• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Preformulasi Bahan Sediaan Krim

Natrium Lauril Sulfat (NLS) berbentuk serbuk putih, berbusa lembut, banyak dan tebal, merupakan surfaktan yang larut dalam air, berkinerja baik dan kuat membersihkan kotoran dan minyak, menghasilkan sediaan dengan warna yang baik tetapi memiliki kekurangan jika digunakan dalam konsentrasi

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tinggi dapat menyebabkan iritasi kulit. NLS merupakan tipe surfaktan anionik (Paye dkk., 2006).

NLS memiliki panjang rantai karbon 12, Surfaktan ini kurang ditoleransi oleh kulit ketika panjang rantai meningkat, yaitu antara C14 sampai C18, penetrasi melalui stratum korneum, potensi iritasi, dan kapasitas busa menjadi menurun. Lauril sulfat tersedia dalam bentuk berbagai garam, diantaranya: Natrium Lauril Sulfat (NLS), Amonium Lauril Sulfat (ALS), Magnesium Lauril Sulfat [Mg (LS)2] dan Trietanolamin Lauril Sulfat (TEALS). Toleransi lauril sulfat terhadap kulit berturut-turut sebagai berikut: Mg (LS)2> TEALS > NLS > ALS (Paye dkk., 2006).

Gambar 2.2 Struktur Natrium Lauril Sulfat [Sumber : Rowe, Sheskey & Quinn, 2009]

2.3.2 Setil Alkohol

Setil alkohol terutama terdiri dari campuran dari alkohol alifatik padat. Setil alkohol memiliki nama kimia hexadecane-1-ol dengan rumus kimia C16H34O dan memiliki berat molekul 242,44. Setil alkohol memiliki titik didih 316 - 344,344 untuk material murni, titik leleh 45 - 52,49° C untuk material murni. Setil alkohol merupakan suatu serpihan putih, bergranul bentuk dadu, lunak, berbau samar khas dan memiliki rasa hambar (Unvala, 2009).

Setil alkohol merupakan alkohol lemak yang berbentuk serpihan licin, granul, atau kubus yang mengandung susunan kelompok hidroksil. Setil alkohol banyak digunakan sebagai bahan pengemulsi dan pengeras dalam sediaan krim. Titik leleh dari setil alkohol sebesar 45° - 52º C. Bahan ini sangat mudah larut dalam etanol 95% dan eter serta tidak larut dalam air. Kelarutan akan meningkat bila suhunya dinaikkan. Konsentrasi umum digunakan sebagai pengeras adalah 2-10% dan sebagai bahan pengemulsi maupun emolien adalah 2-5%.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 2.3 Struktur Setil Alkohol

[Sumber : Rowe, Sheskey & Quinn, 2009]

2.3.3 Propilen Glikol

Propilen glikol atau 1,2-dihidroksipropane; E1520; 2-hidroksi propanol; metil etilen glikol; metil glikol; propan-1,2-diol; propilenglikolum dengan rumus kimia C3H8O2 dan struktur dapat dilihat pada gambar 2.7, memiliki fungsi sebagai pengawet antimikroba, disinfektan, humektan,

plasticizer, pelarut, dan kosolven yang bercampur dengan air. Pada

konsentrasi sekitar 15%, propilen glikol berfungsi sebagai humektan (Rowe, Sheskey & Quinn, 2009) yang digunakan untuk mencegah kekeringan pada produk setelah diaplikasikan ke kulit (Aulton, 2002). Selain itu, propilen glikol juga berperan sebagai peningkat penetrasi obat ke dalam kulit dan memiliki efek yang sinergis bersama dengan tween 80.

Gambar 2.4 Propilen glikol (Sumber: Rowe, Sheskey & Quinn, 2009)

Propilen glikol merupakan cairan jernih, tidak berwarna, kental (viskositas dinamik 58,1 cP pada suhu 20oC), dan tidak berbau. Propilen glikol dapat bercampur dengan aseton, kloroform, etanol 95%, gliserin dan air. Selain itu propilen glikol larut 1 bagian dalam 6 bagian eter, tidak bercampur dengan minyak mineral ringan atau fixed oil, tetapi larut dalam beberapa minyak esensial (Rowe, Sheskey & Quinn, 2009).

2.3.4 Metil Paraben

Metil paraben atau metil parahidroksi benzoat; metil hidroksi benzoat; metil-4-hidroksi benzoat; atau juga dikenal dengan nama nipagin M

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan pengawet antimikroba. Dalam sediaan farmasetika, produk makanan, dan kosmetik metil paraben digunakan sebagai bahan pengawet. Zat ini dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan jenis paraben lain. Efektifitas metil paraben pada rentang pH 4 - 8. Kelarutan dalam etanol 95% (1:3) dan eter (1:10). Konsentrasi metil paraben yang digunakan untuk sediaan topikal, yaitu 0,02%-0,3%.(Rowe, Sheskey & Quinn, 2009).

Gambar 2.5 Struktur Metil Paraben [Sumber : Rowe, Sheskey & Quinn, 2009]

Metil paraben memiliki kelarutan yang buruk dalam air yaitu 1 bagian larut dalam 400 bagian air pada suhu ruang dan agak sukar larut dalam air panas. Metil paraben mudah larut dalam etanol dan dalam propilen glikol namun praktis tidak larut dalam minyak mineral (Rowe, Sheskey & Quinn, 2009).

2.3.5 Propil Paraben

Propil paraben atau propil parahidroksi benzoat; propil hidroksi benzoat; propil-4-hidroksi benzoat; atau juga dikenal dengan nama nipasol M merupakan pengawet antimikroba. Propil paraben digunakan sebagai bahan pengawet. Aktivitas antimikroba ditunjukkan pada pH antara 4 - 8. Propil paraben digunakan sebagai bahan pengawet dalam kosmetik, makanan dan produk farmasetika. Penggunaan kombinasi paraben dapat meningkatkan aktivitas antimikroba, Konsentrasi propil paraben yang digunakan untuk sediaan topikal, yaitu 0,01%-0,6% (Rowe, Sheskey & Quinn, 2009).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 2.6 Struktur Propil Paraben

[Sumber : Rowe, Sheskey & Quinn, 2009]

Propil paraben sangat larut dalam aseton dan eter, mudah larut dalam etanol dan metanol, sangat sedikit larut dalam air. Kelarutannya dalam air adalah 1 bagian larut dalam 2500 bagian air pada suhu ruang dan dalam 225 bagian air pada suhu 80oC. Propil paraben mudah larut dalam etanol 95% dan dalam propilen glikol (Rowe, Sheskey & Quinn, 2009).

2.3.6 Parafin Cair

Parafin cair (minyak mineral) dapat berfungsi sebagai emolien, pelarut dan digunakan sebagai fase minyak pada sediaan emulsi m/a. Parafin cair tergolong aman sehingga digunakan secara luas pada berbagai sediaan topikal. Minyak mineral ini bersifat transparan, tidak berasa, tidak berbau saat dingin dan berbau petroleum ketika dipanaskan. Parafin cair praktis tidak larut dalam etanol 95%, gilserin dan air. Tetapi, larut dalam aseton, benzen, kloroform, eter dan petroleum eter. Konsentrasi yang biasa digunakan untuk sediaan topikal adalah 1-32% (Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009).

2.3.7 Aquadest

Aquadest merupakan cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa. Dapat bercampur dengan pelarut polar lainnya. Memiliki titik beku : 0°C dan titik didih : 100°C digunakan sebagai pelarut dan fase air (Rowe, Sheskey & Quinn, 2009).

2.4 Gamma-Oryzanol

Gamma-oryzanol adalah antioksidan yang hanya terdapat pada bekatul,

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bebas dibanding vitamin E (Hadipernata, 2007). Gamma-Oryzanol merupakan campuran senyawa phytosteryl ferulate dan triterpen alkohol yang diekstraksi dari minyak kulit ari beras / Rice Brain Oil (RBO). Kandungan gamma oryzanol pada bekatul jumlahnya 10 sampai 20 kali lebih banyak dibandingkan total kandungan tokoferol dan tokotrienol (Bergman dan Xu 2003 dalam Chen dan Bergman 2005). Gamma-oryzanol dapat dipisahkan dan dikuantifikasi dengan high-perfomance liquid chromatography (Patel dan Naik, 2004). Menurut penelitian Chen dan Bergman (2005) kandungan

gamma-oryzanol pada masing-masing varietas akan berbeda. Selanjutnya,

Butsat dan Siriamornpun (2010) menyatakan bahwa kandungan gamma oryzanol pada padi dipengaruhi oleh varietas dan kondisi tempat tumbuh, karena komponen antioksidan akan memberikan respon yang berbeda terhadap perubahan lingkungan.

Pada mulanya gamma-oryzanol diduga merupakan komponen tunggal, namun pada akhirnya diketahui bahwa gamma-oryzanol mempunyai empat komponen utama, yaitu Cycloartenyl ferulate, 24-methylene cycloartenyl

ferulat, campesteryl ferulate dan sitosteryl ferulate. Keempat komponen ini

terdapat dalam jumlah 83,6% (Kim dkk, 2014).

2.4.1 Manfaat

Gamma-oryzanol dilaporkan memiliki beberapa manfaat dalam bidang

kesehatan yaitu : memperbaiki pola lipid plasma, menurunkan kolerterol total plasma dan meningkatan level kolesterol HDL serta menghambat agregrasi platelet. Gamma-oryzanol diketahui dapat melindungi kulit dari radiasi ultraviolet dan meningkatkan kelembapan kulit. Sehingga dapat dimanfaatkan sebagai antikerut dan pelembab kulit di bidang kosmetik (Vorarat dkk., 2010). Selain itu, gamma-oryzanol menunjukkan aktivitas sebagai antioksidan dalam sistem in vitro seperti seperti pyrogallol autoxidation, peroksidasi lipid yang diinduksi dalam homogenate retina babi oleh ion besi dan oksidasi kolesteol yang diinduksi oleh 2,2’-azobis(2-methylpropionamidine) (Juliano dkk., 2005).

Gamma-oryzanol mempunyai manfaat yang sangat tinggi bagi kesehatan,

anti-UIN Syarif Hidayatullah Jakarta imflamatori, serta dapat menghambat oksidasi kolesterol (Rong dkk., 1997; Akihisa dkk., 2000). Gamma-oryzanol juga terbukti dapat meningkatkan massa otot, memiliki aktivitas anti karsinogenik, mengobati hiperlipidemia, dan merupakan nutirisi penting untuk mencegah proses penuaan kulit (Patel dan Naik, 2004).

Kemampuan gamma-oryzanol dalam menurunkan kadar kolesterol darah terlihat dari menurunnya secara signifikan kadar total kolesterol, beta lipoprotein, dan LDL seseorang yang mengkonsumsi nasi yang telah diberi ekstrak beras pecah kulit yang mengandung inositol, gamma amino butyric acid (GABA), dan gamma-oryzanol (Patel dan Naik, 2004 ).

2.4.2 Sifat Fisikokimia

Gamma-oryzanol berwarna putih atau putih kekuningan, tidak berbau

dan berbentuk serbuk kristalin. Gamma-oryzanol bersifat hidrofob, mudah larut dalam kloroform, sukar larut dalam etanol dan tidak larut dalam air. Stabil pada suhu 30°C sampai 80 hari (Tsuno.co.jp).

2.4.3 Profil Keamanan

Menurut (Yahara dkk., 1973), dalam penelitianya menggunakan tikus menyatakan bahwa penghantaran gamma-oryzanol oral dan intraperitoneal 10.000 mg/kg tidak menyebabkan abnormalitas secara umum maupun setelah dibedah dan juga dihantarkan melalui subkutan sebesar 500 mg/kg. Data lain menyebutkan bahwa hanya terjadi iritasi kulit ringan pada test patch kulit menggunakan salep gamma-oryzanol 1% (Kobayasi, 1979). Hasato dkk., (1974) melaporkan bahwa tidak terjadi abnormalitas pada tikus setelah 6 bulan diberikan gamma-oryzanol peroral (30 - 1000 mg/kg).

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 2.7 Struktur Empat Komponen Mayor

Gamma-Oryzanol

(Sumber : Patel dan Naik, 2004 ; Islam dkk., 2009)

Dokumen terkait