BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Preparasi Sampel Kapsul Cacing Obat
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Preparasi Sampel Kapsul Cacing Obat 1. Pemilihan sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini merupakan kapsul cacing obat yang diperoleh dari salah satu toko obat di Yogyakarta. Pengambilan sampel dilakukan secara acak namun sebelumnya dipilih sampel dengan kode produksi yang sama. Hal ini dilakukan untuk menjamin kesamaan kondisi sampel selama satu proses produksi, distribusi dan penyimpanan hingga sebelum dilakukan penetapan kadar cemaran logam berat timbal pada sampel tersebut. Kesamaan kondisi sampel ini diharapkan dapat mencegah keragaman kadar yang akan dihasilkan. Terdapat dua sampel yang digunakan yaitu sampel cacing obat bermerek dan sampel cacing obat tanpa merek. Pada sampel kapsul cacing obat bermerek terdapat no.registrasi dari BPOM, komposisi kapsul cacing obat, aturan pakai dan peringatan. Namun, pada sampel kapsul cacing obat tanpa merek hanya terdapat satu komposisi, yaitu mengandung ekstrak cacing Lumbricus rubellus. Dari kedua sampel tersebut dapat dibandingkan kadar yang akan dihasilkan.
2. Keseragaman bobot kapsul dan penimbangan bobot kering
Setelah pemilihan sampel dilakukan uji keseragaman bobot kapsul terhadap kapsul cacing obat. Penimbangan bobot kering dilakukan terhadap sampel yang telah diuji keseragaman bobotnya. Penimbangan bobot kering dilakukan terhadap wadah dan sampel yang akan digunakan. Penyimpanan wadah
dan bahan dalam ruangan akan memberikan lembab (air) yang berasal dari udara pada wadah/sampel yang akan digunakan. Karena itu perlu dilakukan penimbangan bobot kering untuk mengetahui bobot yang sebenarnya dari wadah atau sampel yang akan digunakan. Penimbangan bobot kering dilakukan dengan melakukan penimbangan bobot berulang kali hingga diperoleh bobot tetap. Bobot tetap yang dimaksud adalah bobot dengan selisih antara tiap penimbangan tidak lebih dari 0,5 mg tiap gram sisa yang ditimbang. Prosedur ini dilakukan dengan
pemanasan dalam oven selama satu jam dengan suhu 105oC, kemudian
didinginkan dalam desikator. Desikator merupakan suatu wadah yang terbuat dari bahan gelas yang kedap udara dan mengandung desikan yang dapat menyerap air. Kadar air dari sampel kapsul cacing obat yaitu sebesar 0,16 %. Setelah didapatkan bobot kering maka selanjutnya dilakukan proses destruksi.
3. Destruksi
Pada tahap preparasi sampel kapsul cacing obat, setelah serbuk ditimbang dalam bobot keringnya dilakukan proses destruksi. Dalam penggunaan instrumen SSA, sampel yang akan dianalisis harus tidak mengandung molekul atau senyawa organik yang dapat menimbulkan jelaga (arang) dan tidak mengandung partikel tidak larut yang dapat menyumbat saluran kapiler instrumen. Karena itu setiap sampel yang akan diukur harus mengalami proses destruksi untuk menghilangkan molekul-molekul organik. Molekul organik yaitu molekul yang secara umum tersusun dari rantai karbon, seperti lemak, protein dan karbohidrat. Penggunaan intrumen SSA melibatkan proses pembakaran pada suhu tinggi agar terjadi atomisasi analit Pb. Apabila masih terdapat molekul organik (mengandung
karbon) yang ikut terbakar dapat menimbulkan noda jelaga (arang) pada instrumen. Noda tersebut dapat terakumulasi dalam instrumen sehingga menyebabkan penyumbatan dan kerusakan pada bagian-bagian di sekitar burner.
Destruksi sampel dilakukan dengan proses oksidasi menggunakan asam pengoksidasi sehingga molekul organik yang ada pada sampel dapat teroksidasi dan berubah menjadi fase gas dalam bentuk karbondioksida dan air. Destruksi merupakan proses penghancuran bahan-bahan organik dalam sampel sehingga ikatan antara senyawa organik dengan logam yang akan dianalisis terputus. Terdapat dua cara destruksi yaitu destruksi basah (wet ashing) dan destruksi kering (dry ashing). Pada destruksi basah biasanya digunakan kombinasi dari beberapa pengoksidasi seperti asam nitrat, hidrogen peroksida, asam perklorat dan katalis seperti asam sulfat, sedangkan destruksi kering menggunakan suhu pemanasan yang tinggi.
Dalam penelitian ini digunakan destruksi basah karena untuk unsur dalam konsentrasi rendah akan lebih dapat terbaca dibandingkan dengan destruksi kering yang menggunakan suhu tinggi, pemanasan dengan suhu tinggi dikawatirkan dapat mengakibatkan hilangnya unsur-unsur mikro tertentu. Menurut Palar (2004) pada suhu 550-600°C timbal (Pb) menguap dan dengan oksigen dalam udara membentuk timbal oksida. Saat proses destruksi kering terjadi pemanasan hingga
temperatur 500-550 oC, hal tersebut kemungkinan akan mengakibatkan
kehilangan Pb (Hseu, 2004). Selain itu pada destruksi kering digunakan wadah yang terbuat dari silika atau porselin karena itu bisa terjadi proses adsorpsi unsur-unsur ke permukaan wadah dan membentuk suatu silika yang tidak dapat
dihancurkan seluruhnya oleh asam. Hal tersebut membuat hasil yang diperoleh menjadi tidak kuantitatif karena banyak unsur logam yang hilang.
Pada proses destruksi ditambahkan 7,5 mL H2SO4 pekat diikuti oleh 12,5
mL HNO3 pekat ke dalam erlenmeyer. Kemudian dipanaskan di hot plate pada
suhu ±130°C, pemanasan dilakukan untuk mempercepat proses oksidasi. Mulainya proses oksidasi akan ditandai dengan munculnya gas kuning kecoklatan dari larutan sampel. Apabila asam nitrat habis menguap ditandai dengan berhenti atau berkurangnya gas kuning kecoklatan yang muncul, dan digantikan gas putih
yang menunjukkan adanya penguapan gas SO3 dari asam sulfat. Pada tahap ini,
larutan menjadi sangat panas sehingga terjadi penghancuran fragmen-fragmen organik yang tersisa. Bila gas putih telah berhenti, dilakukan penambahan sedikit asam nitrat untuk menjaga suasana oksidasi pada larutan di dalam erlenmeyer. Pemanasan larutan di atas hot plate dilanjutkan sampai warna larutan menjadi jernih. Jika warna larutan berubah menjadi hitam atau coklat yang menandakan masih terdapat molekul organik pada sampel maka harus ditambahkan asam nitrat kembali. Proses ini diulangi sampai larutan jernih dalam beberapa jam dan penambahan asam nitrat tidak menimbulkan reaksi secara kasat mata pada sampel. Hal tersebut menunjukkan proses destruksi telah berkahir.
Pengoksidasi utama dari penelitian ini adalah HNO3 pekat, digunakan
HNO3 karena sifat logam (Pb) larut dalam HNO3. Asam nitrat pekat ditambahkan
sedikit demi sedikit karena apabila sekaligus sampel akan meluap. Penambahan asam dalam jumlah banyak biasanya dapat dilakukan setelah sebagian besar protein dan lemak yang mungikn terdapat dalam sampel teroksidasi. Penambahan asam sulfat berfungsi sebagai katalis untuk mempercepat reaksi terputusnya logam (Pb) dari senyawa organik yang ada di dalam sampel kapsul cacing obat. Reaksi antara asam nitrat dan asam sulfat yang terjadi adalah sebagai berikut :
H2SO4
3Pb + 8HNO3 3Pb2+ + 6NO3- + 2NO + 4H2O (1)
Setelah proses destruksi, dilakukan proses penyaringan larutan sampel kemudian diencerkan hingga 50 mL dengan asam nitrat 1 M. Larutan disaring dengan kertas Whatman No.42 untuk menghilangkan pengotor dan substransi tidak larut air yang tertinggal, agar tidak menyumbat instrumen pada proses pengukuran.
Proses destruksi pada penelitian ini dilakukan selama ± 28 jam. Lamanya proses destruksi bergantung pada jumlah molekul organik yang akan dioksidasi. Penggunaan asam perklorat dapat mempercepat proses destruksi namun dapat terjadi ledakan apabila tidak diawasi dengan baik.