• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Intensi Secara Umum

2. Prediktor Intensi

Menurut model Theory of Planned Behavior dari Ajzen & Fishbein intensi diprediksi oleh sikap, norma subyektif, dan kontrol perilaku (Ajzen & Fishbein dalam Antonia & Kerry, 2006).

a. Sikap

Sikap adalah keyakinan individu terhadap perilaku yang menjadi pertimbangan, dan hal tersebut ditentukan oleh keyakinan terhadap hasil perilaku dan apakah hasil itu bernilai.

b. Norma subjektif

Norma subjektif ditentukan oleh persepsi dari norma sosial, tekanan sosial, dan apa yang dipikirkan orang lain, seberapa besar memotivasi individu untuk melakukan apa yang orang lain katakan.

c. Kontrol perilaku

Kontrol perilaku adalah persepsi individu apakah mereka mempunyai kemampuan untuk melakukan perilaku yang menjadi pertimbangan, dan persepsi ini bisa mempengaruhi baik intensi maupun perilaku secara langsung.

Pada contoh perilaku berhenti merokok, perokok yang percaya bahwa merokok mengakibatkan kesehatan yang bertambah buruk (sikap), percaya bahwa orang lain berpikir bahwa dia harus berhenti merokok dan memotivasinya untuk berhenti merokok (norma subyektif), dan percaya bahwa dia mampu untuk berhenti merokok (kontrol

perilaku) akan lebih mempunyai niat untuk berhenti merokok. Semakin mendukung sikap terhadap berhenti merokok, norma subyektif berkaitan dengan perilaku berhenti merokok, dan kontrol perilaku untuk berhenti merokok semakin tinggi niat untuk berhenti merokok. Model Theory of Planned Behavior bisa dilihat pada gambar 1.

Gambar 1

Model Theory of Planned Behavior

Menurut Ajzen & Fishbein (Antonia & Kerry, 2006)

Motivasi untuk menuruti orang lain

Evaluasi hasil Keyakinan tentang hasil Kontrol Perilaku Faktor kontrol internal Faktor kontrol eksternal

Intensi perilaku Perilaku Norma Subjektif Sikap terhadap perilaku Pentingnya sikap orang lain

Menurut Ajzen & Fishbein (Smet, 1994), intensi dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan, yaitu :

a. Behavior : tingkah laku yang akan dilakukan

b. Target : tujuan dari perilaku yang akan dilakukan c. Time : waktu terjadinya perilaku

d. Situation : keadaan pada saat tindakan akan dilaksanakan atau penyebab mengapa tingkah laku dilaksanakan

Setiap elemen diatas memiliki tingkat kekhususan yang berbeda. Pada tingkat yang paling spesifik keempat elemen akan tercakup di dalamnya yaitu seorang individu bermaksud untuk melakukan suatu tindakan tertentu yang berhubungan dengan targetnya dalam situasi dan waktu tertentu (Ajzen & Fishbein dalam Anggraeni, 2004).

Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan intensi adalah niat untuk melakukan sesuatu yang ditentukan oleh sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku serta dipengaruhi oleh pertimbangan tingkah laku, target, waktu, dan situasi.

Pengukuran intensi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Ajzen & Fishbein (Anggraeni, 2004), pendekatan pengukuran intensi secara langsung dilakukan melalui pertanyaan yang diajukan secara langsung kepada individu apakah individu tersebut akan melakukan suatu perilaku tertentu atau tidak, penilaian untuk cara ini dilakukan dengan penilaian tunggal yaitu ya-tidak atau mau-ya-tidak mau. Sedangkan pengukuran intensi secara ya-tidak

langsung dilakukan dengan menggunakan skala yang menggunakan model pilihan jawaban dari sangat sesuai sampai tidak sesuai terhadap suatu perilaku tertentu.

Kedua cara pengukuran ini mempunyai penekanan yang berbeda. Penekanan pengukuran intensi secara langsung adalah pada isi intensi atau spontanitas keinginan untuk melakukan suatu perilaku tertentu, tanpa memperhatikan proses yang mendahului terbentuknya intensi itu sendiri (Ajzen & Fishbein dalam Anggraeni, 2004). Pengukuran secara tidak langsung menekankan pada model kerangka konseptual pembentukan perilaku yaitu intensi terbentuk melalui sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku. Asumsinya semakin positif sikap, semakin besar pengaruh norma subjektif, dan semakin kuat kontrol perilaku individu terhadap perilaku tertentu maka akan semakin tinggi intensinya untuk melakukan perilaku tersebut (Ajzen & Fishbein dalam Anggraeni, 2004). Markham melihat bahwa ketiga prediktor itu memiliki pengaruh yang kuat terhadap intensi sehingga dapat digunakan sebagai aspek (Markham, 2004).

B. Intensi Berhenti Merokok

1. Pengertian Intensi Berhenti Merokok

Intensi berhenti merokok adalah niat untuk berhenti merokok yang ditentukan oleh sikap terhadap perilaku berhenti merokok, norma subjektif yang berkaitan dengan perilaku merokok, dan kontrol perilaku.

Intensi berhenti merokok diprediksikan oleh perspektif subyek mengenai hasil yang negatif dan kesehatan yang buruk berkaitan dengan perilaku merokok (pengukuran sikap), sikap orang-orang disekitar subyek berkaitan dengan perilaku berhenti merokok (pengukuran norma sosial), dan keyakinan mengontrol kemampuan untuk berhenti merokok (pengukuran kontrol perilaku) (David, dkk., 2000).

Markham (2004) mengaplikasikan konsep Ajzen & Fishbein (Antonia & Kerry, 2006) untuk intensi berhenti merokok. Intensi itu meliputi :

a. Sikap

Individu memiliki keyakinan dan evaluasi terhadap hasil perilaku berhenti merokok, yaitu bahwa berhenti merokok memberikan keuntungan seperti kesehatan yang bertambah baik.

b. Norma subjektif

Norma subjektif berfokus pada penerimaan kemampuan berhenti merokok untuk memfasilitasi interaksi sosial. Norma subjektif ini dapat ditentukan secara langsung maupun secara tidak langsung. Secara langsung norma subjektif ditentukan oleh norma sosial dan tekanan sosial. Sedangkan secara tidak langsung ditentukan oleh

modeling. Norma sosial adalah individu menerima harapan dari

figur-figur lain yang penting (keluarga, pasangan, atau teman) untuk berhenti merokok.Tekanan sosial adalah pengalaman secara langsung yang menekan untuk berhenti merokok. Modeling adalah

individu berhenti merokok karena meniru individu lain yang berpengaruh.

c. Kontrol perilaku

Kontrol perilaku adalah persepsi individu bahwa dia mampu untuk berhenti merokok.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Berhenti Merokok

Faktor-faktor yang mempengaruhi intensi berhenti merokok adalah :

a. Persepsi individu terhadap resiko yang diterima akibat merokok Persepsi resiko yang akan diterima akan menumbuhkan intensi untuk berhenti merokok melihat akibat dan resiko yang diterima bernilai negatif. Persepsi bahwa merokok merusak kesehatan dan merugikan akan menumbuhkan niat pada perokok untuk berhenti merokok (Norman & Conner dalam Verawati & Astuti, 2003). b. Pengalaman berhenti merokok yang pernah dilakukan oleh

individu

Pengalaman yang pernah dilakukan membantu perokok untuk menilai apakah dia mampu atau tidak membangun intensi kembali untuk berhenti merokok (Norman & Conner dalam Verawati & Astuti, 2003).

c. Stress

Beberapa penelitian menemukan bahwa stress dihubungkan dengan merokok. Sarafino (1990) menyatakan faktor penting yang membuat kambuhnya merokok bagi perokok yang ingin berhenti adalah stress. Schachter (David, dkk., 2000) juga menemukan bahwa konsumsi rokok akan meningkat pada kondisi stress. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Lichtenstein et al. (Sarafino, 1990) yang menyatakan individu yang berhenti merokok akan cenderung merokok kembali ketika berada pada kondisi stress yang tinggi.

d. Kecemasan

Faktor kecemasan yang menghambat perokok untuk berhenti merokok ditekankan oleh David, dkk. (2000) yang menemukan bahwa kecemasan akan muncul ketika individu akan berhenti merokok.

Dokumen terkait