• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRASIDHA ANEKA NIAGA 0.26 0.26 0.26 0.26 0.26

4 SEKAR LAUT 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01

5 SIANTAR TOP 6.51 6.50 0.01 7.40 4.24

6 ULTRAJAYA MILK

Tabel 4.5. Uji outlier

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 10.25 19.30 15.50 2.706 30

Std. Predicted Value -1.941 1.403 .000 1.000 30

Standard Error of Predicted

Value 2.031 6.839 3.509 1.141 30

Adjusted Predicted Value .84 20.61 15.17 4.054 30

Residual -15.755 11.938 .000 8.377 30

Std. Residual -1.746 1.323 .000 .928 30

Stud. Residual -1.948 1.569 .014 1.017 30

Deleted Residual -19.614 20.155 .335 10.267 30

Stud. Deleted Residual -2.073 1.619 .013 1.038 30

Mahal. Distance .503 15.696 3.867 3.394 30

Cook's Distance .000 .573 .050 .109 30

Centered Leverage Value .017 .541 .133 .117 30

a. Dependent Variable: DATA Sumber : Data diolah ( Lampiran)

Tidak terdapat nilai Mahal. Distance Maximum 15,696 yang lebih KECIL dari 18,466. Berarti tidak terdapat outlier pada data tersebut, oleh karena itu data ini mempunyai kualitas yang baik dan dapat dilanjutkan untuk diolah lebih lanjut.

4.4.2. Uji Nor malitas.

Nor malitas adalah Sebuah model regresi yang variabel Dependen dan Independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.

Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan metode Kolmogrov Smirnov (Sumarsono, 2004;40). Dasar

pengambilan keputusan : jika nlai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka distribusi adalah normal (Sumarsono, 2004;43).

Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogor ov-Smir nov Test STRUK_MO

DL RES_BISNIS

PERT_ASE

T STRUK_KEP

N 30 30 30 30

Normal Parametersa Mean 1.2437 3.0953 .1175 15.3223

Std. Deviation .85654 3.02321 .15719 28.77515 Most Extreme Differences Absolute .159 .200 .132 .366 Positive .159 .200 .132 .366 Negative -.130 -.166 -.092 -.297 Kolmogorov-Smirnov Z .871 1.097 .726 2.005

Asymp. Sig. (2-tailed) .434 .180 .668 .001

Sumber : Data diolah (Lampiran)

Menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan uji ini diperoleh hasil analisis bahwa tidak semua variable yang diteliti memiliki distribusi yang normal, hanya pada variable Struktur Modal, Resiko Bisnis, Pertumbuhan Aset yang memiliki distribusi normal dimana nilai Asymp. Sig (signifikansi) lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan sebagian data tersebut tidak memenuhi asumsi berdistribusi normal.

4.4.3. Uji Asumsi Klasik.

Tujuan utama menggunakan uji asumsi klasik adalah untuk mendapatkan koefisien yang terbaik linier dan tidak bias (BLUE : Best Linier Unbiased Estimator). Uji asumsi klasik meliputi asumsi mulikolonieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas.

a. Uji Multikolinier itas

Multikolinier itas : Adanya korelasi variabel independen dalam regresi berganda.

Deteksi adanya Multikolinier :

a. Besarnya VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance

- Jika VIF melebihi angka 10, maka variabel tersebut mengindikasikan

adanya multikolinieritas. (Gujarati)

b. Nilai Eigenvalue mendekati 0 (Singgih Santoso)

c. Condition Index melebihi angka 15 (Singgih Santoso)

Dalam pengujian asumsi klasik terhadap analisis regresi linier berganda ini menyatakan bahwa hasil analisis penelitian ini menunjukkan tida k adanya gejala multikolinier itas pada semua variabel bebas dimana nilai VIF pada semua variabel (lebih kecil dari 10). Syarat terjadi multikolinieritas jika nilai VIF

(Variance Inflation Factor) > 10 (Cryer,1994 : 681).

Tabel 4.7 : Hasil Uji Multikolonieritas.

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .871 .266 3.279 .003 RES_BISNIS .041 .051 .145 .815 .423 .957 1.044 PERT_ASET 2.444 .969 .448 2.521 .018 .964 1.037 STRUK_KEP -.003 .005 -.093 -.515 .611 .943 1.060 a. Dependent Variable: STRUK_MODAL

b. Uji Heteroskedastisitas

Heter osk edastisitas : Varian dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain mempunyai varian yang berbeda. Jika sama namanya

Homoskedastisitas. Model regresi yang baik tidak mempunyai

Heteroskedastisitas.

Deteksi Adanya Heteroskedastisitas :

a. Dari Scatter Plot Residual: jika ada pola tertentu (seperti titik-titik

/point-point yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, menyebar kemudian menyempit)

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas 0 pada

sumbu Y, maka tidak ter jadi Heter oskedastisitas.

c. Pada regresi linier nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel

X. Hal ini bisa diidentifikasi dengan cara menghitung korelasi rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas. Rumus rank Spearman adalah : rs = 1 – 6

N

(

N 1

)

d

2 2 i

Keterangan :

di = perbedaan dalam rank antara residual dengan variabel bebas ke-i

N = banyaknya data

Pengujian Heteroskedastisitas di sini menggunakan korelasi rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas dengan hasil analisis, Sebagai Berikut :

Tabel 4.8. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas

Non Par amet ric Cor r elations

RES_BISNIS PERT_ASET STRUK_KEP Unstandardi

zed Residual Spearman's rho RES_BISNIS Correlation Coefficient 1.000 -.165 -.153 .061 Sig. (2-tailed) . .385 .420 .751 N 30 30 30 30 PERT_ASET Correlation Coefficient -.165 1.000 -.084 -.096 Sig. (2-tailed) .385 . .660 .614 N 30 30 30 30 STRUK_KEP Correlation Coefficient -.153 -.084 1.000 -.259 Sig. (2-tailed) .420 .660 . .167 N 30 30 30 30 Unstandardize d Residual Correlation Coefficient .061 -.096 -.259 1.000 Sig. (2-tailed) .751 .614 .167 . N 30 30 30 30

Sumber: Data diolah (Lampiran)

Hasil analisis menunjukkan bahwa pada variabel X1, X2 dan X3, TIDAK mempunyai korelasi yang signifikan antara residual dengan variabel bebasnya,(nilai Sig lebih besar dari 0,05) maka hasil analisis ini dapat disimpulkan seluruh variabel penelitian tidak terjadi Heteroskedastisitas.

c. Uji Autokor elasi

Autokor elasi : Adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu periode t-1 (sebelumnya). J ika data di atas 15

Deteksi Autokorelasi:

a. Besarnya Angka Durbin Watson

Patokan : Angka D-W di bawah –2 ada autokorelasi (positif)

Angka D-W di atas +2 ada autokorelasi (negatif)

Angka Berada diantara –2 sampai +2 Tidak ada Autokorelasi

(atau Membandingkan dengan Tabel Durbin Watson)

Identifikasi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan kurva di bawah ini.

Tidak ada autokorelasi positif dan tidak ada

autokorelasi negatif dL dU 4 - dU 4 - dL 4 0 ada auto ko relas i po si tif daerah keragu raguan ada auto ko relas i negatif daerah keragu raguan 1,54 1,71 2,026 2,29 2,49

a. Koefisien determinasi berganda (R square) tinggi

b. Koefisien korelasi sederhananya tinggi.

c. Nilai F hitung tinggi (signifikan)

Tabel 4.9. Hasil uji Autokorelasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .455a .207 .115 .80570 1.383 a. Predictors: (Constant), STRUK_KEP, PERT_ASET, RES_BISNIS

b. Dependent Variable: STRUK_MODL Sumber : Data diolah ( Lampiran)

Untuk asumsi klasik yang mendeteksi adanya autokorelasi di sini dilihat dari hasil analisis yang menunjukkan hasil bahwa nilai Durbin Watson sebesar 1,383 hal ini menunjukkan tidak terdapat gejala autokorelasi.(negative). Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi linier berganda yang diperoleh pada penelitian ini telah memenuhi asumsi klasiknya yaitu tidak memenuhi autokorelasi dan normalitas datanya untuk sebagian variabel.

4.4.4. Analisis Regr esi Linier Ber ganda.

Berdasarkan data tabel di atas diperoleh data masukan seperti terlihat pada lampiran. Data masukan ini digunakan untuk menghasilkan perhitungan statistik. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan metode regresi linier berganda untuk melihat konsistensi dari pengaruh variabel-variabel independent terhadap variabel dependennya.

Variabel dependent dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan profitabilitas likuiditas terhadap variabel terikat yaitu struktur modal. Dari hasil analisis perhitungan computer menggunakan program SPSS. Statistik diskriptif berguna untuk mengetahui karakteristik sample yang digunakan dalam penelitian. Untuk mengetahui gambaran mengenai karakteristik sample yang digunakan.

Berdasarkan statistik diskriptif ini, dapat diketahui jumlah sample yang diteliti, nilai rata-rata sample dan tingkat penyebaran data dari masing-masing variabel penelitian.

Descr iptive Statistics

Mean Std. Deviation N

STRUK_MODL 1.2437 .85654 30

RES_BISNIS 3.0953 3.02321 30

PERT_ASET .1175 .15719 30

STRUK_KEP 15.3223 28.77515 30

Sumber : Data diolah ( Lampiran)

Pada data dengan metode regresi linier berganda diperoleh hasil seperti ditunjukkan pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.10.Hasil Regr esi Ber ganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) .871 .266 3.279 .003

Risiko Bisnis .041 .051 .145 .815 .423 .957 1.044

Pertumbuhan aset 2.444 .969 .448 2.521 .018 .964 1.037

Struktur kepemilikan -.003 .005 -.093 -.515 .611 .943 1.060

Sumber: Data Diolah (Lampiran) Dependent Variable: STRUK_MODL

Adapun persamaan regresi yang dihasilkan adalah sebagai berikut :

Y = 0,871 + 0,041X1 + 2,444X2 – 0.003 X3 + ei

Interpretasi dari persamaan regresi diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut:

Dengan asumsi bahwa variabel X1, X2, X3 adalah nol atau konstan maka

struktur modal (Y) adalah sebesar 0,871.

hal ini mempunyai koefisien regresi positif, hal ini menunjukkan terjadinya perubahan yang searah dengan variabel terikat. Jadi semakin

tinggi risiko bisnis (X1) maka semakin tinggi struktur modal (Y) dengan

asumsi bahwa variabel yang lainnya adalah konstan.

b. Koefisien regresi untuk variabel Pertumbuhan Aset (X2) diperoleh nilai

2,444 mempunyai koefisien regresi positif, hal ini menunjukkan terjadinya perubahan yang searah dengan variabel terikat. Jadi semakin tinggi pertumbuhan asset akan memperbesar struktur modal (Y) dengan asumsi bahwa variabel yang lainnya adalah konstan.

c. Koefisien regresi untuk variabel struktur kepemilikan (X3) diperoleh nilai

– 0,03 mempunyai koefisien regresi negatif, hal ini menunjukkan terjadinya perubahan yang berlawanan arah dengan variabel terikat.. Jadi

semakin tinggi struktur kepemilikan (X3) maka semakin rendah struktur

modal (Y) dengan asumsi bahwa variabel yang lainnya adalah konstan.

4.4.5. Uji F

Tabel 4.11. Hasil uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 4.398 3 1.466 2.258 .105a

Residual

16.878 26 .649

Total 21.276 29

a. Predictors: (Constant), STRUK_KEP, PERT_ASET, RES_BISNIS b. Dependent Variable: STRUK_MODL

Berdasarkan hasil pengujai dengan F test, menunjukkan bahwa nilai signifikansi (Sig) = 0,105 lebih besar dari 0,05, hal ini dapat disimpulkan jika penggunaan model regresi dalam penelitian ini adalah kurang tepat.

4.4.6. Uji T

Tabel 4.12. Hasil uji T

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) .871 .266 3.279 .003 RES_BISNIS .041 .051 .145 .815 .423 .957 1.044 PERT_ASET 2.444 .969 .448 2.521 .018 .964 1.037 STRUK_KEP -.003 .005 -.093 -.515 .611 .943 1.060 Dependent Variable: STRUK_MODAL

Sumber : data diolah (Lampiran)

1. RESIKO BISNIS (X1) berpengaruh terhadap STRUKTUR MODAL (Y),

tidak dapat diterima dengan tingkat [Sig. ,0,423 > 0,05 : Non signifikan [positif].

2. PERTUMBUHAN ASET (X2) berpengaruh terhadap STRUKTUR MODAL

(Y), dapat diterima dengan tingkat [Sig. 0,018 < 0,05 : signifikan [positif].

3. STRUKTUR KEPEMILIKAN (X3) berpengaruh terhadap (Y), dapat diterima

dengan tingkat [Sig. 0,611 > 0,05 : Non signifikan [negatif].

4.4. Pembahasan.

4.4.1. Penga r uh Risiko Bisnis Ter hadap Str uktur Modal.

Risiko bisnis mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan food & beverage. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan dengan penelitian Titman & Wessels, (1998) dalam Saidi (2004) yang menyatakan Resiko Bisnis (business risk) diduga mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Bahwa perusahaan dengan resiko yang tinggi seharusnya menggunakan hutang yang lebih sedikit untuk menghindari kemungkinan kebangrutan.

Dalam hal ini berarti bahwa perusahaan food & beverage mengabaikan tingginya risiko bisnis dimana semakin tinggi variabilitas keuntungan perusahaan cenderung akan menggunakan hutang yang lebih banyak. Faktor tidak signifikannya faktor risiko bisnis adalah karena perusahaan food & beverage mempunyai risiko bisnis yang relatif rendah dibanding dengan jenis industri lain, mengingat produk yang dihasilkan oleh perusahaan food & beverage adalah produk- produk yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat sehingga seburuk apapun kebijakn yang dibuat hampir pasti produk perusahaan ini tetap dibeli dan

diminati oleh konsumen (www.kompas.com). Dan juga perusahaan food &

beverage cukup memiliki dana internal dimana untuk memenuhi kebutuhan perusahaannya.

4.4.2. Penga r uh Per tumbuhan Aset Ter hadap Str uktur Modal.

Pertumbuhan asset mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan food & beverage. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori menurut Sartono dan Sriharto (1999) dan Saidi (2004) dalam Mozes

Tomasila (2009) yang menyatakan bahwa pertumbuhan aset berpengaruh positif terhadap struktur modal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi, kemungkinan akan kekurangan pendapatan untuk mendanai pertumbuhan tinggi tersebut secara internal. Sedangkan untuk menerbitkan saham baru memerlukan biaya yang tinggi, maka perusahaan lebih menyukai hutang sebagai sumber pembiayaan. Serta Penelitian yang dilakukan oleh Balakrishnan dan Isaac (1993) dalam Yuke Prabansari dan Hadri Kusuma (2005) terhadap 295 perusahaan industri di Amerika Serikat menunjukkan bahwa pertumbuhan aset berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal. Semakin tinggi pertumbuhan aktiva maka akan semakin tinggi struktur modalnya.

Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi lebih banyak

menggunakan hutang sehingga memperbesar struktur modal, sedangkan dengan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah lebih sedikit menggunakan hutang sehingga memperkecil struktur modal sehingga tingkat pertumbuhan memiliki pengaruh yang positif terhadap struktur modal.

4.4.3. Penga r uh Str uktur Kepemilikan Ter hadap Str uktur Modal.

Struktur kepemilikan mempunyai pengaruh negatif tidak signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan food & beverage. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan dengan penelitian Agrawal dan Mendelker (1987) dan Mehran (1992) dalam jurnal Mozes Tomasilla (2009) menemukan hubungan positif antara kepemilikan manajerial dengan debt ratio perusahaan, hasil tersebut juga diperkuat oleh penelitian saidi (2004) Di BEJ yang mendapatkan hasil bahwa struktur kepemilikan berpengaruh positif terhadap struktur modal, dimana hal itu

berarti bahwa makin banyak manajer yang memiliki saham dalam perusahaan, maka makin tinggi utang perusahaan. Struktur kepemilikan akan mengurangi agency problem, apabila banyak pemegang saham yang menjadi manajer perusahaan sehingga perusahaan akan lebih memilih berhutang untuk mengembangkan perusahaannya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi struktur kepemilikan yang dimiliki perusahaan maka semakin rendah struktur modal. Dalam hal ini Manajemen akan semakin berhati-hati dalam melakukan peminjaman karena pihak manajer menyadari bahwa tingkat hutang yang tinggi

akan menimbulkan risiko financial sehingga nilai perusahaan akan menurun dan

juga akan mengurangi kemakmuran pemilik. Penggunaan hutang pada perusahaan Food & Beverage melewati titik optimal, maka penggunaan hutang yang tinggi akan menyebabkan profitabilitas menurun.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta pembahasan hasil penelitian terdahulu dapat diambil beberapa kesimpulan dari penelitian, yaitu sebagai berikut :

1. Risiko bisnis tidak mampu meningkatkan struktur modal, karena

perusahaan cukup memiliki dana internal untuk memenuhi kebutuhan perusahaannya. berdasarkan teori Pecking Order ini perusahaan akan terlebih dahulu menggunakan dana internal dibandingkan mengunakan dana eksternal dalam membiayai kegiatan usaha perusahaan.

2. Pertumbuhan asset mampu meningkatkan struktur modal. Hal ini

disebabkan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan asset yang tinggi lebih banyak menggunakan hutang daripada perusahaan dengan pertumbuhan asset yang rendah sehingga dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mengutamakan kebutuhan dana melalui hutang sehingga dapat memperbesar struktur modal.

3. Struktur kepemilikan tidak mampu meningkatkan struktur modal. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin tinggi struktur kepemilikan yang dimiliki perusahaan maka semakin rendah struktur modal. Dalam hal ini Manajemen akan semakin berhati-hati dalam melakukan peminjaman karena pihak manajer menyadari bahwa tingkat hutang yang tinggi akan

menimbulkan risiko financial sehingga nilai perusahaan akan menurun dan juga akan mengurangi kemakmuran pemilik. Penggunaan hutang pada perusahaan Food & Beverage melewati titik optimal, maka penggunaan hutang yang tinggi akan menyebabkan profitabilitas menurun.

5.2. Sar an.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dikemukakan beberapa saran

yang kiranya dapat dijadikan bahan bagi perusahaan, investor dan peneliti selanjutnya dalam menentukan kebijaksanaan dimasa yang akan datang.

a. Bagi perusahaan

1. Perusahaan perlu mempertimbangkan tingkat modal dan hutang

yang perlu digunakan dalam struktur modal. Perusahaan diharapkan bisa memperkecil tingkat hutang atau mengurangi ketergantungan terhadap dana eksternal dan mampu memupuk dana internal yang bisa digunakan untuk membiayai kebutuhan dana perusahaan.

2. Untuk memperoleh struktur modal yang optimal bagi perusahaan,

pihak manajemen juga perlu memperhatikan faktor risiko bisnis, pertumbuhan aset dan struktur kepemilikan dalam menetapkan kebijakan tentang sumber pendanaan. Disamping itu perlu juga memperhatikan faktor lain diantaranya kondisi perekonomian, situasi politik serta faktor lainnya, sehingga struktur modal yang optimal dapat terjadi.

b. Bagi investor.

Dapat mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal sebelum melakukan investasi atau menyalurkan dana pinjaman, di samping itu dalam memberikan dana pinjaman Sebaiknya

mempertimbangkan kemampuan perusahaan dalam melunasi

kewajiban finansialnya, terutama pada risiko bisnis, pertumbuhan aset dan struktur kepemilikan yang dimilki perusahaan. Hal ini untuk mengetahui baik buruknya struktur modal perusahaan yang akan mempunyai efek langsung terhadap posisi finansial perusahaan

c. Peneliti selanjutnya.

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian ini dengan topik yang sama dengan memperbanyak jumlah sampel, periode pengamatan penelitian yang lebih lama dan obyek penelitian yang lebih luas serta teknik analisis yang berbeda sehingga akan memperoleh hasil yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi ke 10, Jakarta : Salemba Empat, 2006.

Endang Sri Utami. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur. Fenomena, hal 39-47.

Gujarati, Damodar. 1995. Ekonometrika Dasar. Erlangga. Jakarta.

Harjanti, Theresia T, & Eduardus Tandelin. 2007. Pengaruh Firm Size, Tangible Assets, Growth Opportunity, Profibility and Bussines Risk pada Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Indonesia : Studi Kasus di BEJ. Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol. 1 No.1, Hlm 1-10.

Horne, James Van dan John M. Wachowics, Jr, 2003. Prinsip-prinsip manajemen keuangan,Salemba Empat, Jakarta.

Jensen, M. and W. Meckling (1976),” Theory of the firm : managerial behavior, agency cost, and ownership structure”, Journal of Financial Economics 3, 305-360

Kaaro Hermeindito (2003). “Prediksi Struktur Modal Berbasis Pecking Order Theory pada Kondisi Ekonomi Normal dan Ekonomi Krisis.” Kajian Bisnis STIE Widya Wiwaha Yogyakarta, No. 28 (Januari-April), 51-65. Kusumawati, Dini. 2004. Pengaruh karakteristik perusahaan terhadap struktur

modal pada perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Jurnaln Ekonomi STIEI,No. 4/Th. XIII, hlm. 22-48

Mardiyanto, Handoyo. 2009. Intisari Manajemen Keuangan. Jakarta: PT Grasindo.

Mc.Cue, Michael J. and Yasar A. Ozcan. 1992. “Determinants of Capital Structure”, Journal of Healthcare Management, 37,3,p.333.

Mira Ceria Rakhmawati. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Otomotive yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Islam Indonesia.

Moh’d, Mahmoud A. Larry G. Perry and James N. Rimbey, 1998. “ The Impact of Ownership Structure On Corporate Debt Policy : a Time-Series Cross-Sectional Analysis”, The Financial Review, Aug, 33, 3 p, 333.

Munawir,S.2002, Analisa laporan Keuangan, liberty, Yogyakarta.

Prabansari, Yuke & Hadri. 2005. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur Go Public yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Majalah Sinergi, Edisi Khusus On Finance.

Riyanto, Bambang, 2010, Dasar – Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Saidi. 2004. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada perusahaan MAnufaktur Go Publik di BEJ. Jurnal Bisnis & Ekonomi, Vol. 1 No.11, hlm. 44-58.

Seftianne & Ratih Handayani. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis & Akuntansi, Vol. 13,No. 1, April 2011, hlm. 39-56

Wahidahwati, 2002, “Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional Pada Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebuah Perspektif Theory Agency”, J ur nal Riset Akuntansi Indonesia, vol. 5, no. 1, p. 181-197

Dokumen terkait