Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh :
Betty Setika Purnaningrum
NIM : 049114064
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh :
Betty Setika Purnaningrum
NIM : 049114064
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
Oleh :
Betty Setika Purnaningrum
NIM : 049114064
Telah disetujui oleh :
Pembimbing Tanggal ………
V. Didik Surya H., S. Psi., M. Si.
Dipersiapkan dan ditulis oleh
Betty Setika Purnaningrum
NIM : 049114064
Telah dipertahankan didepan Panitia Penguji
Pada tanggal………
Dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
1. Ketua : V. Didik Surya H., S.Psi., M.Si. ……...
2. Penguji I : A. Tanti Arini, S.Psi., M.Si. ………
iii
3. Penguji II : YB. Cahyo Widiyanto, S.Psi., M.Si. ………
Yogyakarta, ………..
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Dekan,
Karya ini aku persembahkan untuk :
Tuhan Yesus, tempat aku bergantung
Bapak Petrus Purwanto
&
Ibu Agatha Supriyati
Keluarga
Sahabat –sahabatku
Moto Hidupku :
Apabila menghadapi keputusan – putuskanlah
Apabila menghadapi pilihan – pilihlah
Tidak berbuat apa-apa hanya menambah ketegangan
Karena Anda tidak kalah….
Tetapi menang juga tidak!
Barry Spilchuk
Betty Setika Purnaningrum Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2008
Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara dukungan sosial pasangan dengan intensi berhenti merokok. Penelitian dilakukan pada 60 pria perokok yang ingin berhenti merokok, sudah menikah, berusia 25-30 tahun, dan pasangan wanita bermasalah dengan kebiasaan merokok pasangannya. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara dukungan sosial pasangan dengan intensi berhenti merokok. Data penelitian diungkap dengan skala dukungan sosial pasangan yang mempunyai reliabilitas 0.961 dan skala intensi berhenti merokok yang mempunyai reliabilitas 0.947. Analisis data dilakukan dengan korelasi Pearson Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan korelasi sebesar 0.563, p = 0.000 (p<0.001), yang berarti ada hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial pasangan dengan intensi berhenti merokok pada taraf signifikasi 1 %.
Betty Setika Purnaningrum Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2008
This research was keen to find out whether a correlation exists between a social support from the couple and the intention to stop smoking. This research had done to 60 smokers who wish to stop smoking. Subjects are married man, aged 25-30 years old, having a wife who is bothered by his smoking habit. The hypothesis was that there is a positive correlation between the social support from the couple and the intention to stop smoking. The data was revealed by the scale of social support from couple with the reliability 0.961 and the intention to stop smoking scale was 0.947. The data was analyzed with Pearson Product Moment Correlation. The correlation coefficient that was shown by the result was 0.563, p = 0.000 (p< 0.001). It means that there is a significant positive correlation between social support from the couple and the intention to stop smoking at 1% significant level.
membimbing penulis dalam menyelesaikan tulisan ini. Penulis juga menyadari
bahwa dalam proses pengerjaan skripsi ini penulis tidak sendirian. Skripsi ini
tidak akan selesai apabila tidak ada mereka yang dengan tulus dan senang hati
membantu penulis. Oleh karena itu, penulis dengan tulus ingin mengucapkan
terima kasih kepada orang-orang yang sangat berperan dalam proses pengerjaan
skripsi ini dan juga dalam kehidupan penulis :
1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. Selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan fasilitas-fasilitas dan
kemudahan dalam menyelesaikan skripsi dan kegiatan akademik.
2. Bapak V. Didik Surya H., S.Psi., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang
dengan sabar memberikan arahan, masukan, dan waktu untuk memperbaiki
skripsi ini, serta dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Mbak Etta selaku Dosen Pembimbing Akademik yang tidak lelah memberikan
semangat, dukungan, dan menjadi tempat untuk berdiskusi.
4. Bapak Heri yang dengan sabar mengajari penulis berkaitan dengan
penghitungan statistik.
5. A. Tanti Arini, S.Psi., M.Si. selaku dosen penguji I
6. YB. Cahyo Widiyanto, S.Psi., M.Si. selaku dosen penguji II
8. Mbak Ary Setika yang selalu menjadi tempat mengeluh dan berdiskusi tentang
pengerjaan skripsi juga dek Alfi yang selalu menghibur penulis dengan
pelukan-pelukan kecil.
9. Keluarga besar Pawiro Setiko dan Marto Suwito, terima kasih atas
dorongan-dorongan dan nasehat yang diberikan.
10.Yudi Widyantoro yang selalu sabar mendampingi penulis dan memberikan
semangat. Terima kasih buat cinta dan kasih sayangnya selama 8 tahun ini
semoga tahun-tahun selanjutnya bisa kita lewati juga.
11. Mas Gandung, Mas Doni, Mas Muji, Pak Gie, dan Mbak Nanik yang
membantu kelancaran kegiatan akademik.
12.Sahabatku Agatha Tristanti, terima kasih buat persahabatan yang indah ini,
cerewetnya dan bercandaannya…juga bantuannya buat terjemahin abstrak.
13.Teman-temanku, Pikha, Cik Yen, Cik Woel, Cik Nyun, Adip, Wawan, dan
Yoyok terima kasih buat kasih sayang dan saling memiliki. Adip….ini bukan
perfeksionis atau ambisius tapi masalah cita-cita dan perjuangan tapi makasih
juga buat semangat dan pemikiran bijakmu.
14.Kakak-kakakku, Mba Ella dan Mba Ullin yang selalu siap membantu.
15.Budi dan Badai, yang selalu mengingatkan untuk tetap fokus pada skripsi,
membantu dengan iklas, dan menjadi tempat berdiskusi serta keluhan buat
penulis.
dan kasih sayang… Ma-Ir, terimakasih sudah membantu skoring.
18.Teman-teman di P2TKP, Mba Tia, Mas Desta, AB, Mba Otic, Mba Gothe,
Wiwid, Mas Rondang, Fani, Tina, Vania, Atiex, Weni, Lia, dan Mitha.
19.Teman-teman 2004 yang selalu menjadi tempat berdiskusi, sasa, ndaru,
mumun, elis, anggit, dan teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Akan
tetapi, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua yang membaca dan
bagi ilmu pengetahuan.
Penulis
Betty Setika Purnaningrum
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……….. ii
HALAMAN PENGESAHAN ………. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ……….. iv
HALAMAN MOTTO ……….. v
HALAMAN KEASLIAN KARYA ………. vi
ABSTRAK ………... vii
ABSTRACT ……….viii
KATA PENGANTAR ………. ix
DAFTAR ISI ……… xii
DAFTAR TABEL ……… xv
DAFTAR LAMPIRAN ………xvi
BAB I. PENDAHULUAN ……… 1
A. Latar Belakang Masalah ………. 1
B. Rumusan Masalah ………... 6
C. Tujuan Penelitian ……… 6
D. Manfaat Penelitian ……….. 6
BAB II. LANDASAN TEORI ……… 8
A. Intensi Secara Umum ……….. 8
1. Pengertian Intensi ……….. 8
2. Prediktor Intensi ……… 9
C. Dukungan Sosial …….. ……….. 15
1. Pengertian Dukungan Sosial ………. 15
2. Jenis Dukungan Sosial ……….. 16
3. Arti Dukungan Sosial Pasangan ……… 17
D. Hubungan Antara Dukungan Sosial Pasangan Terhadap Intensi Berhenti Merokok ………... 19
E. Hipotesis Penelitian ……… 23
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ………... 24
A. Jenis Penelitian ……… 24
B. Subyek Penelitian ……… 24
C. Identifikasi Variabel Penelitian ………... 25
D. Definisi Operasional ………... 25
1. Intensi Berhenti Merokok ………. 25
2. Dukungan Sosial Pasangan ………... 25
E. Alat Pengumpulan Data ……….. 26
F. Prosedur Penelitian ………. 31
G. Pertanggungjawaban Mutu ………. 32
1. Validitas ……… 32
2. Seleksi Item ………... 33
3. Reliabilitas ……… 35
1. Deskripsi Subyek Penelitian ………. 36
2. Deskripsi Data Penelitian ……….. 36
B. Hasil Penelitian ………... 37
1. Uji Asumsi Data Penelitian ………... 38
2. Pengujian Hipotesis Penelitian ………. 39
C. Hasil Penelitian Tambahan ………. 40
D. Pembahasan ………. 41
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……… 50
A. Kesimpulan ………. 50
B. Saran ………... 50
C. Keterbatasan Penelitian ………... 51
DAFTAR PUSTAKA ……….. 52
LAMPIRAN-LAMPIRAN ……….. 55
Tabel 2 : Contah Item Skala Intensi Berhenti Merokok
Tabel 3 : Distribusi Item Skala Dukungan Sosial Pasangan
Tabel 4 : Contoh Item Skala Dukungan Sosial Pasangan
Tabel 5 : Bentuk Final Skala Intensi Berhenti Merokok
Tabel 6 : Bentuk Final Skala Dukungan Sosial Pasangan
Tabel 7 : Deskripsi Data Penelitian
Tabel 8 : Hasil Uji Normalitas
Tabel 9 : Hasil Uji Linearitas
Tabel 10 : Hasil Uji Normalitas Aspek Dukungan Sosial Pasangan
Tabel 11 : Hasil Uji Linearitas Aspek Dukungan Sosial Pasangan
Tabel 12 : Hasil Uji Korelasi Aspek Dukungan Sosial Pasangan
Sosial Pasangan
Reliabilitas Skala Intensi Berhenti Merokok dan Dukungan
Sosial Pasangan
Skala Penelitian Intensi Berhenti Merokok dan Dukungan
Sosial Pasangan
Lampiran B : Data Penelitian
Lampiran C : Deskripsi Data
Hasil Analisis One Sample T-test
Lampiran D : Hasil Analisis Uji Normalitas
Hasil Analisis Uji Linearitas
Hasil Analisis Korelasi Pearson Product Moment
Lampiran E : Hasil Analisis Penelitian Tambahan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Merokok masih menjadi kebiasaan banyak orang baik di negara
berkembang maupun di negara maju (Verawati & Astuti, 2003). Di negara
maju, kini terdapat kecenderungan berhenti merokok, sedangkan di negara
berkembang khususnya Indonesia, malah cenderung timbul peningkatan
kebiasaan merokok. Laporan WHO tahun 1983 menyebutkan, jumlah
perokok meningkat 2,1 persen per tahun di negara berkembang, sedangkan
di negara maju angka ini menurun sekitar 1,1 persen per tahun (Tandra
dalam Kompas Cyber Media, 2003). Menurut survei yang dilakukan
WHO, 75 % laki-laki dan 5% wanita di Indonesia adalah perokok
(Verawati & Astuti, 2003). Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga 2004
menemukan bahwa Indonesia menempati posisi kelima di dunia dalam
jumlah konsumsi rokok dengan jumlah 215 miliar, 31.4 % atau 62.800.000
merokok. Jumlah perokok laki-laki sebesar 59.04% dan perokok
perempuan sebesar 4.83% (Sriamin, 2006). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa angka merokok di Indonesia relatif tinggi.
Berhenti merokok merupakan perubahan radikal dalam kebiasaan
perokok dan hal yang sulit walaupun perokok sudah bersungguh-sungguh
memutuskan untuk berhenti (Eiser dan Van der Pligt, 1986; Shiffman,
menemukan bahwa dari 100% perokok yang mencoba berhenti, dalam satu
tahun 93% kembali merokok. Dalam penelitian yang dilakukan Prof
Soesmalijah Soewondo, diketahui para perokok tidak bisa berhenti
merokok karena berhenti merokok akan mengakibatkan susah
berkonsentrasi dan gelisah, sedangkan apabila merokok perokok akan
merasa lebih dewasa dan bisa timbul ide-ide atau inspirasi. Faktor-faktor
psikologi inilah yang banyak mempengaruhi kebiasaan merokok di
masyarakat sehingga seringkali perokok merasa kesulitan untuk
mengurangi atau menghentikan perilaku merokok (Tandra dalam Kompas
Cyber Media,2003).
Perokok yang kesulitan berhenti merokok mengatakan bahwa
mereka sebenarnya ingin berhenti tetapi nikotin telah membuat mereka
kecanduan secara fisik. Tembakau tidak membuat orang ketagihan secara
fisik, seperti halnya heroin, kokain ataupun barbiturates sehingga
kebiasaan merokok seolah-olah menjadi sesuatu yang dipaksakan kepada
pecandu rokok. Hal itu disebabkan karena ketergantungan psikologis.
Perokok merasa sangat tergantung pada tembakau dan merasa tidak dapat
lepas lagi karena berpikir bahwa mereka telah kecanduan. Bagi perokok
merokok itu memuaskan kebutuhan psikologis yang mendesaknya.
Seorang pecandu rokok percaya bahwa merokok menolongnya untuk tetap
tenang dalam ketegangan atau dalam pekerjaan yang penuh kekacauan,
karena itu sangat sukar baginya untuk melepaskan diri dari kebiasaan
mereka sudah membangun ketergantungan psikologis pada rokok, bukan
karena rokok secara kimia menyebabkan kecanduan (Surjorahardjo, 1985).
Schachter, dkk. (David, dkk., 2000) menemukan bahwa perilaku
merokok akan meningkat pada kondisi stess. Pernyataan ini didukung oleh
Murray, dkk. (David, dkk., 2000) yang menemukan bahwa perokok
cenderung merokok pada kondisi stress. Dalam Sarafino (1990), faktor
penting yang membuat kambuhnya merokok bagi perokok yang ingin
berhenti adalah stress. Selain stress, faktor lain yang menghambat seorang
perokok untuk berhenti merokok adalah kecemasan. (David, dkk., 2000).
Menurut Ajzen (David, dkk., 2000) keberhasilan dalam berhenti
merokok ditentukan oleh besarnya niat (intensi) untuk berhenti. Intensi
merupakan prediktor terbaik dari perilaku (Smet, 1994). Individu yang
mempunyai intensi cenderung lebih nyaman, lebih tertarik, bersemangat,
dan mempunyai perasaan senang dalam melakukan perilaku tertentu
(David, dkk., 2000). Intensi individu dalam melakukan perilaku nyata
secara spesifik diprekdisikan sebesar 39%. Sedangkan intensi untuk
melakukan perilaku nyata secara umum diprediksikan sebesar 27 %
(Antonia & Kerry, 2006). Prilaku spesifik disini maksudnya adalah
individu melakukan perilaku dengan menentukan waktu atau situasi,
sedangkan perilaku secara umum merupakan perilaku yang dilakukan
tanpa menentukan waktu atau situasi.
Penelitian mengenai peran sikap dan efikasi diri terhadap intensi
berhenti merokok dapat diperkuat dengan adanya peran sikap dan efikasi
diri atau keyakinan terhadap diri sendiri. Keyakinan terhadap diri sendiri
merupakan salah satu permasalahan psikologis yang harus dimunculkan
oleh diri sendiri atau dengan bantuan orang lain. Penelitian Hartanti (2000)
mengenai peran dukungan sosial terhadap depresi menunjukkan bahwa
dukungan sosial bisa memberikan arti pada individu dalam mengatasi
depresi. Dukungan sosial menolong individu secara psikologis dengan
bantuan orang-orang di sekitar individu. Berdasarkan penelitian-penelitian
tersebut peneliti ingin mengetahui apakah hal yang sama, yaitu dukungan
sosial yang dapat mengatasi permasalahan psikologis atau dalam
penelitian Hartanti adalah depresi juga berpengaruh pada menguatnya
intensi berhenti merokok. Dalam hal ini dukungan sosial berasal dari
pasangan mengingat pasangan mempunyai peran yang penting bagi
kehidupan perokok.
Topik ini penting untuk diketahui karena ketika perokok yang
ingin berhenti merokok merasa kesulitan untuk berhenti, pasangan bisa
membantu dan turut berperan dalam memperkuat intensi untuk berhenti
merokok. Peran pasangan adalah dengan memberikan dukungan sosial
pada perokok. Adanya bantuan pasangan, perubahan radikal ketika
berhenti merokok bisa diatasi oleh perokok sehingga bisa berhenti
merokok dan menerapkan pola hidup sehat.
Penelitian ini dilakukan pada konteks pasangan menikah, dimana
tidak mempunyai kebiasaan merokok. Konteks penelitian yang berkaitan
dengan pembatasan jenis kelamin dilakukan mengingat jumlah perokok di
Indonesia lebih banyak di kalangan pria daripada wanita dan laki-laki
cenderung mengalami kesulitan berhenti merokok dibandingkan wanita
(Seminar World No Tobaco Day dalam Rara, 2006). Selain itu, motivasi
yang melatarbelakangi perilaku merokok antara laki-laki dan wanita juga
berbeda. Livison dan Leino (David, dkk., 2000) menemukan bahwa
motivasi wanita merokok adalah untuk mengurangi efek negatif dan
sebagai kesenangan. Sedangkan untuk laki-laki, alasan merokok antara
lain untuk penampilan pribadi, agar lebih percaya diri, untuk
membangkitkan semangat terus bekerja, agar diterima oleh kelompok, dan
agar kelihatan jantan (Target dalam Verawati & Astuti, 2003).
Alasan lain dilakukan pembatasan jenis kelamin adalah karena
dukungan sosial yang diberikan dan penerimaan dukungan sosial berbeda
untuk jenis kelamin yang berbeda. Menurut David, dkk. (2000), wanita
seringkali memberikan lebih banyak dukungan emosional pada
keluarganya daripada yang mereka terima. Pernyataan yang sama juga
dikemukakan oleh Antonia C. Lyons & Kerry C. (2006), bahwa wanita
memberikan dukungan sosial yang lebih bervariasi, lebih sering, dan lebih
efektif daripada laki-laki. Selain itu, wanita menerima dukungan sosial
secara menyeluruh sedangkan laki-laki cenderung menerima dukungan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka masalah dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Apakah ada hubungan positif
antara dukungan sosial pasangan dengan intensi berhenti merokok pada
perokok laki-laki?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan
dukungan sosial pasangan terhadap intensi berhenti merokok.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis
Penelitian ini bisa memberikan informasi mengenai peran
dukungan sosial dari pasangan yang dapat membantu perokok untuk
meningkatkan niat atau intensi berhenti merokok.
2. Manfaat teoritis
a. Menambah pengetahuan mengenai peran atau kontribusi
pasangan dalam memperkuat niat atau intensi berhenti merokok
b. Adanya bukti empiris tentang penelitian yang berkaitan dengan
variabel dukungan sosial pasangan dan variabel intensi untuk
c. Memberikan sumbangan kepada bidang Psikologi Kesehatan dan
Psikologi Sosial tentang pentingnya dukungan sosial pasangan
untuk meningkatkan intensi berhenti merokok.
d. Referensi atau literatur dalam melaksanakan penelitian yang
BAB II
DASAR TEORI
A. Intensi Secara Umum
1. Pengertian Intensi
Intensi berasal dari bahasa latin “intention” yang berarti usaha,
upaya, perhatian, kehendak atau ujud. Shadilly (Cristina & Dewi, 2000)
mendefinisikan intensi sebagai perbuatan berdasarkan kehendak
seseorang untuk melaksanakan sesuatu.
Intensi adalah niat seseorang untuk melakukan sesuatu yang
bersifat kesegeraan dan kesiapan terhadap suatu perilaku yang akan
dilakukan (Ajzen & Fishbein dalam Antonia & Kerry, 2006). Individu
yang mempunyai intensi siap dengan segala sesuatu yang menyertai
perilaku yang akan dilakukan, seperti pertimbangan waktu, target, atau
situasi.
Azwar (Cristina & Dewi, 2000) mengatakan intensi atau niat
juga sangat menentukan perilaku tertentu akan dilakukan atau tidak akan
dilakukan. Individu yang mempunyai intensi tinggi kemungkinan
melakukan perilaku lebih besar daripada individu yang intensinya lebih
rendah. Individu yang mempunyai intensi cenderung lebih nyaman, lebih
tertarik, bersemangat, dan mempunyai perasaan senang dalam
2. Prediktor Intensi
Menurut model Theory of Planned Behavior dari Ajzen &
Fishbein intensi diprediksi oleh sikap, norma subyektif, dan kontrol
perilaku (Ajzen & Fishbein dalam Antonia & Kerry, 2006).
a. Sikap
Sikap adalah keyakinan individu terhadap perilaku yang menjadi
pertimbangan, dan hal tersebut ditentukan oleh keyakinan terhadap
hasil perilaku dan apakah hasil itu bernilai.
b. Norma subjektif
Norma subjektif ditentukan oleh persepsi dari norma sosial,
tekanan sosial, dan apa yang dipikirkan orang lain, seberapa besar
memotivasi individu untuk melakukan apa yang orang lain
katakan.
c. Kontrol perilaku
Kontrol perilaku adalah persepsi individu apakah mereka
mempunyai kemampuan untuk melakukan perilaku yang menjadi
pertimbangan, dan persepsi ini bisa mempengaruhi baik intensi
maupun perilaku secara langsung.
Pada contoh perilaku berhenti merokok, perokok yang percaya
bahwa merokok mengakibatkan kesehatan yang bertambah buruk
(sikap), percaya bahwa orang lain berpikir bahwa dia harus berhenti
merokok dan memotivasinya untuk berhenti merokok (norma subyektif),
perilaku) akan lebih mempunyai niat untuk berhenti merokok. Semakin
mendukung sikap terhadap berhenti merokok, norma subyektif berkaitan
dengan perilaku berhenti merokok, dan kontrol perilaku untuk berhenti
merokok semakin tinggi niat untuk berhenti merokok. Model Theory of
Planned Behavior bisa dilihat pada gambar 1.
Gambar 1
Model Theory of Planned Behavior
Menurut Ajzen & Fishbein (Antonia & Kerry, 2006)
Motivasi untuk menuruti orang lain
Evaluasi hasil Keyakinan tentang
hasil
Kontrol Perilaku Faktor kontrol
internal
Faktor kontrol eksternal
Intensi perilaku Perilaku Norma
Subjektif Sikap terhadap
perilaku
Menurut Ajzen & Fishbein (Smet, 1994), intensi dipengaruhi
oleh pertimbangan-pertimbangan, yaitu :
a. Behavior : tingkah laku yang akan dilakukan
b. Target : tujuan dari perilaku yang akan dilakukan
c. Time : waktu terjadinya perilaku
d. Situation : keadaan pada saat tindakan akan dilaksanakan atau
penyebab mengapa tingkah laku dilaksanakan
Setiap elemen diatas memiliki tingkat kekhususan yang berbeda. Pada
tingkat yang paling spesifik keempat elemen akan tercakup di dalamnya
yaitu seorang individu bermaksud untuk melakukan suatu tindakan
tertentu yang berhubungan dengan targetnya dalam situasi dan waktu
tertentu (Ajzen & Fishbein dalam Anggraeni, 2004).
Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan intensi
adalah niat untuk melakukan sesuatu yang ditentukan oleh sikap, norma
subjektif, dan kontrol perilaku serta dipengaruhi oleh pertimbangan
tingkah laku, target, waktu, dan situasi.
Pengukuran intensi dapat dilakukan secara langsung maupun
tidak langsung. Menurut Ajzen & Fishbein (Anggraeni, 2004),
pendekatan pengukuran intensi secara langsung dilakukan melalui
pertanyaan yang diajukan secara langsung kepada individu apakah
individu tersebut akan melakukan suatu perilaku tertentu atau tidak,
penilaian untuk cara ini dilakukan dengan penilaian tunggal yaitu
langsung dilakukan dengan menggunakan skala yang menggunakan
model pilihan jawaban dari sangat sesuai sampai tidak sesuai terhadap
suatu perilaku tertentu.
Kedua cara pengukuran ini mempunyai penekanan yang
berbeda. Penekanan pengukuran intensi secara langsung adalah pada isi
intensi atau spontanitas keinginan untuk melakukan suatu perilaku
tertentu, tanpa memperhatikan proses yang mendahului terbentuknya
intensi itu sendiri (Ajzen & Fishbein dalam Anggraeni, 2004).
Pengukuran secara tidak langsung menekankan pada model kerangka
konseptual pembentukan perilaku yaitu intensi terbentuk melalui sikap,
norma subjektif, dan kontrol perilaku. Asumsinya semakin positif sikap,
semakin besar pengaruh norma subjektif, dan semakin kuat kontrol
perilaku individu terhadap perilaku tertentu maka akan semakin tinggi
intensinya untuk melakukan perilaku tersebut (Ajzen & Fishbein dalam
Anggraeni, 2004). Markham melihat bahwa ketiga prediktor itu
memiliki pengaruh yang kuat terhadap intensi sehingga dapat digunakan
sebagai aspek (Markham, 2004).
B. Intensi Berhenti Merokok
1. Pengertian Intensi Berhenti Merokok
Intensi berhenti merokok adalah niat untuk berhenti merokok
yang ditentukan oleh sikap terhadap perilaku berhenti merokok, norma
Intensi berhenti merokok diprediksikan oleh perspektif subyek mengenai
hasil yang negatif dan kesehatan yang buruk berkaitan dengan perilaku
merokok (pengukuran sikap), sikap orang-orang disekitar subyek
berkaitan dengan perilaku berhenti merokok (pengukuran norma sosial),
dan keyakinan mengontrol kemampuan untuk berhenti merokok
(pengukuran kontrol perilaku) (David, dkk., 2000).
Markham (2004) mengaplikasikan konsep Ajzen & Fishbein
(Antonia & Kerry, 2006) untuk intensi berhenti merokok. Intensi itu
meliputi :
a. Sikap
Individu memiliki keyakinan dan evaluasi terhadap hasil perilaku
berhenti merokok, yaitu bahwa berhenti merokok memberikan
keuntungan seperti kesehatan yang bertambah baik.
b. Norma subjektif
Norma subjektif berfokus pada penerimaan kemampuan berhenti
merokok untuk memfasilitasi interaksi sosial. Norma subjektif ini
dapat ditentukan secara langsung maupun secara tidak langsung.
Secara langsung norma subjektif ditentukan oleh norma sosial dan
tekanan sosial. Sedangkan secara tidak langsung ditentukan oleh
modeling. Norma sosial adalah individu menerima harapan dari
figur-figur lain yang penting (keluarga, pasangan, atau teman)
untuk berhenti merokok.Tekanan sosial adalah pengalaman secara
individu berhenti merokok karena meniru individu lain yang
berpengaruh.
c. Kontrol perilaku
Kontrol perilaku adalah persepsi individu bahwa dia mampu untuk
berhenti merokok.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Berhenti Merokok
Faktor-faktor yang mempengaruhi intensi berhenti merokok
adalah :
a. Persepsi individu terhadap resiko yang diterima akibat merokok
Persepsi resiko yang akan diterima akan menumbuhkan intensi
untuk berhenti merokok melihat akibat dan resiko yang diterima
bernilai negatif. Persepsi bahwa merokok merusak kesehatan dan
merugikan akan menumbuhkan niat pada perokok untuk berhenti
merokok (Norman & Conner dalam Verawati & Astuti, 2003).
b. Pengalaman berhenti merokok yang pernah dilakukan oleh
individu
Pengalaman yang pernah dilakukan membantu perokok untuk
menilai apakah dia mampu atau tidak membangun intensi kembali
untuk berhenti merokok (Norman & Conner dalam Verawati &
c. Stress
Beberapa penelitian menemukan bahwa stress dihubungkan dengan
merokok. Sarafino (1990) menyatakan faktor penting yang
membuat kambuhnya merokok bagi perokok yang ingin berhenti
adalah stress. Schachter (David, dkk., 2000) juga menemukan
bahwa konsumsi rokok akan meningkat pada kondisi stress.
Pernyataan ini didukung oleh penelitian Lichtenstein et al.
(Sarafino, 1990) yang menyatakan individu yang berhenti merokok
akan cenderung merokok kembali ketika berada pada kondisi stress
yang tinggi.
d. Kecemasan
Faktor kecemasan yang menghambat perokok untuk berhenti
merokok ditekankan oleh David, dkk. (2000) yang menemukan
bahwa kecemasan akan muncul ketika individu akan berhenti
merokok.
C. Dukungan Sosial
1. Pengertian Dukungan Sosial
Dukungan sosial menurut Cobb (Winnubst, dkk., 1996) adalah
informasi yang membuat individu yang menerimanya meyakini bahwa
orang lain mencintainya, peduli padanya (dukungan emosional),
menghormatinya dan menghargainya (dukungan afirmatif) dan bahwa
Gottlieb (Smet, 1994) memberikan definisi dukungan sosial
sebagai informasi atau nasehat verbal atau non verbal, bantuan nyata
atau tingkah laku yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat
karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek
perilaku bagi pihak penerima.
Sarafino (Smet, 1994) memberikan definisi dukungan sosial
yang mengacu pada kesenangan yang dirasakan, penghargaan akan
kepedulian, atau membantu orang menerima dari orang-orang atau
kelompok-kelompok lain.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, bisa disimpulkan
dukungan sosial adalah informasi, bantuan nyata, tingkah laku yang
membuat individu yang menerimanya meyakini bahwa orang lain
mencintainya, peduli padanya (dukungan emosional), menghormatinya
dan menghargainya (dukungan afirmatif) sehingga mempunyai manfaat
emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima.
2. Jenis Dukungan Sosial
Jenis dukungan sosial (House dalam Smet, 1994) :
a. Dukungan Emosional (Emotional support)
Penerimaan empati, kepedulian, cinta, dan perhatian terhadap
orang yang bersangkutan. Hal ini menimbulkan kenyamanan,
ketentraman hati, merasa dimiliki, dan dicintai (Stroebe dalam
b. Dukungan Penghargaan (Esteem support)
Penerimaan penghargaan positif, meliputi dorongan untuk maju
dan persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu, dan
perbandingan positif orang itu dengan orang-orang lain, misalnya
orang-orang yang kurang mampu atau lebih buruk keadaannya. Hal
ini membuat penghargaan atas diri sendiri, kompetensi, dan
perasaan bernilai (Stroebe dalam Antonia & Kerry, 2006).
c. Dukungan Instrumental (Instrumental support)
Penerimaan bantuan secara langsung, seperti bantuan uang,
pelayanan, dan membantu pekerjaan.
d. Dukungan informasi (Informational support)
Penerimaan nasehat, petunjuk, saran-saran, arahan, dan umpan
balik. Wilcox & Verberg (Winnubst, dkk., 1996) menambahkan
dukungan informasi adalah kerelaan seseorang untuk memberikan
opini. Dukungan informasi bisa membantu orang lain dalam
memahami atau mendefinisikan situasi, ketika situasinya ambigu
atau sulit dimengerti (Goethal, Suls & Miller dalam Bishop, 1994).
3. Arti Dukungan Sosial Pasangan
Pernikahan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap suami
dan istri. Seorang perempuan atau istri secara konsisten lebih terbuka
dan cenderung mengekspresikan kelembutan daripada pasangan mereka
memberikan ciuman atau pelukan spotan pada suaminya pada saat
sesuatu hal yang positif terjadi (Blumstein & Schwartz dalam Santrock,
1995). Secara umum, perempuan lebih ekspresif dan berperasaan
daripada laki-laki dalam suatu pernikahan (Santrock, 1995).
Menurut Cancian & Gordon (Santrock, 1995), sebagian besar
laki-laki cenderung mengendalikan kemarahan. Suami juga tidak peduli
pada kehidupan emosionalnya dan tidak mengekspresikan perasaan dan
pikiran mereka sehingga banyak istri yang mengeluh bahwa mereka
harus mendorong suami untuk terbuka dan mengatakan apa yang suami
rasakan (Rubin dalam Santrock, 1995).
Perkawinan adalah sumber dukungan sosial yang paling
penting (Rodin & Salovey dalam Smet, 1994). Winnubst (Smet, 1994)
juga menambahkan dukungan sosial yang penting terletak pada konteks
hubungan yang akrab atau ‘kualitas hubungan’. Dukungan sosial dalam
perkawinan diberikan oleh pasangan kepada pasangan lainnya.
Dukungan sosial pasangan adalah informasi, bantuan nyata, tingkah laku
dari pasangan dalam suatu pernikahan yang membuat pasangan yang
menerimanya meyakini bahwa pasangannya mencintainya, peduli
padanya (dukungan emosional), menghormatinya dan menghargainya
(dukungan afirmatif) sehingga mempunyai manfaat emosional atau efek
D. Hubungan Antara Dukungan Sosial Pasangan Terhadap Intensi
Berhenti Merokok
Merokok adalah perilaku yang merugikan, meskipun begitu
banyak orang tetap merokok meskipun tahu merokok berbahaya bagi
kesehatan (Evan dalam Sarafino, 1990). Kebiasaan merokok sulit
dihentikan oleh perokok yang ingin berhenti merokok karena beberapa
faktor-faktor psikologi seperti stress dan kecemasan (Tandra dalam
Kompas Cyber Media, 2003). Menurut Cohen (Taylor, 1999) berhenti
merokok adalah hal yang mudah jika merupakan keinginan sendiri. Hal
itu didukung oleh Ajzen (David, dkk., 2000) yang menyatakan bahwa
keberhasilan dalam berhenti merokok ditentukan oleh besarnya niat
(intensi) untuk berhenti. Intensi merupakan prediktor terbaik dari perilaku
(Smet, 1994). Individu yang mempunyai intensi cenderung lebih nyaman,
lebih tertarik, bersemangat, dan mempunyai perasaan senang dalam
melakukan perilaku tertentu (David, dkk., 2000).
Dukungan sosial mempunyai peran penting untuk memberikan
efek yang positif secara psikologis. Dukungan sosial yang paling efektif
adalah dukungan sosial yang berasal dari pasangannya, khususnya pada
pria (House, Robbin, Metzner, & Wickrama dalam Taylor, 1999). Menurut
Sidney Cobb (Sarafino, 1990), orang dengan dukungan sosial percaya
bahwa mereka dicintai, diperhatikan, berharga, bernilai, dan merasa
merasa dicintai dan dihargai maka harga dirinya juga akan meningkat
(Antonia & Kerry, 2006; Wirawan, 1998).
Coopersmith (Prasetya, 2000) mengungkapkan bahwa harga diri
adalah evaluasi individu terhadap dirinya sendiri serta berdasarkan jumlah
penghargaan, penerimaan dan perlakuan orang lain yang diterima oleh
individu dalam interaksinya dengan lingkungan. Ia juga menambahkan
individu yang memiliki harga diri tinggi akan dapat mengontrol semua
tindakannya, memiliki orientasi yang realistis, serta mampu berperilaku
sesuai norma moral, etika, dan aturan.
Subyek yang mempunyai harga diri yang tinggi dapat mengontrol
semua tindakannya, memiliki orientasi yang realistis, serta mampu
berperilaku sesuai norma moral, etika, dan aturan. Ia dapat mengontrol
perilaku bahwa dia mampu berhenti merokok, memiliki orientasi yang
realistis terhadap rokok seperti berhenti merokok memberikan keuntungan,
dan berperilaku sesuai dengan norma, etika, ataupun aturan bahwa
pasangannya menginginkan agar ia berhenti merokok. Hal tersebut dapat
memperkuat intensi untuk berhenti merokok.
Dukungan sosial dari pasangan dapat berperan secara langsung
melalui perilaku modeling. Pasangan dapat mempengaruhi perokok untuk
berhenti merokok dengan berperilaku tidak merokok sehingga dapat
memperkuat intensi untuk berhenti merokok (Flay dalam Sarafino, 1994).
Faktor-faktor stress dan kecemasan yang dapat menghambat
sosial yang diberikan oleh pasangan. Menurut Fletcher dan Jones
(Winnubst, dkk., 1996), menemukan bahwa dukungan sosial dapat
berperan untuk mengatasi kecemasan. Smet (1994) menyebutkan bahwa
dukungan sosial menunjuk pada hubungan interpersonal yang mampu
melindungi diri dari konsekuensi negatif stress. Ia juga menambahkan
bahwa individu dengan dukungan sosial yang tinggi dapat memiliki
penghargaan diri yang lebih tinggi sehingga membuat mereka tidak begitu
mudah diserang oleh stress. Hal itu didukung oleh penelitian Winnubst,
dkk. (1996) yang menemukan bahwa dukungan sosial, khususnya dari
pasangan dapat menurunkan stress.
Dalam teori coping, dukungan sosial dilihat sebagai sumber coping
terhadap stress yang potensial (Winnubst, dkk. 1996). Oleh karena bisa
dikatakan bahwa dukungan sosial secara tidak langsung bisa memperkuat
intensi berhenti merokok karena dukungan sosial membuat individu
terlindungi dari stress sehingga perokok tidak perlu merokok lagi untuk
mengurangi stress. Senada dengan pernyataan Shiffman (David, dkk.,
2000) bahwa individu yang mempunyai cukup dukungan sosial cenderung
tidak merokok karena dukungan sosial bisa digunakan untuk coping
BAGAN 2
HUB
U
N
G
A
N
DU
KUN
G
AN SOSI
AL
PASAN
G
A
N
DEN
G
A
N
INTE
NSI B
E
RHENT
E. Hipotesis Penelitian
Ada hubungan positif antara dukungan sosial pasangan dan intensi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasional.
Penelitian korelasional bertujuan untuk melihat hubungan yang terjadi antara
variabel bebas dan variabel tergantung berdasarkan koefisien korelasi
(Nazir, 1999). Dalam penelitian ini, untuk melihat hubungan dukungan
sosial pasangan terhadap intensi berhenti merokok.
B. Subyek Penelitian
Subyek pada penelitian ini adalah perokok pria yang ingin berhenti
merokok, sudah menikah, pasangan wanita tidak merokok dan mempunyai
masalah dengan kebiasaan merokok pasangannya. Perokok adalah individu
yang dilaporkan merokok sekurang-kurangnya 1 batang dalam waktu 30 hari
(Slovic, 2001). Metode pemilihan subyek dengan jenis sampel purposive
sample. Kriteria subyek penelitian ini adalah :
1. Pasangan menikah berusia 25-30 tahun.
Pemilihan usia dilakukan mengingat laki-laki di usia tersebut memiliki
prevelansi perokok tertinggi (Rara, 2006).
2. Pasangan tersebut bertemu selama 14-15 jam dalam sehari.
Pembatasan ini dilakukan mengingat frekuensi bertemu akan
C. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 2 macam,
yaitu variabel bebas dan variabel tergantung.
1. Variabel Bebas : Dukungan sosial pasangan
2. Variabel Tergantung : Intensi atau niat berhenti merokok
D. Definisi Operasional
1. Intensi Berhenti Merokok
Intensi berhenti merokok adalah niat untuk berhenti merokok
yang ditentukan oleh sikap terhadap perilaku berhenti merokok, norma
subjektif yang berkaitan dengan perilaku merokok, dan kontrol
perilaku. Intensi berhenti merokok dilihat dari aspek sikap, norma
subjektif, dan kontrol perilaku.
Variabel tersebut akan diukur dengan skala Intensi Berhenti
Merokok. Interpretasi dilakukan berdasarkan skor total yang
menunjukkan tinggi rendahnya intensi atau niatan untuk berhenti
merokok. Semakin tinggi skor total yang diperoleh maka semakin
tinggi intensi untuk berhenti merokok. Semakin rendah skor total yang
diperoleh, semakin rendah intensi untuk berhenti merokok.
2. Dukungan Sosial Pasangan
Dukungan sosial pasangan adalah informasi, bantuan nyata,
pasangan yang menerimanya meyakini bahwa pasangannya
mencintainya, peduli padanya (dukungan emosional), menghormatinya
dan menghargainya (dukungan afirmatif) sehingga mempunyai
manfaat emosional atau efek perilaku bagi pasangan yang menerima.
Aspek yang digunakan peneliti untuk mengukur dukungan sosial
pasangan adalah dukungan emosional, dukungan penghargaan,
dukungan instrumental, dan dukungan informasi.
Variabel dukungan sosial pasangan akan diukur dengan skala
Dukungan Sosial Pasangan. Skor total yang diperoleh pada skala
Dukungan Sosial Pasangan menunjukkan tinggi rendahnya dukungan
sosial yang diterima subyek dari pasangan. Semakin tinggi skor total
yang diperoleh, semakin tinggi dukungan sosial yang diterima subyek
dari pasangannya. Semakin rendah skor total yang didapatkan maka
semakin rendah pula dukungan sosial yang diterima subyek dari
pasangannya.
E. Alat Pengumpulan Data
Dalam Penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan kuisioner
berskala. Pengumpulan data menggunakan dua skala, yaitu Skala Intensi
Berhenti Merokok dan Skala Dukungan Sosial Pasangan. Metode
penskalaan yang digunakan adalah metode summated rating dengan
menggunakan format skala likert 4 kategori jawaban, yaitu Sangat Setuju
Dalam proses penyekoran, untuk item favorabel jawaban Sangat
Setuju (SS) mempunyai skor 4, Setuju (S) mempunyai skor 3, Tidak Setuju
(TS) mempunyai skor 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) mempunyai skor 1.
Sedangkan untuk item unfavorabel Sangat Setuju (SS) mempunyai skor 1,
Setuju (S) mempunyai skor 2, Tidak Setuju (TS) mempunyai skor 3, dan
Sangat Tidak Setuju (STS) mempunyai skor 4.
a. Skala Intensi Berhenti Merokok
Skala Intensi Berhenti Merokok terdiri dari 90 item yang mengacu
pada 3 komponen, yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku.
Dibawah ini disajikan tabel distribusi item serta tabel contoh item.
Tabel 1. Distribusi Item Skala Intensi Berhenti Merokok
Item
No Komponen
Favorabel Unfavorabel
Jumlah
(Bobot)
1. Sikap 4,9,16,21,28,
30,34,48,54, 58,61,68,70, 73,85. 1,3,8,18,26, 33,37,42,46, 49,51,64,75, 77,83. 30 (33.33%)
2. Norma Subjektif 6,11,15,22,27,
35,40,43,53, 59,62,71,79, 84,87. 2,7,13,20,24 ,32,39,45,56 ,65,66,78,81 ,89,90. 30 (33.33%)
3. Kontrol Perilaku 5,14,17,25,29,
36,44,52,55, 57,69,72,74, 80,86. 10,12,19,23, 31,38,41,47, 50,60,63,67, 76,82,88. 30 (33.33%)
Tabel 2. Contah Item Skala Intensi Berhenti Merokok
Contoh Item
No Komponen
Favorabel Unfavorabel
1. Sikap 1.Saya merasa nafas saya lebih
segar ketika saya tidak
merokok.
2. Saya tahu sistem reproduksi
saya akan terganggu apabila
saya terus-terusan merokok
1.Saya merasa lidah saya
pahit apabila tidak
merokok.
2.Merokok membuat
saya lebih tenang
2. Norma
Subjektif
1.Orang lain akan melarang
ketika saya merokok di depan
umum.
2. Saya merasa merokok di
tempat umum adalah tindakan
yang tidak sopan.
1. Saya merasa diterima
oleh komunitas saya
ketika saya merokok.
2.Merokok di depan
umum membuat saya
lebih percaya diri.
3. Kontrol
Perilaku
1.Saya bisa menolak ketika
seseorang menawarkan rokok
pada saya.
2.Saya bisa mengendalikan diri
untuk tidak merokok
meskipun saya sedang
tertekan.
1.Saya sulit menolak
ketika saya ditawari
rokok oleh seseorang.
2.Saya ingin merokok
ketika
mengkhawatirkan
Skor total untuk intensi berhenti merokok adalah jumlah skor total
yang diperoleh subyek penelitian dalam menjawab Skala Intensi
Berhenti Merokok.
b. Skala Dukungan Sosial Pasangan
Skala Dukungan Sosial Pasangan terdiri dari 56 aitem yang
mengungkap aspek emosional, penghargaan, instrumental, dan
informasi. Dibawah ini disajikan tabel distribusi item serta tabel
contoh item.
Tabel 3. Distribusi Item Skala Dukungan Sosial Pasangan
Item
No Komponen
Favorabel Unfavorabel
Jumlah
(Bobot)
1. Dukungan Emosional 1,6,9,13,37,
39,40.
19,21,28,29,
34,36,46.
14
(25%)
2. Dukungan Penghargaan 7,23,38,41,
51,53,56.
20,30,31,33,
44,45,50.
14
(25%)
3. Dukungan Instrumental 2,8,12,24,
42,43,52.
5,16,17,18,
32,35,54.
14
(25%)
4. Dukungan Informasi 3,4,14,15,25
,26,27.
10,11,22,47,
48,49,55.
14
(25%)
Tabel 4. Contoh Item Skala Dukungan Sosial Pasangan
Contoh Item
No Komponen
Favorabel Unfavorabel
1. Dukungan
Emosional
1.Saya merasa tenang saat
pasangan saya ada.
2.Keberadaan pasangan
membuat saya merasa aman.
1.Saya tetap merasa kacau
meskipun pasangan berada
di samping saya.
2.Saya merasa jengkel
apabila pasangan saya
mendekati saya.
2. Dukungan
Penghargaan
1.Saya merasa bisa membuat
pasangan saya senang dengan
hasil kerja saya.
2.Pasangan saya merayakan
keberhasilan saya dengan
kejutan-kejutan kecil.
1.Saya merasa pasangan
saya kecewa dengan hasil
kerja saya.
2.Pasangan saya tidak
peduli dengan
keberhasilan saya.
3. Dukungan
Instrumental
1.Pasangan saya membantu
saya menyiapkan peralatan
kantor.
2.Disaat saya kesulitan
mengerjakan pekerjaan
kantor, pasangan saya dengan
senang hati membantu saya
1.Saya merapikan ruang
kerja saya sendirian
meskipun saat itu
pasangan saya ada.
2.Pasangan saya
membiarkan saya bekerja
larut malam meskipun dia
4. Dukungan
Informasi
1.Pasangan saya memberikan
saran ketika saya mengalami
kesulitan.
2.Saya merasa saran yang
diberikan oleh pasangan saya
bermanfaat untuk saya.
1.Pasangan saya tidak
memberikan masukan
ketika saya mengalami
kesulitan.
2.Saran yang diberikan oleh
pasangan saya tidak
berguna.
Skor total untuk dukungan sosial pasangan adalah jumlah skor total
yang diperoleh subyek penelitian dalam menjawab Skala Dukungan
Sosial Pasangan.
F. Prosedur Penelitian
Prosedur atau langkah-langkah yang diambil dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Membuat skala intensi berhenti merokok dan skala dukungan sosial
pasangan dan kemudian mengujicobakan pada kelompok subyek
ujicoba yang memiliki karakteristik sama dengan kelompok subyek
yang sesungguhnya. Data yang diperoleh dipergunakan untuk
melakukan uji kesahihan butir.
2. Melakukan uji validitas dan uji reliabilitas skala untuk mendapatkan
3. Menentukan subyek penelitian sesuai kriteria, yaitu pria perokok
berusia 25-30 tahun, sudah menikah dan bertemu dengan pasangannya
selama 14-15 jam dalam sehari, pasangan wanita tidak merokok dan
mempunyai masalah dengan kebiasaan merokok pasangannya. Peneliti
menggunakan metode wawancara baik kepada perokok maupun
pasangannya untuk mengetahui karakteristik tersebut.
4. Menganalisis data dengan uji statistik.
5. Membuat kesimpulan penelitian.
G. Pertanggungjawaban Mutu
1. Validitas
Validitas adalah sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu
alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Jenis validitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi
dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana item-item dalam tes
mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur atau
sejauhmana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur
(Azwar, 2004).
Validitas isi diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes oleh
professional judgement atau proses penilaian oleh orang yang
dianggap ahli yang menilai apakah item-item tersebut benar-benar
Professional judgement dalam penelitian ini adalah dosen
pembimbing.
2. Seleksi item
Seleksi item dilakukan setelah uji validitas isi. Seleksi ini
diambil dari data hasil uji coba item pada subyek yang memiliki
karakteristik setara dengan subyek yang akan diteliti. Item tersebut
dievaluasi dengan analisis butir dengan menggunakan parameter daya
beda item, yaitu korelasi item dengan item total yang bertujuan untuk
melihat sejauhmana item tesebut bisa membedakan antara individu
atau kelompok individu yang mempunyai dan tidak mempunyai atribut
yang hendak diukur (Azwar, 2004).
Pengujian daya beda item dilakukan dengan komputasi melalui
program analisis item SPSS 12. Subyek uji coba berjumlah 33 orang
yang masing-masing subyek diberikan 2 jenis skala, yaitu Skala Intensi
Berhenti Merokok dan Skala Dukungan Sosial Pasangan.
Dari hasil seleksi item tesebut untuk skala Intensi Berhenti
Merokok terdapat 25 item favorabel dan 30 item unfavorabel dengan
jumlah total 55, dari item-item tersebut dipilih item yang paling unggul
sehingga terdapat 21 item favorabel dan 24 item unfavorabel dengan
Tabel 5. Bentuk Final Skala Intensi Berhenti Merokok
Nomer Pernyataan No Aspek Intensi
Berhenti Merokok Favorabel Unfavorabel
Jumlah
1. Sikap 6 9 15
2. Norma Subjektif 8 7 15
3. Kontrol Perilaku 7 8 15
Total 21 24 45
Dan untuk Skala Dukungan Sosial Pasangan terdapat 28 item
favorabel dan 24 item unfavorabel dengan jumlah total 52, dari
item-item tersebut dipilih item-item yang paling unggul untuk setiap aspek
sehingga terdapat 25 item favorabel dan 19 item unfavorabel dengan
nilai korelasi item yang berkisar antara 0.281 sampai dengan 0.756.
Tabel 6. Bentuk Final Skala Dukungan Sosial Pasangan
Nomer Pernyataan No Aspek Intensi
Berhenti Merokok Favorabel Unfavorabel
Jumlah
1. Dukungan Emosional 6 5 11
2. Dukungan Penghargaan 6 5 11
3. Dukungan Instrumental 7 4 11
4. Dukungan Informasi 6 5 11
3. Reliabilitas
Selain uji validitas, alat ukur dalam penelitian ini juga akan
diuji reliabilitasnya. Reliabilitas yang dimaksudkan adalah keajegan,
keterandalan, atau kestabilan dari suatu alat ukur. Konsep dari
reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya
(Azwar, 2004).
Berdasarkan hasil penghitungan statistik menggunakan
program SPSS 12, untuk skala Intensi Berhenti Merokok
menghasilkan koefisien alpha sebesar 0.947 dan untuk skala Dukungan
Sosial Pasangan menghasilkan koefisien alpha sebesar 0.961. Hasil
koefisien tersebut dinyatakan reliabel karena mendekati koefisien 1.00
sehingga dapat diandalkan untuk tujuan pengambilan data penelitian.
H. Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk menyederhanakan data ke dalam
bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Peneliti
menganalisa data menggunakan teknik korelasi Pearson Product
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Deskripsi Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah laki-laki perokok yang ingin berhenti
merokok tetapi kesulitan untuk berhenti, sudah menikah, dan berumur
25-30 tahun. Subyek bertemu dengan dengan pasangannya selama
14-15 jam dalam sehari. Pasangan wanita mempunyai masalah dengan
kebiasaan merokok pasangannya. Lamanya pernikahan subyek
beragam antara 1 tahun sampai dengan 6 tahun. Peneliti menyebarkan
skala penelitian sebanyak 68 skala dan hanya 60 skala yang kembali
serta diisi dengan lengkap.
2. Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data penelitian dilakukan untuk mengetahui deskripsi
umum setiap variabel penelitian dengan melakukan pembandingan
antara keadaan hipotetik (kemungkinan terjadi) dan empirik (data
penelitian). Peneliti membedakan rerata empirik dan hipotetik dengan
Tabel 7. Deskripsi Data Penelitian
Skor Hipotetik Skor Empirik
Variabel
X
min X
max
Rerata X
min X
max
Rerata
t p Mean
Difference
Dukungan
Sosial
Pasangan
44 176 110 106 170 141.35 20.180 0.000 31.350
Intensi
Berhenti
Merokok
45 180 112.5 101 167 128.88 9.287 0.000 16.383
Pada variabel dukungan sosial pasangan didapatkan hasil
analisis one sample T test p<0.01, yang berarti dukungan sosial yang
diperoleh subyek penelitian secara umum signifikan tinggi. Sedangkan
pada variabel intensi berhenti merokok menunjukkan p<0.01. Hal ini
berarti secara umum subyek penelitian memiliki intensi atau niat yang
signifikan tinggi untuk berhenti merokok.
B. Hasil Penelitian
Untuk memperoleh kesimpulan yang tidak menyimpang dari
tujuan penelitian maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi data penelitian
yang meliputi uji normalitas sebaran dan linearitas hubungan sebagai syarat
1. Uji Asumsi Data Penelitian
a. Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi
pengambilan sampel dan distribusi sebaran skor mengikuti
distribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan program SPSS
12 for windows dengan one sample Kolmogorov-Smirnov (uji
K-S). Bila p>0.05 berarti distribusi data penelitian berdistribusi
normal, sebaliknya bila p< 0.05 berarti distribusi data tidak normal.
Hasil uji normalitas menunjukkan koefisien dukungan sosial
pasangan sebesar 0.783 dengan p = 0.571 (p > 0.05). Sementara
untuk intensi berhenti merokok menunjukkan koefisien sebesar
0.683 dengan p = 0.740 (p > 0.05).
Tabel 8. Hasil Uji Normalitas
Variabel Nilai K-SZ p>0.05 Keterangan
Dukungan Sosial
Pasangan
0.783 0.571 Normal
Intensi Berhenti
Merokok
0.683 0.740 Normal
p = 1 ekor
b. Uji linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi
yang linear antara variabel intensi berhenti merokok dan variabel
dukungan sosial pasangan. Hubungan dinyatakan linear apabila
memenuhi nilai taraf signifikasi linearitas lebih kecil dari 0.05
for windows. Hasil uji linearitas antara dukungan sosial pasangan
dengan intensi berhenti merokok menunjukkan F sebesar 28.669
dengan p = 0.000 sehingga hubungan antara keduanya bersifat
linear.
Tabel 9. Hasil Uji Linearitas
Variabel F P P Keterangan
Dukungan sosial
pasangan*Intensi
berhenti merokok
28.669 0.000 <0.05 Linear
2. Pengujian Hipotesis Penelitian
Hasil uji hipotesis (1 ekor) menunjukkan r = 0.563 dengan p =
0.000 ( p< 0.01) sehingga korelasi dinyatakan signifikan untuk taraf
signifikasi 1%. Nilai positif menunjukkan hubungan yang positif,
artinya semakin tinggi dukungan sosial dari pasangan semakin tinggi
pula intensi atau niat untuk berhenti merokok.
Dalam penelitian ini nilai koefisien determinasi (r2) dalam hubungan antara variabel-variabel penelitian diatas juga
diperhitungkan. Nilai koefisien determinasi menunjukkan sumbangan
efektif pengaruh variabel bebas terhadap tergantung. Besar koefisien
determinasi hubungan antara dukungan sosial pasangan dengan intensi
berhenti merokok adalah r2 = 0.317. Hal ini berarti dukungan sosial pasangan memberikan sumbangan efektif sebesar 31.7% terhadap
C. Hasil Penelitian Tambahan
Hasil penelitian tambahan ini bertujuan untuk memperkaya hasil
penelitian dengan menunjukkan hubungan antara aspek-aspek dukungan
sosial dengan variabel intensi berhenti merokok sehingga diperoleh
pengetahuan aspek manakah pada dukungan sosial yang mempunyai
pengaruh yang besar untuk meningkatkan intensi berhenti merokok.
Sebelum dilakukan uji korelasi antara aspek-aspek dukungan sosial
pasangan dengan intensi berhenti merokok terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas dan uji linearitas. Berikut ini hasil uji normalitas dan uji
linearitas.
Tabel 10. Hasil Uji Normalitas Aspek Dukungan Sosial Pasangan
Aspek Nilai K-SZ p>0.05 Keterangan
D. Emosional 0.852 0.231 Normal
D. Penghargaan 1.101 0.08 Normal
D. Informasi 0.991 0.139 Normal
D. Instrumental 0.936 0.172 Normal
Tabel 11. Hasil Uji Linearitas Aspek Dukungan Sosial Pasangan
Variabel F P P Keterangan
D. Emosional*Intensi 12.806 0.001 p<0.05 Linear
D. Penghargaan*Intensi 23.499 0.000 p<0.05 Linear
D. Informasi*Intensi 25.157 0.000 p<0.05 Linear
D. Instrumental*Intensi 20.102 0.000 p<0.05 Linear
Hasil uji korelasi antara aspek-aspek dukungan sosial pasangan
yaitu : dukungan informasi, dukungan penghargaan, dukungan instrumental,
dan dukungan emosional. Dukungan informasi mempunyai korelasi sebesar
0.548, p = 0.000. Dukungan informasi memberikan sumbangan efektif untuk
meningkatnya intensi berhenti merokok sebesar 30%. Dukungan
penghargaan mempunyai korelasi dengan intensi berhenti merokok sebesar
0.514, p = 0.000 dan memberikan sumbangan efektif sebesar 26.4%.
Hubungan antara dukungan instrumental dengan intensi berhenti merokok
menunjukkan korelasi sebesar 0.493, p = 0.000. Sumbangan efektif yang
diberikan dukungan instrumental untuk meningkatnya intensi berhenti
merokok adalah 24.3%. Korelasi dukungan emosional dengan intensi
berhenti merokok sebesar 0.378, p = 0.01. Pengaruh dukungan emosional
terhadap meningkatnya intensi berhenti merokok memberikan sumbangan
efektif sebesar 14.3 %.
Tabel 12. Hasil Uji Korelasi Aspek Dukungan Sosial Pasangan
Intensi Berhenti Merokok Variabel
r p
D. Informasi 0.548 0.000
D. Penghargaan 0.514 0.000
D. Instrumental 0.493 0.000
D. Emosional 0.378 0.001
D. Pembahasan
Hasil analisis hipotesis (one-tailed) menunjukkan koefisien
korelasi Pearson (rxy) sebesar 0.563 dan korelasi dinyatakan signifikan
koefisien korelasi (r) menunjukkan arah hubungan positif. Hal ini berarti
semakin tinggi dukungan sosial dari pasangan semakin tinggi pula intensi
atau niat untuk berhenti merokok.
Hasil penelitian ini didukung oleh Colletti & Brownell (Sarafino,
1994) yang menyatakan bahwa dukungan sosial bisa membantu individu
untuk menguatkan niat berhenti merokok sehingga tidak ada keinginan
untuk merokok kembali. Nides (Taylor, 1999) juga mengatakan bahwa
dukungan sosial adalah faktor yang paling kuat untuk berhenti merokok dan
mencegah perokok kembali merokok. Pernyataan itu diperkuat oleh Cohen
(Taylor, 1999) bahwa berhenti merokok adalah hal yang mudah jika
merupakan keinginan sendiri dan mendapatkan dukungan sosial. Intensi atau
niat juga merupakan hal yang penting untuk berhenti merokok. Pernyataan
ini didukung oleh Sheridan & Radmacher (1992) yang menyatakan bahwa
perokok yang berhenti karena keinginan atau niatnya sendiri untuk berhenti
merokok lebih sukses daripada perokok yang mengikuti program-program
formal.
Dukungan sosial yang paling efektif adalah dukungan sosial yang
berasal dari pasangannya, khususnya pada pria (House, Robbin, Metzner, &
Wickrama dalam Taylor, 1999). Dukungan sosial bisa bekerja dengan 2
cara, yang pertama dukungan sosial yang tinggi bisa mencegah individu
untuk merokok kembali dengan cara melawan stress (Colletti & Brownell,
dalam Sarafino, 1994). Penelitian menemukan bahwa dukungan sosial bisa
Sarafino, 1994). Caplan, Cobb, French, & Lichtenstein (Sarafino, 1994)
menyatakan faktor penting yang membuat perokok kesulitan untuk berhenti
merokok secara permanen adalah stress (Caplan, Cobb, French, &
Lichtenstein, dalam Sarafino, 1994). Selain itu, kecemasan atau frustasi juga
membuat perokok kesulitan untuk berhenti merokok secara permanen
(Shiffman dalam Sarafino, 1994). Cara yang kedua, dukungan sosial bisa
membuat perokok benar-benar berhenti merokok secara langsung, yaitu
dengan dorongan dari orang-orang terdekat dengan perokok atau bisa
disebut “buddy system” (Colletti & Brownell, dalam Sarafino, 1994).
Pasangan dapat dikategorikan sebagai orang terdekat perokok selain
keluarga dan sahabat. Penggunaan “buddy system” atau dukungan sosial dari
orang-orang terdekat untuk membuat perokok berhenti merokok didukung
oleh Glasgow, Klesges, Mizes, & Pechacek (Sarafino, 1994).
Besarnya koefisien determinasi hubungan antara dukungan sosial
pasangan terhadap intensi berhenti merokok adalah r2 = 0.317. Hal ini berarti dukungan sosial dari pasangan memberikan sumbangan efektif sebesar
31.7% terhadap intensi atau niat untuk berhenti merokok sedangkan 68.3%
merupakan sumbangan faktor-faktor lain diluar dukungan sosial dari
pasangan. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan sosial dari pasangan dapat
mempengaruhi intensi atau niat untuk berhenti merokok. Akan tetapi ada
faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi intensi atau niat untuk berhenti
merokok. Faktor penyakit memberikan sumbangan efektif sebesar 30%
petunjuk atau informasi tentang rokok memberikan pengaruh sebesar 35%
terhadap intensi berhenti merokok (Ho, 2000). Efikasi diri memberikan
pengaruh terhadap intensi berhenti merokok sebesar 41.4% (Verawati &
Astuti, 2003). Latar belakang tingkat ketergantungan terhadap rokok, tingkat
ketergantungan terhadap alkohol, dan religiusitas atau keyakinan terhadap
agama yang dianutnya memberikan pengaruh sebesar 24% terhadap intensi
berhenti merokok (Holm, 2003).
Pengaruh dukungan sosial secara langsung dari orang terdekat,
yaitu pasangan untuk membantu meningkatkan intensi untuk berhenti
merokok bisa melalui dukungan informasi, dukungan penghargaan,
dukungan instrumental, dan dukungan emosional.
1. Dukungan Informasi
Pasangan memberikan informasi mengenai efek jangka panjang
dan jangka pendek pada kesehatan, serta konsekuensi atau akibat dari
rokok (Flay dalam Sarafino, 1994). Informasi ini bisa membantu
perokok untuk menentukan sikapnya terhadap rokok bahwa rokok
lebih banyak merugikan daripada menguntungkan sehingga intensi
berhenti merokok meningkat. Selain itu, pasangan bisa memberikan
informasi dan masukan sehingga bisa membantu pasangan perokok
untuk mengenali dan menyelesaikan masalahnya (Sheridan &
Radmacher, 1992). Hal ini bisa membantu mengurangi stress atau
kecemasan dalam menghadapi masalah sehingga perokok tidak perlu
Aspek dukungan sosial informasi mempunyai pengaruh yang
paling besar terhadap meningkatnya intensi berhenti merokok
kemungkinan disebabkan karena informasi bisa diberikan secara
langsung. Hal ini membantu perokok dalam menentukan sikapnya
terhadap rokok setelah diperoleh informasi bahwa merokok lebih
banyak merugikan daripada menguntungkan sehingga intensi berhenti
merokok bisa meningkat. Selain itu, dukungan informasi akan lebih
mudah dimengerti karena diinformasikan secara jelas.
2. Dukungan Penghargaan
Dukungan penghargaan yang diberikan pasangan membuat
perokok merasa berharga atas diri sendiri, kompetensi, dan perasaan
bernilai (Stroebe dalam Antonia, dkk., 2006). Hal itu akan
menyumbang meningkatnya harga diri. Coopersmith (Prasetya, 2000)
menyatakan individu yang memiliki harga diri tinggi akan dapat
mengontrol semua tindakannya, memiliki orientasi yang realistis, serta
mampu berperilaku sesuai norma moral, etika dan aturan yang berlaku
di masyarakat. Kontrol terhadap tindakan, orientasi yang realistis, dan
berperilaku sesuai dengan norma membuat perokok memiliki intensi
yang tinggi untuk berhenti merokok.
Dukungan sosial penghargaan mempunyai pengaruh kedua
setelah dukungan sosial informasi. Hal ini kemungkinan disebabkan
dukungan penghargaan memberikan pengaruh yang cukup besar pada
seperti dukungan sosial informasi, dukungan sosial penghargaan ini
tidak setiap saat bisa diberikan karena akan terkesan terlalu
menyanjung.
3. Dukungan Instrumental
Pasangan bisa membantu mengurangi stress dengan
menyempatkan waktu untuk memberikan hiburan dan relaksasi bagi
pasangan yang merokok sehingga tidak terpikirkan untuk merokok
pada saat stress (Cohen & Wilis dalam Sheridan & Radmacher, 1992).
Pengaruh dukungan sosial instrumental terhadap intensi
berhenti merokok berada di urutan ketiga. Seperti halnya dukungan
penghargaan, dukungan instrumental ini sifatnya lebih situasional dan
pengaruh terhadap meningkatnya intensi berhenti merokok tidak secara
langsung.
4. Dukungan Emosional
Dukungan emosional merupakan penerimaan empati,
kepedulian, cinta, dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan
sehingga menimbulkan kenyamanan (Stroebe dalam Antonia, dkk.,
2006). Alasan perokok untuk merokok adalah untuk menghilangkan
atau menghindar dari situasi yang tidak nyaman (David, dkk., 2000).
Dengan adanya dukungan emosional perokok bisa merasa nyaman
sehingga tidak memerlukan rokok lagi. Bisa dikatakan intensi untuk
Dukungan Emosional ini memberikan pengaruh yang paling
kecil terhadap intensi berhenti merokok. Selain karena tidak secara
langsung bisa meningkatkan intensi berhenti merokok, kemungkinan
juga karena dukungan sosial emosional sulit diberikan. Pasangan harus
bisa mengerti dan memahami subyek secara emosional sehingga
membuat subyek merasa nyaman dan tidak memikirkan untuk
merokok lagi. Hal ini membuat pasangan harus lebih peka terhadap
keadaan subyek dan merasakan apa yang dirasakan subyek.
Pengaruh dukungan informasi yang cukup besar terhadap
meningkatnya intensi berhenti merokok bisa memberikan masukan pada
pasangan untuk memberikan dukungan sosial informasi lebih sering. Selain
mudah dimengerti oleh perokok yang ingin berhenti merokok, dukungan
sosial informasi juga mempunyai pengaruh secara langsung dalam
meningkatkan intensi berhenti merokok. Dukungan sosial informasi juga
bisa mengurangi stress dengan membantu subyek mengatasi masalah
sehingga tidak perlu merokok lagi.
Dukungan sosial juga bisa berpengaruh secara langsung melalui
modeling. Pasangan bisa memberikan contoh untuk tidak merokok atau
menolak secara halus ketika seseorang menawarkan rokok (Flay dalam
Sarafino, 1994) sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan intensi
berhenti merokok.
Hasil penelitian ini terbukti pada subyek yang mempunyai usia
tersebut subyek penelitian berada di masa awal dewasa. Masa awal dewasa
adalah periode perkembangan yang bermula pada akhir usia belasan tahun
atau duapuluhan awal dan yang berakhir pada usia tigapuluh tahun
(Santrock, 1995). Menurut Erikson (Santrock, 1995), pada tahun-tahun awal
masa dewasa individu menghadapi tugas perkembangan pembentukan relasi
intim dengan orang lain. Pada masa inilah peran pasangan menjadi sangat
penting, pasangan bisa menjalin relasi yang intim dengan perokok yang
ingin berhenti merokok dengan memberikan dukungan sosial yang sesuai.
Hal ini bisa menghindarkan subyek pada rasa isolasi yang mungkin terjadi
juga stress yang mungkin menyertai perasaan terisolasi sehingga intensi
untuk berhenti merokok semakin meningkat.
Melihat cukup besarnya pengaruh dukungan sosial dari pasangan
terhadap intensi atau niat untuk berhenti merokok tidak ada salahnya bagi
pasangan yang suaminya merokok untuk memberikan dukungan sosial pada
pasangan perokok sehingga perokok bisa mempunyai intensi atau niat yang
tinggi untuk berhenti merokok. Dengan adanya intensi yang tinggi, perilaku
berhenti merokok bisa terwujud dan pola hidup sehat tanpa rokok bisa
diterapkan. Cohen, Katz, Schacter (Bishop, 1994) mengatakan faktor yang
berhubungan dalam suksesnya berhenti mer