• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pranata Sosial

Dalam dokumen BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 44-50)

4.3 Hubungan Sumberdaya Sosial dengan pengelolaan kawasan .1 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Livelihoods Asset

4.3.1.3 Pranata Sosial

Beberapa ahli sosiologi memaparkan pengertian tentang pranata sosial, seperti McIver dan Page diacu dalam Soekanto (1984), mengartikan bahwa pranata sosial adalah hubungan antar manusia yang tergabung dalam suatu kelompok masyarakat. Selanjutnya pengertian tersebut diperkuat oleh Von Wiese dan Becker diacu dalam Soekanto (1984), lembaga sosial adalah jaringan proses hubungan antar manusia dan antar kelompok yang berfungsi memelihara hubungan itu serta pola-polanya sesuai dengan minat dan kepentingan individu dan kelompoknya.

Menurut Suparlan (2000) pranata sosial bermakna sistem antara hubungan peranan-peranan dan norma-norma yang terwujud sebagai tradisi untuk usaha-usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sosial utama tertentu yang dirasakan perlu oleh para warga masyarakat yang bersangkutan. Bekerjanya sistem yang ada dalam pranata sosial ini mendorong bekerjanya status dan peran yang mengikat individu yang berada dalam pranata sosial tersebut sebagai bentuk adaptasi terhadap lingkungannya. Pada gilirannya kemampuan pranata sosial mengatur individunya disebut sebagai modal/sumberdaya sosial (social capital), yang dapat menjadikan individu-individu yang ada dalam pranata sosial tersebut berbagi nilai dan norma dan menjadikannya sebagai pedoman dalam berhubungan satu dengan lainnya, sehingga masing-masing anggota komuniti tersebut terikat dengan landasan saling percaya.

Kasepuhan Citorek memiliki tingkat hubungan sosial yang sangat tinggi. Hal tersebut dikarenakan pengaruh kelembagaan adat yang sangat kuat di tengah masyarakatnya. Pranata sosial dalam beberapa pengertian adalah hubungan antar manusia dalam sebuah bentuk kelompok baik yang formal ataupun non formal. Kasepuhan Citorek memiliki kelompok-kelompok tersebut dengan ragam yang unik. Kelompok tersebut dapat dibagi menjadi kelompok ekonomi, pemuda, ibu rumah tangga, adat, peminat catur, dan pengajian anak muda.

Tabel 20 Pembagian pranata sosial di Kasepuhan Citorek

No Klasifikasi kelompok Pranata sosial Bentuk

kelompok 1 Lembaga Berwenang (enacted

institutions)

Lembaga kasepuhan Formal kelompok tani Formal

2 Cresscive institutions Kasepuhan Citorek Non formal

Kelompok petani adat Non formal

3

Lembaga Dasar (basic institutions) Kelompok ronda Formal Keluarga Non formal Lembaga sekolah

SD/SMP/SMA

Non formal

4

Lembaga Pendukung (subsidiary

institutions)

Kelompok pemuda minat catur

Formal Kelompok pemuda minat

tenis meja

Formal

5 Lembaga Sanksi Sosial (social

sanctioned institutions)

Lembaga pengajian Formal Lembaga pesantren Formal 6 Lembaga illegal (unsanctioned

institutions)

Kelompok pencuri kayu Non formal 7 Lembaga Umum (general institutions) Kelompok pemerintah desa Formal 8

Lembaga Terbatas (restricted

institutions)

Masyarakat penganut Islam (seluruh masyarakat Kasepuhan Citorek)

Non formal

9 Lembaga kerja (operative institutions) Kelompok pengrajin caping Non formal 10 Lembaga hukum (regulative

institutions)

Kelompok baris kolot Formal Sumber: Gillin dan Gillin (1954) diacu dalam Soekanto (1984)

Menurut Gillin dan Gillin (1954) diacu dalam Soekanto (1984) pranata sosial dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok, yaitu :

a. Crescive institutions dan enacted institutions

Crescive institutions dan enacted institutions, merupakan klasifikasi pranata sosial berdasarkan perkembangannya. Crescive institutions disebut juga sebagai pranata sosial primer yang merupakan lembaga yang secara tak sengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakat. Contohnya ialah hak milik, perkawinan, agama. Sedangkan enacted institutions adalah pranata sosial yang dengan sengaja dibentuk untuk memenuhi tujuan tertentu. Contohnya ialah lembaga utang piutang, lembaga perdagangan, dan lembaga-lembaga pendidikan, yang kesemuanya berakar pada kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat. Pengalaman melaksanakan kebiasaan-kebiasaan tersebut kemudian disistematisasi dan diatur untuk kemudian dituangkan ke dalam lembaga-lembaga yang disahkan oleh Negara.

Kasepuhan Citorek memiliki pranata sosial yang dalam klasifikasi crescive institutions yaitu Kasepuhan Citorek yang berarti seluruh Wewengkon Citorek dalam naungan kasepuhan, dan kelompok petani adat yang secara sistem adat yang mengawali pertanian di Kasepuhan Citorek. Kedua pranata tersebut sesuai dengan pengertian dari klasifikasinya yang terbentuk secara tidak disengaja dan alami atas dasar kebiasaan dari pendahulunya. Klasifikasi enacted institutions dalam Kasepuhan Citorek adalah lembaga kasepuhan yang mengatur kehidupan adat kasepuhan. Lembaga kasepuhan ini bersifat formal karena memiliki struktur baku yang secara turun temurun menjadi sistem yang mengatur Kasepuhan Citorek secara keseluruhan. Pengaruh lembaga dalam kehidupan sosial Kasepuhan Citorek masih sangat tinggi. Oleh karena itu, dalam hubungannya dengan rancangan pengelolaan kawasan taman nasional, lembaga ini menjadi faktor penting sebagai pendekatan kemasyarakatan.

Kelompok tani merupakan pranata sosial lainnya yang ada di Kasepuhan Citorek. Kelompok tani umumnya dibentuk secara sengaja oleh pemerintah desa. Namun, terdapat pula kelompok tani yang dibentuk swadaya oleh masyarakat sendiri, seperti kelompok tani di Citorek Sabrang. Pembentukan kelompok tani yang termasuk dalam klasifikasi pranata sosial (enacted institutions) adalah kelompok tani yang secara sengaja dibentuk atas dasar kebiasaan atau budaya adat yang telah melekat di tengah masyarakat dan pada akhirnya menjadi bentuk kelompok formal yang disyahkan oleh negara.

b. Basic institutions dan subsidiary institutions

Pranata sosial tipe ini merupakan pengklasifikasian berdasarkan nilai-nilai yang diterima masyarakat. Lahirnya pranata sosial ini (basic institutions) karena dipandang sebagai lembaga sosial yang sangat penting untuk memelihara dan mempertahankan tata tertib dalam masyarakat. Di dalam masyarakat Indonesia, keluarga, sekolah, dan lain sebagainya merupakan basic intstitutions yang pokok. Sebaliknya subsidiary institutions dipandang relatif kurang penting dan lahir sebagai pranata sosial untuk melengkapi aktifitas kebutuhan pokok. Contohnya ialah kegiatan-kegiatan untuk rekreasi. Ukuran untuk menentukan suatu lembaga sosial penting atau tidak/kurang penting, bergantung kepada penilaian masyarakat. Misalnya pada masyarakat pedesaan memandang penting pranata sosial yang

mengatur pengairan sawah (mata pencaharian), sedangkan masyarakat kota memandang penting pranata sosial yang mengatur ketersediaan air untuk kebutuhan sehari-hari (kebutuhan pokok).

Pranata sosial yang termasuk dalam basic institutions adalah kelompok ronda, keluarga, dan lembaga sekolah baik SD, SMP, atau SMA. Kelompok ronda sesuai dengan pengertian klasifikasi basic intitutions adalah lembaga atau kelompok yang secara fungsi untuk memelihara dan mempertahankan tata tertib yang ada di Kasepuhan Citorek. Keamanan merupakan faktor penting adanya kelompok ronda di Kasepuhan Citorek. Pada dasarnya kelompok ronda dibentuk oleh pemerintah desa atau bahkan RT/RW untuk memberikan rasa aman bagi masyarakatnya. Namun, kelompok ronda di Kasepuhan Citorek juga di inisiasi oleh masyarakat sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap lingkungan sekitar.

Keluarga merupakan pranata sosial terkecil yang mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat Kasepuhan Citorek secara keseluruhan. Keluarga merupakan faktor penting sebuah kemunitas dapat maju atau pun mundur. Hal ini dikarenakan bermula dari keluarga sebuah komunitas dapat terlahir. Namun permasalahnya kemudian adalah, belum ada penelitian yang secara khusus mengkaji secara mendalam peran sebuah keluarga dari sebuah komunitas dalam mempengaruhi dan menjaga kestabilan komunitas tersebut. Lembaga pendidikan seperti sekolah SD, SMP, atau SMA merupakan sebuah lembaga yang memiliki peran sebagai kontrol sosial yang sangat mendasar. Lembaga pendidikan merupakan sebuah media yang menjadi jembatan ilmu pengetahuan dan norma sosial kepada anak didik dari berbagai usia dan golongan masyarakat. Hal ini menyebabkan kualitas dan kuantitas lembaga pendidikan perlu ditingkatkan. Peningkatan ini akan berimplikasi pada keberhasilan suatu komunitas hingga bangsa.

c. Approved atau social sanctioned institutions dan unsanctioned institutions Kedua tipe pranata sosial ini diklasifikasikan berdasarkan penerimaan masyarakat terhadap pranata sosial. Approved atau social sanctioned institutions adalah lembaga-lembaga sosial yang diterima masyarakat, seperti sekolah, perusahaan dagang, dan lain-lain. Sebaliknya unsanctioned institutions adalah

lembaga sosial yang ditolak keberadaannya oleh masyarakat. Misalnya, kelompok penjahat, perampok, pemeras, dan lain-lain.

Tipe klasifikasi ini beranjak dari penerimaan masyarakat terhadap suatu kelompok. Terdapat dua pembagian klasifikasi yakni social sanctioned institutions dan unsanctioned institutions. Temuan pengamatan lapang kelompok pengajian dan kelompok pesantren adalah termasuk dalam social sanctioned institutions. Penerimaan masyarakat terhadap kelompok menjadi dasar bahwa masyarakat menerima bahkan membantu adanya kelompok tersebut. Kelompok pengajian dan pesantren juga menjadi faktor kontrol sosial yang menunjukan bahwa tingkat ketaatan masyarakat terhadap agama yang tinggi ataupun rendah. Minat masyarakat khususnya orang tua yang memasukan anaknya ke kelompok pesantren ataupun kelompok pengajian dapat menjadi refleksi perhatian masyarakat kasepuhan terhadap agama. Selanjutnya, baik atau buruknya kelompok tersebut dapat menjadi refleksi dini bagi penerus masyarakat kasepuhan di masa mendatang. Oleh karena itu, kelompok pengajian dan pesatren menjadi salah satu kelompok kontrol sosial sekaligus indikator sosial.

d. General institutions dan restricted institutions

Kedua pranata sosial ini merupakan hasil pengklasifikasian berdasarkan penyebarannya. Misalnya, pranata agama adalah suatu general institutions, karena hampir dikenal oleh seluruh masyarakat di dunia. Sedangkan pranata agama Islam, Kristen, Budha, Hindu, dan lainnya, merupakan restricted institutions karena dianut oleh masyarakat-masyarakat tertentu di dunia.

General institutions merupakan klasifikasi yang mendasari kelompoknya pada penyebarannya yang berskala global. Terdapat suatu kelompok musyawarah dalam naungan lembaga pemerintah desa di Kasepuhan Citorek. Kelompok pemerintah desa ini secara keseluruhan dikenal atau sangat umum terdapat dalam sebuah negara. Kelompok lain yang terdapat di Kasepuhan Citorek dan termasuk dalam klasifikasi general institutions hampir tidak ada. Resrticted institutions merupakan kelompok masyarakat yang didasari pada penganutnya yang tertentu. Kelompok tersebut di Kasepuhan Citorek adalah seluruh masyarakat Wewengkon Kasepuhan Citorek yang menganut ajaran agama Islam. Menjadi salah bagian

klasifikasi restricted institutions karena hanya kelompok masyarakat tersebut yang dapat dikatakan homogen dari sudut pandang ajaran agama.

e. Operative institutions dan regulative institutions

Pranata sosial ini merupakan pengklasifikasian berdasarkan fungsinya bagi masyarakat. Operative institutions adalah pranata sosial yang berfungsi sebagai lembaga yang menghimpun pola-pola atau tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan, seperti: lembaga industri. Sedangkan regulative institutions adalah pranata sosial yang betujuan untuk mengawasi adat istiadat atau tata kelakuan yang tidak menjadi bagian mutlak lembaga itu sendiri. Contoh: kejaksaan atau pengadilan.

Kelompok pengrajin caping merupakan salah satu bagian dalam klasifikasi operative institutions. Hal tersebut dikarenakan kelompok ini berfungsi untuk menghimpun anggotanya memenuhi tujuan bersama dalam bidang ekonomi. Hanya terdapat beberapa kelompok pengrajin caping di Citorek. Kelompok tersebut tidak terlihat secara nyata menjadi sebuah kelompok karena lingkup, baik usaha atau anggotanya yang kecil. Kelompok pengrajin caping dapat ditemukan di Desa Citorek Barat yang diketuai langsung oleh ketua karang taruna desa setempat. Regulative institutions dalam Kasepuhan Citorek adalah kelompok baris kolot. Kelompok baris kolot masuk dalam klasifikasi regulative institutions karena didasari pada fungsi kelompok tersebut di dalam lembaga adat Kasepuhan Citorek sebagai penasehat dan kontrol lembaga adat. Namun, wewenang kelompok baris kolot tidak melebihi ketua adat setempat. Baris kolot hanya sebagai bagian dari lembaga adat yang berfungsi menjadi penasehat dan kontrol, bukan pengatur keadatan yang ada di Kasepuhan Citorek. Klasifikasi lembaga-lembaga sosial tersebut menunjukan bahwa di dalam setiap masyarakat akan dijumpai bermcam-macam lembaga sosial. Setiap masyarakat mempunyai sistem nilai yang menentukan lembaga sosial manakah yang dianggap sebagai pusat dan yang kemudian dianggap berada di atas lembaga-lembaga sosial lainnya.

4.3.2 Situasi dan Peranan Para Pihak dalam Mendorong Peningkatan

Dalam dokumen BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 44-50)

Dokumen terkait