• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1 Keadaan Umum Kota Banda Aceh

4.1.3 Prasarana umum

Jumlah penduduk Kota Banda Aceh yang cukup banyak tentu membutuhkan transpotasi umum yang memadai untuk mendukung aktivitas. Jalur transportasi udara menuju Kota Banda Aceh telah tersedia, yang didukung dengan adanya Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda, sedangkan untuk transportasi darat tersedia bus, becak motor, dan labi-labi (sejenis angkot). Jenis angkutan umum di darat yang sehari-hari banyak digunakan oleh penduduk Kota Banda Aceh adalah jenis angkot yang memiliki kapasitas untuk 14 orang yang biasa disebut dengan “labi-labi”. Setiap “labi-labi” memiliki trayek atau tujuan khusus yang telah dibagi-bagi oleh Dinas Perhubungan NAD. Hingga saat ini kondisi “labi-labi” di Kota Banda Aceh tergolong masih cukup baik. Jenis angkutan umum lainnya yang cukup banyak digunakan adalah becak motor. Sarana angkutan umum jenis becak motor ini, jumlahnya tidak terlalu banyak, karena penggunaan angkutan umum jenis ini biasanya hanya untuk tujuan dalam

26 jarak dekat. Namun, sampai saat ini kebutuhan masyarakat terhadap angkutan umum terpenuhi sesuai kebutuhan.

Akses jalan di Kota Banda Aceh cukup memadai, begitu juga untuk mencapai pelabuhan perikanan yang terdapat di Kota Banda Aceh. Lebar jalan berkisar antara 6-8 meter membuat angkutan umum untuk menuju pelabuhan perikanan juga tersedia sesuai kebutuhan (DKP NAD, 2010). Pelabuhan Perikanan yang terdapat di Kota Banda Aceh yaitu Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Ulee Lheue dan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo. Jalan untuk menuju PPI Ulee Lheue bisa ditempuh dengan menggunakan angkutan umum “labi-labi”, sedangkan untuk menuju PPP Lampulo bisa dengan menggunakan becak motor.

Transportasi memegang peranan yang cukup penting didunia perikanan yaitu dalam mendukung kinerja atau aktivitas perikanan. Transportasi dibutuhkan untuk memasarkan atau mendistribusikan hasil perikanan, baik dalam bentuk olahan ataupun ikan segar. Adanya penyediaan transportasi yang baik di suatu pelabuhan perikanan akan membuat pemasaran hasil perikanan berjalan lancar. Oleh karena itu, untuk menunjang perikanan tangkap agar dapat berkembang dengan baik dibutuhkan sarana pendukung seperti prasarana dan sarana transportasi yang memadai sehingga kebutuhan terhadap hasil perikanan dapat dipenuhi dengan baik.

2) Komunikasi

Pemerintah Kota Banda Aceh menyediakan beberapa sarana komunikasi untuk mendukung aktivitas penduduk Kota Banda Aceh seperti jasa Pos dan Giro dan jasa Telekomunikasi. Jumlah kantor pos yang tersedia di Banda Aceh yaitu 1 unit Kantor Pos Pusat dan beberapa unit kantor pos cabang/pembantu untuk melayani pengiriman surat, wesel, paket, jasa giro, jasa tabungan, dan lain-lain. Jasa telekomunikasi disediakan untuk melayani jasa telepon atau jaringan internet. Kapasitas sarana telekomunikasi yang tersedia sekitar 28.446 sambungan, namun yang tersambung hanya 22.515 sambungan (DKP NAD, 2010). Selain sarana telekomunikasi yang disediakan oleh pemerintah, terdapat sarana telekomunikasi melalui telepon seluler yang disediakan oleh beberapa perusahaan swasta.

27 Sarana telekomunikasi lain yang banyak digunakan oleh penduduk Kota Banda Aceh adalah telepon umum, seperti telepon koin yang disediakan oleh PT.TELKOM ataupun telepon umum yang disewakan oleh penduduk seperti wartel (warung telepon). Namun saat ini jumlah sarana telepon umum ini tidak terlalu banyak tersedia disebabkan masyarakat lebih memilih sarana telepon seluler karena penggunaannya yang lebih efektif dan lebih mudah. Selain itu, sarana telepon seluler saat ini bukan lagi menjadi kebutuhan tersier, melainkan sudah menjadi kebutuhan sekunder bahkan menjadi kebutuhan primer bagi sebagian orang.

Sarana telekomunikasi merupakan sarana yang cukup sering digunakan untuk mendukung aktivitas perikanan di suatu pelabuhan perikanan dibandingkan dengan jasa pos dan giro. Penggunaan telekomunikasi ini biasanya digunakan untuk pengawasan perikanan misalnya radio SSB dan handytalkie. Sarana komunikasi diharapkan dapat menunjang aktivitas perikanan khususnya perikanan tangkap menjadi lebih baik atau berjalan lancar.

3) Listrik, air, dan Bahan Bakar Minyak(BBM)

Listrik, air dan bahan bakar minyak (BBM) menjadi suatu kebutuhan penting bagi masyarakat. Oleh karena itu pemerintah daerah maupun pemerintah kota berusaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan sebaik-baiknya dengan terus meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Pemenuhan kebutuhan listrik di Kota Banda Aceh disuplai oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai satu-satunya perusahaan negara yang menangani listrik. Pemenuhan kebutuhan listrik di Kota Banda Aceh masih kurang hingga saat ini, ini terlihat dari adanya pemadaman listrik secara bergilir di setiap kecamatan yang ada di Kota Banda Aceh. Pemadaman listrik bergilir ini dilakukan untuk mencukupi kebutuhan listrik yang terus meningkat diakibatkan penggunaan alat-alat elektronik yang semakin banyak.

Sumber kebutuhan air bersih di Kota Banda Aceh terdiri dari 2 sumber yaitu dari Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) dan air sumur. Namun, sebagian masyarakat Kota Banda Aceh memilih PDAM sebagai sumber untuk kebutuhan air bersih. Hal ini disebabkan karena tidak semua rumah penduduk

28 memiliki air sumur, selain itu kualitas air dari PDAM lebih bagus dibandingkan air sumur sehingga pemilihan PDAM sebagai penyedia air bersih dirasakan cukup tepat.

Kebutuhan lainnya selain air bersih yang penting bagi masyarakat Kota Banda Aceh adalah kebutuhan akan Bahan Bakar Minyak (BBM). Pemenuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) berasal dari PT.Pertamina yang juga merupakan perusahaan yang dikelola oleh negara. Bahan bakar yang biasa digunakan oleh penduduk Kota Banda Aceh adalah jenis premium dan solar. Hingga saat ini kebutuhan penduduk terhadap BBM terpenuhi dengan baik. Hal ini dapat diduga dengan melihat tidak adanya antrian yang panjang di SPBU dan harga jual BBM yang normal. Pertamina menyediakan beberapa unit SPBU (Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum) yang tersebar di beberapa kecamatan di Kota Banda Aceh untuk memenuhi kebutuhan BBM, diantaranya yang terdapat di Kecamatan Kuta Alam, Ulee Kareng, Meuraxa, Syiah Kuala, Baiturrahman, dan Lueng Bata.

Kebutuhan listrik, air bersih, dan BBM di sektor perikanan khususnya di pelabuhan perikanan, menjadi kebutuhan yang cukup penting yang harus dipenuhi. Ini terkait dengan aktivitas perikanan yang membutuhkan listrik, air bersih dan BBM untuk memperlancar aktivitas perikanan tersebut, misalnya untuk aktivitas penanganan hasil tangkapan (pencucian ikan) dan kebutuhan melaut para nelayan. Dengan terpenuhinya kebutuhan akan listrik, air bersih, dan BBM diharapkan seluruh aktivitas perikanan dapat berjalan lancar, dimulai dari aktivitas penangkapan, pendaratan, distribusi hingga pemasaran.

4.2 Kondisi Perikanan Tangkap Kota Banda Aceh

Dokumen terkait