• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Prestasi Belajar Matematika

a. Pengertian Belajar

Menurut Chaplin (1972:90) belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Menurut Triantoro (2009:16) belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Menurut Hamalik (2009:44) belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari

persepsi dan perilaku, misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat dan pribadi secara lebih lengkap. Menurut Winkel (1987:36) belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan- perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai- sikap. Menurut Muhibbin (2002:92) belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Menurut Suyono (2011:9) Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Menurut Wina Sajaya (2008:229) Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan tingkah laku. Aktivtas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari. Menurut Evaline Siregar (2010:4- 5) belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang di dalamnya terkandung beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah:

1) Bertambahnya jumlah pengetahuan,

2) Adanya kemampuan mengingat dan mereproduksi, 3) Adanya penerapan kemampuan,

4) Menyimpulkan makna,

5) Menafsirkan dan mengaitkannya dengan realitas, dan 6) Adanya perubahan sebagai pribadi.

Dari berbagai pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan yang bersifat relatif konstan.

Menurut Slameto (1995 : 2) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Suyono (2001:9) Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan pengokohan kepribadian.

Dari beberapa pengertian belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil latihan, pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Perubahan tingkah laku tersebut, baik dalam aspek pengetahuannya (kognitif), keterampilannya (psikomotor), maupun sikapnya (afektif).

b. Ciri-ciri Belajar

Menurut Evaline Siregar (2010:5-6) belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1) Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku tersebut bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif)

2) Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja, melainkan menetap atau dapat disimpan.

3) Perubahan itu tidak terjadi begitu saja, melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan. 4) Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik

atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.

c. Prinsip-prinsip belajar

Menurut Sardiman dalam interaksi dan motivasi belajar mengajar (1986:26-27) prinsip-prinsip dalam belajar adalah sebagai berikut:

1) Belajar pada hakekatnya menyangkut potensi manusia dan kelakuannya.

2) Belajar memerlukan proses dan pentahapan serta kematangan diri para siswa.

3) Belajar akan lebih mantap dan efektif, bila didorong dengan motivasi, terutama motivasi dari dalam/dasar kebutuhan/kesadaran atau intrinsic motivation, lain halnya belajar dengan karena rasa takut atau dibarengi dengan rasa tertekan dan menderita.

4) Dalam banyak hal belajar itu merupakan proses percobaan (dengan kemungkinan membuat keliru) dan conditioning atau pembiasaan.

5) Kemampuan belajar seseorang siswa harus diperhitungkan dalam rangka menentukan isi pelajaran.

6) Belajar dapat melakukan tiga cara: a) Diajar secara langsung

b) Kontrol, kontak, penghayatan, pengalaman langsung (seperti anak belajar bicara, sopan santun, dan lain-lain)

c) Pengenalan dan/atau peniruan.

7) Belajar melalui praktek atau mengalami secara langsung akan lebih efektif mampu membina sikap, keterampilan, cara berfikir kritis dan lain-lain, bila dibandingkan dengan hafalan saja.

8) Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak mempengaruhi kemampuan belajar yang bersangkutan.

9) Bahan pelajaran yang bermakna/berarti, lebih mudah dan menarik untuk dipelajari, daripada bahan yang kurang bermakna.

10)Informasi tentang kelakuan baik, pengetahuan, kesalahan serta keberhasilan siswa, banyak membantu kelancaran dan gairah belajar.

11)Belajar sedapat mungkin diubah ke dalam bentuk aneka ragam tugas, sehingga anak-anak melakukan dialog dalam dirinya atau mengalami sendiri.

d. Fase-Fase Belajar

Menurut Ign. Masidjo (2007 : 35) mengemukakan ada 7 fase belajar yang meliputi:

1) Fase Motivasi: Fase ini siswa butuh mau mengarahkan diri dengan sadar terhadap apa yang dipelajari agar informasi ini dapat diresapkan sehingga menjadi pengetahuan yang kelak dapat dikuasai.

2) Fase Pemusatan: Fase ini melibatkan indra–indra terhadap apa yang dipelajari dengan melihat, mendengar, mencium, menguap dan lain-lain, sehingga dapat dibentuk pola–pola perseptual. 3) Fase Pengubahan: Fase ini seorang siswa memahami pola–pola

perseptual tentang apa yang dipelajari keadaan ingatan jangka waktu pendek untuk diubah menjadi simbol–simbol bermakna dengan mempertimbangkan kaitannya dengan apa yang dipelajari.

4) Fase Penyimpanan: Fase ini menyimpan simbol bermakna dalam STM (Sort Term Memory).

5) Fase Penggalian : Fase ini seorang siswa mencoba menggali simbol–simbol bermakna yang tersimpan dalam dalam jangka waktu panjang dan memasukkan ke dalam jangka waktu pendek untuk dihubungkan dengan apa atau pengetahuan lain maka simbol–simbol tersebut menjadi lebih bermakna dan telah siap untuk menjadiprestasi.

6) Fase Prestasi: Setelah simbol–simbol bermakna tentang apa yang dipelajari sungguh–sungguh tergali maka, siswa dapat menyadarkan kembali simbol – simbol yang lebih bermakna tersebut sebagai prestasi atau hasil belajar. Hasil perolehan dengan menyebutkan simbol – simbol bermakna tersebut dan dapat menunjukkan kaitanya dengan hal lain yang telah dipelajari.

7) Fase balikan: Fase ini berupa pemberian balikan oleh guru, teman.

e. Hasil Belajar

Belajar yang berkenaan dengan hasil, Gagne (dalam Wina Sanjaya 2008:233-235) mengemukakan ada lima tipe hasil belajar yakni:

1) Belajar kemahiran intelektual (kognitif)

Ada tiga tipe yang termasuk ke dalam belajar kemahiran intelektual, yaitu belajar membedakan atau diskriminasi, belajar konsep, dan belajar kaidah.

Belajar membedakan adalah kesanggupan membedakan beberapa objek berdasarkan ciri-ciri tertentu, misalnya dilihat dari bentuk, warna, ukuran, dan sebagainya. Kemampuan membedakan dapat dipengaruhi oleh tingkat kematangan, pertumbuhan dan pendidikannya. Belajar konsep adalah kemampuan menempatkan objek yang memiliki ciri atau atribut dalam satu kelompok (klasifikasi) tertentu; sedangkan belajar kaidah adalah belajar melalui simbol bahasa baik lisan maupun tulisan.

2) Belajar informasi verbal

Belajar informasi verbal adalah belajar menyerap atau mendapatkan, menyimpan dan mengkomunikasikan berbagai

informasi dari berbagai sumber seperti misalnya, belajar membaca, mengarang, bercerita, mendengarkan uraian guru, kesanggupan menyatakan pendapat dalam bahasa lisan/tulisan, berkomunikasi, kesanggupan memberi arti dari setiap kata/kalimat, dan lain-lain.

3) Belajar mengatur kegiatan intelektual

Belajar mengatur kegiatan intelektual, adalah untuk memecahkan masalah dengan memanfaatkan konsep dan kaidah yang telah dimilikinya, tipe belajar ini menekankan pada aplikasi kognitif dalam pemecahan masalah. Ada dua aspek penting dalam tipe belajar ini, yakni prinsip pemecahan masalah dan langkah berpikir dalam pemecahan masalah (problem solving). Prinsip pemecahan masalah merupakan landasan bagi terealisasinya proses berpikir. Pemecahan masalah memerlukan kemahiran intelektual seperti belajar diskriminasi, belajar konsep dan belajar kaidah. Kemahiran intelektual terebut, pada gilirannya akan membentuk satu kemampuan intelektual yang lebih tinggi, yakni langkah-langkah berpikir dlam pemecahan masalah. Dengan perkataan lain, kemampuan memecahkan masalah merupakan aspek kognitif tingkat tinggi.

4) Belajar sikap

Sikap merupakan kesiapan dan kesediaan seseorang untuk menerima atau menolak suatau objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu, apakah berarti atau tidak bagi dirinya. Itulah sebabnya sikap berhubungan dengan pengetahuan, dan perasaan seseorang terhadap objek, sehingga sikap dapat dipandang sebagai kecenderungan seseorang untuk berperilaku (predisposisi). Hasil belajar sikap tampak dalam bentuk kemauan, minat, perhatian, perubahan perasaan, dan

lain-lain. Sikap dapat dipelajari dan dapat diubah melalui proses belajar.

5) Belajar keterampilan motorik

Belajar keterampilan motorik berhubungan dengan kesanggupan atau kemampuan seseorang dalam menggunakan gerakan anggota badan, sehingga memiliki rangkaian urutan gerakan yang teratur, luwes, tepat, cepat, dan lancar. Misalnya belajar menjahit, mengetik, bermain basket, dan lain-lain. Kemampuan dalam sikap dan kemahiran intelektual merupakan persyarat belajar motorik. Sebab dalam belajar motorik bukan semata-mata hanya gerakan anggota badan tetapi juga memerlukan pemahaman dan penguasaan akan prosedur gerakan yang harus dilakukan, konsep mengenai cara melakukan gerakan dan lain-lain. Akhir dari belajar motorik adalah kemampuan untuk melakaukan gerakan-gerakan tertentu secara otomatis sesuai dengaan prosedur tertentu. Misalnya seseorang telah dinilai cakap menggunakan program komputer tertentu, manakala ia mampu menghasilkan sesuatu sesuai dengan prosedur jenis program yang digunakan dalam waktu yang relatif singkat.

2. Prestasi Belajar

a. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Oleh karena itu, sebelum pengertian prestasi belajar, ada baiknya pembahasan ini diarahkan pada masing- masing permasalahan terlebih dahulu untuk mendapatkan pemahaman lebih jauh mengenai makna kata prestasi dan belajar. Hal ini juga untuk memudahkan dalam memahami lebih mendalam tentang

pengertian prestasi belajar itu sendiri. Di bawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian prestasi dan belajar menurut para ahli.

Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok (Djamarah,

1994:19). Sedangkan menurut Mas’ud Hasan Abdul Dahar dalam

Djamarah (1994:21) bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.

Dari pengertian yang dikemukakan tersebut di atas, jelas terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun intinya sama yaitu hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu, dapat dipahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.

Pada pembahasan sebelumnya, belajar adalah suatu perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil latihan, pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Perubahan tingkah laku tersebut, baik dalam aspek pengetahuannya (kognitif), keterampilannya (psikomotor), maupun sikapnya (afektif). Sedangkan menurut Nurkencana (1986 : 62) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran. Ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.

Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan dalam aspek pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun sikap (afektif) dan kemudian

akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Prestasi belajar siswa sangat tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Muhibbin Syah (2001:132), mengemukakan secara global faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar. Jadi untuk menghasilkan siswa yang berprestasi, seorang pendidik harus mampu mensinergikan ketiga faktor. Ketiga faktor tersebut yaitu: faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar.

1) Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Adanya faktor internal ini yang membuat prestasi belajar siswa menjadi tinggi. Faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar anatara lain:

a) Bakat, merupakan kemampuan untuk belajar.

b) Kecerdasan, yaitu potensi dasar yang dimiliki oleh setiap siswa.

c) Minat, yaitu suatu ketertarikan atau perhatian pada suatu obyek yang cenderung bersifat menetap yang didalamnya ada unsur rasa senang.

d) Motivasi, yaitu suatu tenaga yang mendorong setiap individu bertindak atau berbuat untuk tujuan tertentu.

2) Faktor eksternal

Pengertian prestasi belajar menurut para ahli tidak mengesampingkan peranan faktor eksternal dalam meningkatkan prestasi belajar. Faktor eksternal memiliki pengaruh yang tidak sebesar faktor internal. Faktor eksternal prestasi belajar antara lain:

a) kualitas guru dalam penguasaan materi b) metode yang digunakan dalam mengajar

c) fasilitas mengajar, misalnya media dan alat peraga d) lingkungan yang mendukung, dan sebagainya 3) Faktor pendekatan belajar

Aktivitas yang dilakukan siswa dalam belajar mempengaruhi prestasi belajar yang dicapai siswa. Faktor pendekatan belajar merupakan suatu upaya belajar siswa yang menggunakan strategi dan metode belajar yang digunakan siswa. Strategi dan metode belajar digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Faktor pendekatan belajar sangat mempengaruhi prestasi belajar yang diperoleh siswa. Dengan demikian, semakin mendalam cara belajar siswa dengan menggunakan suatu strategi dan metode belajar maka prestasi yang diperoleh siswa semakin baik.

Dokumen terkait