• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.4 Presentase Jenjang Kognitif Soal Latihan pada Buku Ajar

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap buku ajar fisika yang dijadikan sebagai sampel, dapat disajikan hasil analisis presentase jenjang kognitif soal latihan sebagai berikut dalam table 4.4.

Tabel 4.4 Presentase Jenjang Kognitif Soal Latihan

No. Kode Buku Presentase Jenjang Kognitif Soal Latihan (%)

C1 C2 C3 C4 C5 C6

1 A 8,33 27,5 37,5 26,67 0 0

2 B 0 12,45 50,94 36,61 0 0

3 C 8,8 22 48 21,2 0 0

Berdasar table 4.4 dapat dilihat bahwa untuk setiap sampel buku yang dianalisis memiliki perbedaan presentase jenjang kognitif soal latihan yang berbeda. Buku ajar pertama terbitan Pusbuk memiliki presentase untuk jenjang soal C1 sebesar 8,33% dan untuk presentase jenjang soal C2 adalah 27,5%, sedangkan presentase untuk jenjang soal C3 dan C4 berturut-turut adalah 37,5% dan 26,67%. Buku ajar kedua terbitan Erlangga memiliki presentase untuk jenjang soal C1 sebesar 0% dan untuk jenjang soal C2 presentasenya adalah 12,45%, sedangkan untuk jenjang soal C3 dan C4 presentasenya sebesar 50,94% dan 36,61%. Selanjutnya dapat diamati presentase jenjang soal C1 untuk buku ketiga adalah 8,8% dan untuk jenjang soal C2 sebesar 22%, sedangkan untuk jenjang soal C3 dan C4 adalah sebesar 48% dan 21,2%. Berdasarkan hasil analisis dapat

37

diketahui bahwa ketiga buku sampel yang dianalisis tidak terdapat jenjang soal C5 dan C6, sehingga presentase untuk jenjang soal C5 dan C6 pada ketiga buku adalah 0%. Hasil analisis secara lengkap masing-masing buku sampel dapat dilihat pada lampiran 19, 20, dan 21.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Tingkat Keterbacaan pada Buku Ajar Fisika

Berdasar hasil analisis terungkap bahwa pada buku ajar fisika terbitan Pusbuk terdapat beberapa teks wacana dengan kategori mudah, sesuai, sulit dan invalid. Pada kategori mudah, terdapat 17 bacaan dengan kategori mudah dari jumlah sampel bacaan sebanyak 24. Jika dipresentasekan, maka presentase dari jumlah ini adalah 70,83%. Dari 17 bacaan dengan kategori mudah ini, terdapat satu bacaan pada peringkat baca lima, tiga bacaan pada peringkat baca enam, tujuh bacaan pada peringkat baca tujuh, dan enam bacaan pada peringkat baca delapan. Menurut Saemina, untuk peserta didik kelas X, peringkat baca yang sesuai adalah pada peringkat baca 10. Peringkat baca ini sifatnya adalah perkiraan, maka peringkat baca ini hendaknya dikurang dan ditambah satu yaitu (10-1) dan (10+1) sehingga untuk kelas X peringkat baca yang sesuai adalah peringkat baca 9, 10, dan 11. Untuk peringkat baca yang < 9 masuk dalam kategori mudah, sedangkan peringkat baca yang > 11 masuk dalam kategori sulit.

Peringkat baca lima cocok digunakan untuk peserta didik SD Kelas IV, V, dan VI, sehingga tidak tepat untuk peserta didik kelas X. Untuk peringkat baca enam cocok digunakan untuk peserta didik kelas V, VI, dan VII, sedangkan peringkat baca tujuh cocok digunakan untuk peserta didik kelas VI, VII, dan VIII.

Peringkat baca delapan akan cocok digunakan untuk peserta didik kelas VII, VIII, dan IX.

Presentase bacaan dengan kategori sesuai pada buku terbitan Pusbuk sebesar 12,5%. Dari 24 sampel bacaan yang dianalisis, terdapat tiga bacaan yang masuk dalam kategori sesuai, yaitu peringkat baca 9, 10, dan 11. Untuk kategori sulit, terdapat satu bacaan dengan peringkat baca 16. Peringkat baca 16 cocok untuk mahasiswa tingkat akhir. Terdapat juga tiga bacaan kategori invalid dengan presentase 12,5%, artinya bacaan ini tidak masuk dalam peringkat baca manapun dan harus diganti dengan bacaan lain yang lebih sesuai untuk peserta didik kelas X.

Buku terbitan Erlangga memiliki sembilan bacaan dengan kategori mudah. Sembilan bacaan ini terdiri dari satu bacaan dengan peringkat baca lima, satu bacaan dengan peringkat baca enam, empat bacaan dengan peringkat baca tujuh, dan tiga bacaan dengan peringkat baca delapan. Seperti dijelaskan sebelumnya, bacaan dengan peringkat baca < 9 masuk dalam kategori mudah. Selain terdapat bacaan dengan kategori mudah, terdapat juga bacaan dengan kategori sesuai dan sulit.

Berdasarkan pada 24 sampel bacaan yang dianalisis, terdapat 12 bacaan dengan kategori sesuai, ini berarti setengah dari sampel masuk dalam kategori sesuai. Kategori bacaan yang sesuai terdiri dari dua bacaan pada peringkat baca sembilan, delapan bacaan pada peringkat baca 10, dan dua bacaan pada peringkat baca 11, sedangkan untuk kategori sulit terdapat tiga bacaan, yaitu dua bacaan pada peringkat baca 12 dan satu bacaan pada peringkat baca 16. Bacaan dengan

39

peringkat baca 12 cocok untuk peserta didik kelas XI, XII, dan mahasiswa tingkat awal, sedangkan bacaan dengan peringkat baca 16 cocok untuk mahasiswa tingkat akhir. Pada buku terbitan Erlangga tidak terdapat bacaan dengan kategori invalid. Artinya tidak ada bacaan yang tidak masuk dalam peringkat baca manapun.

Buku ketiga yang dianalisis adalah buku terbitan Yrama Widya. Buku ini merupakan buku ajar yang disusun dengan dua bahasa atau bilingual. Bacaan yang dijadikan sampel merupakan bacaan yang berbahasa Indonesia. Dari 24 sampel bacaan yang dianalisis, terdapat dua bacaan dengan kategori mudah, yaitu dengan peringkat baca delapan. Bacaan dengan peringkat baca delapan cocok untuk peserta didik kelas VII, VIII, dan IX. Selain terdapat dua bacaan dengan kategori mudah, terdapat 15 bacaan dengan kategori sesuai yang terdiri dari enam bacaan dengan peringkat baca sembilan, enam bacaan dengan peringkat baca 10, dan tiga bacaan dengan peringkat baca 11. Untuk kategori sulit terdapat enam bacaan yang terdiri dari satu bacaan dengan peringkat baca 12, satu bacaan dengan peringkat baca 13, tiga bacaan dengan peringkat baca 14, dan satu bacaan dengan peringkat baca 16. Bacaan dengan peringkat baca 12 cocok untuk peserta didik kelas XI, XII, dan mahasiswa tingkat awal. Bacaan dengan peringkat baca 13 cocok untuk peserta didik kelas XII dan mahasiswa dan untuk bacaan dengan peringkat baca 14 cocok untuk mahasiswa, sedangkan bacaan dengan peringkat baca 16 cocok untuk mahasiswa tingkat akhir dan umum.

Buku terbitan Yrama Widya memiliki dua sampel bacaan yang masuk dalam kategori invalid. Artinya bacaan ini tidak masuk dalam peringkat baca

manapun, sehingga akan lebih baik jika diganti dengan bacaan lain yang lebih sesuai untuk peserta didik kelas X.

Menurut Edward Fry sebagaimana dikutip oleh El-Masri dan Vlaardingerbroek, menyatakan bahwa readability (keterbacaan) merupakan mudah sukarnya suatu teks atau wacana untuk dibaca. Wacana yang tidak sesuai dengan peringkat baca pembacanya akan menyebabkan wacana tersebut sulit dipahami oleh pembacanya.

Buku ajar terbitan Pusbuk sebagian besar bacaannya masuk dalam kategori mudah, dan ada beberapa bacaan dengan kategori sulit dan invalid, sedangkan untuk bacaan dengan kategori sesuai masih sangat sedikit yaitu hanya 12,5% atau seperdelapan dari jumlah sampel yang dianalisis. Pada buku ajar terbitan Erlangga, bacaan dengan kategori sesuai sudah cukup baik karena mencapai 50% dari jumlah sampel yang dianalisis, tetapi masih terdapat bacaan dengan kategori mudah dan sulit, sedangkan untuk kategori invalid tidak ada. Pada buku ajar terbitan Yrama Widya, presentase bacaan dengan kategori sesuai sudah cukup tinggi, yaitu 62,5% yang berarti lebih dari setengah dari keseluruhan sampel telah sesuai. Akan tetapi, dalam buku ini juga masih terdapat beberapa bacaan dengan kategori mudah, sulit, dan invalid. Secara keseluruhan dari ketiga buku tersebut, buku terbitan Yrama Widya yang paling sesuai tingkat keterbacaannya untuk peserta didik kelas X.

Menurut Suryadi (2007:2) buku pelajaran yang baik bukan hanya memuat materi yang sesuai dengan kurikulum, tetapi juga ditulis dengan tingkat keterbacaan yang tinggi.Tingkat keterbacaan yang tinggi ini tentunya juga

41

disesuaikan dengan peringkat baca peserta didik. Dengan tingkat keterbacaan yang tinggi akan menunjang pemahaman peserta didik, yang nantinya juga akan berpengaruh terhadap kualitas pendidikan. Maka dari itu, Chen and Chen menyatakan bahwa pemilihan buku yang baik dan sesuai untuk peserta didik merupakan tugas yang sangat penting bagi guru.

4.2.2 Tingkat Keterpusatan Peserta Didik

Sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa pada buku ajar A dan buku ajar B memiliki skor presentase sebesar 60,44% dan 63,56% yang berarti bahwa kedua buku tersebut masuk dalam kategori baik. Menurut BSNP, buku dengan skor presentase antara 60%-79% sudah dapat dimasukkan dalam kategori berpusat pada peserta didik.

Salah satu prinsip pembelajaran adalah berpusat pada peserta didik. Menurut Muslich (2009) belajar merupakan kegiatan aktif peserta didik dalam membangun makna dan pemahaman. Jadi peserta didik dituntut untuk membangun sendiri pengetahuan di benak mereka. Dalam hal ini, guru bertanggung jawab untuk menciptakan suasana yang menyenangkan, yang bisa mendorong prakarsa dan motivasi peserta didik untuk belajar. Guru juga bisa membantu proses belajar peserta didik dengan menyediakan sumber belajar berupa buku yang relevan dan sesuai untuk peserta didik.

Ditinjau dari hasil analisis, kedua buku tersebut sudah sesuai dengan kurikulum KTSP. Seperti dijelaskan di atas bahwa salah satu prinsip pembelajaran adalah berpusat pada peserta didik dan buku ini telah memenuhi kriteria ini, sehingga dapat dikatakan buku ajar A dan buku ajar B telah sesuai dengan

kurikulum KTSP. Kedua buku ini juga sudah bersifat dialogis dan partisipasif. Hal ini dapat dilihat dari adanya pertanyaan-pertanyaan dalam penyampaian materi, adanya kalimat-kalimat ajakan dan arahan, serta adanya kegiatan peserta didik. Ini sesuai dengan deskripsi BSNP, bahwa penyajian materi yang berpusat pada peserta didik bersifat interaktif dan partisipasif sehingga dapat memotivasi siwa untuk belajar mandiri dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan, gambar yang menarik, kegiatan, dan lain-lain.

Buku ajar C skor presentasenya hanya sebesar 27,98% yang berarti buku tersebut masuk dalam kategori kurang baik untuk keterpusatan peserta didik. Buku ini kurang memotivasi peserta didik untuk belajar mandiri serta kurang interaktif dan partisipasif. Hal ini ditunjukkan dengan sedikitnya pertanyaan-pertanyaan dalam penyampaian materi, sedikitnya kalimat ajakan dan arahan, serta terbatasnya kegiatan peserta didik. Dengan demikian, dapat dikatakan buku tersebut belum berpusat pada peserta didik dan belum sesuai dengan kurikulum KTSP karena tidak memenuhi kriteria yang ada.

4.2.3 Tingkat Pengembangan Keterampilan Proses

Berdasar hasil analisis terlihat bahwa buku ajar B memiliki presentase paling tinggi yaitu 57,21%. Buku ajar B masuk dalam kategori cukup baik dan dapat mengembangkan keterampilan proses, karena sesuai dengan deskripsi BSNP bahwa buku dapat dikatakan cukup baik jika skor presentasenya antara 50%-59%.

Buku ajar B sudah berusaha untuk menyajikan materi yang dikaitkan dengan konsepsi awal peserta didik dan dikaitkan dengan kehidupan nyata peserta

43

didik serta danya aplikasi konsep dalam kehidupan nyata. Selain itu, buku ini juga menyajikan kegiatan-kegiatan peserta didik yang menuntun peserta didik untuk melakukan kegiatan ilmiah. Kegiatan ilmiah ini menuntut peserta didik untuk merancang penelitian, merumuskan masalah, membuat hipotesis, mengamati, menganalisis dan mengambil kesimpulan dan menyampaikan pendapat. Kegiatan ini akan mengembangkan keterampilan proses peserta didik, seperti yang dikatakan Semiawan, bahwa keterampilan proses meliputi beberapa hal antara lain pemanasan, pengamatan, interpretasi dari pengamatan, peramalan, aplikasi konsep, perencanaan penelitian, dan komunikasi.

Buku ajar A dan C hanya memiliki skor presentase sebesar 36,98% dan 24,67%. Kedua buku ini memiliki presentase kurang dari 50% sehingga masuk dalam kategori kurangbaik dan belum dapat mengembangkan keterampilan proses dengan baik. Pada buku ajar A, penjelasan materi sudah dikaitkan dengan kehidupan nyata peserta didik, tetapi kegiatan peserta didik masih kurang. Pada buku ajar C, penjelasan materi belum dikaitkan dengan kehidupan nyata peserta didik dan belum dikaitkan dengan konsepsi awal peserta didik. Selain itu, pada buku ajar C juga sangat sedikit terdapat kegiatan peserta didik yang menuntut peserta didik melakukan rangkaian kegiatan ilmiah yang merupakan salah satu cara mengembangkan keterampilan proses.

Pengembangan keterampilan proses sangat membantu dalam penyampaian materi yang berpusat pada peserta didik. Pada butir Keterpusatan peserta didik, peserta didik dituntun untuk menemukan sendiri makna dan pemahaman dalam benak peserta didik. Melalui kegiatan ilmiah yang

mengembangkan keterampilan proses ini akan membantu peserta didik untuk menemukan sendiri pengetahuan dan akan bertahan lebih lama dalam benak peserta didik.

4.2.4 Presentase Jenjang Kognitif Soal Latihan pada Buku Ajar

Berdasarkan analisis data pada jenjang kognitif soal latihan terlihat bahwa pada ketiga sampel buku tidak terdapat jenjang kognitif C5 dan C6. Pada buku ajar A, presentase terbesar dimiliki oleh jenjang kognitif C3 (aplikasi) yaitu 37,5%. Untuk presentase C1, C2, dan C4 berturut-turut adalah 8,33%, 27,5%, dan 26,67%. Ini artinya 1

12 dari keseluruhan jumlah soal latihan merupakan soal latihan dengan jenjang kognitif C1, sekitar seperempat dari jumlah keseluruhan soal latihan merupakan soal latihan dengan jenjang kognitif C2. Untuk soal latihan dengan jenjang kognitif C3 sekitar sepertiga dari jumlah keseluruhan soal latihan, sedangkan untuk jenjang kognitif C4 sekitar seperempat dari keseluruhan soal latihan. Jumlah keseluruhan dari soal latihan sendiri adalah 120 soal dengan variasi soal pilihan ganda dan esai.

Presentase untuk soal latihan dengan jenjang kognitif C1, C5, dan C6 pada buku ajar B adalah 0%. Artinya dari soal-soal latihan yang ada, tidak terdapat soal latihan dengan jenjang kognitif C1, C5, dan C6. Adapun presentase untuk soal latihan jenjang kognitif C2, C3, dan C4 berturut-turut adalah 12,45%, 50,94%, dan 36,61%. Jumlah keseluruhan soal latihan pad buku ajar B adalah 265 soal dengan jenis soal esai. Dari jumlah soal latihan tersebut, sekitar sepersembilannya merupakan soal latihan dengan jenjang kognitif C2. Untuk soal latihan dengan jenjang kognitif C3 sekitar setengah dari jumlah keseluruhan soal latihan,

45

sedangkan untuk soal latihan dengan jenjang kognitif C4 sekitar sepertiga dari jumlah keseluruhan soal latihan.

Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa pada ketiga buku sampel presentase untuk soal latihan dengan jenjang kognitif C5 dan C6 adalah 0%. Pada buku ajar C presentase untuk soal latihan dengan jenjang kognitif C1, C2, C3, dan C4 secara urut adalah 8,8%, 22%, 48%, dan 21,2%. Jumlah keseluruhan soal latihan pada buku ajar C adalah 250 soal dengan variasi soal pilihan ganda dan esai. Ini berarti sekitar 1

12 soal latihan merupakan soal latihan dengan jenjang kognitif C1, seperlima bagian soal latihan dengan jenjang kognitif C2, setengah bagian soal latihan dengan jenjang kognitif C3, dan seperlima bagian soal latihan dengan jenjang kognitif C4.

Soal latihan dengan jenjang kognitif C1 memiliki dimensi proses kognitif mengingat. Dengan adanya soal latihan kategori C1 peserta didik dituntut mengenal dan mengingat pengetahuan yang didapatkan.Soal dengan kategori C1 merupakan tingkatan paling rendah. Soal latihan kategori C2 memiliki dimensi proses kognitif memahami. Soal dengan kategori C2 berada satu tingkat di atas C1 dan menuntut peserta didik untuk dapat membangun makna berdasarkan apa yang telah diketahui sebelumnya serta menuntut adanya pemahaman terhadap sesuatu. Soal dengan kategori C1 dan C2 memberikan kemampuan mengingat dan memahami peserta didik, akan tetapi belum bisa mengaktifkan peserta didik.

Pada tingkatan yang lebih tinggi adalah soal dengan kategori C3 dimana kategori soal ini memiliki dimensi proses kognitif aplikasi. Soal latihan kategori C3 menuntut peserta didik agar mampu menggunakan pengetahuan yang telah

dimiliki untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Soal latihan kategori C4 berada satu tingkat di atas C3 dan memiliki dimensi proses kognitif analisis. Dimensi proses kognitif analisis ini menuntut peserta didik untuk dapat mengurai dan memecahkan suatu masalah dan mencari hubungannya. Soal latihan dengan kategori C3 dan C4 dapat mengembangakan kemampuan peserta didik untuk memecahkan masalah. Kategori soal C3 dan C4 juga dapat digunakan sebagai pembeda kemampuan peserta didik.

Soal latihan kategori C5 dan C6 yang sama sekali tidak terdapat di ketiga buku sampel merupakan soal dengan jenjang kognitif tertinggi. Soal latihan kategori C5 memiliki dimensi proses kognitif evaluasi yang menitikberatkan pada kemampuan peserta didik membuat pertimbangan menurut kriteria-kriteria yang ada. Soal latihan kategori C6 memiliki dimensi proses kognitif kreasi. Soal kategori C6 menuntut peserta didik untuk menggabungkan beberapa unsur agar menjadi suatu kesatuan. Soal latihan kategori C5 dan C6 mampu memberikan kemampuan pemecahan msalah yang lebih tinggi dari C3 dan C4. Pada ketiga buka yang dianalisis praktis tidak ditemukan jenis soal dengan kategori C5 dan C6.

Penyebaran soal latihan kategori C1, C2, C3,dan C4 pada ketiga buku sampel sudah cukup merata. Dengan komposisi soal latihan kategori C1 paling sedikit, jumlah soal latihan kategori C2 dan C4 hampir berimbang, dan yang paling banyak merupakan soal latihan dengan kategori C3.

47

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Presentase tingkat keterbacaan buku ajar A untuk kategori bacaan mudah adalah 70,83%, sesuai 12,5%, sulit 4,17%, dan invalid 12,5%. Tingkat keterbacaan buku ajar B untuk kategori mudah adalah 37,5%, sesuai 50%, sulit 12,5%, dan invalid 0%. Tingkat keterbacaan buku ajar C untuk kategori mudah adalah 4,17%, sesuai 62,5%, sulit 25%, dan invalid 8,33%.

Presentase tingkat keterpusatan peserta didik buku ajar A adalah sebesar 60,44% dengan kategori baik, dan untuk buku ajar B sebesar 63,56% dengan kategori baik, sedangkan untuk buku ajar C sebesar 27,98% dengan kategori kurang baik.

Presentase tingkat pengembangan keterampilan proses peserta didik buku ajar A adalah sebesar 36,98% dengan kategori kurang baik, dan untuk buku ajar B sebesar 57,21% dengan kategori baik, sedangkan untuk buku ajar C sebesar 24,67% dengan kategori kurang baik.

Presentase jenjang kognitif soal latihan untuk buku ajar A mulai dari C1, C2,C3, dan C4 berturut-turut adalah 8,33%, 27,5%, 37,5%, dan 26,67%. Presentase jenjang kognitif soal latihan untuk buku ajar B mulai dari C1, C2,C3, dan C4 berturut-turut adalah 0%, 12,45%, 50,94%, dan 36,61%. Untuk buku ajar C besar presentase jenjang kognitif soal latihan kategori C1, C2, C3, dan C4 secara urut adalah 8,8%, 22%, 48%, dan 21,2%. Untuk jenjang kognitif soal latihan C5 dan C6 pada ketiga buku adalah 0%.

5.1Saran

Tingkat keterbacaan wacana dapat mempengaruhi pemahaman peserta didik, sehingga lebih baik jika tingkat keterbacaan ini disesuaikan dengan kemampuan peserta didik. Untuk kelas X sebaiknya tingkat baca yang diberikan adalah peringkat baca 9, 10, dan 11, sedangkan bacaan dengan peringkat baca yang <9 atau >11 sebaiknya diperbaiki agar lebih sesuai dengan cara membuat wacana yang memerhatikan panjang pendek kata serta jumlah suku kata yang membentuk setiap kata dalam wacana tersebut.

Setiap buku yang disusun sebaiknya memperhatikan aspek keterpusatan peserta didik karena dapat menunjang dan memotivasi peserta didik untuk belajar lebih aktif dalam mencari pemahaman terhadap suatu pengetahuan.Aspek-aspek keterpusatan peserta didik mengacu pada aspek yang ditentukan oleh BSNP.

Selainmemperhatikan aspek keterpusatan peserta didik alangkah baiknya buku juga memperhatikan aspek pengembangan keterampilan proses, karena dapat membantu peserta didik mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan membuat peserta didik lebih lama dalam mengingat pengetahuan yang didapatkan. Aspek-aspek keterampilan proses mengacu pada aspek yang ditentukan oleh BSNP.

Soal latihan merupakan alat evaluasi untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap suatu konsep, maka sebaiknya perbandingan jumlah soal latihan ini dibuat proporsional antara C1-C6 dengan menambah soal-soal kategori C5 dan C6.

49