4 SEKAR LAUT 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
5 SIANTAR TOP 6.51 6.50 0.01 7.40 4.24
6 ULTRAJAYA MILK
Tabel 4.5. Uji outlier
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 10.25 19.30 15.50 2.706 30
Std. Predicted Value -1.941 1.403 .000 1.000 30
Standard Error of Predicted
Value 2.031 6.839 3.509 1.141 30
Adjusted Predicted Value .84 20.61 15.17 4.054 30
Residual -15.755 11.938 .000 8.377 30
Std. Residual -1.746 1.323 .000 .928 30
Stud. Residual -1.948 1.569 .014 1.017 30
Deleted Residual -19.614 20.155 .335 10.267 30
Stud. Deleted Residual -2.073 1.619 .013 1.038 30
Mahal. Distance .503 15.696 3.867 3.394 30
Cook's Distance .000 .573 .050 .109 30
Centered Leverage Value .017 .541 .133 .117 30
a. Dependent Variable: DATA Sumber : Data diolah ( Lampiran)
Tidak terdapat nilai Mahal. Distance Maximum 15,696 yang lebih KECIL dari 18,466. Berarti tidak terdapat outlier pada data tersebut, oleh karena itu data ini mempunyai kualitas yang baik dan dapat dilanjutkan untuk diolah lebih lanjut.
4.4.2. Uji Nor malitas.
Nor malitas adalah Sebuah model regresi yang variabel Dependen dan Independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.
Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan metode Kolmogrov Smirnov (Sumarsono, 2004;40). Dasar
pengambilan keputusan : jika nlai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka distribusi adalah normal (Sumarsono, 2004;43).
Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogor ov-Smir nov Test STRUK_MO
DL RES_BISNIS
PERT_ASE
T STRUK_KEP
N 30 30 30 30
Normal Parametersa Mean 1.2437 3.0953 .1175 15.3223
Std. Deviation .85654 3.02321 .15719 28.77515 Most Extreme Differences Absolute .159 .200 .132 .366 Positive .159 .200 .132 .366 Negative -.130 -.166 -.092 -.297 Kolmogorov-Smirnov Z .871 1.097 .726 2.005
Asymp. Sig. (2-tailed) .434 .180 .668 .001
Sumber : Data diolah (Lampiran)
Menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan uji ini diperoleh hasil analisis bahwa tidak semua variable yang diteliti memiliki distribusi yang normal, hanya pada variable Struktur Modal, Resiko Bisnis, Pertumbuhan Aset yang memiliki distribusi normal dimana nilai Asymp. Sig (signifikansi) lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan sebagian data tersebut tidak memenuhi asumsi berdistribusi normal.
4.4.3. Uji Asumsi Klasik.
Tujuan utama menggunakan uji asumsi klasik adalah untuk mendapatkan koefisien yang terbaik linier dan tidak bias (BLUE : Best Linier Unbiased Estimator). Uji asumsi klasik meliputi asumsi mulikolonieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas.
a. Uji Multikolinier itas
Multikolinier itas : Adanya korelasi variabel independen dalam regresi berganda.
Deteksi adanya Multikolinier :
a. Besarnya VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance
- Jika VIF melebihi angka 10, maka variabel tersebut mengindikasikan
adanya multikolinieritas. (Gujarati)
b. Nilai Eigenvalue mendekati 0 (Singgih Santoso)
c. Condition Index melebihi angka 15 (Singgih Santoso)
Dalam pengujian asumsi klasik terhadap analisis regresi linier berganda ini menyatakan bahwa hasil analisis penelitian ini menunjukkan tida k adanya gejala multikolinier itas pada semua variabel bebas dimana nilai VIF pada semua variabel (lebih kecil dari 10). Syarat terjadi multikolinieritas jika nilai VIF
(Variance Inflation Factor) > 10 (Cryer,1994 : 681).
Tabel 4.7 : Hasil Uji Multikolonieritas.
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .871 .266 3.279 .003 RES_BISNIS .041 .051 .145 .815 .423 .957 1.044 PERT_ASET 2.444 .969 .448 2.521 .018 .964 1.037 STRUK_KEP -.003 .005 -.093 -.515 .611 .943 1.060 a. Dependent Variable: STRUK_MODAL
b. Uji Heteroskedastisitas
Heter osk edastisitas : Varian dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain mempunyai varian yang berbeda. Jika sama namanya
Homoskedastisitas. Model regresi yang baik tidak mempunyai
Heteroskedastisitas.
Deteksi Adanya Heteroskedastisitas :
a. Dari Scatter Plot Residual: jika ada pola tertentu (seperti titik-titik
/point-point yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, menyebar kemudian menyempit)
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas 0 pada
sumbu Y, maka tidak ter jadi Heter oskedastisitas.
c. Pada regresi linier nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel
X. Hal ini bisa diidentifikasi dengan cara menghitung korelasi rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas. Rumus rank Spearman adalah : rs = 1 – 6
N
(
N 1
)
d
2 2 i−
∑
Keterangan :di = perbedaan dalam rank antara residual dengan variabel bebas ke-i
N = banyaknya data
Pengujian Heteroskedastisitas di sini menggunakan korelasi rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas dengan hasil analisis, Sebagai Berikut :
Tabel 4.8. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas
Non Par amet ric Cor r elations
RES_BISNIS PERT_ASET STRUK_KEP Unstandardi
zed Residual Spearman's rho RES_BISNIS Correlation Coefficient 1.000 -.165 -.153 .061 Sig. (2-tailed) . .385 .420 .751 N 30 30 30 30 PERT_ASET Correlation Coefficient -.165 1.000 -.084 -.096 Sig. (2-tailed) .385 . .660 .614 N 30 30 30 30 STRUK_KEP Correlation Coefficient -.153 -.084 1.000 -.259 Sig. (2-tailed) .420 .660 . .167 N 30 30 30 30 Unstandardize d Residual Correlation Coefficient .061 -.096 -.259 1.000 Sig. (2-tailed) .751 .614 .167 . N 30 30 30 30
Sumber: Data diolah (Lampiran)
Hasil analisis menunjukkan bahwa pada variabel X1, X2 dan X3, TIDAK mempunyai korelasi yang signifikan antara residual dengan variabel bebasnya,(nilai Sig lebih besar dari 0,05) maka hasil analisis ini dapat disimpulkan seluruh variabel penelitian tidak terjadi Heteroskedastisitas.
c. Uji Autokor elasi
Autokor elasi : Adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu periode t-1 (sebelumnya). J ika data di atas 15
Deteksi Autokorelasi:
a. Besarnya Angka Durbin Watson
Patokan : Angka D-W di bawah –2 ada autokorelasi (positif)
Angka D-W di atas +2 ada autokorelasi (negatif)
Angka Berada diantara –2 sampai +2 Tidak ada Autokorelasi
(atau Membandingkan dengan Tabel Durbin Watson)
Identifikasi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan kurva di bawah ini.
Tidak ada autokorelasi positif dan tidak ada
autokorelasi negatif dL dU 4 - dU 4 - dL 4 0 ada auto ko relas i po si tif daerah keragu raguan ada auto ko relas i negatif daerah keragu raguan 1,54 1,71 2,026 2,29 2,49
a. Koefisien determinasi berganda (R square) tinggi
b. Koefisien korelasi sederhananya tinggi.
c. Nilai F hitung tinggi (signifikan)
Tabel 4.9. Hasil uji Autokorelasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .455a .207 .115 .80570 1.383 a. Predictors: (Constant), STRUK_KEP, PERT_ASET, RES_BISNIS
b. Dependent Variable: STRUK_MODL Sumber : Data diolah ( Lampiran)
Untuk asumsi klasik yang mendeteksi adanya autokorelasi di sini dilihat dari hasil analisis yang menunjukkan hasil bahwa nilai Durbin Watson sebesar 1,383 hal ini menunjukkan tidak terdapat gejala autokorelasi.(negative). Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi linier berganda yang diperoleh pada penelitian ini telah memenuhi asumsi klasiknya yaitu tidak memenuhi autokorelasi dan normalitas datanya untuk sebagian variabel.
4.4.4. Analisis Regr esi Linier Ber ganda.
Berdasarkan data tabel di atas diperoleh data masukan seperti terlihat pada lampiran. Data masukan ini digunakan untuk menghasilkan perhitungan statistik. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan metode regresi linier berganda untuk melihat konsistensi dari pengaruh variabel-variabel independent terhadap variabel dependennya.
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan profitabilitas likuiditas terhadap variabel terikat yaitu struktur modal. Dari hasil analisis perhitungan computer menggunakan program SPSS. Statistik diskriptif berguna untuk mengetahui karakteristik sample yang digunakan dalam penelitian. Untuk mengetahui gambaran mengenai karakteristik sample yang digunakan.
Berdasarkan statistik diskriptif ini, dapat diketahui jumlah sample yang diteliti, nilai rata-rata sample dan tingkat penyebaran data dari masing-masing variabel penelitian.
Descr iptive Statistics
Mean Std. Deviation N
STRUK_MODL 1.2437 .85654 30
RES_BISNIS 3.0953 3.02321 30
PERT_ASET .1175 .15719 30
STRUK_KEP 15.3223 28.77515 30
Sumber : Data diolah ( Lampiran)
Pada data dengan metode regresi linier berganda diperoleh hasil seperti ditunjukkan pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.10.Hasil Regr esi Ber ganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) .871 .266 3.279 .003
Risiko Bisnis .041 .051 .145 .815 .423 .957 1.044
Pertumbuhan aset 2.444 .969 .448 2.521 .018 .964 1.037
Struktur kepemilikan -.003 .005 -.093 -.515 .611 .943 1.060
Sumber: Data Diolah (Lampiran) Dependent Variable: STRUK_MODL
Adapun persamaan regresi yang dihasilkan adalah sebagai berikut :
Y = 0,871 + 0,041X1 + 2,444X2 – 0.003 X3 + ei
Interpretasi dari persamaan regresi diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut:
Dengan asumsi bahwa variabel X1, X2, X3 adalah nol atau konstan maka
struktur modal (Y) adalah sebesar 0,871.
hal ini mempunyai koefisien regresi positif, hal ini menunjukkan terjadinya perubahan yang searah dengan variabel terikat. Jadi semakin
tinggi risiko bisnis (X1) maka semakin tinggi struktur modal (Y) dengan
asumsi bahwa variabel yang lainnya adalah konstan.
b. Koefisien regresi untuk variabel Pertumbuhan Aset (X2) diperoleh nilai
2,444 mempunyai koefisien regresi positif, hal ini menunjukkan terjadinya perubahan yang searah dengan variabel terikat. Jadi semakin tinggi pertumbuhan asset akan memperbesar struktur modal (Y) dengan asumsi bahwa variabel yang lainnya adalah konstan.
c. Koefisien regresi untuk variabel struktur kepemilikan (X3) diperoleh nilai
– 0,03 mempunyai koefisien regresi negatif, hal ini menunjukkan terjadinya perubahan yang berlawanan arah dengan variabel terikat.. Jadi
semakin tinggi struktur kepemilikan (X3) maka semakin rendah struktur
modal (Y) dengan asumsi bahwa variabel yang lainnya adalah konstan.
4.4.5. Uji F
Tabel 4.11. Hasil uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 4.398 3 1.466 2.258 .105a
Residual
16.878 26 .649
Total 21.276 29
a. Predictors: (Constant), STRUK_KEP, PERT_ASET, RES_BISNIS b. Dependent Variable: STRUK_MODL
Berdasarkan hasil pengujai dengan F test, menunjukkan bahwa nilai signifikansi (Sig) = 0,105 lebih besar dari 0,05, hal ini dapat disimpulkan jika penggunaan model regresi dalam penelitian ini adalah kurang tepat.
4.4.6. Uji T
Tabel 4.12. Hasil uji T
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) .871 .266 3.279 .003 RES_BISNIS .041 .051 .145 .815 .423 .957 1.044 PERT_ASET 2.444 .969 .448 2.521 .018 .964 1.037 STRUK_KEP -.003 .005 -.093 -.515 .611 .943 1.060 Dependent Variable: STRUK_MODAL
Sumber : data diolah (Lampiran)
1. RESIKO BISNIS (X1) berpengaruh terhadap STRUKTUR MODAL (Y),
tidak dapat diterima dengan tingkat [Sig. ,0,423 > 0,05 : Non signifikan [positif].
2. PERTUMBUHAN ASET (X2) berpengaruh terhadap STRUKTUR MODAL
(Y), dapat diterima dengan tingkat [Sig. 0,018 < 0,05 : signifikan [positif].
3. STRUKTUR KEPEMILIKAN (X3) berpengaruh terhadap (Y), dapat diterima
dengan tingkat [Sig. 0,611 > 0,05 : Non signifikan [negatif].
4.4. Pembahasan.
4.4.1. Penga r uh Risiko Bisnis Ter hadap Str uktur Modal.
Risiko bisnis mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan food & beverage. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan dengan penelitian Titman & Wessels, (1998) dalam Saidi (2004) yang menyatakan Resiko Bisnis (business risk) diduga mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Bahwa perusahaan dengan resiko yang tinggi seharusnya menggunakan hutang yang lebih sedikit untuk menghindari kemungkinan kebangrutan.
Dalam hal ini berarti bahwa perusahaan food & beverage mengabaikan tingginya risiko bisnis dimana semakin tinggi variabilitas keuntungan perusahaan cenderung akan menggunakan hutang yang lebih banyak. Faktor tidak signifikannya faktor risiko bisnis adalah karena perusahaan food & beverage mempunyai risiko bisnis yang relatif rendah dibanding dengan jenis industri lain, mengingat produk yang dihasilkan oleh perusahaan food & beverage adalah produk- produk yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat sehingga seburuk apapun kebijakn yang dibuat hampir pasti produk perusahaan ini tetap dibeli dan
diminati oleh konsumen (www.kompas.com). Dan juga perusahaan food &
beverage cukup memiliki dana internal dimana untuk memenuhi kebutuhan perusahaannya.
4.4.2. Penga r uh Per tumbuhan Aset Ter hadap Str uktur Modal.
Pertumbuhan asset mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan food & beverage. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori menurut Sartono dan Sriharto (1999) dan Saidi (2004) dalam Mozes
Tomasila (2009) yang menyatakan bahwa pertumbuhan aset berpengaruh positif terhadap struktur modal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi, kemungkinan akan kekurangan pendapatan untuk mendanai pertumbuhan tinggi tersebut secara internal. Sedangkan untuk menerbitkan saham baru memerlukan biaya yang tinggi, maka perusahaan lebih menyukai hutang sebagai sumber pembiayaan. Serta Penelitian yang dilakukan oleh Balakrishnan dan Isaac (1993) dalam Yuke Prabansari dan Hadri Kusuma (2005) terhadap 295 perusahaan industri di Amerika Serikat menunjukkan bahwa pertumbuhan aset berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal. Semakin tinggi pertumbuhan aktiva maka akan semakin tinggi struktur modalnya.
Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi lebih banyak
menggunakan hutang sehingga memperbesar struktur modal, sedangkan dengan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah lebih sedikit menggunakan hutang sehingga memperkecil struktur modal sehingga tingkat pertumbuhan memiliki pengaruh yang positif terhadap struktur modal.
4.4.3. Penga r uh Str uktur Kepemilikan Ter hadap Str uktur Modal.
Struktur kepemilikan mempunyai pengaruh negatif tidak signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan food & beverage. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan dengan penelitian Agrawal dan Mendelker (1987) dan Mehran (1992) dalam jurnal Mozes Tomasilla (2009) menemukan hubungan positif antara kepemilikan manajerial dengan debt ratio perusahaan, hasil tersebut juga diperkuat oleh penelitian saidi (2004) Di BEJ yang mendapatkan hasil bahwa struktur kepemilikan berpengaruh positif terhadap struktur modal, dimana hal itu
berarti bahwa makin banyak manajer yang memiliki saham dalam perusahaan, maka makin tinggi utang perusahaan. Struktur kepemilikan akan mengurangi agency problem, apabila banyak pemegang saham yang menjadi manajer perusahaan sehingga perusahaan akan lebih memilih berhutang untuk mengembangkan perusahaannya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi struktur kepemilikan yang dimiliki perusahaan maka semakin rendah struktur modal. Dalam hal ini Manajemen akan semakin berhati-hati dalam melakukan peminjaman karena pihak manajer menyadari bahwa tingkat hutang yang tinggi
akan menimbulkan risiko financial sehingga nilai perusahaan akan menurun dan
juga akan mengurangi kemakmuran pemilik. Penggunaan hutang pada perusahaan Food & Beverage melewati titik optimal, maka penggunaan hutang yang tinggi akan menyebabkan profitabilitas menurun.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta pembahasan hasil penelitian terdahulu dapat diambil beberapa kesimpulan dari penelitian, yaitu sebagai berikut :
1. Risiko bisnis tidak mampu meningkatkan struktur modal, karena
perusahaan cukup memiliki dana internal untuk memenuhi kebutuhan perusahaannya. berdasarkan teori Pecking Order ini perusahaan akan terlebih dahulu menggunakan dana internal dibandingkan mengunakan dana eksternal dalam membiayai kegiatan usaha perusahaan.
2. Pertumbuhan asset mampu meningkatkan struktur modal. Hal ini
disebabkan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan asset yang tinggi lebih banyak menggunakan hutang daripada perusahaan dengan pertumbuhan asset yang rendah sehingga dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mengutamakan kebutuhan dana melalui hutang sehingga dapat memperbesar struktur modal.
3. Struktur kepemilikan tidak mampu meningkatkan struktur modal. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi struktur kepemilikan yang dimiliki perusahaan maka semakin rendah struktur modal. Dalam hal ini Manajemen akan semakin berhati-hati dalam melakukan peminjaman karena pihak manajer menyadari bahwa tingkat hutang yang tinggi akan
menimbulkan risiko financial sehingga nilai perusahaan akan menurun dan juga akan mengurangi kemakmuran pemilik. Penggunaan hutang pada perusahaan Food & Beverage melewati titik optimal, maka penggunaan hutang yang tinggi akan menyebabkan profitabilitas menurun.
5.2. Sar an.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dikemukakan beberapa saran
yang kiranya dapat dijadikan bahan bagi perusahaan, investor dan peneliti selanjutnya dalam menentukan kebijaksanaan dimasa yang akan datang.
a. Bagi perusahaan
1. Perusahaan perlu mempertimbangkan tingkat modal dan hutang
yang perlu digunakan dalam struktur modal. Perusahaan diharapkan bisa memperkecil tingkat hutang atau mengurangi ketergantungan terhadap dana eksternal dan mampu memupuk dana internal yang bisa digunakan untuk membiayai kebutuhan dana perusahaan.
2. Untuk memperoleh struktur modal yang optimal bagi perusahaan,
pihak manajemen juga perlu memperhatikan faktor risiko bisnis, pertumbuhan aset dan struktur kepemilikan dalam menetapkan kebijakan tentang sumber pendanaan. Disamping itu perlu juga memperhatikan faktor lain diantaranya kondisi perekonomian, situasi politik serta faktor lainnya, sehingga struktur modal yang optimal dapat terjadi.
b. Bagi investor.
Dapat mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal sebelum melakukan investasi atau menyalurkan dana pinjaman, di samping itu dalam memberikan dana pinjaman Sebaiknya
mempertimbangkan kemampuan perusahaan dalam melunasi
kewajiban finansialnya, terutama pada risiko bisnis, pertumbuhan aset dan struktur kepemilikan yang dimilki perusahaan. Hal ini untuk mengetahui baik buruknya struktur modal perusahaan yang akan mempunyai efek langsung terhadap posisi finansial perusahaan
c. Peneliti selanjutnya.
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian ini dengan topik yang sama dengan memperbanyak jumlah sampel, periode pengamatan penelitian yang lebih lama dan obyek penelitian yang lebih luas serta teknik analisis yang berbeda sehingga akan memperoleh hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi ke 10, Jakarta : Salemba Empat, 2006.
Endang Sri Utami. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur. Fenomena, hal 39-47.
Gujarati, Damodar. 1995. Ekonometrika Dasar. Erlangga. Jakarta.
Harjanti, Theresia T, & Eduardus Tandelin. 2007. Pengaruh Firm Size, Tangible Assets, Growth Opportunity, Profibility and Bussines Risk pada Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Indonesia : Studi Kasus di BEJ. Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol. 1 No.1, Hlm 1-10.
Horne, James Van dan John M. Wachowics, Jr, 2003. Prinsip-prinsip manajemen keuangan,Salemba Empat, Jakarta.
Jensen, M. and W. Meckling (1976),” Theory of the firm : managerial behavior, agency cost, and ownership structure”, Journal of Financial Economics 3, 305-360
Kaaro Hermeindito (2003). “Prediksi Struktur Modal Berbasis Pecking Order Theory pada Kondisi Ekonomi Normal dan Ekonomi Krisis.” Kajian Bisnis STIE Widya Wiwaha Yogyakarta, No. 28 (Januari-April), 51-65. Kusumawati, Dini. 2004. Pengaruh karakteristik perusahaan terhadap struktur
modal pada perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Jurnaln Ekonomi STIEI,No. 4/Th. XIII, hlm. 22-48
Mardiyanto, Handoyo. 2009. Intisari Manajemen Keuangan. Jakarta: PT Grasindo.
Mc.Cue, Michael J. and Yasar A. Ozcan. 1992. “Determinants of Capital Structure”, Journal of Healthcare Management, 37,3,p.333.
Mira Ceria Rakhmawati. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Otomotive yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Islam Indonesia.
Moh’d, Mahmoud A. Larry G. Perry and James N. Rimbey, 1998. “ The Impact of Ownership Structure On Corporate Debt Policy : a Time-Series Cross-Sectional Analysis”, The Financial Review, Aug, 33, 3 p, 333.
Munawir,S.2002, Analisa laporan Keuangan, liberty, Yogyakarta.
Prabansari, Yuke & Hadri. 2005. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur Go Public yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Majalah Sinergi, Edisi Khusus On Finance.
Riyanto, Bambang, 2010, Dasar – Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Saidi. 2004. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada perusahaan MAnufaktur Go Publik di BEJ. Jurnal Bisnis & Ekonomi, Vol. 1 No.11, hlm. 44-58.
Seftianne & Ratih Handayani. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis & Akuntansi, Vol. 13,No. 1, April 2011, hlm. 39-56
Wahidahwati, 2002, “Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional Pada Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebuah Perspektif Theory Agency”, J ur nal Riset Akuntansi Indonesia, vol. 5, no. 1, p. 181-197