• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Kajian Teori

3. Prestasi Belajar

belajar yaitu faktor eksternal serta faktor internal. Faktor keluarga, lingkungan sekitar, serta sekolah menjadi faktor internal. Sedangkan minat, cara, gaya belajar, kemampuan otak, dan kesehatan ialah faktor internal. Prestasi belajar siswa yang tinggi merupakan harapan semua pihak terutama orang tua siswa. Orang tua siswa akan merasa berhasil mendidik anaknya dalam mengarahkan anak-anak mereka untuk belajar. Prestasi belajar siswa yang baik akan membuat guru senang dan puas, terutama akan membuat nama baik sekolah menjadi lebih tinggi dan lebih baik.

Harapan banyak pihak untuk mendapat prestasi yang baik tidak selalu menjadi kenyataan. Tidak sedikit siswa yang mempunyai prestasi belajar rendah. Lingkungan tidak kondusif, tidak adanya bimbingan dari orang tua, atau siswa kurang berusaha bisa menjadi penyebab rendahnya hasil belajar siswa. Tentunya prestasi belajar yang rendah harus diantisipasi dengan pembelajaran yang efektif. Pembelajaran yang efektif ini dimulai dari guru yang mampu mengetahui karakteristik setiap siswanya dan siswa mampu

mengetahui gaya belajarnya secara baik. Berdasarkan hasil pengamatan pada saat PLP-KP terdapat siswa yang gelisah dan meminta temannya untuk menjelaskan kembali apa yang sudah disampaikan oleh guru dikelas, siswa yang meminta gurunya untuk menuliskan contoh di papan tulis, kemudian ada yang diam saja saat dijelaskan tetapi setelah ditanya oleh guru ternyata siswa tersebut tidak tahu jawabannya. Hal ini berdampak buruk pada prestasi belajar siswa.

Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah melihat terdapat atau tidaknya perbedaan tingkat prestasi belajar ditinjau dari kecenderungan gaya belajar siswa terkhusus pada mata pelajaran akuntansi keuangan. Dalam penelitian ini, peneliti berharap masing-masing siswa dapat mengetahui gaya belajarnya, sehingga siswa dapat mendapatkan prestasi belajar yang maksimal. Selain itu, dari tujuan penelitian ini juga akan didapatkan data tentang berbagai kecenderungan gaya belajar siswa, sehingga diharapkan dapat bermanfaat sebagai dasar bagi guru sekolah dasar dalam mengembangkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kecenderungan gaya belajar siswa sekolah dasar khususnya bagi siswa yang prestasi belajarnya masih rendah.

B. Identifikasi Masalah

1. Adanya perbedaan prestasi belajar akuntansi keuangan siswa ditinjau dari kecenderungan gaya belajar.

2. Adanya variasi hasil belajar siswa.

3. Gaya belajar yang paling banyak digunakan dan adakah pengaruh terhadap prestasi belajar akuntansi keuangan.

C. Rumusan Masalah

1. Apakah ada perbedaan prestasi belajar akuntansi keuangan jika dilihat dari kecenderungan gaya belajar siswa SMK N 1 Yogyakarta?

2. Apa gaya belajar yang dominan digunakan siswa dan adakah pengaruh terhadap prestasi belajar akuntansi keuangan siswa kelas XI dan XII Jurusan Akuntansi SMK Negeri 1 Yogyakarta?

D. Batasan Masalah

Agar dapat dijawab dan dikaji secara lebih dalam, maka pembatasan masalah dalam penelitian ini:

1. Prestasi belajar dibatasi pada pelajaran akuntansi keuangan siswa kelas XI dan XII Jurusan Akuntansi.

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan guna mengetahui adakah perbedaan hasil belajar akuntansi keuangan siswa kelas 11 dan 12 jurusan akuntansi SMK Negeri 1 Yogyakarta ditinjau dari kecenderungan gaya belajar visual, auditorial, serta kinestetik.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Dapat bermanfaat dalam menambah informasi tentang perbedaan prestasi belajar akuntansi keuangan ditinjau dari kecenderungsn gaya belajar visual, auditorial, dan kinrstetik.

2. Manfaat praktis a) Bagi siswa

Dapat digunakan sebagai pedoman untuk semakin memahami gaya belajar guna memperolah hasil belajar yang maksimal.

b) Bagi guru

Guru dapat menggunakan penelitian ini sebagai pedoman untuk semakin meningkatkan hasil belajar siswa.

c) Bagi sekolah

Sekolah dapat menjadikan penelitian ini sebagai pedoman untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan di sekolah terlebih pada mata pelajaran akuntansi keuangan.

3. Bagi Peneliti

a) Bisa bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan teoritis yang diperoleh saat menempuh perguruan tinggike dalam praktek kerja nyata nantinya.

b) Penelitian ini bisa digunakan untuk pertimbangan dan informasi bagi penelitian yang mempunyai obyek penelitian sejenis.

7 BAB 2 KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Belajar a. Pengertian Belajar

Pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli sebenarnya pengertian itu mempunyai dasar yang sama. Perbedaan mengenai pengertian belajar hanya berdasarkan teori yang dipegang saja, tapi pada dasarnya adalah tidak menyimpang dari pengertian belajar yang sesungguhnya. Moh. Surya (1981:32), mendefinisikan “pengertian belajar adalah proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai interaksi individu dengan pengalaman di lingkungannya.

Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252) mengatakan belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya”.

Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang. Benjamin

Bloom (1956) mengemukakan ketiga aspek pertumbuhan pendidikan anak adalah sebagai berikut :

1) Kognitif

Aspek kognitif menjadi aspek utama yang menjadi tolok ukur nilai perkembangan anak. Aspek ini berhubungan dengan kemampuan otak dalam berfikir atau nalar.

2) Afektif

Aspek afektif merupakan materi yang bersumber pada suatu yang berhubungan emosi, semacam nilai, penghargaan, perasaan, atensi, serta perilaku terhadap suatu hal.

3) Psikomotorik

Psikomotorik merupakan keahlian motorik serta keahlian raga seorang. Keahlian yang hendak tumbuh bila kerap dipraktikkan ini bisa diukur bersumber pada jarak, kecepatan, kecepatan, cara serta metode penerapan.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Dalam Syah (1999: 132), belajar siswadapat dipengaruhi oleh3 faktor: 1) Faktor Internal

a) Aspek Pisiologis

Keadaan umum jasmani bisa mempengaruhi semangat serta keseriusan siswa dalam menjajaki pelajaran. Pergantian pola makan-

minum dapat membuat down semangat mental siswa. Istirahat yang cukup bisa tingkatkan konsentrasi serta semangat belajar siswa. b) Aspek Psikologis

1) Intelegensi Siswa

J. P Chaplin (Mujib,2002:318) mengemukakan 3 kecerdasan, meliputi: (1) Keahlian mengalami serta membiasakan diri terhadap suasana baru secara cepat serta efisien, (2) keahlian memakai konsep abstrak secara efisien, yang meliputi 4 faktor semacam menguasai, berkomentar, mengendalikan serta mengkritik, (3) dapat belajar dengan kilat.

Tingkat keberhasilan orang dapat disebabkan oleh tingkatan kecerdasan orang. Semakin besar tingkatan kecerdasan yang dipunyai maka kesempatan keberhasilan itu hendak terus menjadi besar. Guru wajib dapat mengenali tingkatan kecerdasan siswanya supaya tidak terjalin kesenjangan antara siswa dan guru..

2) Sikap Siswa

Sikap merupakan perasaan dan perbuatan terhadap sesuatu yang. Guru wajib dapat menampilkan perilaku positif kepada siswa terutama dalam pelajaran yang sudah menjadi tugas siswa itu sendiri. Dengan memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran maka diharapkan siswa juga memiliki sikap positif terhadap guru yang mengampu mata pelajaran.

Bagi Chaplin (1972); Reber (1988) dalam Syah (2015:151)“ bakat merupakan keahlian potensial yang dipunyai seorang untuk menggapai keberhasilan pada masa yang hendak tiba”. Untuk mengenali bakat yang dipunyai, siswa wajib menekuni suatu perihal yang dicoba. Tiap orang tentu mempunyai kemampuan buat menggapai prestasi sesuai kapasitasnya.

4) Minat Siswa.

Bagi Lockmono (1994) minat bisa dimaksud kecenderungan untuk bisa tertarik ataupun terdorong untuk mencermati seorang suatu benda ataupun aktivitas dalam bidang- bidang tertentu. 5) Motivasi Siswa

Bagi Winkel (1991: 92) pengertian ataupun definisi motivasi belajar bisa dimaksud sebagai totalitas energi yang ada di dalam diri siswa juga dapat menimbulkan semangat belajar serta bisa mengarahkan siswa pada suatu tujuan dalam aktivitas belajar. Motivasi belajar dapat membuat siswa menjadi mempunyai energi yang lebih dalam belajar.

2) Faktor Eksternal

Ada pula aspek eksternal yang pengaruhi belajar menurut Dalyono( 1997:55- 60) meliputi:

Faktor keluarga sangatlah penting dalam prestasi belajar seseorang. Kondisi keluarga yang harmonis sangat diharapkan karena dapat mewujudkan kondisi belajar yang baik.

b) Lingkungan Sekolah

Sarana dan prasana di dalam lingkungan sekolah dapat menjadi penunjng dalam meraih prestasi belajar yang baik karena siswa bisa menerima materi pelajaran secara baik.

c) Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat menjadi salah satu pengaruh juga karena di dalam masyarakat kita dapat bersosialisasi dan menyamakan pola pikir. Semakin tinggi pendidikan masyarakat yang ada di sekitar kita maka akan membuat kita terpacu untuk belajar.

Prof. Dr. Howard Gardner merupakan seseorang psikolog serta pakar pembelajaran dari Universitas Harvard AS yang merumuskan teori Multiple Intelligences. Bagi Howard Gardner, terdapat 9 kecerdasan yang siap tumbuh di dalam diri tiap anak.

1) Kecerdasan Linguistik

Keahlian memakai serta mencerna kata- kata seacara efisien dalam bentuk tulisanataupun lisan, misal editor, dramawan, sastrawan. 2) Kecerdasan Matematis-Logis

Keahlian ini sangat berkaitan dengan nalar dan logika, misal progamer dan matematikus.

Keahlian berkaitan dengan daya imaginasi yang pas dandapat memahami wujud dengan pas, misal dekorator,arsitek.

4) Kecerdasan Kinestetik-Badani

Keahlian ini berkaitan dengan mengekspresikan perasaan serta gagasan dengan suatu gerakan, misal atlet, aktor.

5) Kecerdasan Musikal

Keahlian ini berkaitan dengan cara orang menikmati atau mengekspresikan segala wujud musik dengan cara yang dimiliki, misal komponis.

6) Kecerdasan Interpersonal

Keahlian ini berkaitan dengan kemampuan seseorang yang dapat berbaur dan berelasi dengan berbagai sifat, kepribadian, dan karakter seseorang yang berbeda-beda, misal komunikator.

7) Kecerdasan Intrapersonal

Keahlian ini berkaitan tentang pengetahuan diri dan berefleksi serta keseimbangan diri juga gampang berkonsentrasi dengan baik, misal pendoa batin.

8) Kecerdasan Lingkungan/Aturalis

Keahlian berkaitan dengan prmhaman tentang lingkungan sekitar dalam memahami dan menikmati floran serta fauna yang ada. 9) Kecerdasan Eksistensial

Keahlian menyangkut kepekaan serta keahlian seorang untuk menanggapi permasalahan mengenaikeberadaan manusia, misal perkara kenapa ada, apa arti hidup ini.

Dengan kecerdasan yang dimiliki masing-masing orang, setiap orang dapat menentukan pilihan sesuai kecerdasan yang dimiliki. Adanya berbagai bentuk organisasi sekolah membuat siswa dapat memilih organisasi sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki supaya kecerdasan yang sudah dimiliki dapat berkembang.

2. Gaya Belajar

a. Pengertian Gaya Belajar

Setiap orang mempunyai karakter membentuk kepribadian diri sendiri. Seperti halnya siswa yang mempunyai karakter masing-masing dari setiap individu. Menurut Fleming dan Mills (1992), “gaya belajar merupakan kecenderungan siswa untuk mengadaptasi strategi tertentu dalam belajarnya sebagai bentuk tanggung jawabnya untuk mendapatkan satu pendekatan belajar yang sesuai dengan tuntutan belajar di kelas/sekolah maupun tuntutan dari mata pelajaran”.

Rita Dunn (dalam Mangunsong & Indianti, 2006) mendefinisikan “banyak faktor yang dapat mempengarhui metode belajar siswa salah satunya adalah lingkungan. Beberapa orang ada yang nyaman belajar dengan belajar kelompok, belajar sendiri, dengan kondisi hening, dengan mendengarkan musik, dengan lampu terang, dan lain-lain. Selain itu gaya

belajar juga dapat di pengaruhi oleh gaya mengajar guru, seperti yang dikemukakan Reid (2006: 53) yang mendefinisikan “gaya belajar siswa dapat di pengaruhi oleh gaya mengajar gurunya”. Jadi apapun gaya belajarnya, siswa wajib dapat membiasakan dengan metode mengajar guru dikelas. Grinder (1991) dalam Siberman, Melvin L (2014:28) menyebutkan “Dalam 30 siswa, 22 siswa dapat belajar dengan efektif selama cara mengajar guru mengombinasikan gaya belajar kinestetik, visual, serta auditorial. Delapan siswa lainnya kesulitan menerima pelajaran karena hanya menyukai salah satu dari ketiga gaya belajar tersebut”.

Hal itu juga diperkuat oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2014:4) yang menyebutkan, salah satu prinsip pembelajaran Kurikulum 2013 ialah pengakuan atas segala perbedaan antar budaya dan individu peserta didik. Dalam kurikulum 2013, semua pembelajaran yang dirancang sudah memenuhi semua aspek dan diciptakan menurut macam-macam gaya belajar, sehingga murid dengan gaya belajar apapun bisa menerima dan mengolah informasi yang disampaikan oleh guru.

Bobbi DePorter (dalam Mansur, 2014: 4) menyatakan gaya belajar dibagi ke dalam 3 bagian yaitu gaya belajar kinestetik, gaya belajar auditorial, serta gaya belajar visual. Tiap manusia memiliki satu gaya belajar yang menonjol, tapi kenyataanya manusia memiliki ketiga gaya belajar tersebut. Berikut adalah karakteristik tiap gaya belajar:

Dalam gaya belajar ini mata memiliki peran penting dalam kesuksesan belajarkarena digunakan untuk menerapkan gaya belajar visual yaiti dengan melihat. Untuk mendapatkan sebuah informasi, tipe gaya belajar visual ini harus belajar dengan cara melihat bacaan, gambar, grafik, dan lain-lain. Gaya belajar visual ini memiliki idenitas, misal lebih bisa mengingat apa yang dia lihat, bingung untuk mengucapkan tapi tahu apa yang di pikirkan, membaca menjadi prioritas utama daripada dibacakan oleh orang lain, dan memiliki kemampuan membaca yang cepat, dan lain sebagainya. Syang cenderung dalam gaya belajar visual mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a) Rapi dan teratur

b) Berbicara dengan cepat

c) Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik d) Teliti terhadap detail

e) Mementingkan penampilan baik dalam hal pakaian maupun presentasi,

f) Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka,

g) Mengingat apa yang dilihat dari pada yang didengar,

h) Mengingat dengan asosiasi visual, biasanya tidak terganggu oleh keributan,

i) Mempunyai masalah untuk mengingat intruksi verbal kecuali jika ditulis dan sering kali minta bantuan orang untuk mengulanginya,

j) Pembaca cepat dan tekun,

k) Lebih suka membaca daripada dibacakan,

l) Membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah atau proyek,

m) Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon dan dalam rapat, n) Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain,

o) Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau tidak, p) Lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato,

q) Lebih suka seni daripada musik,

r) Sering kali mengetahui apa yang harus dikatakan tetapi tidak pandai memilih kata-kata,

s) Kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan. (DePorter & Hernacki, 2007: 116-118)

2). Gaya Belajar Auditori (Auditory learning)

Dalam gaya belajar ini telinga memiliki peran penting dalam mencapai kesuksesan belajar karenadigunakan untuk menerapkan gaya belajar auditori yaitu dengan mendengar. Seseorang dengan tipe gaya belajar auditori biasanya menyukai belajar dengan mendengarkan percakapan, ceramah, diskusi, dan lain-lain. Gaya belajar visual ini memiliki idenitas, misal saat membaca maka harus mengeluarkan suara sehingga dapat mendengar apa yang dibaca, lebih mudah mengingat apa diucapkan

daripada yang dia lihat, suka belajar dalam kelompok dan berdiskusi, serta lain sebagainya.

a) Berbicara kepada diri sendiri saat belajar, b) Mudah terganggu oleh keributan,

c) Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca,

d) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan e) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada,

birama, dan warna suara,

f) Mereka kesulitan untuk menulis tetapi hebat dala berbicara, g) Berbicara dengan irama yang terpola,

h) Biasanya pembicara yang fasih, i) Lebih suka musik daripada seni,

j) Lebih mudah mengingat apa yang didengarkan daripada dilihat k) Suka berbicara, suka berdiskusi dan menjelaskan

segala sesuatu panjang lebar,

l) Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visualisasi seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain,

m) Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya, dan

n) Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik. (DePorter & Hernacki, 2007: 118)

3). Gaya Belajar Kinestetik (Kinesthetic learning)

Dalam gaya belajar ini anggota badan memiliki peran penting dalam kesuksesan belajar sebab digunakan guna menerapkan gaya belajar kinestetik. Seseorang dengan tipe gaya belajar kinestetik biasanya menyukai belajar dengan cara praktik langsung, denngan melakukan sebuah gerakan atau sentuhan, dan lain sebagainya. Gaya belajar visual ini memiliki idenitas, misal selalu menggunakan telunjuk sebagai bantuan pada saat membaca, belajar dengan menggunakan banyak isyarat badan, belajar dengan cara praktik, dan lain sebagainya.

1) Berbicara dengan perlahan, 2) Menanggapi perhatian fisik,

3) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka 4) Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang,

5) Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak, 6) Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar, 7) Belajar melalui memanipulasi dan praktik,

8) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat,

9) Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca, 10) Banyak menggunakan isyarat tubuh,

11) Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama,

12) Tidak dapat mengingat geografi kecuali jika mereka memang telah pernah berada di tempat itu,

14) Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot, 15) Mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh 16) Kemungkinan tulisannya jelek,

17) Ingin melakukan segala sesuatu (DePorter & Hernacki, 2007: 118-120)

b. Faktor yang Mempengaruhi Gaya Belajar

Sugihartono (2007) sudah menciptakan banyak variabel yang pengaruhi gaya belajar siswa. Faktor atau aspek tersebut yaitu:

1). Fisik 2). Emosional 3). Sosiologis 4). Lingkungan.

Belajar sangat membutuhkan lingkungan yang kondusif supaya siswa dapat belajar dengan penuh konsentrasi. Beberapa faktor yang bisa membuat belajar siswa menjadi lebih fokus antara lain:

a) Suara

Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda mengenai musik di saat belajar. Dalam belajar ada yang nyaman dengan suara hening, ada yang nyaman dengan keramaian seperti belajar dengan teman-teman, ada yang nyaman dengan mendengarkan musik terdapat yang menggemari belajar dengan mendengarkan musik, dan lain sebagainya.

Saat belajar siswa memang membutuhkan cahaya, tetapi tiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda mengenai pencahayaan saat belajar. Dalam belajar, ada siswa yang nyaman dengan cahaya yang sangat terang dan ada yang nyaman dengan cahaya minim.

c) Desain belajar

Dalam hal ini siswa memiliki 2 karakteristik yaitu gaya belajar dengan desain resmi yaitu dengan meja serta kursi belajar yang lengkap dengan peralatannya atau desain tidak resmi yaitu belajar dengan santai seperti duduk di lantai, kasur, atau sofa.

Faktor-faktor/aspek intern yang berpengaruh pada gaya belajar siswa 1) Faktor jasmaniah

Aspek jasmaniah mencakup dua bagian ialah kesehatan serta cacat badan. Aspek kesehatan mempengaruhi pada aktivitas belajar. Proses belajar akan tersendat bila kesehatan seorang terhambat, tidak hanya itu pula akan cepat letih, kurang bergairah, gampang pusing, mengantuk bila tubuhnya lemah, kurang darah maupun terdapat kendala pada perlengkapan indera dan badan. Sebaliknya cacat badan adalah suatu yang menimbulkan kurang baik ataupun kurang sempurna mengenai badan. Cacat itu dapat berbentuk buta, separuh buta, tuli, separuh tuli, patah kaki, lumpuh dan lain-lain. Kondisi cacat tubuh demikian pula pengaruhi aktivitas belajar seorang.

Faktor psikologis terdapat 5 aspek yang pertama yaitu intelegensi atau kecerdasan, kedua hasrat atau keinginan, ketiga bakat, keempat kesiapan, kelima kematangan.

3) Faktor kelelahan/keletihan

Keletihan pada manusia dibedakan jadi 2 ragam ialah keletihan jasmani serta keletihan rohani. Daya tahan tubuh yang terus berkurang menunjukkan keletihan jasmani, sebaliknya keletihan rohani bisa dilihat dengan terdapatnya minimnya hasrat belajar, kelesuan serta kebosanan untuk belajar, sehingga hasrat serta dorongan menciptakan suatu hilang. Aspek keletihan dalam diri seorang berbeda- beda. Oleh sebab itu, butuh metode ataupun gaya belajar yang berbeda.

Faktor-faktor eksternal 1) Faktor keluarga

Faaktor keluarga menjadi salah satu yang terpenting, mulai dari cara orang tua mendidik anak dalam belajar, kondisi perekonomian keluarga, serta keharmoniasn keluarga.

2) Faktor Sekolah

Pada aspek ini hal yang dapat mempengaruhi prestasi beljar ialah metode guru dalam mengajar. Aspek lain yang mempengaruhi gaya belajar yaitu lingkungan belajar dalam kelas, kurikulum sekolah, peraturan sekolah, letak sekolah, dan lain-lain.

Dalam aspek ini kegiatan atau aktifitas di dalam masyarakat bisa mempengaruhi gaya belajar anak.

Munif Chatib (2012:100) mendefinisikan “Kebanyakan guru salah menerapkan metode mengajar yang diterapkan pada siswa sehingga banyak juga siswa yang tidak mencapai kesuksesan dalam menerima materi pelajaran. S. Nasution (2003:93) berkata “Tiap tata cara mengajar tergantung pada metode ataupun gaya siswa belajar, pribadinya dan kesanggupannya”. Maka jika guru ingin mengajar sebaiknya harus mengetahui karakteristik serta gaya belaja siswa.

3. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Winkel (1996: 226) mendefiniskkan “Prestasi Belajar ialah kesuksesan siswa dalam memperoleh nilai belajar yang maksimum atau sesuai target”. Bagi Gredler( dalam Zainullah, 2010) “Prestasi belajar ialah nilai yang digapai siswa setelah menjajaki proses pembelajaran di sekolah”. Hasil belajar mensyaratkan terbentuknya pergantian sikap yang bersifat jangka panjang dalam perihal kecakapan, ketrampilan, serta perilaku/sifat.

Bagi Saifudin Anwar (2005:8-9) “Belajar apabila dilihat dari tujuannya ialah menguak keberhasilan sesorang dalam belajar. Uji Prestasi Belajar berbentuk uji yang disusun secara terencana untuk mengenali sepanjang mana siswa menangkap modul yang sudah di informasikan oleh guru. Dalam aktivitas pembelajaran resmi uji Prestasi Belajar bisa berupa ulangan

setiap hari, uji formatif, uji sumatif, apalagi Tes Nasional serta ujian- ujian masuk akademi besar.

b. Faktor-Faktor Prestasi Belajar

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2014:4) menyebutkan, salah satu prinsip pembelajaran Kurikulum 2013 ialah pengakuan atas segala perbedaan antar budaya dan individu peserta didik. Dalam kurikulum 2013 ini, semua pembelajaran yang dirancang sudah memenuhi semua aspek dan diciptakan menurut macam-macam gaya belajar, sehingga murid dengan gaya belajar apapun bisa menerima dan mengolah informasi yang disampaikan oleh guru. Tetapi kenyataAhmadi, (dalam Yulita, 2008) mengatakan faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:

1) Faktor Internal a) Faktor intelegensi

Intelegensi ialah kecerdasan atau keahlian mendapatkan nilai dalam belajar mengajar.

b) Faktor Minat

Minat merupakan keinginan yang pasti dari diri sendiri. c) Faktor keadaan raga dan psikis

Dokumen terkait