• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

3. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Sehingga prestasi belajar dapat diartikan sebagai kecakapan nyata yang dapat diukur berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai interaksi aktif antara subyek belajar dengan obyek belajar selama berlangsungnya proses belajar mengajar untuk mencapai hasil belajar.

Untuk meraih prestasi belajar yang baik banyak sekali faktor-faktor yang perlu diperhatikan. Menurut Sumadi Suryabrata (1998: 233) dan Shertzer dan Stone (Winkle, 1997: 591), secara garis beras faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor Internal

Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:

1) Faktor fisiologis

Dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor yang berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera.

a) Kesehatan badan

Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya. Keadaan fisik yang lemah dapat menjadi penghalang bagi siswa dalam menyelesaikan program studinya. Dalam upaya memelihara kesehatan fisiknya, siswa perlu memperhatikan pola makan dan pola tidur, untuk memperlancar metabolisme dalam tubuhnya. Selain itu, juga untuk memelihara kesehatan bahkan juga dapat meningkatkan ketangkasan fisik dibutuhkan olahraga yang teratur.

b) Pancaindera

Berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam sistem pendidikan dewasa ini di antara pancaindera itu yang paling memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga. Hal ini penting, karena sebagian besar hal-hal yang dipelajari oleh manusia dipelajari melalui pengelihatan dan pendengaran. Dengan demikian, seorang anak yang

memiliki cacat fisik atau bahkan cacat mental akan menghambat dirinya didalam menangkap pelajaran, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah.

2) Faktor Psikologis

Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, antara lain adalah:

a) Intelegensi

Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan siswa mempunyai kaitan yang erat dengan tingkat kecerdasan yang dimiliki siswa. Menurut Binet (Winkle, 1997: 529) hakikat intelegensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan suatu penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif. Taraf intelegensi ini sangat mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa, di mana siswa yang memiliki taraf intelegensi tinggi mempunyai peluan lebih besar untuk mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi. Sebaliknya, siswa yang memiliki taraf intelegensi yang rendah diperkirakan juga akan memiliki prestasi belajar yang rendah. Namun bukanlah suatu yang tidak mungkin jika siswa dengan taraf intelegensi rendah memiliki prestasi belajar yang tinggi, juga sebaliknya.

b) Sikap

Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri dapat merupakan faktor yang menghambat siswa dalam menampilkan prestasi belajarnya. Menurut Sarlito Wiriawan (1997: 233) sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap siswa yang positif terhadap mata pelajaran di sekolah merupakan langkah awal yang baik dalam proses belajar mengajar di sekolah.

c) Motivasi

Menurut Irwanto (1997: 193) motivasi adalah penggerak perilaku. Motivasi belajar adalah pendorong seseorang untuk belajar. Motivasi timbul karena adanya keinginan atau kebutuhan-kebutuhan dalam diri seseorang. Seseorang berhasil dalam belajar karena ia ingin belajar. Sedangkan menurut Winkle (2004: 39) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar itu, maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas ialah dalam hal gairah atau semangat belajar, siswa yang termotivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.

b. Faktor Eksternal

Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain diluar diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih, antara lain adalah:

1) Faktor lingkungan keluarga a) Sosial ekonomi keluarga

Dengan sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih baik, mulai dari bukun alat tulis hingga pemilihan sekolah.

b) Pendidikan orang tua

Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi cenderung lebih memperhatikan dan memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan dengan yang mempunyai jenjang pendidikan yang kebih rendah.

c.) Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota keluarga

Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat berprestasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal ini bisa secara langsung, berupa pujian atau nasihat; maupun secara tidak langsung, seperti hubungan keluarga tidak harmonis.

2) Faktor lingkungan sekolah a) Sarana dan prasaranan

Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis, OHP akan membantu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah; selain bentuk ruangan, sirkulasi udara dan lingkungan sekitar sekolah juga dapat mempengaruhi proses belajar mengajar.

b) Kompetensi guru dan siswa

Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih prestasi, kelengkapan saran dan prasaranan tanpa disertai kinerja yang baik dari para penggunanya akan sisa-sia belaka. Bila seorang siswa merasa kebutuhannya untuk berprestasi dengan baik di sekolah terpenuhi, misalnya dengan tersedianya fasilitas dan tenaga pendidik yang berkualitas, yang dapat memenuhi rasa ingintahuannya, hubungan dengan guru dan teman-temannya berlangsung harmonis, maka siswa akan memperoleh iklim belajar yang menyenangkan. Dengan demikian, ia akan terdorong untuk terus-menerus meningkatkan prestasi belajarnya.

c) Kurikulum dan metode mengajar

Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan materi tersebut kepada siswa. Metode pembelajaran yang lebih interaktif sangat diperlukan untuk menumbuhkan minat dan peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sarlito Wirawan (1997: 122) mengatakan bahwa faktor yang paling penting adalah faktor guru. Jika guru mengajar dengan arif bijaksana, tegas, memiliki disiplin tinggi, luwes dan mampu membat siswa menjadi senang akan pelajaran, maka prestasi belajar siswa akan cenderung tinggi, paling tidak siswa tersebut tidak bosan dalam mengikuti pelajaran.

3) Faktor lingkungan masyarakat a) Sosial budaya

Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan akan mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta didik. Masyarakat yang masih memandang rendah pendidikan akan enggan mengirimkan anaknya ke sekolah dan cenderung memandang rendah pekerjaan guru/pengajar.

b) Partisipasi terhadap pendidikan

Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung kegiatan pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa kebijakan dan anggaran) sampai pada masyarakat bawah, setiap orang akan lebih menghargai dan berusaha memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan.

3. Pembelajaran Kooperatif

Beberapa ahli mengemukakan tentang teori pembelajaran, salah satu teori yang dikemukakan adalah pembelajaran kooperatif. Berkait dengan judul penelitian dikaji teori pembelajaran kooperatif untuk mendukung keberhasilan penelitian yang dilakukan.

Roger, dkk (1992) menyatakan cooperative learning is group learning activity organized in such a way that learning is based on the socially structured change of information between learners in group in which each learner is held accountable for his or her own learning and is motivated to increase the learning of others. (Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan di dorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain). (Miftahul Huda, 2011: 29)

Cooperative learning adalah teknik pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang. Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut (Johnson dalam Hasan, 1996). (Miftahul Huda, 2011: 204)

Pentingnya pembelajaran kooperatif dalam proses belajar di sekolah karena di dalam kelas masih ada permasalahan seperti sifat individualistis siswa. Siswa cenderung berkompetisi secara individual, bersikap tertutup terhadap teman, kurang memberi perhatian keteman sekelas, bergaul hanya dengan orang tertentu, ingin menang sendiri, dan sebagainya (Rusman, 2010: 205). Akibatnya, karena kemampuan siswa di kelas berbeda-beda dan memiliki sifat yang kurang peduli atau kurang dekat dengan teman satu dengan yang lain maka akan menimbulkan prestasi belajar siswa rendah karena di kelas hanya siswa yang memiliki kemampuan lebih saja yang mendominasi. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan yang kurang terkadang tidak mendapat perhatian dari teman yang lain.

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banya digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin (1995) dinyatakan bahwa: (1) penggunaan

metode pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain. (2) Pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berfikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman. Dengan alasan tersebut, strategi pembelajaran kooperatif diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. (Rusman, 2010: 205-206)

Menurut Roger dan David Johnson (Lie, 2008) ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning), yaitu sebagai berikut: (Rusman, 2010: 212)

1. Prinsip kebergantungan positif (positive interdependence), yaitu dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas kelompok tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasakan saling ketergantungan. 2. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu

keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut. 3. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu

kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.

4. Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu, melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

5. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

Pada suatu pembelajaran perlu persiapan dalam menyusun langkah-langkah supaya saat proses belajar mengajar berlangsung dapat berjalan dengan baik. Ketika seorang guru menggunakan model pembelajaran kooperatif sangat penting untuk memperhatikan langkah-langkah dalam menerapkannya di dalam kelas.

Berdarkan pendapat para ahli diatas pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini dirancang sebagai berikut :

Pertama dilakukan identifikaasi adanya siswa potensial berdasar observasi dan melihat data nilai prestasi belajar siswa. Kedua membagi siswa dalam kelompok dengan menempatkan siswa potensial pada setiap kelompok belajar. Ketiga pemberian peran dan tugas dalam kelompok belajar. Keempat peningkatan peran siswa potensial.

4. Siswa Potensial

Siswa adalah individu yang memiliki kemampuan beraneka ragam potensi yang hidup dan sedang berkembang. Didalam dirinya terdapat prinsip aktif, keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif inilah yang mengendalikan tingkahlaku siswa. Pendidikan perlu mengarahkan tingkahlaku dan perbuatan itu menuju ketingkat perkembangan yang diharapkan. Potensi yang hidup itu perlu mendapat kesempatan yang luas untuk berkembang, tanpa pengarahan dikawatirkan terjadi penyimpangan perkembangan dari tujuan yang telah ditentukan. Jika terjadi penyimpangan maka berakibat terganggunya bahkan rusaknya perkembangan siswa, dengan kata lain para siswa tidak menjadi manusia sebagaimana dicita-citakan oleh masyarakat (Oemar Hamalik, 2001:171).

Faktor intelegensi murid yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan belajarnya karena lebih mudah mengingat-ingatnya. Anak yang cerdas akan mudah berpikir kreatif dan lebih cepat mengambil keputusan. Hal ini berbeda dengan siswa yang kurang cerdas, para siswa yang lamban. (Oemar Hamalik, 2001:33)

Balitbang Depdikbud (1982), secara rinci mengidentifikasi ciri-ciri siswa berbakat sebagai berikut:

(http://file.upi.edu/direktori/fip/jur._psikologi_pend_dan_bimbingan/1 95903271986011dedi_herdiana_hafid/anak_berbakat_%5bcompatibilit y_mode%5d.pdf)

a. Mempunyai ingatan yang baik, memiliki ciri-ciri belajar antara lain mudah menangkap pelajaran, perbendaharaan kata luas, penalaran tajam, berpikir kritis, logis sering mambaca buku bermutu dan mempunyai rasa ingin tahu yang bersifat intelektual.

b. Memiliki ciri-ciri tanggung jawab terhadap tugas antara lain tekun menghadapi tugas ulet menghadapi kesulitan mampu bekerja sendiri tanpa bantuan orang lain, ingin berprestasi sebaik mungkin, senang dan rajin belajar, penuh semangat dan bosan dengan tugas-tugas yang rutin.

c. Memiliki kreatifitas antara lain bersifat ingin tahu, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan dan usul-usul terhadap suatau masalah.

d. Memiliki ciri kepribadian antara lain disenangi oleh teman sekolah dipilih menjadi pemimpin dapat bekerjasama, dapat mempengaruhi teman, banyak inisiatif dan percaya pada diri sendiri.

Dari beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan tentang karakteristik siswa potensial antara lain:

1. Kemauan belajar tinggi dan berpikir kritis 2. Kreatif dan aktif dalam kegiatan pembelajaran

3. Bertanggungjawab dalam tugas dan mampu bekerja mandiri 4. Prestasi belajar tinggi

Beberapa potensi diatas dapat menimbulkan akibat negatif dalam kegiatan pembelajaran, antara lain siswa potensial akan mendominasi aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga kurang memberi kesempatan siswa yang lain. Siswa yang potensinya rendah semakin kurang mendapat kesempatan dan peran dalam kegiatan pembelajaran bahkan dapat menurunkan kepercayaan diri. Akan tetapi, apabila siswa potensial diposisikan pada posisi yang tepat merupakan modal yang baik untuk terlaksananya pembelajaran yang dapat mengaktifkan seluruh siswa. Berdasarkan pernyataan diatas maka siswa potensial perlu diberdayakan dalam bentuk pemberian peningkatan peran pada proses pembelajaran. Pemberdayaan siswa potensial dalam proses belajar untuk membantu meningkatkan kualitas belajar dan prestasi belajar teman-temannya di kelas.

Dalam perencanaan pembelajaran guru sebagai inisiator bagaimana faktor-faktor yang terkait dengan proses pembelajaran diberdayakan misalnya kelompok belajar dan juga keberadaan siswa potensial semua diberdayakan untuk mengoptimalkan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran guru sebagai fasilitator yang setiap saat memfasilitasi dinamika proses pembelajaran yang berlangsung. Apabila siswa terlibat langsung dalam aktivitas bersama teman yang lebih pandai dalam kelompok maka interaksi antar teman semakin menambah pengetahuan dan pengalaman. Setiap siswa tidak merasa takut apabila menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti kepada teman dalam kelompok dibanding

menanyakan pada guru. Siswa saling bertukar pikiran dalam kelompok sangat mungkin terjadi perbedaan pendapat antar siswa sehingga timbul ketidakkonsistenan jawaban maka kelompok akan berpikir secara bersama-sama untuk mendapatkan jawaban dan mengkontruksi pengetahuan dalam kelompok .

Peningkatan peran siswa potensial adalah usaha untuk memberikan kesempatan kepada anak yang lebih pandai untuk membantu teman lain dalam kelompok mengatasi kesulitan proses belajarnya. Pemberian kesempatan peran siswa potensial oleh guru akan memiliki dampak kepada diri siswa potensial maupun siswa yang prestasi belajarnya masih rendah.

Pengaruh pemberian peran pada siswa potensial akan meningkatkan kemampuan memimpin, percaya diri, pengakuan kemampuan oleh teman, keterampilan komunikasi, tumbuhnya rasa ikhlas berbagi, peduli kepada teman, kebiasaan belajar lebih awal karena akan membantu teman-temannya, serta sikap bertanggung jawab. Sedangkan pengaruh pemberian peran siswa potensial pada siswa yang prestasinya masih rendah antara lain mudah memahami isi bacaan, terbantu menganalisis permasalahan, terbantu dalam melaksanakan kegiatan percobaan atau eksperiemen, berlatih menarik kesimpulan, berani dan terampil bertanya, berani mempresentasikan hasil belajar, berani berpendapat, dan berani menyanggah.

Aktivitas membantu yang dapat dilakukan oleh siswa potensial kepada anggota kelompok adalah membantu memahami isi bacaan, menganalisis permasalahan, membantu dalam kegiatan percobaan atau eksperiemen, membantu menarik kesimpulan hasil belajar, membantu keterampilan bertanya, membantu kemampuan dan keberanian mempresentasikan hasil belajar, membantu kemampuan berani berpendapat, dan membantu kemampuan berani menyanggah.

Berdasarkan kenyataan kemampuan siswa di setiap kelas beragam artinya ada siswa yang potensinya tinggi dan ada siswa yang potensinya rendah. Secara umum siswa yang memiliki prestasi tinggi jumlahnya sedikit dibanding siswa yang memiliki potensi yang rendah. Berdasarkan hasil pengamatan pra penelitian jumlah siswa potensial di kelas IX C SMP Negeri 2 Wonosari berjumlah 10 siswa dari jumlah siswa anggota kelas sebanyak 29 orang.

Siswa potensial yang berjumlah 10 orang akan ditempatkan pada kelompok–kelompok kegiatan dalam proses pembelajaran. Pada siklus 1 guru membentuk kelompok dengan anggota terdiri 4 sampai 5 orang yang didalam kelompok diantaranya adalah siswa potensial. Karena jumlah siswa dikelas berjumlah 29 orang maka dibentuk 5 sampai 6 kelompok kegiatan dengan anggota kelompok secara acak. Kelompok yang terbentuk diberlakukan pada proses pembelajaran pada siklus 1. Pada proses pembelajaran siklus 1 dilakukan pegamatan aktivitas siswa dalam

kelompok dan dilakukan tes hasil belajar untuk mengetahui prestasi belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran pada siklus 1.

Hasil prestasi belajar siklus 1 digunakan sebagai dasar membentuk kelompok baru yang akan diberlakukan pada proses pembelajaran pada siklus 2. Pada siklus 2 siswa potensial diberikan pembekalan tersendiri sebelum proses pembelajaran siklus 2 berlangsung. Materi pembekalan kepada siswa potensial meliputi: materi ajar yang akan dipelajari, cara memimpin kelompok, cara memberdayakan anggota, cara membagi tugas dalam kelompok serta cara memberi kepercayaan kepada anggota kelompok. Proses pembelajaran siklus 2 laksanakan dan dilakukan pengamatan aktivitas serta dilakukan tes hasil belajar untuk mengetahui peningkatan prestasi hasil belajar.

5. Kemagnetan

Materi ajar dalam penelitian ini adalah kemagnetan dan induksi elektromagnetik. Tujuan mempelajari materi kemagnetan adalah membedakan benda magnet dengan benda bukan magnet dan mendemonstrasikan cara membuat magnet dan cara menghilangkan sifat kemagnetan. Adapun materi kemagnetan adalah sebagai berikut:

a. Gaya tarik magnet yang paling kuat berada pada ujung-ujungnya. Ujung magnet disebut kutub magnet.

b. Ada tiga cara membuat magnet yaitu menggosok dengan magnet tetap, induksi, dan menggunakan arus listrik.

c. Medan magnet adalah ruang di sekitar magnet yang masih memiliki pengaruh gaya tarik atau gaya tolak magnet.

d. Garis gaya magnet adalah garis-garis lengkung yang menggambarkan pola medan magnet. Garis gaya magnet keluar dari kutub utara menuju kutub selatan.

e. Kutub magnet sejenis berdekatan saling tolak-menolak dan berlawanan jenis tarik-menarik.

f. Kutub utara magnet bumi terletak di sekitar kutub selatan geografis. Adapun kutub selatan magnet bumi terletak di sekitar kutub utara geografis.

g. Sudut yang dibentuk kutub utara jarum kompas dengan arah utara selatan geografis disebut deklinasi. Adapun, sudut yang dibentuk kutub utara jarum kompas dengan arah horizontal disebut inklinasi. h. Menurut Oersted di sekitar kawat berarus listrik terdapat medan

magnet.

i. Elektromagnet adalah kumparan berarus listrik yang di dalamnya terdapat inti besi. Kekuatan elektromagnet tergantung pada kuat arus, jumlah lilitan, dan inti besi.

j. Gaya Lorentz gaya interaksi antara medan magnet dari arus listrik dan medan magnet tetap. Besarnya dapat ditulis dalam bentuk rumus: F = B x i x l

F = Gaya Lorentz (N) B = Medan magnet (T)

i = Kuat arus listrik (A) l = panjang penghantar (m)

Tujuan mempelajari materi induksi elektromagnetik adalah menjelaskan hubungan antara pergerakan garis medan magnetik dengan terjadinya GGL induksi melalui percobaan, menjelaskan prinsip kerja dinamo/generator, menjelaskan prinsip sederhana cara kerja transformator, menunjukkan hubungan antara pergeseran garis medan magnetik dengan terjadinya GGL induksi. Adapun materi induksi elektromagnetik adalah sebagai berikut:

a. Menurut Faraday, adanya perubahan medan magnet pada suatu kumparan dapat menimbulkan gaya gerak listrik.

b. Besar GGL induksi bergantung pada tiga faktor, yaitu: - Kecepatan perubahan jumlah garis-garis gaya magnet - Jumlah lilitan

- Kuat medan magnet

c. Induksi elektromagnetik diterapkan pada generator, dinamo dan trafo. d. Fungsi generator atau dinamo adalah untuk mengubah energi kinetik

menjadi energi listrik.

e. Fungsi generator atau tafo adalah menaikkan atau menurunkan tegangan AC. Untuk menaikkan tegangan listrik digunakan trafo step-up, sedangkan untuk menurunkan tegangan listrik digunakan trafo step-down.

S P P S S P N N I I V V  

g. Untuk transformator yang tidak ideal berlaku rumus efisiensi

% 100 % 100 % 100 % 100            P P S S P P S S P S P S I V I N I N I N P P W W     Vp = tegangan primer (V) Vs = tegangan sekunder (V)

Np = jumlah lilitan primer

Ns = jumlah lilitan sekunder

Ip = arus primer (A)

Is = arus sekunder (A)

η = efisiensi trafo (%)

Wp = energi primer (J)

Ws = energi sekunder (J)

h. Transformator digunakan pada catu daya, adaptor, dan instalasi transmisi daya listrik jarak jauh.

i. Transmisi daya jarak jauh dapat dilakukan dengan menggunakan tegangan yang besar dan arus yang kecil. Dengan cara ini akan diperoleh beberapa keuntungan, yaitu energi yang hilang dalam

perjalanan dapat dikurangi dan kawat penghantar yang diperlukan dapat lebih kecil serta harganya lebih murah.

Dokumen terkait