• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang mempermudah atau predisposisi terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat, adalah pengetahuan dan sikap seseorang atau masyarakat tersebut terhadap apa yang akan dilakukan. Misalnya perilaku lansia ke kunjungan posyandu lansia akan dipermudah apabila lansia tersebut tahu apa manfaatkunjungan ke posyandu lansia ke kesehatannya, tahu siapa dan bagaimana cara menjaga kesehatannya.

Demikian juga, perilaku tersebut akan dipermudah bila lansia yang bersangkutan mempunyai sikap yang positif tehadap kesehatannya. Disamping itu

kepercayaan, tradisi, sistem, nilai dimasyarakat setempat juga mempermudah (positif) atau mempersulit (negatif) terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat.

2.3.1 Predisposisi (Pengetahuan, Sikap)

1. Pengetahuan

Menurut Mubarak (2011) pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan pancaindranya.Pengetahuan sangat berbeda dengan kepercayaan (beliefs), takhyul (superstition), dan penerangan-penerangan yang keliru (misinformation).Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berdasarkan pengalaman yang didapat oleh setiap manusia.

Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003) adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pengetahunnya. Namun tidak mutlak pendidikan rendah pengetahuan juga rendah, karena seseorang yang pendidkkannya rendah mendapatkan pengetahuan dari pendidikan non formal.

Pengetahuan tidak mutlak di dapat dari pendidikan formal dapat juga dari pendidikn non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif, kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yng diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu.

2. Sikap(Attitude)

Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulis atau objek. Menurut Thomas dan Znanekci (1920), dalam Wawan dan Dewi (2010) menegaskan sikap adalah predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu, sehingga sikap bukan hanya kondisi internal psikologis yang murni dari individu (purely psychic inner state) , tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya individual. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata, hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain :

a. Sikap akan terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu

b. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada pengalaman orang lain

c. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan berdasarkan banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang

d. Nilai

e. Orang penting sebagai referensi

f. Sumber-sumber daya, mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya. g. Perilaku normal, kebiasaan dan penggunaan sumber-sumber didalam suatu

masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang ada pada umumnya disebut kebudayaan.

Bagaian lain Allport, 1954 dalam Notoatmodjo, (2002) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 (tiga) komponen pokok :

1. Kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu objek 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek 3. Kecenderungan untuk bertindak (tren to behave)

Menurut Azwar 2005 dalam Wawan dan Dewi (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap obyek sikap antara lain :

1. Pengalaman pribadi : untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat, karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting : pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orangyang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dengan keinginan untuk menghindari komplik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

3. Pengaruh kebudayaan : tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya

4. Media Massa : dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disamakan secara obyektif

cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama : konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut menpengaruhi sikap.

6. Faktor emosional : kadang, suatu bentuk sikap merupakan pertanyaan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

Menurut Katz dalan Secord dan Bacman (1964) yang dikuti dalam Wawan dan Dewi (2010) sikap mempunyai 4 fungsi yaitu :

1. Fungsi instrumental atau fungsi penyesuaian, atau fungsi manfaat :

Fungsi ini berkaitan dengan sarana – tujuan.Sikap disini merupakan sarana mencapai tujuan. Orang memandang sejauh mana obyek sikap dapat digunakan sebagai sarana atau sebagai alat dalam rangka mencapai tujuannya, maka orang akan bersikap positif terhadap obyek tersebut, demikian sebaliknya bila obyek sikap menghambat dalam pencapaian tujuan, maka orang akan bersikap negatif terhadap obyek sikap yang bersangkutan, karena itu fungsi ini juga disebut fungsi manfaat (utility), yaitu sampai sejauh mana obyek sikap dalam rangka pencapaian tujuan. Fungsi ini juga disebut sebagai fungsi penyesuaian karena dengan sikap yang diambil oleh seseorang akan dapat menyesuaikan diri dengan secara baik terhadap sekitarnya, misalnya orang yang mempunyai sikap anti kemewahan,

karena dengan sikap tersebut orang yang bersangkutan mudah diterima oleh kelompoknya, karena ia tergabung dalam kelompok yang anti kemewahan.

2. Fungsi pertahanan ego

Ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk mempertahankan ego atau akunya.Sikap ini diambil oleh seseorang pada waktu orang yang bersangkutan terancam keadaan dirinya atau egonya.Demi untuk mempertahankan egonya, orang yang bersangkutan mengambil sikap tertentu untuk mempertahankan egonya.

3. Fungsi ekspresi nilai

Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalanbagi individu untuk mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya. Dengan mengekspresikan diri seseorang akan mendapatkan kepuasan kepada dirinya. Dengan individu mengambil sikap tertentu terhadap nilai tertentu, ia menggambarkan keadaan sistem nilai yang ada pada individu bersangkutan. Sistem nilai apa yang ada pada diri individu dapat dilihat dari nilai yang diambil oleh individu yang bersangkutan terhadapnilai tertentu.

4. Fungsi pengetahuan

Individu mempunyai dorongan ingin mengerti, denganpengalaman-pengalaman untuk memperoleh pengetahuan. Elemen-elemen dari pengalamannya adalah tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu, akan disusun kembali atau diubah sedemikian rupa hingga menjadi konsisten. Ini berarti bila seseorang

mempunyai sikap tertentu terhadap suatu obyek, menunjukkan tentang pengetahuan orang tersebut terhadap obyek sikap yang bersangkutan.

5. Kepercayaan/budaya

Menurut Suliha (2002) yang dikutip Masbiran (2010), kepercayaan di masyarakat sangat mempengaruhi tingkah laku kesehatan. Beberapa pandangan yang berasal dari kepercayaan atau agama tertentu kadang-kadang memberi pengaruh yang negatif terhadap program pendidikan kesehatan.Kepercayaan seringdiperoleh dari orang tua,kakek atau nenek.Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adapembuktiannya terlebih dahulu (Notoatmodjo, 2002).Hubungan antara situasi sosial budaya dengan status kesehatan masyarakat menyangkut tiga hal yaitu : status sosial berpengaruh terhadap status kesehatan, karakteristik status sosial berpengaruh terhadap akses pelayanan kesehatan dan norma dan nilai-nilai budaya berpengaruh terhadap perilaku kesehatan masyarakat. 6. Nilai

Nilai adalah keyakinan seseorang tentang sesuatu yang berharga, kebenaran, keyakinan mengenai ide-ide, obyek atau perilaku. Nilai budaya adalah suatu yang dianggap berharga atau keyakinan yang dipegang sedemikian rupa oleh seseorang sesuai dengan tuntutan naluri.Nilai tersebut dijadikan landasan, alasan dan motivasi dalam perbuatannya (Mubarak, 2011).Nilai dalam suatu masyarakat apa pun selalu nilai-nilai yang menjadi pegangan setiap orang dalam menyeleggarakan hidup bermasyarakat, misalnya : gotong royong adalah suatu nilai yang selalu hidup dimasyarakat (Notoatmodjo, 2002).

2.3.2. Pendukung (Enabling)

Faktor pemungkin atau pendukung (enabling factor)perilaku kunjungan lansia ke posyandu adalah fasilitas, sarana atau prasarana yang mendukung terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat.Pengetahuan dan sikap saja belum menjamin terjadinya perilaku, disamping itu diperlukan adanya sarana atau fasilitas untuk memungkinkan atau mendukung perilaku tersebut. Segi kesehatan masyarakat, agar masyarakat mempunyai perilaku sehat harus terakses (terjangkau) sarana dan prasarana atau asilitas kesehatan,misalnya untuk terjadinya perilaku lansia yang selalu menjaga agar tetap sehat,makaperlu dilakukan kunjungan keposyandu lansia.

Menurut Notoatmodjo (2005), hambatan yang paling besar dirasakan dalam mewujudkan perilaku hidup sehat yaitu faktor pendukung. Menurut Bank Dunia hambatan utama yang dihadapi oleh masyarakat sosial ekonomi rendah untuk memperoleh pelayanan kesehatan adalah kurangnya infrastruktur fisik.Hal ini masih dialami di Negara yang sedang berkembang, yang menunjukkan ketidak adilan yang besar dalam distribusi petugas dan fasilitas kesehatan yng memadai, serta infrastrusktur komunikasi dan transportasi yng belum dikembangkan secara memadai.

Sumber kesehatan secara tidak proporsional lebih banyak dimanfaatkan untuk daerah perkotaan dibandingkan pelayanan primer dipedesaan, sehingga yang terjadi adalah ketidakadilan pelayanan di daerah perkotaan dan pedesaan.Jarak membatasi kemampuan dan kemauan lansia untuk mencari pelayanan, terutama jika

sarana transportasi yang tersedia terbatas, komunikasi sulit dan didaerah tersebut tidak tersedia tempat pelayanan.

Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di kelompok usia lanjut, dibutuhkan saranadan prasarana penunjang yaitu :

1. Tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka 2. Meja dan kursi

3. Alat tulis

4. Buku pencatatan kegiatan (buku regetrasi bantu)

5. Kit lansia yang berisi : timbangan dewasa, meteran, pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensimeter, peralatan laboratorium sederhana, thermometer.

6. Kartu menuju sehat (KMS) lansia

7. Buku pedoman pemeliharaan kesehatan (BPPK) Lanisa (Depkes RI, 2003).

2.3.3. Penguat (Renforcing Faktor)

Pengetahuan, sikap dan fasilitas yang tersedia kadang-kadang belum menjamin terjadinya perilaku. Sering terjadi, bahwa individu/keluarga sudah tahu manfaat dari melakukan kunjungan ke posyandu lansia dan sarana prasarana mendukung, tapi tidak melakukannya karena alasan yang sederhana, misalnya orang yang disegani didalam masyarakat belum memanfaatkan posyandu lansia dengan maksimal.

1. Perilaku tenaga kesehatan

Perilaku dari segi biologis, adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (mahluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu,dari sudut pandang biologis semau

mahluk hidup mulai dari tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Jadi perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.Skiner (1938) seorang ahli psikologis dalam Alin (2009), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar)

2. Dukungan pemerintah

Salah satu gerakan organisasi yang telah ada dan diakui manfaatnya bagi masyarakat, terutama dalam upaya meningkatkan keberdayaan dan kesejahtraan keluarga adalah Pemberdayaan dan Kesejahteran Keluarga (PKK). Selain ekonomi atau pendapatan keluarga, yang tak kalah penting diberdayakan dalam PKK adalah peningkatan kesehatan dan spritual.

Peran PKK diharapkan dapat mengugah masyarakat agar termotivasi untuk selalu dinamis, mau mengubah keadaan kepada yang lebih maju lagi. Seperti dalam hal upaya peningkatan kesejahtraan keluarga. Dasawisma sebagai kelompok terkecil dari kelompok-kelompok PKK memiliki peran strategis mewujudkan sejahtera (Syahlan, 1996).

3. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga didefenisikan oleh Gottlieb (1983) dalam Zainudin (2002) yang dikutip oleh Nasution (2013) yaitu informasi verbal, sasaran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek didalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dalam hal yang

dapat memberikan keuntungan emosional atau pengaruh pada tingkah lalu penerimaannya.Keluarga merupakan unit terkecil dalam manyarakat namun keberadaannya sangat penting untuk mengayomi dan melindungi para lanjut usia. Lansia akan merasa aman dan tentram bila berada didalam lingkungan keluarga yang masih mau memberikan perhatian dan dukungan para lansia dalam menjalani sisa hidupnya (Depkes RI,2006).

Dalam melakukan perawatan terhadap lansia, setiap keluarga memiliki peran yang sangat penting, diantaranya adalah :

1. Melakukan pembicaraan terarah 2. Mempertahankan kehangatan keluarga 3. Membantu menyiapkan makanan bagi lansia 4. Membantu dalam hal transportasi

5. Membantu dalam hal sumber-sumber keuangan

6. Memberikan kasih sanyang, menghormati dan menghargai 7. Bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku lansia 8. Menyedikan waktu dan perhatian

9. Jangan menganggapnya sebagai beban

10.Memberikan kesempatan untuk tinggal bersama

11.Memintanya nasehat dalam peristiwa-peristiwa penting 12.Mengajaknya dalam acara-acara keluarga

13.Membantu mencukupi kebutuhannya

15.Membantu mengatur keuangan

16.Mengupayakan sarana transportasi untuk kegiatan mereka 17.Memeriksa kesehatan secara teratur

18.Memberikan dorongan untuk tetap hidup dan sehat

19.Mencegah terjadinya kecelakaan baik dirumah maupun diluar rumah 20.Pemeliharaan kesehatan lansia tanggung jawab beersama

21.Memberikan kasih perhatian yang baik pada orang tua yang sudah lanjut (Maryam dkk, 2008)

Bentuk dukungan keluarga

a. Dukungan emosional (Emosional Support)

Keluarga sebagai sebuah tempat yang nyaman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi (Marlyn, 1998 dalam Wadyawati, 2005)

b. Dukungan penghargaan (Apprasial Assistence)

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menangani pemecahan masalah.

c. Dukungan materi (Tangibile Assistence)

Keluarga merrupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, mencakup bantuan langsung seperti dalam bentuk uang,peralatan, waktu, modifikasi lingkungan maupun menolong dengan pekerjaan waktu mengalami sterss.

d. Dukungan Informasi (Informasi Support)

Bentuk dukungan keluarga yang diberikan oleh keluarga adalah dorongan semangat,pemberian nasehat atau mengawasi tentang pola makanan sehari-hari dan pengobatan. Dukungan keluarga juga merupakan perasaan individu yang mendapat perhatian, disayangi, dan termasuk bagian dari masyarakat (Yanuasti,2001).

Dokumen terkait