based learning ini adalah sebagai berikut:
1. Menghasilkan modul praktikum kimia berbasis problem based learning
khususnya pada materi kimia kelas X semester genap.
2. Mengetahui penilaian siswa terhadap modul praktikum berbasis problem based learning untuk kimia kelas X semester genap.
6
F. Manfaat Penelitian
Peneltian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang bermanfaat bagi semua pihak, antara lain:
1. Bagi siswa, memberikan pengalaman dalam kegiatan praktikum dengan menggunakan model problem based learning.
2. Bagi guru, memberikan informasi tentang penerapan model problem based learning dalam melakukan kegiatan praktikum.
3. Bagi sekolah, diperoleh modul yang dapat digunkan untuk kegiatan praktikum dalam mata pelajaran kimia kelas X semester genap.
4. Bagi peneliti, menambah pengalaman dan wawasan mengenai pengembangan modul praktikum berbasis problem based learning serta menambah bekal bagi peneliti sebagai calon pendidik untuk dapat mengembangkan sendiri bahan ajar kimia yang inovatif.
5. Bagi pihak lainnya, dapat digunakan sebagai referensi untuk turut serta menerapkan model problem based learning melalui kegiatan praktikum pada materi maupun kegiatan belajar lainnya.
7 A. Kajian Teoretik
1. Modul
a. Pengertian Modul
Salah satu jenis bahan ajar cetak yang ada saat ini adalah modul. Bahan ajar adalah segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh satu kompetensi yang akan dikuasai siswa dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran1. Sedangkan istilah modul dipinjam dari dunia teknologi, yaitu suatu alat ukur yang lengkap dan merupakan satu kesatuan program yang dapat mengukur tujuan.2 Menurut Daryanto, “Modul adalah bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, di dalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu siswa mengasai tujuan belajar yang spesifik”.3
Depdiknas menjelaskan bahwa “Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru”.4
Sedangkan menurut Rudi dan Cepi, “Modul yaitu suatu paket program yang disusun dalam bentuk satuan tertentu dan didesain sedemikian rupa guna kepentingan belajar siswa”.5
Dari uraian di atas mengenai modul, dapat ditarik kesimpulan bahwa modul adalah sebuah bahan ajar cetak yang dibuat secara
1
Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajara Inovatif, (Jakarta: Diva Perss, 2011), Cet. I, h. 17.
2
Daryanto dan Dwicahyono, Pengembangan Perangkat Pembelajaran (Silabus, RPP, PHB, Bahan Ajar), (Yogyakarta: Gava Media, 2014), Cet. I, h.177.
3
Daryanto, Menyusun Modul, (Yogyakarta: Gava Media, 2013), h. 9. 4
Depdiknas. Panduan Pengembangan Bahan Ajar, (Depdiknas, 2008), h. 13. 5
Rudi Susilana dan Cepi Riyana, Media Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h 15.
8
sistematis sesuai dengan kompetensi yang ada dengan tujuan membantu siswa dalam proses pembelajaran secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru.
b. Tujuan Modul
Modul dibuat dengan beberapa tujuan yakni: 1) Memperjelas atau mempermudah penyajian.
2) Mengatasi keterbatasan (waktu, tempat, dan sebagainya). 3) Meningkatkan motivasi.
4) Meningkatkan kemampuan komunikasi. 5) Meningkatkan kemandirian belajar.6 c. Karakteristik Modul
Untuk menghasilkan sebuah modul yang mampu meningkatkan motivasi belajar siswa, pengembangan modul harus memperhatikan karakteristik yang diperlukan, yaitu:
1) Self instruction
Merupakan karakteristik penting dalam modul, dengan karakter tersebut memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self instruction setidaknya modul harus memuat tujuan pembelajaran yang jelas, memuat materi pembelajaran yang dikemas dalam unit-unit kegiatan yang kecil/spesifik, tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan, terdapat soal-soal latihan untuk mengukur penguasaan siswa, terdapat instrumen penilaian, dan terdapat informasi tentang rujukan atau referensi.
2) Self contained
Modul diaktakan self contained bila seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan termuat dalam modul tersebut.
6
Daryanto, Startegi Dan Tahapan Mengajar: Bekal Keterampilan Dasar Bagi Guru, (Bandung: Yrama Widya, 2013), Cet I, h. 80.
3) Berdiri sendiri
Berdiri sendiri merupakan karakteristik modul yang tidak tergantung pada bahan ajar/media lain, atau tidak harus digunakan bersama-sama bahan ajar/media lain. Jika siswa masih menggunakan dan masih bergantung pada bahan ajar lain selain modul yang digunakan, maka bahan ajar tersebut tidak dikategorikan sebagai modul yang berdiri sendiri.
4) Adaptif
Dikatakan adaptif jika modul dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel/luwes digunakan di berbagai perangkat keras.
5) Bersahabat/akrab (user friendly)
Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainnya, termasuk kemudahan pemakaian dalam merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan merupakan salah satu bentuk user friendly. 7
d. Elemen Mutu Modul
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk dapat menghasilkan modul yang mampu memerankan fungsi dan perannya dalam pembelajaran yang efektif meliputi format, organisasi, daya tarik, konsistensi, ukuran huruf, dan spasi kosong. 1) Format
a) Gunakan format kolom (tunggal atau multi) yang proporsional. Penggunaan kolom tunggal atau multi harus sesuai dengan bentuk dan ukuran kertas yang digunakan.
10
b) Gunakan format kertas (vertikal atau horizontal) yang tepat. Penggunaan format kertas secara fertikal atau horizontal harus memperhatikan tata letak dan format pengetikan. c) Gunakan icon yang mudah ditangkap dan bertujuan untuk
menekankan pada hal-hal yang dianggap penting atau khusus. Tanda dapat berupa gambar, cetak tebal, cetak miring, atau lainnya. 8
2) Organisasi
Bahan ajar yang terorganisasi dengan baik akan memudahkan dan meningkatkan semangat siswa untuk membaca atau belajar menggunakan bahan ajar tersebut.9 Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengorganisasian sebuah modul adalah: a) Organisasikan isi materi pembelajaran dengan urutan dan
susunan yang sistematis, sehingga memudahkan siswa memahami materi.
b) Susunan dan tempatkan naskah, gambar dan ilustrasi sedemikian rupa sehingga informasi akan mudah dimengerti oleh siswa.
c) Organisasikan antar bab, antar unit, dan antar paragrap dengan susunan dan alur yang memudahkan siswa memahaminya.
d) Organisasikan antar judul, subjudul, dan uraian yang mudah diikuti oleh siswa.10
e) Kotak-kotak dapat digunakan untuk memisahkan bagian-bagian dari teks.
f) Teks disusun sedemikian rupa sehingga informasi mudah diperoleh.11
8
Ibid., h. 13. 9
Chomsin S. Widodo dan Jasmadi, Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2008), h. 53.
10
Daryanto, Menyusun…, op. cit., h. 13-14. 11
3) Daya tarik
Daya tarik dari suatu modul dapat ditempatkan di beberapa bagian seperti:
a) Bagian sampul (cover) depan, dengan mengkombinasikan warna, gambar (ilustrasi), bentuk dan ukuran huruf yang serasi.
b) Bagian isi modul diberikan rangsangan-rangsangan berupa gambar atau ilustrasi, pencetakan huruf tebal, miring, garis bawah atau warna.
c) Tugas dan latihan dikemas sedemikian rupa sehingga menarik. 12
4) Bentuk dan ukuran huruf
a) Gunakan bentuk dan ukuran huruf yang mudah dibaca sesuai dengan karakteristik umum siswa.
b) Gunakan perbandingan huruf yang proporssional antar judul, sub judul, dan isi.
c) Hindari penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks, karena akan sulit untuk dibaca. 13
5) Ruang (spasi) kosong
Gunakan ruang atau spasi kosong tanpa teks dan gambar untuk menambah kontras modul. Hal ini penting untuk memberikan kesempatan bagi siswa untuk beristirahat pada titik-titik tertentu.14 Selain itu spasi kosong ini berfungsi juga untuk menambahkan catatan penting. Gunakan dan tempatkan spasi kosong secara proporsional. Penempatan spasi kosong dapat dilakukan di beberapa tempat seperti:
a) Ruangan sekitar judul bab dan subbab.
b) Batas tepi (marjin), batas tepi yang luas akan memaksa siswa untuk masuk ke tengah-tengah halaman.
12
Daryanto, Menyusun…, loc .cit. 13
Ibid. 14
12
c) Spasi antar kolom, semakin lebar kolomnya semakin luas spasi diantaranya.
d) Pergantian antar paragrap dimulai dengan huruf kapital. e) Pergantian antar bab atau bagian. 15
6) Konsistensi
a) Gunakan bentuk dan ukuran huruf secara konsisten dari halaman ke halaman. Usahakan agar tidak menggabungkan beberapa cetakan dengan bentuk dan ukuran huruf yang banyak variasi.
b) Gunakan jarak spasi yang konsisten. Jarak antar judul dengan baris pertama dan antara judul dengan teks.
c) Gunakan tata letak pengetikan yang konsisten, meliputi pola pengetikan maupun margin/batas-batas pengetikan.16 d) Gunakan format kertas dan kolom dari halaman ke halaman
secara konsisten.17 e. Pengembangan Modul
Pendidik maupun calon pendidik haruslah memiliki kemampuan untuk dapat menciptakan suatu pembelajaran yang tidak hanya menyenangkan bagi siswa, tetapi juga harus memiliki kebermaknaan agar mereka dengan mudah dapat memahami dan mengaplikasikan materi ajar yang disampaikan. Salah satunya adalah dengan melakukan pengembangan bahan ajar berupa modul yang kreatif dan inovatif.
Dalam proses pengembangan bahan ajar tesebut guru harus cermat dan memiliki pengetahuan serta keterampilan yang memadai, karena sebuah modul paling tidak harus dapat memenuhi kriteria dengan tercapai atau tidaknya sebuah kompetensi dasar yang dikuasai oleh siswa.
15
Daryanto, Menyusun…, op. cit., h. 15. 16
Ibid. 17
Dalam mengembangkan sebuah modul terdapat beberapa tahapan yang dapat ditempuh yaitu: (1) perencanaan, (2) penulisan, (3) review, dan (4) uji coba.18 Penjelasan dari tiap tahapan pengembangan modul adalah sebagai berikut:
1) Tahap perencanaan penulisan modul
Perencanaan penulisan merupakan tahap awal dari pengembangan suatu modul. Sangat penting membuat perencanaan sebaik mungkin, karena dengan begitu modul yang dihasilkan akan memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi serta kedalaman materi yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa sehingga dapat membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Untuk dapat memenuhi unsur keterbacaan modul ada beberapa aspek yang harus dikusai oleh penulis, yaitu: (1) faktor bahasa, (2) gaya penyajian yang akrab, (3) relevansi waktu belajar, (4) tingkat kemampuan siswa, (5) menarik tidaknya materi yang disajikan, (6) pengorganisasian dan penyajian, dan (7) pendekatan penulisan yang digunakan.19
Dalam merencanakan penulisan modul, terlebih dahulu penulis harus menyusun Garis-Garis Besar Isi Modul (GBIM). GBIM yang dihasilkan selanjutnya dijadikan pedoman dalam menulis modul sebagai bahan ajar. Berikut adalah faktor-faktor yang melandasi pembuatan GBIM dalam tahapan perencanaan menulis modul:
a) Analisis kebutuhan
Ketika akan menulis modul, hendaknya memiliki informasi sejelas mungkin untuk siapa modul yang ditulis, siapa sasaran pembacanya. Dalam hal ini terdapat empat faktor yang berkaitan dengan siswa yaitu, keadaan siswa, motivasi
18 Daryanto, Menyusun…,op. cit., h. 31 19
14
siswa, kemampuan belajar siswa, dan latar belakang bidang studi.
b) Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus
Mempertimbangkan dan menentukan tujuan (umum dan khusus) sejak awal proses penulisan modul merupakan hal penting sebagai upaya untuk menghasilkan modul yang lebih baik. Tujuan pembelajaran umum (TPU) merupakan pernyataan tentang apa yang diharapkan dapat dikuasai siswa setelah selesai menyelesaikan pembelajaran dengan modul. Sedangkan tujuan pembelajaran khusus (TPK) merupakan pernyataan-pernyataan yang menginformasikan apa yang dapat dicapai oleh siswa setelah menyelesaikan suatu kegiatan pembelajaran, meliputi kemampuan-kemampuan (kompetensi) khusus (pengetahuan, keterampilan, sikap) yang dapat terukur.
c) Menentukan isi dan urutan materi pembelajaran
Setelah menentukan tujuan pembelajaran tahap selanjutnya adalah menenentukan isi pelajaran dan urutannya. Cara yang dilakukan adalah: (1) identifikasikan topik utama, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori yang akan disajikan dalam modul, (2) uraikan produk bahasan ke dalam sub-sub pokok bahasan. Pertimbangan penting yang perlu dilakukan dalam menentukan isi dan urutan materi pembelajaran, adalah:
(1) Relevansi antara materi yang disajikan dengan pembelajaran yang dirumuskan.
(2) Kesesuaian waktu dengan materi yang dipelajari. (3) Cakupan materi yang disajikan.
(4) Kesesuaian materi dengan perkembangan.
(5) Kesinambungan antara materi sekarang dengan materi yang selanjutnya.
(6) Susunan materi dibuat dengan tepat. d) Memilih dan menentukan media
Media sebagai pendukung dalam pembelajaran dengan modul tetap diperlukan, seperti misalnya kaset audio, film strip, ataupun media cetak lainnya untuk mendukung pembelajaran melalui penggunaan modul, khususnya untuk memperkuat pembelajaran yang memerlukan praktek. Pertimbangan yang perlu dilakukan dalam memilih media pendukung pembelajaran dengan modul salah satunya adalah tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
e) Menentukan strategi penilaian
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menentukan strategi penilaian hasil belajar siswa yaitu: siapa yang akan menilai, kapan penilaian dilakukan, mengapa siswa perlu dinilai, dan bagaimana cara penilaiannya. 20
20
Ibid., h. 33-37
TAHAP PERENCANAAN Tetapkan tujuan pembelajaran Ketahui siapa peserta
didiknya
- Keadaan peserta didik
- Motivasi peserta
- Faktor belajar
- Latar belakang bidang studi
Tentukan isi dan urutan materi pelajaran - Relevansi materi dengan TPK - Kebenaran materi - Cakupan materi - Kesatuan materi Tentukan penilaian - Siapa yang menilai - Kapan akan dilakukan - Mengapa perlu dinilai - Bagaimana cara
menilainya
Pilih media
- Tujuan penggunaan
- Jenis yang akan digunakan
- Sarana dan prasarana Gambar 2.1 Tahap Perencanaan Penulisan Modul
16
2) Tahap Penulisan Modul
Langkah selanjutnya dari pengembangan modul adalah tahap penulisan modul meliputi: (1) mempersiapkan
outline/rancangan penulisan dan (2) melaksanakan penulisan. a) Mempersiapkan outline/rancangan penulisan
Kegiatan yang ditempuh dalam mempersiapkan outline
meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Menentukan topik atau bahasan yang disajikan
Dalam menentukan sebuah topik terdapat dua pertimbangan yang harus diingat, pertama daftar tentang kebutuhan belajar siswa dan tujuan pembelajaran khusus, dan yang kedua adalah fokus pada belajar secara aktif.
(2) Mengatur urutan materi sesuai dengan urutan tujuan Pengaturan urutan materi secara logis adalah upaya membantu siswa menyerap materi pelajaran yang disajikan. Penguraian materi dimulai dari yang sederhana menuju pada kegiatan yang lebih kompleks. (3) Mempersiapkan rancangan/outline penulisan
Untuk mempersiapkan rancangan penulisan modul, berikut terdapat beberapa contoh yang dapat digunakan sebagai dasar untuk memulai menulis modul. 21
Bagian utama sebuah modul 21 Ibid., h. 38-40. PENDAHULUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 PENUTUP KEGIATAN PEMBELAJARAN 2 KEGIATAN PEMBELAJARAN 3
Sedangkan contoh outline penulisan sebuah modul menurut Prastowo adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Contoh Outline Penulisan Modul Menurut Andi Prastowo22 Sebelum Memulai Materi Saat Pemberian Materi Setelah Pemberian Materi 1. Judul 2. Kata Pengantar 3. Daftar Isi 4. Latar Belakang 5. Deskripsi Singkat 6. Standar Kompetensi 7. Peta Konsep 8. Manfaat 9. Tujuan Pembelajaran 10.Petunjuk Penggunaan 11.Kompetensi Dasar 12. Materi Pokok 13. Uraian Materi 14. Heading 15. Ringkasan 16. Latihan atau Tugas 17. Tes Mandiri 18. Post test 19. Tindak Lanjut 20. Harapan 21. Glosarium 22. Daftar Pustaka 23. Kunci Jawaban
Menurut Depdiknas sebuah modul berisi paling tidak tentang, petunjuk belajar (petunjuk siswa/guru), kompetensi yang akan dicapai, content atau isi materi, informasi pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK), evaluasi, dan balikan terhadap hasil evaluasi. 23
b) Memulai penulisan
Outline yang telah disiapkan, selanjutnya dijadikan patokan untuk memulai menulis modul. Beberapa petunjuk penulisan yang dapat diikuti dalam memulai penulisan:
(1) Tulislah draft modul dengan menggunakan bahasa (Bahasa Indonesia) yang umum digunakan. Gunakan pula bahasa yang akrab .
22
Prastowo, op. cit., h. 142. 23
18
(2) Hindari penggunaan sebuah kata terlalu sering, gunakanlah alternatif kata lainnya.
(3) Gunakanlah kalimat aktif dalam uraian yang disajikan.
(4) Gunakan kalimat yang jelas, cukup pendek, dan sederhana.
(5) Tampilkan gambar jika diperlukan secara tepat sesuai dengan isi dan konteks dari penjelasan yang diungkapkan.
Hasil dari penulisan ini disebut sebgai draft 1 (draft awal) untuk selanjutnya dikaji dan dilengkapi lagi. Setelah selesai menulis draft 1 tersebut, selanjutnya tinjau ulang kembali dengan memperhatikan beberapa hal seperti membaca kembali draft modul tersebut apakah cukup jelas bagi siswa tentang apa yang mereka inginkan dan amati apakah masih terdapat bahasa yang membingungkan atau tidak. Draft 1 yang telah diperbaiki dan dilengkapi sehingga akan menghasilkan modul yang lebih sempurna atau disebut juga sebagai draft 2. 24
c) Menulis penilaian hasil belajar
Penulisan tes bagi siswa yang belajar dengan modul, pada prinsipnya tidak terlepas dar proses pengembangan modul yang dilakukan. Tentunya bagi seorang penulis modul harus mampu memilih metode, teknik, dan instrumen penilaian yang sesuai untuk dapat mengukur tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. 25
3) Review
Suatu modul yang telah disusun memerlukan perbaikan baik yang menyangkut isi maupun efektivitasnya. Kegiatan
review atau validasi dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan
24
Daryanto, Menyusun…,op. cit., h. 44
25
dari beberapa orang terhadap modul yang disusun, sehingga diperoleh masukan dalam upaya perbaikan modul yang telah selesai disusun.
Review dilakukan dengan cara meminta beberapa orang ahli untuk membaca, mengkritisi, dan memberikan komentar terhadap draft modul yang telah dibuat. Orang terkait yang mereview biasanya adalah ahli materi bidang studi, ahli pembelajaran, dan guru. Hal-hal yang perlu di review pada dasarnya meliputi isi materi yang disajikan dan teknik penyajian atau efektivitas pembelajaran. 26
4) Uji Coba Modul
Uji coba modul yang dimaksudkan adalah mencobakan modul secara tebatas kepada beberapa orang sampel sasaran belajar dalam hal ini adalah siswa. Bila hasil uji coba masih kurang memberikan informasi untuk menyempurnakan modul tersebut seperti yang diperlukan, maka dapat dilanjutkan untuk melakukan uji coba secara empirik realistik di lapangan. 27
2. Praktikum
Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam yang tidak hanya teori saja tetapi juga proses penemuan melalui kegiatan eksperimen dan kerja di laboratorium yang disebut juga dengan praktikum. Lewat kegiatan praktikum siswa diberi kesempatan secara langsung untuk mengamati, mengobservasi, dan menganalisis suatu peristiwa yang timbul dari percobaan yang dilakukan.
Kegiatan praktikum merupakan suatu bentuk pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja dengan benda-benda, bahan-bahan, dan peralatan
26
Ibid., h. 49-50.
27
20
laboratorium yang dapat dilakukan secara perorangan maupun kelompok.28
Praktikum/eksperimen dapat diartikan juga sebagai cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam prosesnya siswa diberi kesempatan untuk melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan dari apa yang diamatinya.29
Sebelum melakukan suatu kegiatan praktikum guru perlu mempersiapkan dan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
a. Tetapkan tujuan praktikum
b. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
c. Persipakan tempat untuk melaksanakan praktikum.
d. Pertimbangkan jumlah siswa sesuai dengan alat-alat yang tersedia. e. Perhatikan keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil
maupun menghindari resiko yang merugikan atau berbahaya selama kegiatan praktikum berlangsung.
f. Perhatikan disiplin datu tata tertib, terutama dalam menjaga peralatan dan bahan yang akan digunakan.
g. Memberikan pengarahan kepada siswa tentang hal-hal yang harus diperhatikan dan tahapan-tahapan yang harus dilakukan, termasuk yang dilarang dan yang membahayakan. 30
Dalam kegiatan praktikum guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental, serta emosional siswa. Siswa akan mendapat kesempatan untuk melatih keterampilan proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang dialami secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa
28
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 110.
29
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), Cet. 3, h. 84.
30
diharapkan dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga prilaku yang inovatif dan kreatif.31
Kelebihan metode praktikum/eksperimen, antara lain:
a. Siswa diransang berpikir kritis, tekun, jujur, mau bekerja sama, terbuka, dan objektif.
b. Siswa dirangsang untuk memiliki keterampilan proses sains.
c. Siswa belajar secara kontruktif tidak bersifat hafalan, sehingga pemahaman terhadap suatu konsep bersifat mendalam dan bertahan lama.
d. Konsentrasi siswa terarahkan pada kegiatan pembelajaran.
e. Siswa lebih mudah memahami suatu konsep yang bersifat abstrak. 32 Sedangkan kekurangan metode praktikum/eksperimen, antara lain: a. Memerlukan bahan dan alat praktik yang banyak.
b. Apabila siswa tidak diawasi dengan baik, kaang-kadang ada yang hanya bermain-main di dalam kelompoknya.
c. Memerlukan waktu belajar lebih lama dari pada metode demonstrasi. 33
Dari pemaparan di atas dapat dikatakan bahwa pengalaman belajar praktikum merupakan proses pembelajaran yang penting dilakukan pada pembelajaran IPA khususnya kimia. Pengalaman praktikum ini lebih ditekankan pada terbentuknya sikap dan tingkah laku, pengetahuan, serta keterampilan dasar perofesional melalui penciptaan kondisi belajar yang memberikan kesempatan siswa untuk berpikir sambil melakukan tindakan dalam rangka penerapan pengetahuan, teori, konsep-konsep, dan prinsip