• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBAGA KEPRESIDENAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA (NKRI)

B. Presiden dan Wakil Presiden

Lembaga Kepresidenan atau Presidential institution merupakan istilah yang kerap dipergunakan dalam berbagai arti; di Indonesia, perkataan Presiden dipergunakan dalam dua arti; yaitu lingkungan jabatan (ambt) dan pejabat (ambtsdrager). Sedangkan dalam bahasa asing (seperti Inggris) untuk lingkungan jabatan digunakan istilah presidency atau kalau sebagai ajektif dipergunakan istilah presidential, misalnya; presidential government, sedangkan sebagai

60

Jimly Asshiddiqie, Format Kelembagaan Negara Dan Pergeseran Kekuasaan Dalam UUD 1945, h. 61

pejabat digunakan istilah president. Dalam UUD 1945, penggunaan kata ”Presiden” menunjukkan pejabat. Hal ini tampak dari rumusan-rumusan yang menyebut Presiden. Misalnya,”Calon Presiden dan Wakil Presiden harus seorang warga Negara Indonesia sejak kelahiran……”. Tetapi karena Presiden adalah pemangku jabatan kepresidenan, dengan sendirinya dalam UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan lain yang mengatur mengenai Presiden sekaligus mengandung pula makna pengaturan lingkungan jabatan Kepresidenan.

Jabatan adalah lingkungan kerja tetap yang berisi fungsi-fungsi tertentu yang secara keseluruhan akan mencerminkan tujuan dan tata kerja suatu organisasi. Jadi Jabatan (sebagai Presiden) dalam suatu negara merupakan lingkungan kerja tetap yang berisi fungsi - fungsi tertentu untuk mencapai tujuan Negara sebagaimana diamanatkan oleh rakyat. Sedangkan Pejabat adalah orang-perorangan yang didudukkan dalam suatu jabatan dengan tugas dan wewenang (taak en bevoegdheid) untuk merealisasikan berbagai fungsi jabatan tertentu. Jadi Pejabat (Presiden) merealisasikan berbagai fungsi lingkungan jabatan Presiden dalam tindakan-tindakan yang konkrit dan dapat dipertanggungjawabkan baik secara politik, hukum maupun sosial.61

61

Fristian Humalanggi, Tinjauan historis-Yuridis Lembaga kepresidenan Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia, Artikel ini diakses pada 21 Oktober 2008 dari www.Tempo interakif.com

Menurut UUD 1945, Presiden adalah Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan yang menjadi penyelenggara Pemerintah Negara Tertinggi di bawah Majelis Permusyawaratan Rakyat. Dan untuk membantu menjalankan kewajibannya, Presiden dibantu oleh Wakil Presiden.

Istilah Presiden merupakan derivatif dari to preside yang berarti memimpin atau tampil di depan. Sedangkan kata Latin presidere berasal dari kata prae yang berarti didepan, dan kata sedere berarti duduk. Jabatan presiden yang

dikenal sekarang ini, yaitu muncul di Amerika Serikat pada abad ke-18. 62

UUD 1945 juga memberikan kedudukan yang kuat kepada lembaga kepresidenan. Presiden adalah penyelenggara pemerintahan. Selain menjalankan kekuasaan eksekutif, Presiden juga menjalankan kekuasaan membentuk peraturan perundang-undangan, kekuasaan yang berkaitan dengan penegakan hukum (grasi, amnesti, dan abolisi) dan lain sebagainya.63

Di Indonesia, Presiden memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar, berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat, dan menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya. Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat. Presiden dan Wakil

62

Harjono dan Maruarar Siahaan, Mekanisme Impeachment dan Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, (Jakarta:Pusat Penelitian dan Pengkajian Sekretarian Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, 2005), Cet I, h. 23

63

Presiden memegang jabatannya selama masa lima tahun, dan sesudahnya dapat di pilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan.64

Jabatan Presiden merupakan jabatan tunggal, yaitu diisi oleh satu orang pemangku jabatan. Pemangku jabatan Presiden juga disebut Presiden. Dalam sistem ketatanegaraan Indonesia Presiden bukan merupakan pejabat yang tertinggi, karena dia berada di bawah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), sehingga jabatan majemuk yang melakukan kedaulatan rakyat dan merupakan Vertretungsorgan des Willens des Staatsvolkes (badan perwakilan yang

menyuarakan kemauan rakyat). Kepada badan negara tertinggi ini Presiden wajib memberikan pertanggungjawaban.

Di Indonesia dikenal adanya tiga lembaga yang menjalankan tiga kekuasaan yang berbeda, yakni; kekuasaan eksekutif, kekuasaan legislatif, kekuasaan yudikatif. Hal ini dipengaruhi oleh teori pemisahan kekuasaan yang diajukan pertama kali oleh Montesquie dalam karyanya yang berjudul ”Esprit des Lois” yang diterbitkan pada tahun 1748. Pemerintah menjalankan kekuasaan eksekutif, badan perwakilan menjalankan kekuasaan legislatif, dan badan yudisial menjalankan kekuasaan yudikatif. Sebagai Negara yang menganut sistem Presidensil, di Indonesia Presiden sebagai pemerintah Negara merangkap sebagai kepala Administrasi Negara Republik Indonesia. C. F. Strong mengemukakan kekuasaan eksekutif dalam Negara yang dijalankan oleh Presiden, antara lain:

64

Harjono dan Maruarar Siahaan, Mekanisme Impeachment dan Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, h. 23

1. Kekuasaan diplomatik, yaitu berkaitan dengan pelaksanaan hubungan luar negeri.

2. Kekuasaan administratif, yaitu berkaitan dengan pelaksanaan undang-undang dan administrasi Negara.

3. Kekuasaan militer, yaitu berkaitan dengan organisasi angkatan bersenjata dan pelaksanaan perang.

4. Kekuasaan Yudikatif, yaitu menyangkut pemberian pengampunan, penangguhan hukuman, dan sebagainya terhadap narapidana atau pelaku kriminal.

5. Kekuasaan Legislatif, yaitu berkaitan dengan penyusunan rancangan undang-undang dan mengatur proses pengesahannya menjadi undang-undang–undang-undang.65

Sedangkan di Indonesia jabatan Wakil Presiden dalam struktur ketatanegaraan hanya difungsikan sebagai “ban serep” belaka. Artinya, Wakil presiden tidak mempunyai posisi strategis dalam struktur ketatanegaraan dan hanya menjadi pengganti dari presiden belaka. Dalam kewajibannya, Presiden dibantu oleh seorang Wakil Presiden. Apabila Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya. Ia digantikan oleh Wakil Presiden sampai habis masa jabatannya. Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat. Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden selambat-lambatnya dalam waktu enam

65

Fristian Humalanggi, Tinjauan historis-Yuridis Lembaga Kepresidenan Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia, www.Tempo interakif.com

puluh hari, MPR menyelenggarakan sidang untuk memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diusulkan oleh Presiden.66

Akan tetapi meskipun merupakan satu kesatuan institusi kepresidenan, keduanya adalah dua jabatan konstitusional yang terpisah. Karena itu, meskipun di satu segi keduanya merupakan satu kesatuan, tetapi di segi yang lain, keduanya memang merupakan dua organ negara yang berbeda satu sama lain, yaitu dua organ yang tak terpisahkan tetapi dapat dan harus dibedakan satu dengan yang lain.

Wakil Presiden, menurut pasal 4 ayat (2) jelas merupakan pembantu bagi Presiden dalam melakukan kewajiban kepresidenan. Sesuai dengan sebutannya, Wakil Presiden itu bertindak mewakili Presiden dalam hal Presiden berhalangan untuk menghadiri kegiatan tertentu atau melakukan sesuatu dalam lingkungan kewajiban konstitusional Presiden. Dalam berbagai kesempatan di mana Presiden tidak dapat memenuhi kewajiban konstitusionalnya karena sesuatu alasan yang dapat dibenarkan menurut hukum, maka Wakil Presiden dapat bertindak sebagai pengganti Presiden. Sementara itu dalam berbagi kesempatan yang lain, Wakil Presiden juga dapat bertindak sebagai pendamping bagi presiden dalam melakukan kewajibannya.

66

Harjono dan Maruarar Siahaan, Mekanisme Impeachment dan Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, h. 24

Wakil Presiden tidak bertanggung jawab kepada MPR (demikian pandangan yang berlaku) dan juga tidak bertanggung jawab kepada Presiden karena Wakil Presiden dipilih dan diangkat bukan oleh Presiden. Bahwa Wakil Presiden tidak bertanggung jawab kepada Presiden, sungguh wajar. Tetapi tidak demikian halnya terhadap MPR, karena:

1. Wakil Presiden dipilih dan diangkat oleh MPR. Wajar kalau bertanggung jawab kepada MPR.

2. Membebaskan Wakil Presiden dari suatu sistem pertanggungjawaban, menyalahi prinsip pemerintahan negara demokratis. Dalam negara demokratis, setiap jabatan atau pejabat harus ada pertanggungjawaban dan tempat bertanggung jawab (geen macht zonder ver aant woordelijkheid). Apabila jabatan Wakil Presiden tergolong sebagai jabatan politik, sudah semestinya ada forum bagi pertanggungjawaban secara politik.