BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
C. Pembahasan
2. Prestasi Belajar Sejarah Siswa
Berdasarkan hasil pengujian instrumen di lapangan, dari 30 item yang valid berjumlah 25 item dan instrumen yang gugur berjumlah 5 item yaitu nomer 2, 7, 11, 22 dan 25 pada siklus I. Kemudian pada siklus II, dari 30 item yang valid berjumlah 25 item dan instrumen yang gugur berjumlah 5 item yaitu nomer 5, 7, 11, 21 dan 25.
b) Reliabilitas
Instrumen dinyatakan reliabel jika mencapai taraf signifikan 0,75 ke atas. Bila taraf signifikan instrumen tersebut di bawah 0,75 maka instrumen dinyatakan tidak reliabel. Berikut ini merupakan hasil pengujian reliabilitas di lapangan. 1) Motivasi
Berdasarkan hasil pengujian instrumen di lapangan, tingkat reliabilitas instrumen adalah r= 0,748 atau taraf signifikansinya adalah 0,995 dari 40 item pada pra siklus. pada siklus I, tingkat reliabilitas instrumen adalah r= 0,742 atau taraf signifikansinya adalah 0,995 dari 40 item. Pada siklus II, tingkat reliabilitas instrumen adalah r= 0,714 atau taraf signifikansinya adalah 0,995 dari 40 item. 2) Prestasi
Berdasarkan hasil pengujian instrumen di lapangan, tingkat reliabilitas instrumen adalah r= 0,646 atau taraf signifikansinya adalah 0,995 dari 30 item pada siklus I. Pada siklus II, tingkat reliabilitas instrumen adalah r= 0,678 atau taraf signifikansinya adalah 0,995 dari 30 item.
Berdasarkan hasil dari pengujian instrumen di atas, maka dapat disimpulkan instrumen penelitian ini layak untuk digunakan untuk melakukan penelitian.
I. Desain Siklus Penelitian
Berikut ini merupakan desain penelitian tindakan kelas yang akan digunakan:
Gambar II: Bagan Siklus Rancangan Penelitian52
J. Teknik Analisis Data
Tahap selanjutnya setelah pengumpulan data adalah melakukan analisis data. Analisis data ini dilakukan dalam setiap aspek penelitian. Pada saat pengambilan data di lapangan melalui observasi tentang proses ataupun kegiatan pembelajaran di kelas, maka peneliti dapat langsung menganalisis mengenai hal yang diamati seperti situasi dan kondisi di kelas, cara guru mengajar, interaksi antar siswa dengan siswa, interaksi guru dengan siswa dan lain sebagainya. Analisis data itu sendiri mempunyai peranan yang penting dalam penelitian
52
tindakan kelas. Oleh karena itu peneliti harus memahami analisis data dengan baik dan tepat agar manfaat penelitian mempunyai nilai ilmiah yang tinggi.
Dalam penelitian tindakan kelas, peneliti dapat mengumpulkan data yang berupa data kuantitatif dan data kualitatif.
1. Data Kualitatif
Data kualitatif dianalisis menggunakan analisis kualitatif, dimana data hasil observasi dianalisis dengan mendeskripsikan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Number Head Together. Aspek yang diamati meliputi berani mengkomunikasikan jawaban, mengambil giliran, mendengarkan teman saat diskusi, memberikan argumentasi atau pendapat, dan mencatat hal-hal penting pada saat diskusi kelompok. Selain itu, kerja sama dalam kelompok juga dapat dilihat dan dinilai saat proses kegiatan diskusi dalam kelompok berlangsung. Pengamatan aspek-aspek di atas bertujuan untuk mengetahui keaktifan siswa dalam kelas. Kemudian hasil pengamatan dianalsis dengan membandingkan (analisis komparatif) aspek-aspek pengamatan pada setiap siklus.
Kriteria penilaian menggunakan skala likert 1 – 5 dengan kriteria: Skor 1 = Sangat Rendah
Skor 2 = Rendah Skor 3 = Cukup Skor 4 = Baik
Tabel 1: Kriteria penilaian hasil pengamatan aktifitas belajar
Kriteria Indikator Nilai Kualitatif
90-100 Sangat Tinggi
80-89 Tinggi
70-79 Cukup
60-69 Rendah
<59 Sangat Rendah
Penilaian dilihat pada lebar observasi akitvitas siswa dalam kelas melalui model pembelajaran Number Head Together. Skor maksimal dalam penelitian aktivitas siswa dalam kelas yang didapat dari aspek pengamatan dikalikan kriteria penilaian menggunaan skala likert 1 – 5.
Cara memperoleh skor sebagai berikut:
Keterangan:
N = nilai hasil pengamatan
skor perolehan = hasil perolehan skor dari aspek yang dinilai
skor maksimal = hasil kali skor kriteria maksimal dengan jumlah aspek yang diamati
2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan analis komparatif. Data- data yang diperoleh dari pengamatan dan tes dianalisis dengan analisis komparatif. Data kuantitatif dianalisis dengan membandingkan rata-rata dan persentase skor tiap siklusnya. Analisis tiap siklus didasarkan pada hasil pengamatan atau obeservasi dari pra siklus. Setelah kondisi awal sudah diketahui kemudian tahap selanjutnya adalah peneliti menuju ke siklus pertama. Jika pada siklus pertama prestasinya masih kurang, maka peneliti melanjutkan ke siklus yang kedua. Berikut ini adalah tabel tingkat penguasaaan kompetensi.
Tabel 2: Tingkat Penguasaan Kompetensi
Tingkat Penguasaan Kompetensi Kriteria
90-100 Sangat Tinggi
80-89 Tinggi
70-79 Cukup
60-69 Rendah
<59 Sangat Rendah
Cara memperoleh skor sebagai berikut
Keterangan:
N = nilai hasil pengamatan
skor perolehan = hasil perolehan skor dari aspek yang dinilai skor maksimal = hasil kali skor kriteria maksimal dengan jumlah aspekyang diamati
K. Posedur Penelitian
Dalam proses penelitian tindakan kelas ini, dilaksanakan melalui dua siklus dan setiap siklusnya terdiri dari perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observasi), dan refleksi (reflection). Adapun prosedur pelaksanaanya diuraikan sebagai berikut:
1. Pra Siklus a) Permintaan Izin
Permintaan izin kepada Kepala Sekolah dan kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ngaglik dan Ketua Jurusan IPS Universitas Sanata Dharma.
b) Observasi
Observasi dilakukan di kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ngaglik dengan jumlah 31 siswa yang digunakan untuk memperoleh hasil belajar siswa sebelum dilakukan penelitian dan mengatahui model pembelajaran serta media yang
digunakan oleh guru dalam melakukan proses pembelajaran di dalam kelas sebelum peneliti menerapkan model pembelajaran Numbered Head Together. c) Menysun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP disusun sebanyak 4 kali dalam dua siklus. dua RPP digunakan untuk siklus I dan dua RPP digunkan untuk siklus II.
d) Mempersiapkan Media Pembelajaran
Media yang digunakan dalam penelitian adalah power point, kartu angka, dan lembar kerja siswa.
e) Menyiapkan Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen yaitu soal test, lembar pengamatan siswa, lembar diskusi, kuesioner motivasi dan lembar observasi wawancara.
2. Rencana Tindakan
PTK dilaksanakan dalam bentuk proses pengkajian dalam 4 tahap yaitu merencanakan, melakukan tindakan, observasi dan refleksi. Tahap-tahap ini diterapkan pada setiap siklus, di mana siklus yang dijalankan minimal dua siklus, dan PTK ini masih bisa dilanjutkan ke dalam siklus berikutnya jika hasilnya belum menunjukkan kemajuan yang signifikan.
a) Siklus 1 1) Perencanaan
Dalam tahap ini, peneliti menyusun semua instrumen yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian, seperti bahan ajar maupun alat peraga yang dibutuhkan saat melakukan penelitian.
2) Tindakan
Setalah melakukan perencanaan, peneliti melaksanakan tindakan penelitian di kelas. Dalam pelaksanaan tindakan ini, pertama peneliti menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, menyampaikan materi pengantar, peneliti membagi siswa kedalam kelompok, setiap siswa mendapatkan nomor, peneliti memberikan pertanyaaan kepada setap kelompok, setiap kelompok mendiskusikan pertanyaan yang telah diberikan, peneliti memanggil siswa berdasarkan nomor yang telah dibagikan dan siswa mempresentasikan hasil diskusi, memberi kesempatan siswa lain memberikan tanggapan, dan kesimpulan.
3) Pengamatan
Peneliti melakukan pengamatan terhadap setiap kelompok, mengamati kerja sama kelompok dalam menjawab pertanyaan. Dalam pengamatan ini dibantu dengan mengunakan instrumen observasi.
4) Refleksi
Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya pembelajaran maka peneliti memberikan tes untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Setelah dilakukan tes, peneliti mengetahui hasilnya dan hasil dari tes ini peneliti membuat rencana untuk perbaikkan pada siklus kedua dan menganalisis apa saja yang perlu ditingkatkan pada siklus kedua.
b) Siklus 2
Tahap-tahap dalam siklus yang kedua ini pada dasarnya sama dengan tahap yang dilakukan pada siklus yang pertama. Hanya saja tindakan pada siklus dua ini ditentukan berdasarkan hasil refleksi pada pelaksanaan siklus satu.
1) Perencanaan
Peneliti membuat perencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama dan merupakan renacana tindakan selanjutnya pada siklus kedua. 2) Pelaksanaan
Peneliti mengimplementasikan model pembelajaran Numbered Head Together berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus pertama. 3) Pengamatan
Tim peneliti yaitu peneliti dan kolaborator (teman peneliti), melakukan pengamatan terhadap akitivitas pembelajaran model Numbered Head Together. 4) Refleksi
Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua. Kemudian melihat adakah peningkatan dalam proses pembelajaran dibandingkan dengan siklus 1.
L. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan adalah suatu kriteria yang digunakan untuk menilai tingakat keberhasilan dari kegiatan penelitian tindakan kelas (PTK) dalam melakukan peningkatan mutu proses pembelajaran di dalam kelas. Dalam penelitian ini, peneliti mempunyai target keberhasilan yaitu sebagai berikut:
Tabel 3: Target Indikator Keberhasilan
Variabel Keadaan Awal Siklus 1 Siklus 2
Motivasi 54,84% 70% 75%
41 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan di SMA Negeri 2 Ngaglik, Sleman yang terdiri dari dua siklus. Dalam setiap siklus terdapat 3 kali pertemuan. Pertemuan pertama dan kedua digunakan untuk kegiatan pembelajaran dan pertemuan ketiga atau terakhir digunakan untuk uji kompetensi atau tes. Sebelum kegiatan penelitian dilakukan, peneliti melakukan observasi terlebih dahulu untuk mengetahui kondisi awal aktivitas siswa di kelas. Dalam penelitian ini, pengambilan data dilakukan selama 3 minggu tepatnya pada 12 April – 3 Mei 2016. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ngaglik dengan jumlah 31 siswa. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak juga sebagai pengajar di kelas (guru).
1. Observasi Pra Siklus
Observasi pra siklus dilakukan pada tanggal 22 Maret 2016 di kelas IPS 2 SMA Negeri 2 Ngaglik pada mata pelajaran sejarah. Observasi pra siklus ini dilakukan pada jam pelajaran ke-7 dan 8. Guru mata pelajaran sejarah di kelas ini adalah Ibu Siti Aptinah.
Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai telihat banyak siswa yang mengeluarkan buku pelajaran sejarah. Ketika guru memberikan apersepsi sebelum masuk ke materi pelajaran terlihat beberapa siswa kurang memperhatikan apa yang diberikan oleh guru. Pada saat apersepsi juga guru sempat memberikan
pertanyaan kepada siswa namun hanya sedikit yang berani mengemukakan jawaban di kelas.
Ketika kegiatan belajar mengajar guru membentuk kelompok-kelompok untuk mendiskusikan materi pelajaran yang sedang dipelajari. Dalam diskusi kelompok terlihat hanya beberapa siswa yang aktif dalam diskusi. Banyak dari mereka yang mengobrol dengan teman satu kelompok. Setelah selesai diskusi kelompok, siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya, yang diwakilkan oleh salah seorang anggota kelompok. Dalam hal ini, terlihat banyak siswa yang tidak mau mempresentasikan dan cenderung saling tunjuk untuk maju ke depan kelas. Dalam proses pembelajaran juga hanya sedikit siswa yang mau bertanya. Berikut ini merupakan tabel hasil observasi kegiatan pembelajaran siswa SMA Negeri 2 Ngaglik di kelas.
Tabel 4: Ontas
No. Aspek yang Diamati Jumlah
Siswa
Persentase (%) 1. Siswa siap mengikuti proses pembelajaran 15 48,38% 2. Siswa memperhatikan penjelasan guru 13 41,93% 3. Mendengarkan teman saat presentasi 10 32,25% 4. Siswa mencatat hal-hal penting 10 32,25% 5. Siswa mengerjakan tugas dengan baik 18 58,06% 6. Siswa bertanya kepada guru 6 19,35% 7. Siswa membawa buku paket 31 100% 8. Siswa menjawab pertanyaan guru dengan baik 9 29,03% 9. Siswa aktif berkerja sama dalam proses
pembelajaran 16 51,61%
10. Siswa berani mengemukakan pendapat di
depan kelas 7 22,58%
Tabel 5: Offtas
No. Aspek yang Diamati Jumlah
Siswa
Persentase (%) 1. Siswa mengobrol dalam kelas 15 48,38% 2. Siswa banyak yang mengantuk 7 22,58% 3. Siswa sibuk bermain Handphone 6 19,35% 4. Siswa keluar masuk kelas 4 12,90% 5. Siswa kurang memperhatikan proses
pembelajaran 19 61,29%
Berdasarkan obeservasi pra siklus di atas, menunjukkan siswa yang bertanya kepada guru hanya berjumlah 6 siswa atau 19,35%. Siswa yang berani mengemukakan pendapat berjumlah 7 siswa atau 22,58%. Dan masih banyak siswa yang kurang memperhatikan ketika proses pembelajar berjumlah 19 siswa atau 61,29%. Berdasarkan data di atas, menunjukkan bahwa siswa cenderung masih pasif dalam proses pembelajaran. Seharusnya yang diharapkan adalah siswa harus mampu aktif dalam proses pembelajaran di kelas.
Dalam observasi pra siklus peneliti juga melakukan pengamatan terhadap motivasi siswa. Pengamatan motivasi siswa ini dilakukan dengan memberikan kuesioner pada siswa yang tujuannya untuk mengetahui motivasi belajar siswa di kelas. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui kondisi awal motivasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 SMAN 2 Ngaglik. Berikut ini tabel kondisi awal motivasi belajar siswa:
Tabel 6: Data Keadaan Awal Motivasi Belajar Siswa Kelas XI IPS 2
NO. NAMA SKOR
1 GGP 67.50 2 IL 66.00 3 KNK 61.00 4 KAY 78.00 5 LSZ 69.50 6 LII 68.00 7 MBB 97.50 8 MFK 69.00 9 MM 88.00 10 MSS 78.50 11 NUN 74.00 12 PP 60.00 13 PNS 66.50 14 PWO 85.00 15 RR 67.00 16 RAP 76.50 17 RP 65.50 18 SH 60.00 19 SER 84.50 20 SSS 81.00 21 SRA 82.50 22 SAS 67.00 23 TK 65.00 24 TWS 84.00 25 TP 77.00 26 VFAS 75.00 27 WSC 69.00 28 YPN 69.00 29 YPR 69.50 30 YP 72.00 31 ZD 80.50 Rata-rata 73.34 Skor Tertinggi 97,50 Skor Terendah 60,00
Untuk melihat tinggi atau rendahnya motivasi belajar siswa dapat menggunakan skala kriteria penilaian sebagai berikut:
Tabel 7: Data Kriteria Keadaan Awal Motivasi Belajar Siswa Kelas XI IPS 2
No. Kriteria Skala
Motivasi Frekuensi Persentase (%) Rata- rata 1. Sangat Tinggi 90 – 100 1 3,23 73,34 2. Tinggi 80 – 89 7 22,58 3. Cukup 70 – 79 9 29,03 4. Rendah 60 – 69 14 45,16 5. Sangat Rendah 0 – 59 0 0 Jumlah 31 100
Berdasarkan data di atas, motivasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 masih rendah. Ini ditunjukkan dengan adanya data menyebutkan 45,16% motivasi belajar sejarah siswa yang rendah. Hampir dari setengah jumlah siswa yang memiliki motivasi rendah sisanya adalah 3,32% motivasi belajar sejarah sangat tinggi, 22,58% motivasi belajar tinggi, dan 29,03% motivasi belajar cukup. Berikut ini merupakan diagram persentasi keadaan awal motivasi belajar siswa:
Gambar III: Diagram Keadaan Awal Motivasi Belajar Siswa Kelas XI IPS 2 3,23% 22,58% 29,03% 45,16% Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah
Selain observasi terhadap motivasi belajar siswa, peneliti juga melihat keadaan awal prestasi siswa. Ini dilakukan karena salah satu tujuan PTK ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil data prestasi belajar siswa diambil dari nilai MID semester genap. Berikut ini tabel keadaan awal prestasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 SMAN 2 Ngaglik:
Tabel 8: Data Keadaan Awal Prestasi Belajar Sejarah Siswa Kelas XI IPS 2
NO. Nama Nilai Keterangan
Lulus Tidak Lulus
1 GGP 72 2 IL 80 3 KNK 86 4 KAY 72 5 LSZ 68 6 LII 80 7 MBB 84 8 MFK 68 9 MM 75 10 MSS 72 11 NUN 80 12 PP 75 13 PNS 65 14 PWO 76 15 RR 78 16 RAP 76 17 RP 65 18 SH 73 19 SER 64 20 SSS 68 21 SRA 72 22 SAS 68 23 TK 62 24 TWS 72 25 TP 68 26 VFAS 72 27 WSC 75 28 YPN 75
29 YPR 76 30 YP 66 31 ZD 68 Jumlah 13 18 KKM 75 Persentase 41,93% 58, 06% Nilai Tertinggi 86 Nilai Terendah 64 Rata-rata 72,61
Berdasarkan tabel di atas, keadaan awal prestasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 sebelum diterpakannya model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) menunjukkan siswa yang mencapai KKM yang ditentukan dari sekolah adalah 13 siswa atau 41,93%. Sedangkan siswa yang masih di bawah KKM berjumlah 18 siswa atau 58,06%. Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa sebelum diterapkannya model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) sebagian besar siswa kelas XI IPS 2 pada pelajaran sejarah yaitu ada 58,06% siswa yang masih berada di bawah KKM. Berdasarkan data di atas, pretasi belajar siswa masih rendah ditunjukkan dengan setengah lebih dari jumlah siswa belum mencapai KKM dan harus dilakukan perbaikkan.
Untuk mengetahui kriteria keadaan awal prestasi belajar siswa ditunjukkan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 9: Data Persentase Keadaan Awal Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS 2
No. Kriteria Skala
Prestasi Frekuensi Persentase (%) Rata- rata 1. Sangat Tinggi 90 – 100 0 0 72,61 2. Tinggi 80 – 89 5 16,13 3. Cukup 70 – 79 15 48,39 4. Rendah 60 – 69 11 35,48 5. Sangat Rendah 0 – 59 0 0 Jumlah 31 100%
Berdasarkan data di atas, siswa dengan kriteria pretasi belajar rendah masih cukup banyak yaitu berjumlah 35,48%. Sedangkan siswa dengan prestasi belajar tinggi hanya berjumlah 16,13% dan siswa dengan kriteria prestasi belajar sangat tinggi 0%. Untuk mengetahi jumlah persentase tingkat prestasi belajar siswa dapat dilihat pada diagram di bawah ini.
Gambar IV: Diagram Keadaan Awal Prestasi Belajar Siswa 2. Siklus I
Siklus pertama dilaksanakan sebanyak tiga pertemuan yaitu pada pertemuan pertama dan kedua digunakan untuk mengajar yaitu pada tanggal 12 dan 15 April 2016 sedangkan pertemuan terakhir untuk tes yaitu pada tanggal 22 April 2016.
Pada pertemuan pertama materi pelajarannya tentang “Akar-akar Nasionalisme 16,13% 48,39% 35,48% Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat Rendah
Indonesia” dan pada pertemuan ini semua siswa hadir saat kegiatan belajar
mengajar. Sedangkan pada pertemuan kedua materinya membahas “Peristiwa Sebelum Proklamasi Kemerdekaan” dan pada pertemuan ini ada 3 siswa yang
tidak hadir. Pada siklus pertama ini mulai diterapkannya model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) yang akan diuraikan sebagai berikut:
a. Perencanaan Siklus I
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan tindikan siklus I adalah sebagai:
1) Peneliti membuat perangkat pembelajaran meliputi, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), materi pembelajaran, lembar kerja siswa, media pembelajaran. Urain dari setiap perangkat dijabarkan sebagai berikut:
a) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP merupakan rancangan kegiatan pembalajaran di kelas yang berupa langkah-langkah kita dalam menentukan proses pembelajaran. RPP dibuat dengan menerapkan model pembelajaran Numbered Head Together. Dalam perencanaan siklus I ini peneliti membuat dua RPP untuk pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Dalam penyusunan RPP ini peneliti melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing maupun guru bidang studi.
b) Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran yang digunakan pada siklus I ini adalah tentang akar- akar nasionalisme Indonesia dan pristiwa sekitar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tepatnya peristiwa sebelum Proklamasi Kemerdekaan.
c) Lembar Kerja Siswa
Dalam penelitian ini, lembar kerja siswa yang digunakan siswa yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan atau soal yang harus didiskusikan dalam kelompok yang nantinya akan dipresentasikan di depan kelas.
d) Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together adalah kartu bernomor, yang akan diberikan kepada semua siswa yang gunanya untuk memanggil siswa untuk presentasi kedepan kelas. Selain itu peneliti juga menggunakan media pembelajaran berupa Power Point untuk mempermudah menyampaikan pengantar materi kepada siswa.
2) Membuat Kuesioner Motivasi
Dalam penelitian ini tidak hanya prestasi saja yang ditingkatkan namun motivasi belajar juga ditingkatkan. Dalam tahap persiapan ini peneliti membuat kuesioner tentang motivasi yang berjumlah 40 pernyataan yang akan diberikan ketika siklus pertama telah selesai.
b. Tindakan Siklus I
Tindakan yang dilakukan pada siklus pertama ini mengacu pada RPP. Dalam tahap ini peneliti menerapkan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dalam proses pembelajaran. Pada siklus I tindakan dilakukan sebanyak dua kali. Berikut ini merupakan uraian pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siklus pertama:
1) Pertemuan I
Dalam tindakan pertemuan I ini, penerapan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) mulai dilakukan. Pertemuan pertama ini dilakukan pada tanggal 14 April 2016, jam pelajaran 7 – 8 (12.15-13.30 WIB).
Materi pembelajaran yang dibahas adalah tentang “Akar-akar Nasionalisme
Indonesia”.
Pertemuan pertama ini dibuka dengan salam dan menanyakan kehadiran siswa dan menanyakan kesiapan siswa untuk belajar serta mengecek kebersihan kelas. Pada kegiatan awal peneliti melakukan apersepsi dengan memberikan tayangan gambar-gambar yang terkait dengan materi. Dalam kegiatan apersepsi, masih banyak siswa yang belum termotivasi untuk menjawab maupun menanggapi gambar-gambar yang ditayangkan. Pada pertemuan pertama ini hanya beberapa siswa saja yang antusias untuk menanggapi gambar-gambar yang ditayangkan. Kemudian peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Pada kegiatan inti, peneliti menjelaskan secara singkat mengenai materi tentang akar-akar nasionalisme Indonesia. Setelah itu, siswa dibagi dalam 8 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3-4 siswa. Setelah semua siswa berada dalam kelompoknya masing-masing, kemudian peneliti memberikan kartu nomor kepada semua siswa. Lalu peneliti memberikan soal-soal untuk didiskusikan setiap kelompok. Pada awalnya, siswa kebingungan dengan model pembelajaran yang digunakan karena semua siswa mendapatkan nomor. Namun setelah diberikan penjelasan oleh peneliti, siswa pun mulai paham dengan model
pembelajaan Number Head Together. Pada saat diskusi kelompok siswa masih banyak yang kurang aktif. Hanya sebagian siswa yang semangat dalam kegiatan pembelajaran. Masih banyak yang mengobrolkan hal yang bukan dari materi pelajaran. Setelah selesai berdiskusi, peneliti memanggil secara acak nomor- nomor yang telah dibagikan kepada semua siswa. Siswa yang nomornya disebut mempresentasikan hasil diskusinya di dapan kelas. Setelah selesai mempresentasikan hasilnya kemudian peneliti memanggil kembali nomor secara acak lalu siswa mempresentasikan hasil diskusinya begitu seterusnya. Pada sesi presentasi pada pertemuan pertama ini masih banyak siswa yang dipanggil nomornya untuk presentasi tidak mau. Siswa yang berani untuk presentasi ke depan kelas hanya sedikit saja.
Pada kegiatan penutup peneliti memberikan tugas lanjutan dan meminta kepada siswa agar merefleksikan meteri pembelajaran yang telah didapat dalam kehidupan mereka.
2) Pertemuan II
Pada pertemuan kedua, tindakan yang dilakukan hampir sama dengan pertemuan yang pertama. Pertemuan kedua ini dilakukan pada tanggal 15 April 2016, jam pelajaran ke 3-4 (08.30-10.30 WIB). Materi pembelajaran yang dibahas
pada pertemuan kedua ini adalah tentang “Peristiwa Sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia”.
Pada awal pembelajaran peneliti memberi salam dan menanyakan kesiapan siswa untuk belajar serta mengecek kebersihan kelas. Kemudian menanyakan kehadiran siswa. Pada pertemuan kedua ini, ada tiga siswa yang
tidak masuk karena mengikuti lomba. Kemudian guru memberikan apersepsi dan selanjutnya menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Pada pertemuan kedua mulai ada perubahan. Siswa yang awalnya banyak yang kurang aktif dalam menanggapi apersepsi yang berupa gambar yang diberikan peneliti, pada pertemuan kedua ini banyak siswa yang mulai aktif dalam menanggapi gambar-gambar yang ditayangkan.
Pada kegiatan inti peneliti memberikan sedikit penjelasan mengenai peristiwa sebelum proklamasi kemerdekaan. Kemudian membagi siswa kedalam 7 kelompok dan setiap kelompok beranggotakan 4 siswa. Setelah semua siswa berada dalam kelompoknya masing-masing, kemudian peneliti memberikan kartu nomor kepada semua siswa. Lalu peneliti memberikan soal-soal untuk didiskusikan setiap kelompok. Pada pertemuan kedua ini terjadi perubahan. Siswa yang awalnya banyak yang kurang aktif dalam kegiatan diskusi, pada pertemuan kedua ini mulai banyak yang aktif. Ini terlihat dari siswa mulai berani untuk mengemukakan pendapatnya dalam kegiatan diskusi di dalam kelas. Setelah