BAB II Kajian Pustaka
1. Prestasi Belajar
Setiap orang pernah belajar walaupun dalam mendapatkan pendidikan berbeda-beda berdasarkan kondisi setiap orang. Seseorang dikatakan telah belajar bila di dalam dirinya telah mengalami perubahan tertentu, misalnya seseorang yang semula tidak bisa membaca dan menulis menjadi atau dapat membaca dan menulis. Hal tersebut bisa dikatakan hasil dari belajar.
Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi dalam bukunya Purwanto (1992: 84):
a) Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of learning (1975),
“Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat)”
b) Gagne, dalam buku The conditions of learning (1977),
“Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (
performancenya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu kewaktu sesudah ia mengalami situasi tadi”.
c) Morgan, dalam buku Introduction to psychology (1978),
“Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”. d) Witherington, dalam buku educational Psycology,
“Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”.
Menurut Mahmud (1989:58), belajar adalah pengalaman yang universal setiap orang harus selalu belajar sepanjang hidupnya. Perkataan belajar mempunyai tiga arti:
a) Menemukan, misalnya: apakah Anda telah belajar bagaimana caranya memecahkan teka-teki ini?
b) Mengingat, misalnya: apakah Anda pernah belajar kata-kata
“Starspangled Banner”?.
c) Menjadi effisien, misalnya: apakah anda telah belajar bagaimana caranya mengendarai mobil?
Banyak ahli-ahli berusaha merumuskan apa belajar itu. Berikut ini dikemukakan beberapa perumusan. Gunarsa (1984:23):
a) Menurut Morgan, maka perumusan adalah sebagai berikut: “Belajar dapat dirumuskan sebagai suatu perubahan, yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat (hasil) dari pengalaman yang lalu”. Menurut Morgan, perubahan-perubahan tingkah laku yang dapat diamati pada perkembangan seseorang sejak bayi sampai dewasa terdapat tiga hal, yakni:
1) Perubahan yang terjadi karena adanya proses-proses kefatalan (fisiologis), misalnya sakit, penyakit.
2) Perubahan yang terjadi karena adanya proses-proses pemasakan atau kematangan.
3) Perubahan yang terjadi karena adanya proses-proses belajar.
b) Menurut Woodworth (1984:23), perumusan belajar adalah sebagai
berikut: “Belajar terdiri dari melakukan sesuatu yang baru, dan sesuatu yang baru ini dicamkan (artinya dimasukkan dalam fungsi ingatan) oleh individu, yang ditampilkan kembali dalam kegiatan kemudian”.
Sesuatu yang baru ini dapat berupa gerakan-gerakan, seperti halnya seseorang yang sedang belajar mengendarai mobil, dimana kadang-kadang ia harus melakukan aktivitas yang sifatnya kombinasi, misalnya: ia harus mengerem dan juga harus menginjak kopling sekaligus. Karena itu hal belajar ini bukan merupakan aktivitas yang khusus melainkan aktivitas yang kompleks dan sifatnya terutama menyeluruh.
Menurut Winkel (1987:36) definisi belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan sikap. Menurut Hamalik (1975: 21) belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan dan perubahan dalam diri sendiri yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.
Menurut Pendapat tradisional seperti dikemukakan oleh S. Nasution (Roestiyah 1982: 149), yang berbunyi: yaitu belajar itu hanya menambah dan mengumpulkan sejumlah ilmu pengetahuan. Pendapat tersebut dalam praktek sangat banyak dianut di sekolah, yang mana seorang guru berusaha memberi ilmu sebanyak mungkin dan murid giat untuk mengumpulkannya. Di sini sering terlihat bahwa belajar itu disamakan dengan menghafal.
Menurut Crow dan Crow (1982: 149), belajar ialah perubahan individu dalam kebiasaan, pengetahuan dan sikap. Dalam definisi ini dikatakan bahwa seseorang belajar kalau ada perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dalam menguasai ilmu pengetahuan. Belajar di sini merupakan suatu proses dimana guru terutama melihat apa yang terjadi selama murid menjalani pengalaman edukatif, untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut Teori Gagne (Roestiyah 1982: 156) belajar mengandung atau terdapat dua definisi belajar, yaitu:
a) belajar ialah suatu proses untuk memperoleh modifikasi dalam
pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku.
b) belajar adalah pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh dari instruksi.
Siswa yang mengalami proses belajar, supaya berhasil sesuai dengan tujuan yang harus dicapainya, perlu memperhatikan beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya itu. Adapun faktor-faktor belajar itu dapat digolongkan sebagai berikut:
a) Faktor internal, ialah faktor yang timbul dari dalam anak itu sendiri. Seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat, dan sebagainya. Faktor ini berujud juga sebagai kebutuhan dari anak itu.
b) Faktor eksternal, ialah fakor yang datang dari luar diri si anak. Seperti kebersihan rumah, udara yang panas, lingkungan, dan sebagainya.
Dalam kamus Bahasa Indonesia Prestasi Belajar adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya) dari penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Menurut Sudjana (1990:28) evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materi, dan lain-lain.
Keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar akan nampak dalam prestasi belajar yang diraihnya, yang ditunjukkan melalui hasil evaluasi belajarnya. Kegiatan untuk mengevaluasi belajar siswa bisa dilakukan dengan bentuk ujian tertulis, lisan maupun praktek yang kemudian diberi nilai yang berupa skor dan beruwujud angka. Skor yang berwujud angka tersebut merupakan prestasi belajar.
2. Kondisi Status Sosial-Ekonomi
Menurut Roucek dan Warren (1984:79) status adalah kedudukan dalam suatu kelompok dan hubungannya dengan anggota lainnya itu atau kedudukan sesuatu kelompok berbanding dengan kelompok lainnya yang lebih besar jumlahnya. Menurut Susanto (1977:181) status adalah perbandingan peranan dalam masyarakat status merupakan pencerminan hak dan kewajiban dalam tingkah manusia.
Menurut Soekanto (1982:233) kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sehubungan dengan orang-orang lainnya dalam kelompok tersebut atau tempat suatu kelompok sehubungan dengan kelompok-kelompok lainnya di dalam kelompok yang lebih besar lagi.
Ukuran atau kriteria untuk menggolongkan anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya tertentu adalah sebagai berikut (Soekanto 1982:233):
a. Ukuran Kekayaan
Ukuran kekayaan dapat dijadikan suatu ukuran, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak, termasuk dalam lapisan atas. Kekayaan tersebut misalnya dapat dilihat bentuk rumah yang bersangkutan, berupa mobil pribadi, cara berpakaian, serta bahan pakaian yang dipakai, kebiasaan untuk berbelanja barang mahal dan sebagainya.
Barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang menempati lapisan yang tertinggi.
c. Ukuran Kehormatan
Ukuran kehormatan tersebut terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran semacam ini banyak dijumpai pada masyarakat tradisional, Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa pada masyarakat.
d. Ukuran Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh masyarakat-masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat negatif. Oleh karena itu, ternyata bahwa bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran akan tetapi gelar kesarjanaan. Sudah tentu hal itu mengakibatkan segala macam usaha untuk mendapatkan gelar tersebut walaupun tidak halal.
Menurut Sumarjan dan Sumadi (1966:271) status atau kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Masyarakat pada umumnya mempunyai dua macam kedudukan (Soekanto, 1983:144):
a. Ascribed-Status, yaitu kedudukan yang diperoleh karena kelahiran, jadi tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan.
Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran, misalnya kedudukan anak seorang bangsawan adalah bangsawan pula.
b. Achieved-Status, yaitu kedudukan yang dicapai seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja, kedudukan ini tidak diperoleh melalui kelahiran, akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja, hal mana tergantung dari kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuannya. Misalnya, setiap orang bisa menjadi hakim asalkan memenuhi persyaratan tertentu. Terserah kepada yang bersangkutan apakah dia mampu menjalani syarat-syarat tersebut. Apabila tidak, tak mungkin kedudukan sebagai hakim tersebut akan tercapai olehnya.
Status sosial ekonomi orang tua dapat dilihat dari beberapa segi,antara lain.
a. Pendidikan orang tua
Yang dimaksud dengan pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan terakhir yang dicapai oleh orang tua. Tingkat pendidikan formal yang dicapai akan membawa pengaruh luas pada kehidupan seseorang, yaitu bukan hanya pengaruh pada pengetahuan atau wawasan tetapi juga berpengaruh pada jenjang pekerjaan formal, penghasilan, kekayaan, dan status sosial dalam masyarakat seseorang yang berpendidikan akan cenderung memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas dibandingkan dengan orang yang tidak berpendidikan. Demikian juga dengan keluarga yang mempunyai
tingkat pendidikan tinggi pada umumnya lebih mengerti akan pentingnya sekolah bagi anak-anaknya, dan sebaliknya.
b. Jenis pekerjaan orang tua
Kalau kita lihat dan perhatikan lingkungan di sekitar kita, maka kita akan melihat banyaknya orang bekerja. Setiap pagi kita pun melihat orang berlalu-lalang pergi untuk bekerja sesuai dengan apa jenis pekerjaannya. Menurut Spillane (1982:3) jenis pekerjaan adalah bidang yang ditekuni oleh orang tua siswa setiap harinya. Beliau mengelompokkan pekerjaan/jabatan dalam 9 golongan sebagai berikut.
1) Golongan A
- Pemilik bus/colt - Pedagang
- Pengawas keamanan - Pengawas kantor - Petani pemilik tanah - Pemilik toko - Pegawai sipil ABRI - Peternak - Mandor - Tuan tanah
2) Golongan B
- Buruh nelayan - Buruh tani - Buruh kecil - Penebang kayu
3) Golongan C
- ABRI (Tamtama-Bintara) - Pamong Praja - Pegawai Badan Hukum - Guru SD - Kepala Kantor Pos Cabang - Kepala Bagian - Manager perusahaan kecil - Pegawai Negeri
- Supervisor/pengawas (Gol. I/a-I/d)
4) Golongan D
- Meninggal dunia - Pensiunan - Tidak mempunyai pekerjaan tetap
5) Golongan E
- Guru SLTP/SLTA - Pegawai Negeri
- Juru rawat ( Gol. II/a keatas) - Kepala Sekolah - Pekerja social - Kontraktor - Wartawan
- Perwira ABRI (Letda, Lettu, dan Kapten) 6) Golongan F
- Petani penyewa - Buruh tidak tetap - Penarik becak
7) Golongan G
- Ahli hukum - Kepala Kantor Pos Pusat
- Manager perusahaan - Menteri
- Ahli ilmu tanah - Pegawai negeri - Kontraktor Besar (gol. III/a keatas) - Apoteker - Pengarang - Dokter - Peneliti - Dosen/Guru Besar - Penerbang - Gubernur - Walikota/ Bupati
8) Golongan H
- Pembantu - Penjual Keliling - Tukang cuci
9) Golongan I
- Seniman - Buruh tetap - Penjaga - Supir bus/colt - Montir - Tukang Kayu - Pandai besi/emas/perak - Tukang listrik - Penjahit - Tukang mesin c. Penghasilan (Pendapatan dan Pengeluaran)
1) Pengertian Pendapatan
Kalau diperhatikan secara cermat bahwa setiap orang pergi bekerja dan bekerja sesuai dengan pekerjaannya. Misalnya setiap pagi para petani pergi ke sawah untuk mengerjakan sawahnya, dan para pegawai kantor pergi ke kantor untuk mengerjakan pekerjaan rutinnya serta para guru pergi kesekolah untuk mengajar para siswa (anak didik). Semua ini dilaksanakan atau dilakukan oleh setiap orang hanya untuk mendapatkan atau memperoleh imbalan (gaji/upah).
Imbalan yang didapatkan digunakan lagi untuk kelangsungan hidup keluarganya. Untuk itu setiap keluarga berusaha mencari pemasukan sebagai sumber keuangan guna memenuhi serta mencukupi kebutuhannya sehari-hari dan masa
yang akan datang. Kebutuhan setiap keluarga makin lama semakin meningkat seiring dengan tingkat kebutuhan dan kemajuan teknologi yang makin maju. Bagian terbesar dari pendapatan keluarga itu dibelanjakan lagi guna membeli segala hal yang diperlukan untuk hidup (konsumsi) baik untuk makan tetapi mencakup seluruh barang dan jasa.
Dalam kaitannya dengan pendidikan, kondisi keluarga sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan anak-anak mereka. Jika suatu kondisi keluarga yang berkecukupan maka orang tua bisa memberikan perhatiannya kepada anak-anaknya untuk bersekolah sampai kejenjang yang paling tinggi yaitu Perguruan Tinggi. Kondisi keluarga yang kurang dalam hal keuangan dan bahkan ada juga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sulit, maka orang tua hanya bisa menyekolahkan anaknya walaupun tidak sampai kejenjang yang lebih tinggi.
2) Pengertian Pengeluaran
Didalam setiap keluarga selalu ada pemasukan dan bahkan ada pengeluaran. Menurut Gilarso (1986:48) mengemukakan pengeluaran adalah bagian dari pendapatan keluarga atau uang masuk yang dibelanjakan lagi untuk membeli segala sesuatu yang diperlukan untuk hidup. Pengeluaran di sini bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan makan tetapi mencakup semua pemakaian barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup. Misalnya
seperti membeli sesuatu barang, membayar periksa dokter, dan sebagainya.
Setiap keluarga satu dengan keluarga yang lain mempunyai pengeluaran yang berbeda, ini karena kondisi setiap keluarga berbeda sesuai dengan kekayaan yang dimilikinya dan pemenuhan kebutuhan yang berbeda pula. Selain itu pengeluaran suatu keluarga didasarkan pada besarnya penghasilan keluarga tersebut, besarnya jumlah anggota keluarga. Makin banyak atau besar penghasilan makin besar pula pengeluaran dan sebaliknya makin sedikit penghasilan makin sedikit pula pengeluarannya.
3. Minat Siswa Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi
a. Pengertian Minat
Minat merupakan sesuatu yang dapat menentukan suatu keinginan atau pilihan pada seseorang yang mendorong seseorang untuk kemajuan dan keberhasilan seseorang, karena jika seseorang dalam mengerjakan sesuatu tidak berminat maka pekerjaan tersebut tidak akan berhasil dan maju. Menurut Winkel (1983:30) minat adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal yang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.
Minat menurut penelitian Sutjipto yang berjudul
(www.suaramerdeka.com), minat adalah kesadaran seseorang siswa terhadap suatu objek, orang, masalah, atau situasi yang mempunyai kaitan dengan dirinya. Artinya, minat harus dipandang sebagai sesuatu yang sadar. Oleh karena itu minat merupakan aspek psikologis siswa untuk menaruh perhatian yang tinggi terhadap kegiatan tertentu dan mendorong yang bersangkutan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Oleh karena tinggi rendahnya perhatian dan dorongan psikologis pada setiap siswa belum tentu sama, maka tinggi rendahnya minat terhadap objek pada setiap siswa juga belum tentu sama. Dalam penelitian
Sutjipto yang berjudul Menumbuhkan Minat Kewirausahaan Bagi
Siswa SMK (www.suaramerdeka.com) banyak ahli-ahli berusaha
merumuskan pengertian minat antara lain:
1) Nunnally (1977) menjabarkan minat sebagai suatu ungkapan
kecenderungan tentang kegiatan yang sering dilakukan setiap hari, sehingga kegiatan itu disukainya.
2) Guilford (1969) menyatakan minat sebagai tendensi seseorang untuk berperilaku berdasarkan ketertarikannya pada jenis-jenis kegiatan tertentu.
3) Sax (1969) mendefinisikan bahwa minat sebagai kecenderungan seseorang terhadap kegiatan tertentu di atas kegiatan yang lainnya.
4) Crites (1969) mengemukakan bahwa minat seseorang terhadap sesuatu akan lebih terlihat apabila yang bersangkutan mempunyai rasa senang terhadap objek tersebut.
5) Hopkins (1981) menyatakan bahwa pengukuran minat seseorang
berguna untuk memprediksi tingkat kepuasan siswa terhadap suatu bidang studi. Penelitian yang dilakukan oleh Berdie sebagaimana dalam Hopkins menemukan bahwa hubungan antara skor tes minat kejuruan (vocational) dengan seleksi kurikulum lebih tinggi dibandingkan dengan hubungan antara prestasi belajar denga skap atau tes kepribadian
Dari beberapa teori ini dapat disimpulkan bahwa minat adalah keinginan ataupun dorongan psikologis yang sangat kuat pada diri siswa untuk melakukan sesuatu kegiatan. Makin tinggi keinginan makin tinggi pula minatnya, sebaliknya makin rendah keinginan makin rendah pula minatnya.
Dari berbagai pendapat yang ada, maka minat melanjutkan ke perguruan tinggi pada siswa kelas III SMA, dapat diartikan sebagai kecenderungan yang mengarahkan siswa untuk memilih perguruan tinggi sebagai kelanjutan pendidikan setelah lulus SMA. Ini ditandai dengan adanya perasaan senang, tertarik dan bangga atas perguruan tinggi yang dipilih bahwa perguruan tinggi yang dilihnya sesuai dengan kebutuhannya. Melanjutkan ke perguruan tinggi adalah pilihan
individu untuk meningkatkan taraf pendidikan yang lebih tinggi dari pendidikan yang telah diselesaikannya.
b. Perguruan Tinggi
Menurut Soehendro (Suara Merdeka, 28 Mei 2005), Perguruan Tinggi adalah sebuah lembaga pelayanan jasa pendidikan yang di dalam melaksanakan kegiatannya harus selalu berupaya memenuhi keinginan pelanggan. Pelanggan adalah kelompok orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan baik langsung maupun tidak langsung, atas pelaksanaan pendidikan maupun hasil-hasilnya: meliputi mahasiswa, orang tua mahasiswa, staf peguruan tinggi, masyarakat dan pemerintah. Berbagai kepentingan yang berbeda dari pelanggan tersebut harus menjadi acuan utama dalam merencanakan maupun melaksanakan pendidikan.
Menurut Ndraha (1988:42), perguruan tinggi adalah pola proses interaksi belajar mengajar sehari-hari yang terorganisasikan secara khusus sebagai bagian atau komponen system belajar mengajar secara keseluruhan didalam masyarakat. Dalam proses belajar mengajar tersebut pada suatu saat terlibat empat pihak, yaitu
1) Pihak yang berusaha belajar mengajar. 2) Pihak yang berusaha belajar.
3) Pihak yang merupakan sumber pelajaran.
4) Pihak yang berkepentingan atas hasil (outcome) proses belajar mengajar.
Berdasarkan GBHN 1978 hal 78 pendidikan tinggi dikembangkan dan peranan perguruan tinggi diarahkan untuk:
1) Menjadikan perguruan tinggi sebagai pusat pemeliharaan,
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sesuai dengan kebutuhan pembangunan masa sekarang dan masa datang;
2) mendidik mahasiswa-mahasiswa agar berjiwa penuh pengabdian
serta memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap masa depan Bangsa dan Negara Indonesia;
3) menggiatkan mahasiswa sehingga bermanfaat bagi usaha-usaha
pembangunan nasional dan pembangunan daerah;
4) mengembangkan tata kehidupan kampus yang memadai dan
tampak jelas corak khas kepribadian Indonesia. Perguruan tinggi pada umumnya bertujuan:
1) menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
memiliki kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian.
2) mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan
teknologi dan atau kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.
1) Universitas adalah suatu perguruan tinggi yang melaksanakan program pendidikan yang menawarkan banyak fakultas yang terdiri beberapa jurusan.
2) Sekolah Tinggi adalah perguruan tinggi yang melaksanakan
program pendidikan yang di dalamnya hanya ada satu bidang pendidikan tertentu dan hanya terdapat satu fakultas dengan beberapa jurusan.
3) Akademi adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan dan bisa dikenal sebagai pendidikan profesional.
4) Institut adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan dengan cara melaksanakan penelitian dan terdiri dari sejumlah fakultas dan beberapa jurusan.
Dari berbagai bentuk perguruan tinggi yang ada diharapkan dapat memberikan gambaran bagi siswa SMA kelas III yang akan melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Hubungan perguruan tinggi dengan siswa SMA kelas III adalah siswa akan melanjutkan studinya yang lebih tinggi yaitu ke perguruan tinggi. Setiap siswa pun mempunyai banyak persepsi atau pemikiran mengenai perguruan tinggi yang akan dipilihnya sesuai dengan sudut pandang mereka berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. Dari segi fasilitas perguruan tinggi, jenis perguruan tinggi, dan lulusan dari suatu perguruan tinggi siswa mempunyai gambaran tersendiri.
Agar kelak apa yang diharapkan tercapai maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan baik oleh siswa atau orang tuanya berkaitan dengan kualitas perguruan tinggi, antara lain sebagai berikut. 1) Status atau eksistensi program studi beserta perguruan tinggi yang
dipilihnya mempunyai izin resmi, sehingga keberadaan program studi di perguruan tinggi tersebut dijamin oleh pemerintah,
2) meski UU No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional tidak memprasyaratkan akreditasi oleh BAN melalui kata-kata dan atau dalam salah satu pasal menyangkut kualitas pergruan tinggi, namun setidaknya kreteria akreditasi (A, B, atau C) dari BAN menunjukkan adanya kualifikasi tertentu yang terkait kualitas calon lulusannya, dan yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi riil dari program studi di perguruan tinggi yang dipilihnya. Di era sekarang ini, pasar kerja tidak hanya cukup melihat ijazah yang kita miliki, tetapi mereka cenderung menguji kemampuan yang kita miliki. Karena itu, fasilitas laboratorium (termasuk ilmu-ilmu sosial terapan seperti komunikasi dan bahasa) perlu dilihat secara cermat.
3) Kesesuaian antara minat serta kemampuan siswa dengan program studi yang akan dipilihnya, sekaligus diperhitungkan dengan kebutuhan pengguna pada saat lulus nanti. Ini penting, mengingat bahwa ada mahasiswa yang tidak dapat menyelesaikan studinya, karena merasa tidak mampu atau tidak sesuai dengan minatnya.
Demikian pula data lapangan yang menunjukkan besarnya jumlah lulusan yang terpaksa menganggur atau bekerja seadanya, karena ternyata jumlah lulusan dari program studi yang dipilihnya telah banyak yang menumpuk dan menganggur.
B. Pengaruh Prestasi Belajar Terhadap Minat Siswa Kelas III untuk
Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi
Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya) dari penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan melalui matapelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan sumber dari www.indomedia.com yang berjudul Di
simpang Jalan Memilih Jurusan, faktor pertama yang perlu dipertimbangkan adalah masalah kemampuan intelektual. Siswa yang mampu mengukur kemampuannya bias dengan mudah menentukan jurusannya. Sebaliknya siswa yang tidak mampu biasanya hanya ikut-ikutan. Misalnya, apabila kuliah di fakultas kedokteran sedang banyak diminati maka ia pun akan mendaftar kesana. Mengetahui kemampuan intelektual sangat penting, karena di perguruan tinggi ada kemampuan dasar tertentu yang harus dikuasai sesuai dengan jurusan yang akan diambil. Kemampuan intelektual biasanya dapat