• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan siswa potensial melalui pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan kualitas belajar dan prestasi belajar siswa di kelas IX C SMP Negeri Wonosari pada materi kemagnetan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemberdayaan siswa potensial melalui pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan kualitas belajar dan prestasi belajar siswa di kelas IX C SMP Negeri Wonosari pada materi kemagnetan."

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Gati Miranti “Pemberdayaan Siswa Potensial Melalui Pembelajaran Kooperatif Untuk Peningkatan Kualitas Belajar Dan Prestasi Belajar Siswa Di Kelas IX C SMP Negeri 2 Wonosari Pada Materi Kemagnetan”. Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2017.

Tujuan penelitian ini untuk (1) Meningkatkan kualitas belajar siswa (2) Meningkatkan prestasi hasil belajar siswa.

Data penelitian diperoleh dari pengamatan pembelajaran kooperatif, aktivitas belajar siswa dan prestasi hasil belajar siswa. Pengamatan dilakukan tiga tahap yaitu tahap pra tindakan, tindakan 1 dan tindakan 2. Analisis data dilakukan dengan deskripsi kualitatif yang menghasilkan kesimpulan sebagai hasil penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa meningkatkan peran siswa potensial melalui pembelajaran kooperatif untuk peningkatan kualitas belajar dan prestasi siswa di kelas IX C SMP Negeri 2 Wonosari pada materi kemagnetan dapat meningkatkan rata-rata aktivitas siswa dari 4,4 pada pra tindakan menjadi 9,55 pada tindakan 1 menjadi 16,41 pada tindakan 2. Sedangkan nilai prestasi hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 66, 37 pada pra tindakan naik menjadi 74 pada tindakan 1 dan naik menjadi 83,3 pada tindakan 2.

Berdasar hasil penelitian ini guru dapat dapat memberikan peran kepada siswa potensial dalam pembelajaran kooperatif guna meningkatkan aktivitas belajar kualitas belajar dan prestasi belajar siswa.

(2)

ABSTRACT

Gati Miranti "Empowerment Student Potential Through Cooperative Learning For Improving The Quality Of Learning And Student Achievement In Class Ix C Smp Negeri 2 Wonosari In The Matter Magnetism". Physics Education Study Program Department of Mathematics and Natural Sciences Faculty of Teacher Training and Education Sanata Dharma University in Yogyakarta in 2017.

The purpose of this study to (1) improve the quality of student learning (2) Improve student achievement of learning outcomes.

Data were obtained from observations of cooperative learning, student learning activities and achievement of learning outcomes student. Observations were made three phases: pre-action, action 1 and action 2. Data analysis was performed with a qualitative description that lead to the conclusion as a result of research.

Results showed that increasing the role of potential students through cooperative learning to improve the quality of learning and achievement of students in class IX C SMP Negeri 2 Wonosari the magnetic material can increase the average student activity of 4,4 at 9,55 on a pre-action into action 1 to 16,41 on the actions 2. Average value of achievement of learning outcomes of students has increased from 66,37 at the pre-action rose to 74 in actions 1 and rose to 83.3 in the second act.

Based on the results of this study can teachers can assign roles to potential students in cooperative learning activities in order to improve the quality belajarm learning and student achievement.

(3)

i

PEMBERDAYAAN SISWA POTENSIAL MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IX C SMP NEGERI 2 WONOSARI

PADA MATERI KEMAGNETAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

Gati Miranti

131424031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

MOTTO

(7)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Gati Miranti

Nim : 131424031

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini tidak memuat karya

orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka,

sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 22 Februari 2017

Penulis

(8)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Gati Miranti

NIM : 131424031

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul:

PEMBERDAYAAN SISWA POTENSIAL MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IX C SMP NEGERI 2 WONOSARI PADA MATERI KEMAGNETAN.

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas

Sanata Dharma baik untuk menyimpan, mengalihkan ke dalam bentuk media

lain, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya

maupun memberi royalti saya selam tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 22 Februari 2017

Yang menyatakan,

(9)

vii ABSTRAK

Gati Miranti “Pemberdayaan Siswa Potensial Melalui Pembelajaran Kooperatif Untuk Peningkatan Kualitas Belajar Dan Prestasi Belajar Siswa Di Kelas IX C SMP Negeri 2 Wonosari Pada Materi Kemagnetan”. Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2017.

Tujuan penelitian ini untuk (1) Meningkatkan kualitas belajar siswa (2) Meningkatkan prestasi hasil belajar siswa.

Data penelitian diperoleh dari pengamatan pembelajaran kooperatif, aktivitas belajar siswa dan prestasi hasil belajar siswa. Pengamatan dilakukan tiga tahap yaitu tahap pra tindakan, tindakan 1 dan tindakan 2. Analisis data dilakukan dengan deskripsi kualitatif yang menghasilkan kesimpulan sebagai hasil penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa meningkatkan peran siswa potensial melalui pembelajaran kooperatif untuk peningkatan kualitas belajar dan prestasi siswa di kelas IX C SMP Negeri 2 Wonosari pada materi kemagnetan dapat meningkatkan rata-rata aktivitas siswa dari 4,4 pada pra tindakan menjadi 9,55 pada tindakan 1 menjadi 16,41 pada tindakan 2. Sedangkan nilai prestasi hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 66, 37 pada pra tindakan naik menjadi 74 pada tindakan 1 dan naik menjadi 83,3 pada tindakan 2.

Berdasar hasil penelitian ini guru dapat dapat memberikan peran kepada siswa potensial dalam pembelajaran kooperatif guna meningkatkan aktivitas belajar kualitas belajar dan prestasi belajar siswa.

(10)

viii ABSTRACT

Gati Miranti "Empowerment Student Potential Through Cooperative Learning For Improving The Quality Of Learning And Student Achievement In Class Ix C Smp Negeri 2 Wonosari In The Matter Magnetism". Physics Education Study Program Department of Mathematics and Natural Sciences Faculty of Teacher Training and Education Sanata Dharma University in Yogyakarta in 2017.

The purpose of this study to (1) improve the quality of student learning (2) Improve student achievement of learning outcomes.

Data were obtained from observations of cooperative learning, student learning activities and achievement of learning outcomes student. Observations were made three phases: pre-action, action 1 and action 2. Data analysis was performed with a qualitative description that lead to the conclusion as a result of research.

Results showed that increasing the role of potential students through cooperative learning to improve the quality of learning and achievement of students in class IX C SMP Negeri 2 Wonosari the magnetic material can increase the average student activity of 4,4 at 9,55 on a pre-action into action 1 to 16,41 on the actions 2. Average value of achievement of learning outcomes of students has increased from 66,37 at the pre-action rose to 74 in actions 1 and rose to 83.3 in the second act.

Based on the results of this study can teachers can assign roles to potential students in cooperative learning activities in order to improve the quality belajarm learning and student achievement.

(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan kasih-Nya

yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pemberdayaan Siswa Potensial Melalui Metode Kooperatif Untuk Meningkatkan Kualitas Belajar Dan Prestasi Belajar Siswa Kelas IX C Smp Negeri 2 Wonosari Pada Materi Kemagnetan.”

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan tulisan ini peneliti telah banyak mendapatkan bantuan

baik moral dan dukungan yang berupa bimbingan, dorongan, sarana maupun

fasilitas dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim, M. Ed., Ph. D selaku dosen pembimbing

terimakasih atas bimbingan, bantuan, dan pengarahan, dari awal sampai akhir

penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas waktu yang bapak berikan untuk

memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran, juga atas perhatian dan

masukan, dukungan serta semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

2. Romo Prof. Dr. Paulus Suparno, S. J., M. S. T. selaku dosen program studi

Pendidikan Fisika yang membantu penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Suparto selaku Kepala Sekolah SMP N 2 Wonosari atas ijin yang

diberikan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di SMP N 2

Wonosari.

4. Bapak Wahadi, S. Pd selaku guru mata pelajaran IPA kelas IX SMP N 2

Wonosari atas penerimaan, saran, nasihat dan semangat yang telah diberikan

kepada penulis, serta seluruh siswa kelas IX C terimakasih atas waktu dan

(12)

x

5. Teman-teman Pendidikan Fisika 2013 terima kasih atas kebersamaan dan

kerja samanya selama menimba ilmu di kampus Universitas Sanata Dharma.

6. Terima kasih kepada kedua orang tuaku yang telah memberikan dukungan,

nasihat, fasilitas, dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Demikian tulisan ini dapat diselesaikan. Peneliti memohon maaf apabila

terdapat kesalahan dalam penyusunan tulisan ini. Tulisan ini jauh dari sempurna,

oleh karenaa itu peneliti mengharapkan kritik dan saran demi pengembangan

tulisan ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi pembaca.

Penulis

Gati Miranti

(13)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...………... iii

MOTTO ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

(14)

xii BAB II KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori ... 7

B. Kerangka Berpikir ... 33

C. Hipotesa ... 34

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian....……….. 35

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 35

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 35

D. Rencana Tindakan ………... 36

E. Instrumen Penelitian ...…………... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian …………...……… 55

B. Pembahasan ………...…………..…….. 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ...……… 96

DAFTAR PUSTAKA ………....………. 98

(15)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat ijin penelitian skripsi dari Universitas ... 99

Lampiran 2 Surat ijin penelitian skripsi dari BAPPEDA ... 100

Lampiran 3 Surat pernyataan telah selesai penelitian dari SMP Negeri 2 Wonosari ... 101

Lampiran 4 Jadwal penelitian …... 102

Lampiran 5 LO pra observasi ... 103

Lampiran 6 LO tindakan 1 ... 104

Lampiran 7 LO tindakan 2 ... 105

Lampiran 8 Catatan pengamatan pra tindakan ... 106

Lampiran 9 Catatan pengamatan tindakan 1 ... 107

Lampiran 10 Catatan pengamatan tindakan 2 ... 108

Lampiran 11 Daftar kelompok tindakan 1 ... 110

Lampiran 12 Daftar kelompok tindakan 2 ... 111

Lampiran 12 Rekap skor angket ... 112

Lampiran 13 Angket aktivitas siswa ... 114

Lampiran 14 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 115

Lampiran 15 Lembar Kerja Siswa... 121

Lampiran 15 Materi pembelajaran kemagnetan dan induksi elektromagnetik ... 123

Lampiran 16 Soal tindakan 1 ... 133

Lampiran 17 Soal tindakan 2 ... 134

Lampiran 18 Kunci jawaban soal tindakan 1 dan tindakan 2 ... 135

(16)

xiv

Lampiran 20 Lembar jawab siswa tindakan 2 ... 144

Lampiran 21 Rekap nilai siswa pra tindakan, tindakan 1, tindakan 2 .... 146

(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Presentase Pencapaian KKM ... 2

Tabel 2. Lembar observasi aktivitas siswa ... 40

Tabel 3. Format kisi-kisi soal untuk siklus 1 dan siklus 2 ... 43

Tabel 4 Hasil Uji Validitas Instrumen Soal Tindakan 1 ... 50

Tabel 5. Hasil Uji Validitas Instrumen Soal Tindakan 2 ... 51

Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas Soal Tindakan 1 ... 51

Tabel 7. Hasil Uji Reliabilitas Soal Tindakan 2 ... 51

Tabel 8. Hasil Uji Validitas Instrumen Angket ... 52

Tabel 9. Hasil Uji Reliabilitas Angket ... 53

Tabel 10. Data Prestasi Belajar Siswa Pra Observasi ... 56

Tabel 11. Data Aktivitas Belajar Siswa ... 60

Tabel 12. Data Aktifitas Belajar Siswa ... 69

Tabel 13. Data Prestasi Belajar Siswa ... 74

Tabel 14. Data Aktifitas Belajar Siswa ... 82

Tabel 15. Data Prestasi Belajar Siswa ... 87

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kualitas belajar siswa dalam proses pembelajaran menentukan

keberhasilan belajar siswa. Kualitas belajar siswa adalah berupa aktivitas

membaca, bertanya, menjawab, berpendapat, menyanggah, memperhatikan,

mengamati, menulis jawaban, meringkas, menulis hasil belajar, melakukan

percobaan, melaporkan hasil percobaan, menganalisa, menyimpulkan,

antusias, berani, dan suasana gembira. Berdasarkan pengamatan kualitas

belajar siswa kelas IX C SMP Negeri 2 Wonosari masih rendah. Hasil

pengamatan sebelum penelitian dari 29 siswa anggota kelas baru 10 siswa

yang menunjukkan aktivitas belajar sementara 19 siswa masih pada kondisi

pasif aktivitas belajar. Kondisi aktivitas belajar siswa belum maksimal

disebabkan penerapan metode pengajaran yang diterapkan belum mendukung

aktivitas belajar siswa serta menimbulkan motivasi belajar siswa.

Kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebagai batas minimal nilai mata

pelajaran IPA kelas IX SMP negeri 2 Wonosari yang ditentukan adalah 75.

Ketentuan nilai minimal bersifat mengikat setiap siswa sebagai batas minimal

nilai hasil belajarnya. Siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM

mengalami perbaikan dan siswa yang sudah mencapai atau melampaui KKM

mengalami pengayaan. Prestasi hasil belajar siswa kelas IXC masih rendah

(19)

dilaksanakan pada kelas IX C dengan jumlah 29 siswa nilai rata-rata kelas

55,67 masih dibawah nilai KKM yang ditentukan dengan perincian 10 siswa

memenuhi KKM dan 19 siswa memperoleh nilai dibawah KKM.

Tabel 1. Presentase Pencapaian KKM

No. Predikat

Rentang

Nilai

Jumlah

siswa

Presentase

1. Memenuhi KKM ≥75 10 34,48%

2.

Belum memenuhi

KKM

< 75 19 65,51%

Untuk meningkatkan interaksi antar siswa dalam komunitas

masyarakat belajar dalam proses pembelajaran dikelas dengan menerapkan

pembelajaran kooperatif yang akan memudahkan siswa mengkonstruksi

pengetahuan hasil belajarnya sesuai teori kontruktivisme sosial Vygotsky.

“Vygotsky’s theory rests on his belief that cognitive processes are the result

of social and cultural interaction, and that all higher mental functioning in the individual has its origins in the social” (Harry Daniels, 1994: 156).

Penelitian ini memiliki tujuan untuk meningkatkan prestasi hasil

belajar siswa secara bertahap diharapkan mengalami peningkatan dari siklus

ke siklus berikutnya. Adapun nilai rata-rata pada siklus 1 diharapkan siswa

memenuhi KKM mencapai 50 % sedangkan pada siklus 2 siswa memenuhi

(20)

Berdasarkan latar belakang keadaan kualitas belajar siswa dan prestasi

hasil belajar siswa yang masih rendah serta model pembelajaran yang masih

konvensional maka perlu dilakukan penelitian yang mengaitkan

pemberdayaan siswa potensial. Pemberdayaan siswa potensial berupa

peningkatan peran siswa potensial dalam kelompok. Adapun penelitian ini

mengambil judul “Pemberdayaan Siswa Potensial Melalui Pembelajaran

Kooperatif Untuk Peningkatan Kualitas Belajar dan Prestasi Belajar Siswa Di

Kelas IX C SMP Negeri 2 Wonosari Pada Materi Kemagnetan.“

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah yang terkait dengan latar belakang masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Prestasi hasil belajar siswa masih rendah ditandai nilai rata kelas masih

dibawah kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan.

2. Hanya siswa yang memiliki nilai tinggi saja yang melakukan aktivitas

belajar tinggi di dalam kelas.

3. Model pembelajaran masih cenderung konvensional, belum membiasakan

menggunakan pembelajaran kooperatif.

4. Guru belum memberdayakan siswa potensial dalam proses pembelajaran

(21)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh pemberdayaan siswa potensial terhadap kualitas

belajar siswa dalam pembelajaran di kelas ?

2. Bagaimana pengaruh pemberdayaan siswa potensial terhadap prestasi

belajar siswa di kelas?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Meningkatkan aktivitas belajar.

2. Meningkatkan kualitas belajar siswa.

3. Meningkatkan prestasi hasil belajar siswa.

E. Pembatasan Masalah

1. Pemberdayaan siswa potensial adalah peningkatan peran siswa potensial.

Peningkatan peran siswa potensial adalah usaha untuk memberikan

kesempatan kepada anak yang lebih pandai untuk membantu teman lain

dalam kelompok mengatasi kesulitan proses belajarnya. Siswa potensial

adalah siswa yang memiliki kemampuan lebih unggul dibanding siswa di

kelas khususnya pada akademiknya.

2. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara

(22)

kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang yang

bersifat heterogen, siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua

anggota kelompok menguasai materi pelajaran.

3. Kualitas belajar siswa adalah kemampuan siswa mendemostrasikan

pengetahuannya.

4. Prestasi belajar adalah ukuran kualitas dari hasil proses belajar setelah

seseorang menempuh kegiatan belajar.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian bagi guru, siswa dan

sekolah dapat diuraikan sebagai berikut :

Manfaat penelitian bagi guru:

a. Guru dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas

b. Guru terampil mengidentifikasi masalah yang dihadapi dalam

pembelajaran dan menentukan cara pemecahan masalah secara ilmiah.

Manfaat penelitian bagi siswa :

a. Siswa potensial merasa diakui kelebihanya, dihargai dan diberdayakan

dalam proses kegiatan pembelajaran oleh guru.

b. Siswa potensial merasa diberi kesempatan mengembangkan kemampuan

dan ketrampilan membimbing kawannya.

c. Siswa yang kurang berprestasi merasa terbantu oleh kawan sendiri karena

(23)

d. Secara kelompok tumbuh semangat kebersamaan untuk menunjukkan

bahwa kelompoknya yang paling baik sehingga terjadi kompetisi sehat.

Manfaat penelitian bagi sekolah

a. Meningkatnya kualitas pelayanan pembelajaran

b. Memberikan alternatif pemecahan masalah bagi guru yang menghadapi

permasalahan yang sama seperti masalah dalam penelitian ini.

(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Konstruktivisme Sosial

Pembelajaran adalah suatu proses, cara, perbuatan yang

menjadikan orang belajar. Ketika seseorang sudah melalui proses

belajar maka seseorang akan mengalami perubahan dalam belajar.

Perubahan dalam belajar akan dialami seseorang dengan cara

berinteraksi sosial dengan orang lain, sehingga seseorang akan

mendapat suatu pengetahuan yang baru dari orang lain maka akan

mengakibatkan seseorang dapat mengkontruksi pengetahuan dalam

diri pribadi masing-masing.

Teori yang mendukung bahwa interaksi sosial dapat membantu

seseorang mengkontruksi pengetahuan adalah teori kontruktivisme

sosial Vygotsky.

Every function in the cultural development of the child comes on the stage twice, in two respects: first in the social, later in the psychological, first in relations between people as an interpsychological category, afterwards within the child as an intrapsychological category.

(25)

Advanced human psychological processes have their origins in collaborative activity which is mediated by verbal interaction. Thus the child is introduced to new concepts through social activity (particulary instructional activity by an adult) and through a process of internalization, s/he is enabled to learn the new concept and take it on as her own. Vygotsky emphasizes the role of semiotic mediation, particulary language, in effecting the internalization of activity. It is through this mediation that a child is able to transform external activity into internal activity and therefore understanding (Harry Daniels, 1994: 156). (Proses psikologis manusia asal muasalnya

adalah aktivitas kolaboratif yang dijembatani oleh interaksi verbal.

Dengan demikian anak diperkenalkan dengan konsep baru melalui

kegiatan sosial (aktivitas instruksional khususnya oleh orang dewasa)

dan melalui proses internalisasi, dia diaktifkan untuk mempelajari

konsep baru dan menerimanya sendiri. Vygotsky menekankan peran

mediasi semiotik, terutama bahasa, dalam mengefektifkan internalisasi

kegiatan. Melalui mediasi ini bahwa seorang anak mampu mengubah

aktivitas eksternal ke dalam kegiatan internal dan cepat mengerti)

(Harry Daniels, 1994: 156).

Konstruktivisme Vygotsky memandang bahwa pengetahuan

dikonstruksi secara kolaboratif antar individual dan keadaan tersebut

dapat disesuaikan oleh setiap individu. Proses dalam kognitif

(26)

Proses penyesuaian itu sama dengan mengkonstruksi pengetahuan

secara intra individual yakni melalui proses regulasi diri internal.

Maka makna konstruktivisme sosial Vygotsky lebih menekankan pada

penerapan saling tukar gagasan antar individual.

2. Aktivitas Belajar

Belajar adalah suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan suatu

hasil atau suatu tujuan (Oemar Hamalik, 2001: 27). Proses belajar

siswa berlangsung dalam kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh

guru sehingga kualitas pembelajaran perlu diupayakan perbaikan oleh

guru. Kualitas pembelajaran sebagai itensitas keterkaitan sistemik dan

sinergi guru, murid, kurikulum, bahan ajar, media dalam

menghasilkan proses dan hasil belajar sesuai tuntutan kurikulum.

Kualitas belajar merupakan derajad atau taraf usaha siswa

dalam memperoleh kepandaian atau ilmu oleh siswa. Kualitas belajar

siswa dapat diamati dari tingkat keaktifan siswa, pengorganisasian dan

penemuan informasi sehingga memperjelas apa yang sebenarnya

dicapai oleh siswa selama pembelajaran. Pembelajaran yang

berkualitas akan meningkatkan minat siswa. Pengaruh minat siswa

terhadap pembelajaran sangat besar, siswa akan aktif dan bertanggung

jawab terhadap peran yang diberikan. Mereka terdorong dengan

sukarela dan atas kemauan sendiri untuk menemukan pengetahuan dan

(27)

terhadap materi yang diberikan. Berdasar pernyataan di atas dapat

disimpulkan bahwa kualitas belajar berhubungan dengan aktivitas

siswa selama proses belajar di kelas.

Aktivitas belajar adalah kegiatan siswa dalam proses belajar,

mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Adapun kegiatan

fisik berupa keterampilan-keterampilan dasar, sedangkan kegiatan

psikis berupa keterampilan terintegrasi. Keterampilan dasar antara lain

mengobservasi, mengklarifikasi, memprediksi, mengukur,

menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Sedangkan keterampilan

terintegrasi antara lain terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat

tabulasi data, menyajikan dalam bentuk grafik, menggambarkan

hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data,

menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel

eksperimen.

Seseorang tidak akan dapat menghindarkan diri dari situasi

dalam proses belajar, situasi akan menentukan aktivitas apa yang akan

dilakukan dalam rangka belajar. Menurut Paul D. Dierich (dalam

Oemar Hamalik, 2001: 172-173) membagi aktivitas belajar menjadi 8

kelompok, sebagai berikut:

a. Kegiatan-kegiatan visual (Visual activities): misalnya membaca,

melihat gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran,

(28)

b. Kegiatan-kegiatan lisan (Oral activities): seperti mengemukakan

suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian,

mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan

pendapat, berwawancara, diskusi bertanya, memberi sesuatu,

mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi.

c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan (Listening activities): sebagai

contoh mendengarkan penyajian, bahan, mendengarkan

percakapan atau diskusi kelompok.

d. Kegiatan-kegiatan menulis (Writing activities): misalnya menulis

cerita, karangan, menulis laporan, memeriksa karangan,

bahan-bahan kopi, membuat sketsa, atau rangkuman, mengerjakan tes,

mengisi angket.

e. Kegiatan-kegiatan menggambar (Drawing activities): yang

termasuk didalamnya antara lain menggambar, membuat grafik,

diagram, peta, pola.

f. Kegiatan-kegiatan metrik (Motor activities): melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat

model, menyelenggarakan permainan (simulasi).

g. Kegiatan-kegiatan emosional (Emotional activities): minat,

membedakan, berani, tenang, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan

dalam kelompok ini terdapat pada semua kegiatan tersebut di atas,

(29)

Belajar perlu ada aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar itu

adalah berbuat “learning by doing”. Kegiatan yang selalu memperhatikan pengembangan aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik yang diwujudkan dalam beberapa aktivitas belajar.

3. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah

dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Sehingga prestasi belajar dapat

diartikan sebagai kecakapan nyata yang dapat diukur berupa

pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai interaksi aktif antara

subyek belajar dengan obyek belajar selama berlangsungnya proses

belajar mengajar untuk mencapai hasil belajar.

Untuk meraih prestasi belajar yang baik banyak sekali faktor-faktor

yang perlu diperhatikan. Menurut Sumadi Suryabrata (1998: 233) dan

Shertzer dan Stone (Winkle, 1997: 591), secara garis beras faktor-faktor

yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan

menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor Internal

Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang

dapat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dibedakan menjadi

(30)

1) Faktor fisiologis

Dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor

yang berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera.

a) Kesehatan badan

Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu

memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya.

Keadaan fisik yang lemah dapat menjadi penghalang bagi

siswa dalam menyelesaikan program studinya. Dalam

upaya memelihara kesehatan fisiknya, siswa perlu

memperhatikan pola makan dan pola tidur, untuk

memperlancar metabolisme dalam tubuhnya. Selain itu,

juga untuk memelihara kesehatan bahkan juga dapat

meningkatkan ketangkasan fisik dibutuhkan olahraga yang

teratur.

b) Pancaindera

Berfungsinya pancaindera merupakan syarat

dapatnya belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam sistem

pendidikan dewasa ini di antara pancaindera itu yang paling

memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga.

Hal ini penting, karena sebagian besar hal-hal yang

dipelajari oleh manusia dipelajari melalui pengelihatan dan

(31)

memiliki cacat fisik atau bahkan cacat mental akan

menghambat dirinya didalam menangkap pelajaran,

sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi

belajarnya di sekolah.

2) Faktor Psikologis

Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi

prestasi belajar siswa, antara lain adalah:

a) Intelegensi

Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan siswa

mempunyai kaitan yang erat dengan tingkat kecerdasan yang

dimiliki siswa. Menurut Binet (Winkle, 1997: 529) hakikat

intelegensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan

mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan suatu

penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk menilai

keadaan diri secara kritis dan objektif. Taraf intelegensi ini sangat

mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa, di mana siswa yang

memiliki taraf intelegensi tinggi mempunyai peluan lebih besar

untuk mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi. Sebaliknya,

siswa yang memiliki taraf intelegensi yang rendah diperkirakan

juga akan memiliki prestasi belajar yang rendah. Namun bukanlah

suatu yang tidak mungkin jika siswa dengan taraf intelegensi

(32)

b) Sikap

Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri dapat

merupakan faktor yang menghambat siswa dalam menampilkan

prestasi belajarnya. Menurut Sarlito Wiriawan (1997: 233) sikap

adalah kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu

terhadap hal-hal tertentu. Sikap siswa yang positif terhadap mata

pelajaran di sekolah merupakan langkah awal yang baik dalam

proses belajar mengajar di sekolah.

c) Motivasi

Menurut Irwanto (1997: 193) motivasi adalah penggerak

perilaku. Motivasi belajar adalah pendorong seseorang untuk

belajar. Motivasi timbul karena adanya keinginan atau

kebutuhan-kebutuhan dalam diri seseorang. Seseorang berhasil dalam belajar

karena ia ingin belajar. Sedangkan menurut Winkle (2004: 39)

motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri

siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin

kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah

pada kegiatan belajar itu, maka tujuan yang dikehendaki oleh

siswa tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang

bersifat non intelektual. Peranannya yang khas ialah dalam hal

gairah atau semangat belajar, siswa yang termotivasi kuat akan

(33)

b. Faktor Eksternal

Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal

lain diluar diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang

akan diraih, antara lain adalah:

1) Faktor lingkungan keluarga

a) Sosial ekonomi keluarga

Dengan sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih

berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih

baik, mulai dari bukun alat tulis hingga pemilihan

sekolah.

b) Pendidikan orang tua

Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan

tinggi cenderung lebih memperhatikan dan memahami

pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan

dengan yang mempunyai jenjang pendidikan yang kebih

rendah.

c.) Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota

keluarga

Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu

semangat berprestasi bagi seseorang. Dukungan dalam

hal ini bisa secara langsung, berupa pujian atau nasihat;

maupun secara tidak langsung, seperti hubungan

(34)

2) Faktor lingkungan sekolah

a) Sarana dan prasaranan

Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis, OHP

akan membantu kelancaran proses belajar mengajar di

sekolah; selain bentuk ruangan, sirkulasi udara dan

lingkungan sekitar sekolah juga dapat mempengaruhi

proses belajar mengajar.

b) Kompetensi guru dan siswa

Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih

prestasi, kelengkapan saran dan prasaranan tanpa

disertai kinerja yang baik dari para penggunanya akan

sisa-sia belaka. Bila seorang siswa merasa kebutuhannya

untuk berprestasi dengan baik di sekolah terpenuhi,

misalnya dengan tersedianya fasilitas dan tenaga

pendidik yang berkualitas, yang dapat memenuhi rasa

ingintahuannya, hubungan dengan guru dan

teman-temannya berlangsung harmonis, maka siswa akan

memperoleh iklim belajar yang menyenangkan. Dengan

demikian, ia akan terdorong untuk terus-menerus

(35)

c) Kurikulum dan metode mengajar

Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan

materi tersebut kepada siswa. Metode pembelajaran

yang lebih interaktif sangat diperlukan untuk

menumbuhkan minat dan peran serta siswa dalam

kegiatan pembelajaran. Sarlito Wirawan (1997: 122)

mengatakan bahwa faktor yang paling penting adalah

faktor guru. Jika guru mengajar dengan arif bijaksana,

tegas, memiliki disiplin tinggi, luwes dan mampu

membat siswa menjadi senang akan pelajaran, maka

prestasi belajar siswa akan cenderung tinggi, paling

tidak siswa tersebut tidak bosan dalam mengikuti

pelajaran.

3) Faktor lingkungan masyarakat

a) Sosial budaya

Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan

akan mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta

didik. Masyarakat yang masih memandang rendah

pendidikan akan enggan mengirimkan anaknya ke

sekolah dan cenderung memandang rendah pekerjaan

(36)

b) Partisipasi terhadap pendidikan

Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung

kegiatan pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa

kebijakan dan anggaran) sampai pada masyarakat

bawah, setiap orang akan lebih menghargai dan

berusaha memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan.

3. Pembelajaran Kooperatif

Beberapa ahli mengemukakan tentang teori pembelajaran, salah

satu teori yang dikemukakan adalah pembelajaran kooperatif. Berkait

dengan judul penelitian dikaji teori pembelajaran kooperatif untuk

mendukung keberhasilan penelitian yang dilakukan.

Roger, dkk (1992) menyatakan cooperative learning is group

learning activity organized in such a way that learning is based on the socially structured change of information between learners in group in which each learner is held accountable for his or her own learning and is motivated to increase the learning of others. (Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang

diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan

pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok

pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab

atas pembelajarannya sendiri dan di dorong untuk meningkatkan

(37)

Cooperative learning adalah teknik pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam

kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang. Belajar

kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran

yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan

belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut

(Johnson dalam Hasan, 1996). (Miftahul Huda, 2011: 204)

Pentingnya pembelajaran kooperatif dalam proses belajar di

sekolah karena di dalam kelas masih ada permasalahan seperti sifat

individualistis siswa. Siswa cenderung berkompetisi secara individual,

bersikap tertutup terhadap teman, kurang memberi perhatian keteman

sekelas, bergaul hanya dengan orang tertentu, ingin menang sendiri,

dan sebagainya (Rusman, 2010: 205). Akibatnya, karena kemampuan

siswa di kelas berbeda-beda dan memiliki sifat yang kurang peduli

atau kurang dekat dengan teman satu dengan yang lain maka akan

menimbulkan prestasi belajar siswa rendah karena di kelas hanya

siswa yang memiliki kemampuan lebih saja yang mendominasi.

Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan yang kurang terkadang

tidak mendapat perhatian dari teman yang lain.

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran

yang banya digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh

para ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil penelitian

(38)

metode pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa dan sekaligus meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan

sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain. (2) Pembelajaran

kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berfikir kritis,

memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan

pengalaman. Dengan alasan tersebut, strategi pembelajaran kooperatif

diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. (Rusman,

2010: 205-206)

Menurut Roger dan David Johnson (Lie, 2008) ada lima unsur

dasar dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning), yaitu

sebagai berikut: (Rusman, 2010: 212)

1. Prinsip kebergantungan positif (positive interdependence), yaitu

dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian

tugas kelompok tergantung pada usaha yang dilakukan oleh

kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh

kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua

anggota dalam kelompok akan merasakan saling ketergantungan.

2. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu

keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing

anggota kelompoknya oleh karena itu, setiap anggota kelompok

mempunyai tugas yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.

3. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu

(39)

kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi

untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota

kelompok lain.

4. Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu,

melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi

dalam kegiatan pembelajaran.

5. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi

kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil

kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan

lebih efektif.

Pada suatu pembelajaran perlu persiapan dalam menyusun

langkah-langkah supaya saat proses belajar mengajar berlangsung

dapat berjalan dengan baik. Ketika seorang guru menggunakan model

pembelajaran kooperatif sangat penting untuk memperhatikan

langkah-langkah dalam menerapkannya di dalam kelas.

Berdarkan pendapat para ahli diatas pembelajaran kooperatif

dalam penelitian ini dirancang sebagai berikut :

Pertama dilakukan identifikaasi adanya siswa potensial berdasar observasi dan melihat data nilai prestasi belajar siswa. Kedua membagi

siswa dalam kelompok dengan menempatkan siswa potensial pada

setiap kelompok belajar. Ketiga pemberian peran dan tugas dalam

kelompok belajar. Keempat peningkatan peran siswa potensial.

(40)

4. Siswa Potensial

Siswa adalah individu yang memiliki kemampuan beraneka ragam

potensi yang hidup dan sedang berkembang. Didalam dirinya terdapat

prinsip aktif, keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif

inilah yang mengendalikan tingkahlaku siswa. Pendidikan perlu

mengarahkan tingkahlaku dan perbuatan itu menuju ketingkat

perkembangan yang diharapkan. Potensi yang hidup itu perlu

mendapat kesempatan yang luas untuk berkembang, tanpa pengarahan

dikawatirkan terjadi penyimpangan perkembangan dari tujuan yang

telah ditentukan. Jika terjadi penyimpangan maka berakibat

terganggunya bahkan rusaknya perkembangan siswa, dengan kata lain

para siswa tidak menjadi manusia sebagaimana dicita-citakan oleh

masyarakat (Oemar Hamalik, 2001:171).

Faktor intelegensi murid yang cerdas akan lebih berhasil dalam

kegiatan belajarnya karena lebih mudah mengingat-ingatnya. Anak

yang cerdas akan mudah berpikir kreatif dan lebih cepat mengambil

keputusan. Hal ini berbeda dengan siswa yang kurang cerdas, para

siswa yang lamban. (Oemar Hamalik, 2001:33)

Balitbang Depdikbud (1982), secara rinci mengidentifikasi ciri-ciri

siswa berbakat sebagai berikut:

(http://file.upi.edu/direktori/fip/jur._psikologi_pend_dan_bimbingan/1

95903271986011dedi_herdiana_hafid/anak_berbakat_%5bcompatibilit

(41)

a. Mempunyai ingatan yang baik, memiliki ciri-ciri belajar antara lain

mudah menangkap pelajaran, perbendaharaan kata luas, penalaran

tajam, berpikir kritis, logis sering mambaca buku bermutu dan

mempunyai rasa ingin tahu yang bersifat intelektual.

b. Memiliki ciri-ciri tanggung jawab terhadap tugas antara lain tekun

menghadapi tugas ulet menghadapi kesulitan mampu bekerja

sendiri tanpa bantuan orang lain, ingin berprestasi sebaik mungkin,

senang dan rajin belajar, penuh semangat dan bosan dengan

tugas-tugas yang rutin.

c. Memiliki kreatifitas antara lain bersifat ingin tahu, sering

mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan

dan usul-usul terhadap suatau masalah.

d. Memiliki ciri kepribadian antara lain disenangi oleh teman sekolah

dipilih menjadi pemimpin dapat bekerjasama, dapat mempengaruhi

teman, banyak inisiatif dan percaya pada diri sendiri.

Dari beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan tentang

karakteristik siswa potensial antara lain:

1. Kemauan belajar tinggi dan berpikir kritis

2. Kreatif dan aktif dalam kegiatan pembelajaran

3. Bertanggungjawab dalam tugas dan mampu bekerja mandiri

4. Prestasi belajar tinggi

(42)

Beberapa potensi diatas dapat menimbulkan akibat negatif dalam

kegiatan pembelajaran, antara lain siswa potensial akan mendominasi

aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga kurang memberi

kesempatan siswa yang lain. Siswa yang potensinya rendah semakin

kurang mendapat kesempatan dan peran dalam kegiatan pembelajaran

bahkan dapat menurunkan kepercayaan diri. Akan tetapi, apabila siswa

potensial diposisikan pada posisi yang tepat merupakan modal yang baik

untuk terlaksananya pembelajaran yang dapat mengaktifkan seluruh siswa.

Berdasarkan pernyataan diatas maka siswa potensial perlu

diberdayakan dalam bentuk pemberian peningkatan peran pada proses

pembelajaran. Pemberdayaan siswa potensial dalam proses belajar untuk

membantu meningkatkan kualitas belajar dan prestasi belajar

teman-temannya di kelas.

Dalam perencanaan pembelajaran guru sebagai inisiator bagaimana

faktor-faktor yang terkait dengan proses pembelajaran diberdayakan

misalnya kelompok belajar dan juga keberadaan siswa potensial semua

diberdayakan untuk mengoptimalkan pembelajaran. Dalam proses

pembelajaran guru sebagai fasilitator yang setiap saat memfasilitasi

dinamika proses pembelajaran yang berlangsung. Apabila siswa terlibat

langsung dalam aktivitas bersama teman yang lebih pandai dalam

kelompok maka interaksi antar teman semakin menambah pengetahuan

dan pengalaman. Setiap siswa tidak merasa takut apabila menanyakan

(43)

menanyakan pada guru. Siswa saling bertukar pikiran dalam kelompok

sangat mungkin terjadi perbedaan pendapat antar siswa sehingga timbul

ketidakkonsistenan jawaban maka kelompok akan berpikir secara

bersama-sama untuk mendapatkan jawaban dan mengkontruksi

pengetahuan dalam kelompok .

Peningkatan peran siswa potensial adalah usaha untuk memberikan

kesempatan kepada anak yang lebih pandai untuk membantu teman lain

dalam kelompok mengatasi kesulitan proses belajarnya. Pemberian

kesempatan peran siswa potensial oleh guru akan memiliki dampak

kepada diri siswa potensial maupun siswa yang prestasi belajarnya masih

rendah.

Pengaruh pemberian peran pada siswa potensial akan

meningkatkan kemampuan memimpin, percaya diri, pengakuan

kemampuan oleh teman, keterampilan komunikasi, tumbuhnya rasa ikhlas

berbagi, peduli kepada teman, kebiasaan belajar lebih awal karena akan

membantu teman-temannya, serta sikap bertanggung jawab. Sedangkan

pengaruh pemberian peran siswa potensial pada siswa yang prestasinya

masih rendah antara lain mudah memahami isi bacaan, terbantu

menganalisis permasalahan, terbantu dalam melaksanakan kegiatan

percobaan atau eksperiemen, berlatih menarik kesimpulan, berani dan

terampil bertanya, berani mempresentasikan hasil belajar, berani

(44)

Aktivitas membantu yang dapat dilakukan oleh siswa potensial

kepada anggota kelompok adalah membantu memahami isi bacaan,

menganalisis permasalahan, membantu dalam kegiatan percobaan atau

eksperiemen, membantu menarik kesimpulan hasil belajar, membantu

keterampilan bertanya, membantu kemampuan dan keberanian

mempresentasikan hasil belajar, membantu kemampuan berani

berpendapat, dan membantu kemampuan berani menyanggah.

Berdasarkan kenyataan kemampuan siswa di setiap kelas beragam

artinya ada siswa yang potensinya tinggi dan ada siswa yang potensinya

rendah. Secara umum siswa yang memiliki prestasi tinggi jumlahnya

sedikit dibanding siswa yang memiliki potensi yang rendah. Berdasarkan

hasil pengamatan pra penelitian jumlah siswa potensial di kelas IX C SMP

Negeri 2 Wonosari berjumlah 10 siswa dari jumlah siswa anggota kelas

sebanyak 29 orang.

Siswa potensial yang berjumlah 10 orang akan ditempatkan pada

kelompok–kelompok kegiatan dalam proses pembelajaran. Pada siklus 1

guru membentuk kelompok dengan anggota terdiri 4 sampai 5 orang yang

didalam kelompok diantaranya adalah siswa potensial. Karena jumlah

siswa dikelas berjumlah 29 orang maka dibentuk 5 sampai 6 kelompok

kegiatan dengan anggota kelompok secara acak. Kelompok yang terbentuk

diberlakukan pada proses pembelajaran pada siklus 1. Pada proses

(45)

kelompok dan dilakukan tes hasil belajar untuk mengetahui prestasi

belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran pada siklus 1.

Hasil prestasi belajar siklus 1 digunakan sebagai dasar membentuk

kelompok baru yang akan diberlakukan pada proses pembelajaran pada

siklus 2. Pada siklus 2 siswa potensial diberikan pembekalan tersendiri

sebelum proses pembelajaran siklus 2 berlangsung. Materi pembekalan

kepada siswa potensial meliputi: materi ajar yang akan dipelajari, cara

memimpin kelompok, cara memberdayakan anggota, cara membagi tugas

dalam kelompok serta cara memberi kepercayaan kepada anggota

kelompok. Proses pembelajaran siklus 2 laksanakan dan dilakukan

pengamatan aktivitas serta dilakukan tes hasil belajar untuk mengetahui

peningkatan prestasi hasil belajar.

5. Kemagnetan

Materi ajar dalam penelitian ini adalah kemagnetan dan induksi

elektromagnetik. Tujuan mempelajari materi kemagnetan adalah

membedakan benda magnet dengan benda bukan magnet dan

mendemonstrasikan cara membuat magnet dan cara menghilangkan sifat

kemagnetan. Adapun materi kemagnetan adalah sebagai berikut:

a. Gaya tarik magnet yang paling kuat berada pada ujung-ujungnya.

Ujung magnet disebut kutub magnet.

b. Ada tiga cara membuat magnet yaitu menggosok dengan magnet

(46)

c. Medan magnet adalah ruang di sekitar magnet yang masih memiliki

pengaruh gaya tarik atau gaya tolak magnet.

d. Garis gaya magnet adalah garis-garis lengkung yang menggambarkan

pola medan magnet. Garis gaya magnet keluar dari kutub utara

menuju kutub selatan.

e. Kutub magnet sejenis berdekatan saling tolak-menolak dan

berlawanan jenis tarik-menarik.

f. Kutub utara magnet bumi terletak di sekitar kutub selatan geografis.

Adapun kutub selatan magnet bumi terletak di sekitar kutub utara

geografis.

g. Sudut yang dibentuk kutub utara jarum kompas dengan arah utara

selatan geografis disebut deklinasi. Adapun, sudut yang dibentuk

kutub utara jarum kompas dengan arah horizontal disebut inklinasi.

h. Menurut Oersted di sekitar kawat berarus listrik terdapat medan

magnet.

i. Elektromagnet adalah kumparan berarus listrik yang di dalamnya

terdapat inti besi. Kekuatan elektromagnet tergantung pada kuat arus,

jumlah lilitan, dan inti besi.

j. Gaya Lorentz gaya interaksi antara medan magnet dari arus listrik dan

medan magnet tetap. Besarnya dapat ditulis dalam bentuk rumus:

F = B x i x l

F = Gaya Lorentz (N)

(47)

i = Kuat arus listrik (A)

l = panjang penghantar (m)

Tujuan mempelajari materi induksi elektromagnetik adalah

menjelaskan hubungan antara pergerakan garis medan magnetik dengan

terjadinya GGL induksi melalui percobaan, menjelaskan prinsip kerja

dinamo/generator, menjelaskan prinsip sederhana cara kerja transformator,

menunjukkan hubungan antara pergeseran garis medan magnetik dengan

terjadinya GGL induksi. Adapun materi induksi elektromagnetik adalah

sebagai berikut:

a. Menurut Faraday, adanya perubahan medan magnet pada suatu

kumparan dapat menimbulkan gaya gerak listrik.

b. Besar GGL induksi bergantung pada tiga faktor, yaitu:

- Kecepatan perubahan jumlah garis-garis gaya magnet

- Jumlah lilitan

- Kuat medan magnet

c. Induksi elektromagnetik diterapkan pada generator, dinamo dan trafo.

d. Fungsi generator atau dinamo adalah untuk mengubah energi kinetik

menjadi energi listrik.

e. Fungsi generator atau tafo adalah menaikkan atau menurunkan

tegangan AC. Untuk menaikkan tegangan listrik digunakan trafo

step-up, sedangkan untuk menurunkan tegangan listrik digunakan trafo

step-down.

(48)

S

g. Untuk transformator yang tidak ideal berlaku rumus efisiensi

%

h. Transformator digunakan pada catu daya, adaptor, dan instalasi

transmisi daya listrik jarak jauh.

i. Transmisi daya jarak jauh dapat dilakukan dengan menggunakan

tegangan yang besar dan arus yang kecil. Dengan cara ini akan

(49)

perjalanan dapat dikurangi dan kawat penghantar yang diperlukan

(50)

B. Kerangka Berfikir

Berdasarkan analisis teori diatas dapat disajikan dalam bentuk kerangka

berpikir sebagai berikut :

PEMBELAJARAN

SISWA POTENSIAL SISWA POTENSI RENDAH

- Mendominasi aktivitas belajar

- Aktivits belajar rendah

- Prestasi tinggi - Prestasi rendah - Jumlah siswa sedikit - Jumlah siswa banyak

KUALITAS BELAJAR RENDAH PRESTASI HASIL BELAJAR RENDAH

KONDISI AKHIR

SISWA POTENSIAL SISWA POTENSIAL

- Memberdayakan anggota kelompok

- Aktivitas belajar meningkat

- Prestasi tinggi - Prestasi meningkat - Jumlah siswa sedikit - Jumlah siswa banyak

KUALITAS BELAJAR TINGGI PRESTASI HASIL BELAJAR TINGGI

(51)

C.Hipotesa

Berdasarkan kerangka berpikir tersebut diatas diajukan hipotesa sebagai

berikut :

1. Model pembelajaran kooperatif dapat memberdayakan siswa potensial

dalam pembelajaran.

2. Peningkatan peran siswa potensial dalam pembelajaran kooperatif dapat

meningkatkan kualitas belajar siswa.

3. Peningkatan peran siswa potensial dalam pembelajaran kooperatif dapat

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan model penelitian tindakan kelas.

B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian :

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 2 Wonosari

Waktu penelitian :

Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember tahun

pelajaran 2016.

C. Subyek dan Obyek Penelitian Subyek penelitian :

Subyek penelitian adalah siswa kelas IX tahun pelajaran 2016/2017 yang

berjumlah 29 siswa, terdiri dari 18 siswa perempuan dan 11 siswa

laki-laki.

Obyek penelitian :

Obyek penelitian adalah kualitas belajar dan prestasi belajar siswa pada

(53)

C. Rencana Tindakan

1. Observasi pra tindakan

Observasi pra tindakan merupakan proses pengamatan yang

dilakukan untuk mendapatkan informasi awal meliputi metode

pembelajaran, aktivitas belajar siswa, prestasi siswa dan potensi siswa.

Informasi awal diperoleh dengan menggunakan lembar observasi pra

tindakan. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui metode

pembelajaran di kelas dapat dilakukan dengan pengamatan langsung,

aktivitas belajar siswa adalah lembar observasi dan angket, sedangkan

untuk mengetahui prestasi dan potensi siswa dapat diketahui dari nilai

yang di dapatkan dari guru mata pelajaran IPA yang bersangkutan.

2. Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

Tindakan pada siklus 1 dilakukan pembelajaran kooperatif

dengan kelompok belajar yang ditentukan dengan

mempertimbangkan siswa yang prestasinya tinggi tersebar pada

setiap kelompok. Pembelajaran dilakukan satu pertemuan (3x40

menit).

Pengumpulan data menggunakan instrumen lembar

observasi pra tindakan yang dapat menjaring informasi tentang

metode pembelajaran, aktivitas belajar siswa dan prestasi siswa.

(54)

1) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok, masing-masing

kelompok beranggotakan 4 - 6 siswa. Pembagian kelompok

ditentukan mempertimbangkan prestasi atau kemampuan siswa

yang diperoleh dari observasi pra tindakan.

2) Tiap kelompok diberikan Lembar Kerja Siswa yang berkaitan

dengan pembelajaran yang direncanakan.

3) Guru melaksanakan pembelajaran.

4) Guru membimbing siswa melakukan kegiatan sesuai petunjuk

kegiatan.

5) Guru melaksanakan tes hasil belajar.

b. Observasi

1) Mengamati pelaksanaan pembelajaran kooperatif

2) Mengamati aktivitas siswa

3) Mengamati prestasi hasil belajar siswa

c. Refleksi I

Peneliti dan guru mendiskusikan data hasil observasi dari

tindakan yang sudah dilaksanakan. Hasil diskusi digunakan untuk

menentukan tindakan selanjutnya.

3. Siklus II

Tindakan pada siklus II, pembelajaran kooperatif dengan kelompok

belajar mempertimbangkan siswa yang prestasinya tinggi tersebar pada

(55)

kelompok dan siswa yang prestasinya tinggi diberikan pembekalan khusus

tentang materi ajar dan cara memberdayakan anggota kelompok. Disisi

lain harus diperhatikan siswa yang prestasinya belum baik dengan

membangun pengertian bahwa pembekalan khusus yang diberikan kepada

temannya untuk menciptakan partner untuk mempermudah dalam belajar.

Dan semuanya bisa mengalami peningkatan prestasi. Tindakan pada siklus

2 dilakukan pembelajaran satu pertemuan (3x 40 menit).

Adapun langkah pelaksanaan tindakan pada siklus 2 sebagai

berikut :

1) Guru melakukan pembekalan kepada ketua kelompok tentang materi

ajar dan cara pemberdayaan anggota kelompok diluar jam pelajaran

2) Guru melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan kelompok

belajar seperti siklus 1 namun guru memberikan peran siswa

potensial memberi kesempatan dan memberdayakan anggota

kelompoknya.

3) Tiap kelompok diberikan Lembar Kerja Siswa yang berkaitan

dengan pembelajaran yang direncanakan.

4) Guru melaksanakan pembelajaran.

5) Guru membimbing siswa melakukan kegiatan sesuai petunjuk

kegiatan.

6) Guru melaksanakan tes hasil belajar.

b. Observasi

(56)

2) Mengamati aktivitas siswa

3) Mengamati prestasi belajar siswa

c. Refleksi

Peneliti dan guru mendiskusikan data hasil observasi dari

tindakan yang sudah dilaksanakan. Hasil diskusi digunakan untuk

menentukan tindakan selanjutnya.

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen

pengambilan data sebagai berikut:

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) digunakan dalam penelitian

ini sebagai pedoman dalam proses pembelajaran yang sudah di

rancang sesuai dengan rencana penelitian. Adapun RPP yang telah

dirancang terlampir.

2. Lembar observasi

Lembar observasi digunakan untuk menganalisis dan mengadakan

pencatatan sistematis mengenai tingkah laku atau aktivitas siswa

dengan mengamati dan melihat individu atau kelompok secara

langsung. Lembar observasi aktivitas belajar siswa digunakan pada

pratindakan dan pada pembelajaran kooperatif. Pada penelitian ini,

(57)

kemagnetan. Adapun lembar obsevasi aktivitas belajar siswa adalah

sebagai berikut:

Tabel 2. Lembar observasi aktivitas siswa

(58)

Jenis Aktivitas Nomor absen siswa Ket.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Dst

Menganalisa

Menyimpulkan

Emosi

Antusias

Berani

Gembira

Jumlah

3. Angket

Angket dalam penelitian ini digunakan sebagai instrumen

pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan tertulis untuk

dijawab secara tertulis oleh siswa. Angket merupakan sebuah

pertanyaan-pertanyaan yang tertulis yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden tentang diri pribadi atau hal-hal yang belum

diketahui. (http://id.m.wikipedia.org)

Pada penelitian ini angket sebagai instrumen pengumpul data

untuk mengetahui kondisi siswa saat mengikuti proses pembelajaran

di kelas contohnya mendengarkan, membaca, dan aktivitas siswa di

rumah contohnya seperti kebiasaan membaca. Untuk mengumpulkan

(59)

Penilaian untuk tiap pilihan jawabaan yang disediakan adalah sebagai

berikut:

4 = Sangat Setuju 2 = Tidak Setuju

3 = Setuju 1 = Sangat Tidak Setuju

4. Perangkat tes

Tes diberikan kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana

siswa menguasai materi pembelajaran yang telah diberikan oleh guru.

Perangkat tes ini terbagi menjadi dua yaitu tes yang digunakan pada

siklus 1 dan siklus 2. Perangkat tes yang digunakan berbentuk soal

uraian. Pedoman penilaian untuk soal tindakan 1 dan soal tindakan 2

adalah sebagai berikut:

% 100 x soal butir total skor

benar jawaban total

skor nilai

Adapun kisi-kisi soal yang digunakan pada soal siklus 1 dan

(60)

Tabel 3. Format kisi-kisi soal untuk siklus 1 dan siklus 2

No Materi Indikator Sub bab yang dipelajari Kisi Soal No.

Soal 1. Kemagnetan 1. Menjelaskan konsep

medan magnet

2. Menjelaskan induksi elektromagnetik

3. Penggunaan induksi elektromagnetik dalam

produk teknologi

a. Sifat kutub magnet

 Bahan magnet

 Bentuk magnet dan sifat kutub magnet

 Membuat dan menghilangkan sifat

kemagnetan benda

 Bumi sebagai magnet

 Ditanyakan cara menyimpan magnet tetap secara benar

 Diketahui ada seseorang tersesat di hutan dan membawa silet.

Ditanyakan cara mengetahui

arah utara-selatan

 Diketahui 2 buah magnet satu kuat dan satunya lagi lemah.

Tanpa alat bantu bagaimana

mengetahui magnet yang kuat

dan yang lemah

1

2

(61)

No Materi Indikator Sub bab yang dipelajari Kisi Soal No. Soal

 Ditanyakan mengapa besi mudah dijadikan magnet

sementara plastik tidak

4

5

6

7 b. Medan magnet di sekitar

arus listrik

 Magnet dan listrik

 Elektromagnet

 Gaya lorentz

 Ditanyakan mengapa magnet jarum kompas yang didekatkan

pada penghantar berarus listrik

akan menyimpang

 Ditanyakan mengapa jumlah lilitan makin banyak medan

magnet yang ditimbukan

semakin besar

 Disajikan dua batang besi dililit kawat berarus listrik, ditanyakan

(62)

No Materi Indikator Sub bab yang dipelajari Kisi Soal No. Soal

 Kawat kumparan panjangnya 5 m dialiri arus listrik sebesar 500

mA berada dalam medan

magnet, ternyata besar gaya

Lorentz yang ditimbulkan

sebesar 20 N. Tentukan kuat

medan magnetnya!

8

1 2. Induksi

magnet

a. Konsep induksi

elektromagnet

 Gaya gerak listrik (GGL Induksi)

 dynamo

 Ditanyakan cara yang dapat dilakukan untuk memberi tenaga

mekanik dari luar agar rotor

pada generator AC dapat

(63)

No Materi Indikator Sub bab yang dipelajari Kisi Soal No. Soal b. Transformator (Trafo)

 Mengenal trafo

 Penggunaan trafo

 Disajikan data trafo A dan B dengan nilai efisiensi berbeda.

Ditanyakan trafo mana yang

lebih bagus kualitasnya dan

memberi penjelasannya

 Diketahui jumlah lilitan primer dan sekunder, daya pada primer

dan arus pada primer.

Ditanyakan tegangan dan arus

sekunder

 Ditanyakan mengapa efisiensi trafo selalu kurang dari 100%

2

3

(64)

No Materi Indikator Sub bab yang dipelajari Kisi Soal No. Soal

 Diketahui tegangan primer dan sekunder, kuat arus primer dan

sekunder pada trafo.

Ditanyakan efisiensi trafo

 Diketahui efisiensi trafo dan energi output trafo. Ditanyakan

energi input pada trafo

 Ditanyakan daya sekunder dan arus sekunder, apabila

diketahui kuat arus primer,

tegangan primer, dan tegangan

sekunder.

 Ditanyakan pengertian: - Arus induksi

5

6

7

(65)

No Materi Indikator Sub bab yang dipelajari Kisi Soal No. Soal - ggl induksi

 Diketahui kumparan dengan jumlah lilitan tertentu,

kumparan mengalami

perubahan kenaikan fluk

magnet dari nilai ke nilai

tertentu dalam waktu tertentu.

Ditanyakan ggl induksi yang

ditimbulkan.

 Ditanyakan mengapa dalam proses transmisi energi listrik

yang jarak jauh menggunakan

trafo

9

Gambar

Tabel 1. Presentase Pencapaian KKM
Tabel 2. Lembar observasi aktivitas siswa
Tabel 3. Format kisi-kisi soal untuk siklus 1 dan siklus 2
Tabel 4 Hasil Uji Validitas Instrumen Soal Tindakan 1
+7

Referensi

Dokumen terkait

PERANAN LEAN MANUFACTURINGT DALAM MENUNJANG EFISIENSI AKTIVITAS LOGISTIK (Studi Kasus Pada PT. Silver Kris).. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Untuk penyelenggaraan kegiatan tersebut diatas, Pemerintah Kabupaten Tanah Laut memerlukan Event Organizer (EO) sebagai pelaksananyaa. Maka dengan ini kami

Firman Allah Ta’ala, “Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; Maka

Selain itu dalam bidang ekonomi, para anggota Deli Hindu Sabba belum bisa berbuat banyak untuk menggangkat kehidupan masyarakat India di Medan, para anggota yang hidupnya lebih mapan

The research method in this study covers research design, unit of analysis, the source of data, technique of collection and technique of data analysis.. 3.1

typhi SLT-1, tetapi reseptor yang ada pada membran eritrosit manusia golongan darah O sesuai dengan struktur protein flagellin

Then, after analyzed Dorine’s characters the writer tries to analyze what are the moral messages can be taken from the characters of Dorine by applying significant theories..

Saat ini sistem penjualan dan pembelian pada Toko Bangunan Barokah Sumber Jaya masih belum optimal karena pengolahan data penjualan dan pembelian yang berjalan