• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan motivasi dan prestasi belajar sejarah melalui model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ngaglik.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan motivasi dan prestasi belajar sejarah melalui model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ngaglik."

Copied!
206
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER

(NHT) SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 2 NGAGLIK Ignatus Galih Prasetyo

Universitas Sanata Dharma 2016

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan: (1) motivasi belajar sejarah siswa melalui model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan (2) prestasi belajar sejarah siswa melalui model pembelajaran Numbered Head Together (NHT).

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas model Kurt Lewin. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ngaglik yang berjumlah 31 siswa. Objek penelitian adalah motivasi belajar siswa, prestasi belajar siswa dan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT). Metode penelitian meliputi 4 tahap yaitu: Perencanaan, Pelaksanaan Tindakan, Observasi, dan Refleksi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) lembar observasi, (2) lembar kerja siswa, (3) kuesioner, dan (4) tes. Analisis data dengan menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif dengan persentase.

(2)

ix ABSTRACT

THE IMPROVEMENT OF THE MOTIVATION AND ACHIEVEMENT OF LEARNING HISTORY THROUGH LEARNING MODEL TYPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TOWARD THE STUDENTS OF THE XI GRADE OF SOCIAL 2 IN NGAGLIK 2 SENIOR HIGH SCHOOL

Ignatus Galih Prasetyo Sanata Dharma University

2016

This study aims to improve: (1) students’ motivation to learn history through Numbered Head Together (NHT) learning model and (2) students’ achievement to learn history through Numbered Head Together (NHT) learning model.

This research uses Classroom Action Research model of Kurt Lewin. The research subjects are the XI Grade of Social 2 the students of Ngaglik 2 Senior High School which consists of 31 students. The research objects are students’

motivation, students’ achievement and Numbered Head Together (NHT) learning model. The research methodology includes 4 phases: planning, action, observation, and reflection.The instrument used in this research were (1) the observation sheet, (2) the student work sheet, (3) questionnaire, and (4) test. Data analysis using descriptive comparative analysis with percentages.

(3)

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER

(NHT) SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 2 NGAGLIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:

Ignatus Galih Prasetyo NIM: 121314042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER

(NHT) SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 2 NGAGLIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:

Ignatus Galih Prasetyo NIM: 121314042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persambahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu membimbing dan mencurahkan kasihnya

kepada saya.

2. Kedua orang tuaku “Brigita Jasmini dan Andreas Sukatmo” yang selalu

(8)

v MOTTO

Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling

mengasihi; seperti Aku telah mengasihi kamu dengan demikian pula kamu harus

saling mengasihi.

(Yohanes, 13:34)

Tidak peduli betapa kuat dirimu, jangan pernah mengatasi semua sendirian, jika

itu kau lakukan pasti kau akan gagal.

(Itachi Uchiha)

Jangan melupakan yang pernah kita dapat dari masa lalu, jadikan sebagai

pengajaran dan pembelajaran untuk membentuk masa depan yang lebih baik.

(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Yang bertanda tangan di bawah ini, penulis:

Nama : Ignatus Galih Prasetyo

NIM : 121314042

Program Studi : Pendidikan Sejarah

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD

TOGETHER (NHT) SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 2 NGAGLIK

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali yang telah

disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya dalam karya

(10)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Ignatus Galih Prasetyo

NIM : 121314042

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER

(NHT) SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 2 NGAGLIK”

Dengan demikian, saya memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain, dan

mempublikasikannya di internet untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari

saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini, saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

(11)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER

(NHT) SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 2 NGAGLIK Ignatus Galih Prasetyo

Universitas Sanata Dharma 2016

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan: (1) motivasi belajar sejarah siswa melalui model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan (2) prestasi belajar sejarah siswa melalui model pembelajaran Numbered Head Together (NHT).

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas model Kurt Lewin. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ngaglik yang berjumlah 31 siswa. Objek penelitian adalah motivasi belajar siswa, prestasi belajar siswa dan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT). Metode penelitian meliputi 4 tahap yaitu: Perencanaan, Pelaksanaan Tindakan, Observasi, dan Refleksi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) lembar observasi, (2) lembar kerja siswa, (3) kuesioner, dan (4) tes. Analisis data dengan menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif dengan persentase.

(12)

ix ABSTRACT

THE IMPROVEMENT OF THE MOTIVATION AND ACHIEVEMENT OF LEARNING HISTORY THROUGH LEARNING MODEL TYPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TOWARD THE STUDENTS OF THE XI GRADE OF SOCIAL 2 IN NGAGLIK 2 SENIOR HIGH SCHOOL

Ignatus Galih Prasetyo Sanata Dharma University

2016

This study aims to improve: (1) students’ motivation to learn history through Numbered Head Together (NHT) learning model and (2) students’ achievement to learn history through Numbered Head Together (NHT) learning model.

This research uses Classroom Action Research model of Kurt Lewin. The research subjects are the XI Grade of Social 2 the students of Ngaglik 2 Senior High School which consists of 31 students. The research objects are students’

motivation, students’ achievement and Numbered Head Together (NHT) learning model. The research methodology includes 4 phases: planning, action, observation, and reflection.The instrument used in this research were (1) the observation sheet, (2) the student work sheet, (3) questionnaire, and (4) test. Data analysis using descriptive comparative analysis with percentages.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan

Motivasi dan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ngaglik”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar sarjana (S1) di Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Dalam kesempatan

ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

2. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan dukungan

kepada penulis selama belajar di Program Studi Pendidikan Sejarah.

3. Ibu Dra. Theresia Sumini, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang dengan

tulus meluangkan waktu untuk membantu, mengarahkan serta memberikan

dorongan sampai skripsi ini selesai.

4. Seluruh dosen dan pihak sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah yang

telah memberikan dukungan selama penulis menyelesaikan studi di

Universitas Sanata Dharma.

5. Kepada kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungannya, baik

dukungan moral berupa semangat maupun dukungan finansial serta doa yang

selalu dipanjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus untuk saya.

6. Kepada adik saya Agustinus Sigit Prasojo yang selalu memberikan dukungan

(14)

xi

7. Kepada Kepala SMA Negeri 2 Ngaglik yang telah memberikan izin kepada

saya untuk melakukan penelitian.

8. Kepada Ibu Siti Aptinah selaku guru sejarah SMA Negeri 2 Ngaglik yang

telah memberikan bimbingan kepada saya ketika penelitian berlangsung.

9. Kepada Dewi Asmarawati Gulo dan Mugianto yang mau berbagi pengalaman,

pengetahuan dan ilmu dalam melaksanakan penelitan sampai penyusunan

skripsi.

10.Teman-teman angkatan 2012 Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah

mendukung.

11.Kepada Agnes Wahyu I yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada

saya sehingga terselesaikannya tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan masukan yang membangun. Semoga skripsi ini

dapat memberikan manfaat bagi yang membaca.

Yogyakarta, 04 Oktober 2016

Penulis

(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PESEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR BAGAN ... xvii

DAFTAR GAMBAR DIAGRAM ... xviii

DAFTAR GAMBAR GRAFIK ... ix

DAFTAR TABEL ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah... 6

(16)

xiii

E. Pemecahan Masalah ... 6

F. Tujuan Penelitian ... 7

G. Manfaat Penelitian ... 7

1. Manfaat bagi sekolah ... 7

2. Manfaat bagi guru ... 7

3. Manfaat bagi siswa ... 7

4. Manfaat bagi peneliti... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 8

1. Motivasi ... 8

a. Pengertian Motivasi ... 8

b. Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik ... 9

c. Pentingnya Motivasi Belajar ... 10

2. Konsep Belajar ... 10

3. Konsep Sejarah... 12

4. Materi Pelajaran ... 13

5. Prestasi Belajar Sejarah ... 14

6. Teori Konstruktivisme (Constructivism) ... 15

7. Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sejarah... 17

8. Pembelajaran Kooperatif ... 19

9. Model Pembelajaran Numbered Head Together ... 21

B. Penelitian yang Relevan ... 22

C. Kerangka Berpikir ... 23

D. Hipotesis Kerja ... 25

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 26

B. Setting Penelitian ... 27

1. Tempat Penelitian... 27

(17)

xiv

C. Subjek Penelitian ... 27

D. Obyek Penelitian ... 27

E. Variabel-variabel Penelitian ... 27

F. Definisi Operasional... 28

G. Metode Pengumpulan Data ... 29

1. Observasi ... 29

2. Tes ... 29

3. Wawancara ... 29

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 29

1. Alat pengumpulan data ... 30

2. Validitas dan Reliabilitas ... 30

3. Hasil Uji Coba Instrumen... 32

I. Desain Siklus Penelitian ... 34

J. Teknik Analisis Data ... 34

1. Data Kualitatif ... 35

2. Data Kuantitatif ... 36

K. Prosedur Penelitian... 37

1. Pra Siklus ... 37

2. Rencana Tindakan ... 38

a) Siklus 1 ... 38

b) Siklus 2 ... 39

L. Indikator Keberhasilan ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian 1. Observasi Pra Siklus ... 41

2. Siklus I ... 48

a. Perencanaan Siklus I ... 49

1) Membuat Perangkat Pembelajaran ... 49

2) Membuat Kuesioner ... 50

(18)

xv

1) Tindakan Pertemuan I ... 51

2) Tindakan Pertemuan II ... 52

c. Pengamatan atau Observasi... 54

1) Aktivitas Kegiatan Siswa di Kelas Siklus I ... 54

2) Motivasi Belajar Siswa Siklus I ... 55

3) Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 58

d. Refleksi Siklus I ... 60

3. Siklus II ... 62

a. Perencanaan Siklus II ... 62

b. Tindakan Siklus II ... 62

1) Pertemuan I ... 62

2) Pertemuan II ... 64

c. Pengamatan atau Observasi... 65

1) Aktivitas Kegiatan Siswa di Kelas ... 65

2) Motivasi Belajar Siklus II ... 67

3) Prestasi Belajar Siklus II ... 69

d. Refleksi ... 72

B. Komparasi Aktivitas Belajar, Motivasi Belajar, dan Prestasi Belajar ... 74

1. Komparasi Aktivitas Belajar Siswa di Kelas ... 74

a. Komparasi Pra Siklus dengan Siklus I ... 74

b. Komparasi Siklus I dengan Siklus II ... 75

2. Komparasi Motivasi Belajar ... 76

a. Komparasi Pra Siklus dengan Siklus I ... 76

b. Komparasi Siklus I dengan Siklus II ... 79

3. Komparasi Prestasi Belajar Siswa ... 82

a. Komparasi Pra Siklus dengan Siklus I ... 82

b. Komparasi Siklus I dengan Siklus II ... 85

C. Pembahasan ... 89

1. Motivasi Belajar Sejarah Siswa ... 89

(19)

xvi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 96

1. Bagi Sekolah ... 96

2. Bagi Peneliti Berikutnya ... 96

3. Bagi Guru ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 97

(20)

xvii

DAFTAR GAMBAR

BAGAN

Gambar I : Bagan Skema Kerangka Berpikir ... 25

(21)

xviii

DAFTAR GAMBAR

DIAGRAM

Gambar III : Diagram Keadaan Awal Motivasi Belajar ... 45

Gambar IV : Diagram Keadaan Awal Prestasi Belajar ... 48

Gambar V : Diagram Motivasi Belajar Siswa Siklus I ... 57

Gambar VI : Diagram Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 60

Gambar VII : Diagram Motivasi Belajar Siswa Siklus II ... 69

(22)

xix

DAFTAR GAMBAR

GRAFIK

Gambar IX : Diagram Perbandingan Motivasi Belajar Pra Siklus dengan

Siklus I ... 79

Gambar X : Diagram Perbandingan Motivasi Belajar Siklus I dengan

Siklus II ... 82

Gambar XI : Diagram Perbandingan Prestasi Belajar Pra Siklus dengan

Siklus I ... 85

Gambar XII : Diagram Perbandingan Prestasi Belajar Siklus I dengan

(23)

xx

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Kriteria penilaian hasil pengamatan aktivitas belajar ... 36

Tabel 2 : Tingkat Penguasaan Kompetensi ... 37

Tabel 3 : Target Indikator Keberhasilan ... 40

Tabel 4 : Ontas ... 42

Tabel 5 : Offtas... 43

Tabel 6 : Data Keadaan Awal Motivasi Belajar... 44

Tabel 7 : Data Tingkat Kriteria Keadaan Awal Motivasi Belajar ... 45

Tabel 8 : Data Keadaan Awal Prestasi Belajar ... 46

Tabel 9 : Data Persentase Keadaan Awal Prestasi Belajar ... 48

Tabel 10 : Data Aktivitas Siswa Pertemuan Pertama Siklus I ... 54

Tabel 11 : Data Aktivitas Siswa Pertemuan Kedua Siklus I ... 55

Tabel 12 : Data Motivasi Belajar Siklus I ... 56

Tabel 13 : Data Keadaan Motivasi Belajar Siklus I ... 57

Tabel 14 : Data Ketuntasan Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 58

Tabel 15 : Data Presentase Prestasi Belajar Siklus I ... 59

Tabel 16 : Data Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Pertama Siklus II ... 66

Tabel 17 : Data Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Kedua Siklus II ... 66

Tabel 18 : Data Motivasi Belajar Siswa Siklus II ... 67

Tabel 19 : Data Keadaan Motivasi Belajar Siklus II... 68

(24)

xxi

Tabel 21 : Data Persentase Prestasi Belajar Siklus II ... 71

Tabel 22 : Komparasi Aktivitas Belajar Pra Siklus dengan Siklus I... 74

Tabel 23 : Komparasi Aktivitas Belajar Siklus I dengan Siklus II ... 75

Tabel 24 : Komparasi Motivasi Belajar Pra Siklus dengan Siklus I ... 77

Tabel 25 : Komparasi Tingkat Motivasi Belajar Pra Siklus dengan

Siklus II ... 78

Tabel 26 : Komparasi Motivasi Belajar Siklus I dengan Siklus II ... 80

Tabel 27 : Komparasi Tingkat Motivasi Belajar Siklus I

dengan Siklus II ... 81

Tabel 28 : Komparasi Prestasi Belajar Pra Siklus dengan Siklus I ... 83

Tabel 29 : Komparasi Tingkat Prestasi Pra Siklus dengan Siklus I ... 84

Tabel 30 : Komparasi Prestasi Belajar Siklus I dengan Siklus II ... 86

Tabel 31 : Komparasi Tingkat Prestasi Belajar Siklus I

(25)

xxii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1a : Surat Penelitian dari Universitas Sanata Dharma ... 99

Lampiran 1b : Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian di

SMA Negeri 2 Ngaglik ... 100

Lampran 2 : Silabus ... 101

Lampiran 3a : RPP Pertemuan I ... 112

Lampiran 3b : RPP Pertemuan II ... 120

Lampiran 3c : RPP Pertemuan III ... 129

Lampiran 3d : RPP Pertemuan IV ... 135

Lampiran 4 : Kisi-kisi Soal ... 141

Lampiran 5a : Soal Uji Kompetensi Siklus I ... 147

Lampiran 5b : Soal Uji Kompetensi Siklus II ... 154

Lampiran 6 : Kisi-kisi Kuesioner Motivasi ... 160

Lampiran 7 : Kuesioner Motivasi ... 161

Lampiran 8 : Presensi (Daftar Hadir) ... 164

Lampiran 9 : Lembar Kerja Siswa ... 166

Lampiran 10 : Lembar Jawaban ... 167

Lampiran 11a : Validitas Motivasi Pra Siklus ... 168

Lampiran 11b : Validitas Instrumen Motivasi Siklus I ... 169

Lampiran 11c : Validitas Instrumen Motivasi Siklus II ... 170

(26)

xxiii

Lampiran 12b : Reliabelitas Instrumen Motivasi Siklus I ... 172

Lampiran 12c : Reliabilitas Instrumen Motivasi Siklus II ... 173

Lampiran 13a : Validitas Butir Soal Siklus I ... 174

Lampiran 13b : Validitas Butir Soal Siklus II ... 176

Lampirian 14a : Reliabilitas Butir Soal Siklus I ... 178

Lampiran 14b : Reliabilitas Butir Soal Siklus II ... 179

(27)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan proses yang sangat penting dalam kehidupan.

Dengan pendidikan seseorang dapat manggapai cita-cita yang diinginkan dan

didamba-dambakan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001

mendefinisikan pendidikan sebagai berikut “pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, kepribadian,

kecerdasan, ahklah mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa, dan negara.1 Oleh karena itu pendidikan sangat penting untuk seluruh

bangsa khususnya bangsa Indonesia. Pentingnya pendidikan ini dikarenakan

pendidikan mempunyai tujuan yang harus dicapai demi pendidikan yang bermutu.

Dalam hal ini, tujuan pendidikan nasional di negara Indonesia adalah untuk

meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan

bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian,

mandiri, tangguh, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmasi dan

rohani.2

Pendidikan di sekolah tidak lepas dari proses kegiatan belajar mengajar.

Dalam proses ini melibatkan guru dan peserta didik yang keduanya tidak bisa

dipisahkan. Namun pada saat ini masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan

1

Ramlah Ahmadi, Pengantar Pendidkan: Asas dan Filsafat Pendidikan, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 38.

2

(28)

adalah lemahnya proses pemebelajaran. Pembelajaran ialah suatu proses yang

dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah prilaku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam

interaksi dengan lingkungan sekitar.3 Dalam proses pembelajaran ini siswa kurang

mampu mengembangkan keampuaan berpikir yang ada dalam dirinya. Untuk

mengatasi itu diperlukan adanya interaksi antara peserta didik dan guru maupun

peserta didik dengan peserta didik yang baik. Interaksi antara guru dan peserta

didik sangat penting, karena semua itu menentukan tercapainya tujuan

pembelajaran yang dilakukan. Proses pembelajaran terjadi karena adanya suatu

yang mendorong dan ada sesuatu tujuan yang akan dicapai4. Ketercapain tujuan

ini dapat dicapai bila ada intreksi yang baik antara guru dan peserta didik. Sama

halnya dengan pembelajaran sejarah, hendaknya dalam pembelajaran sejarah guru

mampu membangun interaksi dan komunukasi dengan peserta didik maupun

peserta didik dengan peserta didik.

Sejarah adalah mata pelajaran yang mempelajari tentang peristiwa masa

lalu. Dari situ, banyak peserta didik yang kurang tertarik terhadap pelajaran

sejarah yang menyebabkan motivasi belajar menjadi rendah dan akhirnya akan

membuat prestasi belajar peserta didik menjadi rendah. Motivasi sangat penting

dalam proses pembelajaran karena dengan adanya motivasi peserta didik akan

lebih antusias dalam mengikuti semua proses pembelajaran. Dengan motivasi

belajar yang tinggi maka peserta didik akan bisa mendapatkan prestasi yang lebih

baik. Prestasi belajar merupakan suatu hal yang penting bagi perkembangan

3

Mohamad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Pustaka Bani Quraisy, Bandung, 2014, hlm 7.

4

(29)

peserta didik dalam proses pembelajaran. Melalui prestasi belajar seorang guru

bisa mengetahui tingakat keberhasilan peserta didik dalam menguasai materi

pelajaran yang telah disampaikan.

Pada saat ini banyak dari peserta didik mengganggap pelajaran sejarah

adalah pelajaran yang kurang menarik. Mereka juga beranggapan bahwa pelajaran

sejarah hanyalah pelajaran yang kurang penting karena hanya mempelajari tentang

masa lalu dan mengakibatkan peserta didik kurang aktif dalam proses

pembelajaran. Selain itu minat belajar yang rendah terhadap pelajaran sejarah juga

merupakan masalah tersendiri yang harus diatasi. Motivasi belajar yang kurang

juga menjadi permasalahan yang menyebabkan rendahnya prestasi dalam

pelajaran sejarah. Lalu pemilihan metode serta model pembelajaran yang kurang

sesuai juga merupakan salah satu faktor yang menyebebkan rendahnya minat dan

motivasi belajar perserta didik terhadap pelajaran sejarah yang nanti ujungnya

akan berpengaruh terhadap rendahnya prestasi belajar peserta didik. Dilihat dari

berbagai permasalahan di atas dapat dikatagorikan dalam dua hal, yaitu faktor dari

dalam siswa itu sendiri seperti minat belajar rendah, motivasi belajar rendah,

peserta didik kurang aktif dan prestasi belajar yang rendah. Lalu faktor dari luar,

seperti pemilihan model belajar yang tidak tepat. Berdasarkan faktor-faktor di atas

mengakibatkan banyak peserta didik tidak mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan

Minimal).

Dalam penelitian ini, yang menjadi pokok permasalahan adalah prestasi

(nilai) dan motivasi belajar peserta didik kelas XI IPS 2 di SMA Negeri 2

(30)

observasi di kelas tingkat motivasi peserta didik dalam belajar sangat rendah. Hal

ini terlihat banyak dari peserta didik dalam proses pembelajaran mereka

cendurung pasif, jarang ada siswa yang mau bertanya serta mereka sibuk sendiri

dan kurang memperhatikan penjelasan guru. Peserta didik juga malas untuk

mencatat hal-hal yang penting yang sudah disampaikan oleh guru.

Kemudian, berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di

SMA Negeri 2 Ngaglik pada kelas XI IPS 2 prestasi belajar sejarah yang

diperoleh peserta didik rendah. Hal ini ditunjukkan dengan banyak peserta didik

yang melakukan perbaikan (remidi) dari hasil MID semester. Hampir semua dari

perseta didik melakukan perbaikan ini. Dari data tersebut menunjukkan bahwa

prestasi belajar sejarah masih rendah. Oleh kerena itu, perlu diadakan adanya

perbaikan dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar sejarah perlu

penggunaan model dan metode pembelajaran yang bisa membuat peserta didik

tertarik dalam proses pembelajaran serta melibatkan langsung peserta didik dalam

proses pembelajaran seterta menuntut agat peserta didik dapat aktif dan siap

dalam melakukan proses pembelajaran. Upaya yang dilakukan adalah menerapkan

model pembelajaran “Numbered Head Together” dalam proses pembelajaran di

kelas.

Model pembelajaran ini menuntut agar peserta didik lebih aktif dalam

proses pembelajaran. Peserta didik diharapkan mampu menguasai materi pelajaran

yang disajikan dalam bentuk diskusi, interaksi dan kerja sama dalam kelas yang

(31)

didik dalam belajar menjadi lebik baik. Selain itu, model pembelajaran ini juga

mengajarkan kepada peserta didik agar siap dalam proses pembelajaran. Artinya

dengan menggunakan model pembelajaran ini peserta didik dituntut harus siap

dan melatih kesiapan mereka dalam belajar di kelas. Dalam setiap proses

pembelajaran, model pembelajaran ini memuat pemasalahan yang berkaitan

dengan materi pembelajaran yang harapannya akan membangkitkan ketertarikan

peserta didik terhadap pelajaran sejarah dan akan membangkitkan motivasi belajar

dan pada akhirnya akan meningkatakn pesertasi belajar peserta didik.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dalam penelitian ini

mengambil judul “Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Sejarah Melalui

Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ngaglik.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas, dapat kita melihat permasalahan-permasalahan

yang menyebabkan proses pembelajaran menjadi lemah yaitu:

1. Peserta didik mengganggap pelajaran sejarah adalah pelajaran yang kurang

menarik

2. Peserta didik kurang aktif dalam proses pembelajaran

3. Motivasi belajar yang rendah

4. Pemilihan metode serta model pembelajaran yang kurang sesuai

5. Minat belajar sejarah yang rendah

(32)

C. Batasan Masalah

Pada batasan masalah, penelitian ini difokuskan untuk meningkatkan

motivasi dan prestasi belajar sejarah melalui model pembelajaran Numbered Head

Together.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengambil rumusan masalah:

1. Apakah melalui model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan motivasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 di SMA Negeri 2

Ngaglik?

2. Apakah melalui model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 di SMA Negeri 2

Ngaglik?

E. Pemecahan Masalah

Cara pemecahan masalah yang akan digunakan dalam penelitian tindakan

kelas ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together dalam pembelajaran mata pelajaran sejarah. Model pembelajaran ini dapat melatih kesiapan siswa saat proses pembelajaran dan melatih kerja sama

antar siswa sehingga siswa akan mudah untuk bertukar pemikiran dan saling

berbagi pengetahuan.

F. Tujuan Penelitian

Adapun dalam penelitian ini mempunyai tujuan untuk:

1. Meningkatkan motivasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 di SMA Negeri 2

(33)

2. Meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 di SMA Negeri 2

Ngaglik melalui model pembelajaran Numbered Head Together.

G. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi sekolah

Penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif mengajar di sekolah untuk

meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.

2. Manfaat bagi guru

Penelitian ini dapat dijadikan acauan guru dalam memilih model pembelajaran

yang sesuai dengan kebutuhan siswa yang harus aktif dalam proses pembelajaran.

3. Manfaat bagi siswa

Penelitian ini dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa dan bisa

dijadikan sebagai acuan untuk pemilihan model pembelajaran.

4. Manfaat bagi peneliti

Manfaat bagi peneliti adalah untuk menambah pengetahuan peneliti dalam

(34)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teori-teori yang akan

dijabarkan sebagai berikut.

1. Motivasi

a. Pengertian Motivasi

Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak

(move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka dalam

menyelesaikan tugas. Hal ini berarti bahwa konsep motivasi digunakan untuk

menjelaskan keinginan berperilaku, arah perilaku (pilihan), intensitas perilaku

(usaha, berkelanjutan), dan penyelesaian atau prestasi yang sesungguhnya.

Motivasi sangat penting untuk mendorong kemauan seseorang (peserta didik)

untuk lebih aktif lagi untuk mempelajari berbagai hal. Dalam hal ini, motivasi

meliputi dalam dua hal: (1) mengetahui apa yang akan dipelajari; (2) memahami

mengapa hal tersebut patut untuk dipelajari5.

Peserta didik belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan

mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Kekuatan mental

tersebut dapat tergolong rendah atau tinggi. Ada ahli psikologi pendidikan yang

menyebut kekuatan mental yang mendorong tejadinya belajar disebut motivasi

5

(35)

belajar6. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan,

menggerakkan dan mengarahkan sikap dan prilaku individu belajar.

Siswa akan memiliki motivasi belajar akan bergantung pada apakah

aktivitas tersebut memiliki isi yang menarik atau proses yang menyenangkan.

Intinya motivasi belajar melibatkan tujuan-tujuan dan setrategi yang berkaitan

dalam mencapai tujuan belajar tersebut.

Memberikan motivasi kepada siswa, berarti menggerakkan siswa untuk

melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu7. Dengan memberikan motivasi

ini maka siswa akan merasa bahwa ada keinginan untuk melakukan proses belajar.

Intensitas motivasi seseorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian

prestasi belajarnya8. Maka semakin tinggi motivasi siswa maka makin tinggi juga

keinginan siswa untuk belajar dan akhirnya akan menetukan pencapain prestasi

siswa.

b. Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik

Dalam motivasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu motivasi yang bersifat

intrinsik dan ekstrinsik. Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah

motif-motif yang aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam

setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.9 Sedangkan

motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik

adalah motif-motif yang akitf dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar10.

6

Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, PT. Reneka Cipta, Jakarta, 1998, hlm. 80. 7

Sardiman AM, op.cit., hlm. 77. 8Ibid,

hlm. 86. 9

Syaiful Bahri J, Psikologo Belajar, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2011, hlm. 149. 10

(36)

c. Pentingnya Motivasi dalam Belajar

Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingya

motivasi belajar adalah sebagai berikut:11

1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir.

2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingakan dengan teman sebaya.

3) Mengarahkan kegiatan belajar sebagai ilustrasi, setelah diketahui bahwa dirinya belum belajar secara serius.

4) Membesarkan semangat belajar. Menyadarkan tentang adanaya perjalan belajar dan kemudian bekerja yang bersinambungan.

2. Konsep Belajar

Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata

mengumpulkan atau menghafal fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi

atau materi pelajaran12. Belajar tidak hanya seperti yang diungkapkan di atas.

Dalam belajar, di dalamnya terdapat proses yang penting yang harus dilalui

sehingga dapat memahami serta mengumpulkan fakta-fakta yang ada dalam setiap

proses belajar.

Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna

yang terkandung dalam belajar. Selain itu, dangan kemapuan berubah melalui

belajar itu, manusia (peserta didik) secara bebas dapat mengeksplorasi, memilih,

dan memutuskan keputusan yang penting dalam setiap proses belajar. Oleh sebab

itu, belajar sangatlah penting dalam memahami segala sesuatu khususnya dalam

dunia pendidikan.

11

Dimyati, op.cit., hlm. 84. 12

(37)

Belajar juga dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang dilakukan

seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep,

pemahanan, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya

perubahan prilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam

bertindak13. Skinner, seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya

Educational Psychology: The Teacher-Learning Proces, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang

berlangsung secara progresif14. Witting dalam bukunya Psychology of Learning mendefiniskan belajar sebagai: any relatively permanent change in an organism’s

behavioral repertoire that accurs as a result of experience. Belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan

tingkah laku suatu organisme sebagai pengalaman15. Kemudian belajar adalah key

term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan16. Berdasarkan beberapa

pengertian di atas dapat disimpulkan belajar adalah usaha yang dilakukan

seseorang untuk memahami dan berdaptasi serta memperoleh suatu perubahan

tingkah laku berdasarakan pengalaman yang dialami.

Perubahan akibat belajar itu akan bertahan lama, bahkan, sampai taraf

tertentu, tidak menghilang.17 Perubahan yang diakibatkan oleh belajar ini bisa

benar-benar bertahan lama bila siswa mampu mengikuti proses pembelajaran

13

Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar: Edisi Pertama,

Prenadamedia Group, Jakarta, 2014, hlm. 4. 14

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, PT. Remaja Roedakarya, Bandung, 1997, hlm. 90.

15

Muhibbin Syah, loc.cit., hlm. 90. 16Ibid

, hlm. 94. 17

(38)

dengan baik. Oleh karena itu belajar harus selalu diarahkan pada hal-hal yang

positif, agar siswa mampu mengolah potensi yang ada dalam diri siswa secara

maksimal.

Belajar juga dimaknai sebagai suatu proses untuk memperoleh motivasi

dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan, dan tingkah laku18. Oleh karnanya

belajar juga berkaitan erat dengan motivasi. Dalam membangun motivasi, belajar

ini bisa menjadi faktor penting dalam setiap proses dalam memperoleh

pengetahun.

Belajar itu meliputi tiga bidang belajar, yaitu belajar di bidang kognitif,

sensorik-motorik serta dinamika afektif.19 Melalui bidang kognitif, anak

memperoleh pengetahuan dan pemahan. Melalui bidang belajar sensorik-motorik

anak memperoleh berbagai ketrampilan yang melibatkan bagian tubuh yang

berupa motorik (penggerak) dan sensorik (indra), namun pemikiran, perasaan dan

kemauan juga berperan juga (psikomotorik). Melalui belajar dinamika-afektif,

anak memperoleh berbagai sikap dan perasaan yang ikut menentukan

tindakan-tindakan yang diambil oleh anak itu sendiri.

3. Konsep Sejarah

Sejarah merupakan bagian penting dalam hidup kita. Dengan sejarah kita

bisa belajar banyak dan menjadi lebih baik. Maka sejarah sangat lah penting untuk

dipelajari. Kata sejarah berasal dari bahasa Arab syajara berarti terjadi, syajarah berarti pohon, syajarah an-nasab berarti pohon silsilah, bahasa Inggris history20.

18

Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar: Edisi Pertama,

Prenadamedia Group, Jakarta, 2014, hlm. 1. 19

W.S. Winkel, op.cit., hlm. 23. 20

(39)

Pada istilah “history” tekanan pengertian diletakkan pada usaha/keinginan untuk

mengetahui apa yang telah terjadi sebelum kehidupan kita, atau keinginan untuk

mengetahui perjalanan waktu21. Sedangkan menurut I Gede Widja dalam bukunya

menjelaskan sejarah suatu studi keilmuan tentang segala sesuatu yang telah

dialami manusia di waktu yang lampau dan yang telah meninggalkan

jejak-jejaknya di waktu sekarang, dimana tekanan perhatian diletakkan terutama pada

aspek peristiwanya sendiri dalam hal yang bersifat khusus dan segi-segi urutan

perkembanganya yang kemudian disusun dalam ceritera sejarah22.

Sejarah sebagai ilmu dapat berkembang dengan cara: (1) perkembangan

dalam filsafat, (2) perkembangan dalam teori sejarah, (3) perkembangan dalam

ilmu-ilmu lainnya, dan (4) perkembangan dalam metode sejarah. Perkembangan

sejarah selalu berarti berubah bahwa sejarah selalu responsif terhadap kebutuhan

masyarakat akan informasi23. Dalam hal ini juga, pembelajaran sejarah juga harus

bisa menyesuaikan dengan perkembangan yang ada supaya pembelajaran sejarah

tidak membosankan dan masih tetap relevan dengan perkembangan zaman.

4. Materi Pelajaran

Materi pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut ini:

a. Akar-akar Nasionalisme Indonesia

KD 3.10 Menganalisis akar-akar nasionalisme Indonesia pada masa kelahirannya

dan pengaruhnya bagi masa kini.

21

I Gede Widja, Pengantar Ilmu Sejarah: Sejarah Dalam Perspektif Pendidikan, Satya Wacana, Semarang, 1988, hlm. 7.

22

Ibid, hlm. 9. 23

(40)

1) Materi pembelajaran

Akar-akar nasionalisme Indonesia

b. Peristiwa Sekitar Proklamasi

KD 3.11 Menganalisis peristiwa-peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945

dan arti penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara pada masa itu dan saat

ini.

1) Materi pembelajaran

Peristiwa-peristiwa sekitar Proklamasi Kemerdekaan

5. Prestasi Belajar Sejarah

Dalam pembelajaran, prestasi sangat lah penting untuk mengetahui

seberapa berhasil kah proses pembelajaran itu sendiri. Maka harus dipahami

seperti apa itu prestasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia prestasi adalah

hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya)24. Sedangkan

belajar adalah usaha yang dilakukan seseorang untuk memahami dan beradaptasi

serta memperoleh suatu perubahan tingkah laku berdasarakan pengalaman yang

dialami. Maka prestasi belajar sejarah dapat disimpulkan bahwa suatu yang

diperoleh atau dicapai berdasarkan usaha yang dilakukan seseorang dalam

melakukan adaptasi (proses pembelajaran) dengan lingkungan (kelas) sehingga

memperoleh suatu perubahan prestasi (nilai) berdasarkan pengalaman belajar di

kelas yang dialami.

Dalam bukunya Winkel menyatakan bahwa “hasil belajar” tidak jauh sama

dengan “prestasi” (performance); di dalam prestasi hasil belajar menampakkan

24

(41)

diri.25 Maka yang menentukan baiknya prestasi siswa adalah hasil belajar yang

didapat siswa harus juga baik. Karena dengan hasil belajar yang baik siswa akan

lebih mudah dalam mengikuti tes untuk menguji hasil belajar yang telah diperoleh

ketika proses pembelajaran berlangsung dan hasilnya prestasinya pun akan

menjadi baik.

6. Teori Konstruktivisme (Contructivism)

Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan

baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman26. Menurut

konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar, tetapi dikonstruksi

dari dalam diri seseorang.

Muslich mengemukakan, konstruktivisme adalah proses pembelajaran

yang menekankan terbangunnya pemahanan sendiri secara aktif, kreatif, dan

produktif berdasarkan pengetahuan yang terdahulu dan dari pengalaman belajar

yang bermakna. Pengetahuan bukanlah serangkaian fakta konsep, dan kaidah yang

siap dipraktikkan. Manusia harus mengkonstruksinya terlebih dahulu pengetahuan

itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Dalam konstruktivisme ada

beberapa hal-hal sebagai berikut.

1. Belajar berarti menyediakan kondisi agar memungkinkan peserta didik membangun sendiri pengetahuannya.

2. Kegiatan belajar dikemas menjadi proses mengkonstruksi pengetahuan, bukan menerima pengetahuan sehingga belajar dimulai dari apa yang diketahui peserta didik. Peserta didik menemukan ide dan pengetahuan (konsep, prinsip) baru, menerapkan ide-ide, kemudian peserta didik mencari strategi belajar yang efektif agar mencapai kompetensi dan memberikan kepuasan atas penemuan (discovery).

25

W.S. Winkel, op.cit., hlm. 59. 26

(42)

3. Belajar adalah proses aktif mengonstruksi pengetahuan dari abstraksi pengalaman alami maupun manusiawi, yang dilakukan secara pribadi dan sosial untuk mencari makna dengan memproses informasi sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berfikir yang dimiliki.

Kemudian Kukla memberikan pandangan konstruktivismenya dengan

menyatakan “all our concept are constructed”. Hal tersebut dapat diartikan bahwa semua konsep yang didapat oleh setiap organisme merupakan suatu hasil

dari proses konstruksi.27

Richarson menyatakan bahwa constructivism as the position that “individual create their own understanding, based upon the interaction of what

the already know and believe, dan the phenomena or ideas which they come in

concept” menurutnya konstruktivisme merupakan sebuah keadaan di mana

individu menciptakan pemahaman mereka sendiri berdasarkan pada apa yang

mereka ketahui dan percayai, serta ide dan fenomena di mana mereka

berhubungan28. Maka di sini peserta didik bisa mengambangkan potensi yang ada

dalam diri mereka khususnya dalam proses pembelajaran.

Maka dapat disimpulkan pembelajaran konstruktivisme merupakan suatu

pendekatan dalam proses pembelajaran yang menuntut agar individu bisa

menemukan dan membuat konsepnya sendiri yang muncul dari pendangan dan

gamabaran individu itu sendiri serta berdasarkan inisiatif individu.

27

Sigit Mangun Wardoyo, Pembelajaran Konstruktivisme, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm. 22. 28

(43)

7. Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sejarah

Telah diuraikan di atas, konstruktivisme merupakan suatu pendekatan dalam

proses pembelajaran yang menuntut agar individu bisa menemukan dan membuat

konsepnya sendiri yang muncul dari pendangan dan gamabaran individu itu

sendiri serta berdasarkan inisiatif individu, seperti yang telah dinyatakan oleh

Brooks bahwa “the constructivism approach stimulates learning only around

concept in whicht the students have a prekindled interst29.

Pembelajaran sejarah yang membahas tentang masa lalu sangat berkaitan

dengan waktu. Sejarah ialah ilmu tentang waktu30. Maka konstruktivisme sangat

penting untuk proses pembelajaran sejarah. Dengan pendekatan konstruktivisme

ini pembelajaran sejarah akan menjadi lebih menarik karena siswa dapat

menemukan dan membuat konsep pemahaman mereka sendiri untuk memahami

pelajaran sejarah. Dengan konsrtuktivisme dalam pembelajaran sejarah, siswa

dituntut untuk bergerak lebih aktif dan mengoptimalkan serta memaksimalkan

potensi yang ada dalam diri siswa itu sendiri sehingga siswa mampu mengolah

dan mengembangkan potensi yang ada dalam proses pembelajaran. Bagi kaum

konstruktivis, mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru

ke murid, melainkan sesuatu kegiatan yang memungkinkan bisa membangun

pengetahuannya sendiri.31

Berikut ini merupakan prinsip-prinsip dalam pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan konstruktivisme:

29

Sigit Mangun Wardoyo, op.cit.,hlm. 23. 30

Kuntowijoyo, op.cit., hlm. 14. 31

(44)

1. Siswa membawa pengetahuan awal yang khas dan keyakinan-keyakinan pada situasi pembelajaran;

2. Pengetahuan dibangun secara unik dan individu/personal dalam berbagai cara, lewat berbagai perangkat, sumber-sumber, dan konteks;

3. Belajar merupakan proses yang aktif dan reflektif;

4. Belajar adalah proses membangun. Kita dapat mempertimbangkan keyakinan dengan mengasimilasi, mengakomodasi, atau bahkan menolak informasi baru; 5. Interaksi sosial mengenalkan perspektif ganda pada pembelajaran; Belajar

dikendalikan secara internal dan dimediasi oleh siswa32.

Dalam pembelajaran sejarah, siswa perlu untuk mampu mengkonstruksi

pengetahuannya agar ilmu yang disampaikan dapat mereka pahami dengan

mudah. Di sisi lain agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuannya dengan

baik, guru juga harus mampu memberikan contoh yang konkret agar siswa

semakin mudah dalam mengolah daya pikirnya. Maka di sini tugas guru adalah

membantu agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuannya sesuai situasi yang

konkret maka strategi mengajar perlu juga disesuaikan dengan kebutuhan dan

situasi siswa.33

Bagi kaum konstruktivis, belajar adalah suatu proses organik untuk

menemukan sesuatu, bukan suatu proses mekanik untuk mengumpulkan fakta.

Belajar itu suatu perkembangan pemikiran dengan membuat kerangka pengetian

yang berbeda.34 Siswa harus punya pengalaman dengan membuat pemahaman

mereka sendiri dengan dalam proses belajar. Mereka harus bisa membuat

hipotesis, memahami konsep-konsep dengan pemikiran mereka sendiri,

memecahkan persoalan serta mengadakan atau membuat refleksi untuk

membentuk konstruksi yang baru.

32

Moh Yamin, Teori dan Metodologi Pembelajaran, Madani, Malang, 2015, hlm. 71. 33

Paul Suparno, op.cit., hlm. 69. 34

(45)

Dalam aliran konstruktivisme, guru bukanlah seorang yang mahatahu dan

siswa bukanlah yang belum tahu dan karena itu harus diberi tahu. Dalam proses

pembelajaran siswa aktif mencari tahu dengan membentuk pengetahuannya,

sedangkan guru membantu agar pencarian itu berjalan baik. Dalam banyak hal

guru dan murid bersama-sama membangun pengetahuan. Dalam artian inilah

hubungan guru dan murid lebih sebagai mitra yang bersama-sama membangun

pengetahuan.35

8. Pembelajaran Kooperatif

Slavin mengemukakan, “In cooperative learning methods, student work

together in four member teams to master material initially presented by the teacher”. Dari urain tersebut dapat dikemukakan bahwa cooperative learning

adalah suatu model pembelajaran di mana dalam sistem belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga

dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar36.

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem

pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama

dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur37. Pembelajaran

kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar

kooperatif lebih dari sekedar belajar berkelompok karena dalam pembelajaran ini

ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga

35

Ibid, hlm. 71. 36

Tukaran Taniredja, Dkk, Model-model Pembelajaran Inovatif, Alfabeta, Bandung, 2011, hlm. 55.

37

(46)

memungkinkan akan terjadinya interaksi secara terbuka antara sesama siswa

maupun dengan guru.

Model pembelajaran kooperatif dirancang untuk membantu terjadinya

pembagian tanggung jawab ketika peserta didik mengikuti pembelajaran dan

berorientasi menuju membentuk manusia sosial38. Maka diharapkan dengan diterpakannya model pembelajaran kooperatif ini bisa menumbuhkan rasa sosial

peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif

dipandang sebagai proses pembelajaran yang aktif, sebab peserta didik akan lebih

banyak belajar melalu proses pembentukan (contrucing) dan penciptaan, kerja

dalam kelompok dan berbagi pengetahuan serta tanggung jawab individu tetap

merupakan kunci keberhasilan pembelajaran39. Maka diharapkan dalam penerapan

pembelajaran kooperatif ini peserta didik dapat lebih aktif dalam kelas karena

seharusnya dalam proses pembelajaran peserta didik lah yang harus lebih aktif.

Guru berperan sebagai fasilitator dan memberikan bimbingan dalam proses

pembelajaran. Serta mambantu siswa dalam menggali dan mengembangkan

potensi-potensi yang ada dalam diri siswa.

Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori

konstruktivisme.40 Maka dalam pembelajaran kooperatif siswa menjadi sentral.

Siswa harus mampu mengolah fakta-fakta yang diperoleh dari hasil berbagi dalam

pembelajaran kooperatif dan selanjutnya siswa harus mengkonstruksi serta

38

Daryanto dan Mulyo Harajo, Model Pembelajaran Inovatif, Penerbit Gava Media, Yogyakarta, 2012, hlm. 229.

39

Daryanto dan Mulyo Harajo, loc.cit., hlm. 229. 40

(47)

mengolah fakta-fakta itu dalam pemikiran dan pemahaman mereka agar mereka

bisa merasakan pengalaman belajar secara langsung.

9. Model Pembelajaran Numbered Head Together

Numbered Head Together (NHT) merupakan salah satu dari strategi pembelajaran kooperatif. Numbered Head Together pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah

materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka

terhadap isi pelajaran tersebut41.

Numbered Head Together merupakan suatu model pembelajaran berkelompok yang setiap anggota kelompoknya bertanggung jawab atas tugas

kelompoknya, sehingga tidak ada pemisahan antar siswa yang satu dengan yang

lain dalam satu kelompok untuk saling memberi dan menerima satu dengan yang

lainya42. Model pembelajaran ini cocok untuk melatih kedisiplian setiap siswa

karena setiap proses pembelajaran siswa dituntut untuk bertanggung jawab atas

kerjaanya atau pun tugas yang diberikan dalam kelompoknya.

a. Langkah-langakah dalam Model Pembelajaran Numbered Head Together43

1) Setiap siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.

2) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

41

Trianto Ibnu Badar Al-Tabani, Mendesain Model Pemebelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual: Konsep Landasan an Implementasi pada Kurikulum 2013 (Kurikulum Tematik Integratif/TIK), Prendamedia, Jakarta, 2014, hlm. 131.

42

Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 108.

43

(48)

3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya dengan baik.

4) Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil keluar dari kelompoknya melaporkan atu menjelaskan hasil kerja sama mereka. 5) Tanggapan dari teman yang lainya, kemudian guru menunjuk nomor yang

lain.

6) Kesimpulan.

b. Kelebihan Model Pembelajaran Numbered Head Together

Adapun kelebihan dari model pembelajaran ini adalah setiap siswa

menjadi siap, dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. Siswa yang

pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai, terjadi interaksi secara intens

antarsiswa dalam menjawab soal dan tidak ada murid yang mendominasi dalam

kelompok karena ada nomor yang membatasi.

c. Kekurangan Model Pembelajaran Numbered Head Together

Adapun kekurangan dari model pembelajaan ini adalah tidak terlalu cocok

untuk diterapkan dalam jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu

yang lama dan tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru karena

kemungkinan waktu yang terbatas.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan ini digunakan untuk mendukung penelitian yang

akan dilakukan oleh peneliti. Maka dalam penelitian yang relevan ini dipilih

sesuai dengan apa yang menjadi variabel-variabel yang ada pada judul penelitian

ini. Peneltian yang relevan juga dapat dijadikan acuan peneliti dalam menentukan

bagaimana kedepanya penelitian ini akan dilaksanakan. Dalam hal ini peneliti

(49)

Universitas Sanata Dharma dengan judul “Peningkatan Keaktivan dan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Siswa Kelas X-D SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu”. Dalam penelitian tersebut dinyatakan bahwa prestasi belajar sejarah siswa dapat

ditingkatkan melalui model pembelajaran Numbered Head Together. Dari rata-rata awal 50,52 pada siklus pertama meningkat menjadi 78,74 atau 34,85%

kemudian di siklus dua mengalami peningkatan menjadi 80,75 atau 11, 33%.

Selain itu penelitan yang sama yang dilakukan oleh Rusto dengan judul

“Penggunaan Model Pembelajaran Numbered Head Together Dalam Upaya

Meningkatkan Motivasi Dalam Belajar IPS (Sejarah) Siswa Kelas VII.2 Pada Semester Ganjil di SMP Negeri 2 Sumberejo Tahun Pelajaran 2013/2014” juga berhasil meningkatkan motivasi belajar siswa. Hasil penelitian tindakan kelas ini

menunjukkan bahwa motivasi siswa mengalami peningkatan dari tiap siklus. Pada

siklus I terdapat 55,56 % aktivitas siswa yang sudah cukup baik. Siklus II terdapat

63,89 % aktivitas siswa yang sudah cukup baik dan siklus III terdapat 71,42 %

aktivitas yang sudah baik.

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran ini dirancang untuk mengaktifkan siswa dalam proses

pembelajaran. Bila siswa dapat aktif dalam pembelajaran maka siswa akan mudah

untuk memahami materi pelajaran yang diberikan. Pembelajaran ini juga

dirancang untuk menumbuhkan rasa kerja sama siswa dalam proses pembelajaran.

Dengan mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran siswa juga dapat

(50)

Numbered Head Together merupakan model pembelajaran yang memanfatkan media nomor/angka dalam pembelajaran yang dibagiakan kepada

siswa yang dibentuk dalam kelompok. Melalui model pembejaran ini siswa

dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran dan melatih kerja sama

dalam megerjakan tugas atau soal yang telah diberikan kepada setiap kelompok.

Dalam kelompok siswa dapat saling bertukar pikiran dan berbagi informasi untuk

menjawab pertanyaan yang telah diberikan. Model pembelajaran ini juga dapat

meningkatkan kesiapan siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran

menggunakan Numbered Head Together dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran dan melatih kerja sama setiap siswa serta dapat melatih kesiapan

siswa dalam pembelajaran yang berdampak akan meningkatnya motivasi dan

prestasi belajar sejarah siswa. Selain itu, model pembelajaran ini juga melatih

tanggung jawab siswa terhadap tugas mereka masing-masing karena adanya

tuntutan setiap siswa harus siap dalam proses pembelajaran. Untuk lebih mudah

(51)

Pembelajaran Sejarah

Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Sejarah

Proses Pembelajaran:

1) Siswa aktif dalam kelas

2) Siswa bekerja sama dengan anggota kelomponya untuk memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan 3) Siswa akan siap

belajar dalam setiap proses pembelajaran 4) Siswa saling berbagi

pemikiran dalam proses pembelajaran Model

Pembelajaan

Number Head Together

Gambar I: Bagan Skema Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Kerja

Adapaun hipotesis kerja dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan motivasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2

Ngaglik.

2. Pelaksanaan model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2

(52)

26 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) model Kurt Lewin. Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan

dari classroom action research, yaitu suatu action research yang dilakukan di kelas.44 Maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan

oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk

meningkatkan dan memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa

meningkat.45 Dalam bukunya yang berjudul “Penelitian Tindakan 2010”,

Suharsimi menjelasakan PTK dilaksanakan paling sedikit dua siklus dan dalam

satu siklus terdiri atas empat langkah yaitu, (1) Perencanaan, (2) Tindakan, (3)

Observasi, dan (4) Refleksi.46

PTK ini sangat bermanfaat untuk peneliti karena bisa melakukan inovasi

dalam pembelajaran dengan menerapkan model pemebajaran yang lebih baik dan

untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri. Melalui PTK juga peneliti dapat

berperan langsung di dalamnya sehingga peneliti bisa merasakan dan

mengangamati seluruh proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Berikut

ini akan dijelaskan tentang metodologi penelitian yaitu:

44

Amirudin Hatibe, Meodologi Penelitian Tindakan Kelas, Suka Press, Yogyakarta, 2012, hlm. 13.

45Ibid,

hlm. 14. 46

(53)

B. Setting Penelitian

Penjelasan mengenai setting penelitian ini akan dibahas sebagai berikut:

1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Ngaglik untuk

mata pelajaran sejarah.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2015/2016 di semester II,

yaitu pada bulan April – Mei 2016. Waktu penelitian disesuaikan dengan kalender

akademik dari sekolah.

C. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian tindakan kelas untuk mengatasi peningkatan

motivasi dan prestasi belajar sejarah siswa menggunakan model pembelajaran

Numbered Head Together adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ngaglik. Adapun jumlah siswa kelas XI IPS 2 adalah berjumlah 31 siswa.

D. Obyek Penelitian

Obyek dari penelitian ini adalah model pembelajaran Numbered Head Together, motivasi dan prestasi belajar sejarah siswa.

E. Variabel-variabel Penelitian

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan

variabel terikat.

1. Variabel bebas (X) : model pembelajaran Numbered Head Together

(54)

F. Definisi Operasional Variabel 1. Belajar

Belajar juga dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang dilakukan

seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep,

pemahanan, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya

perubahan prilaku yang relative tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam

bertindak dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2. Motivasi

Penggerak (daya dorong suatu keinginan) seseorang (peserta didik) untuk

melakukan sesuatu, dalam hal ini adalah belajar. Sehingga membuat peserta didik

menjadi mempuanyai keingin untuk belajar secara terus menerus.

3. Prestasi

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan

sebagainya). Dalam hal ini hasil yang dicapai adalah nilai yang berupa nilai

kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam proses pembelajaran.

4. Konstruktivisme

Proses menyusun pengetahuan baru berdasarkan pengalaman yang didapat

peserta didik dalam proses pembelajaran.

5. Pembelajaran Kooperatif

Sebuah metode pembelajaran yang menekankan agar peserta didik saling

(55)

6. Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

Numbered Head Together merupakan model pembelajaran berkelompok yang setiap anggota kelompoknya bertanggung jawab atas tugas kelompoknya,

sehingga tidak ada pemisahan antar siswa yang satu dengan yang lain dalam satu

kelompok untuk saling memberi dan menerima satu dengan yang lainnya.

G. Metode Pengumpulan Data 1. Observasi

Observasi ini dilakukan untuk mengetahui situasi dan kondisi awal keadaan

kelas sebelum penerapan model pembelajaran Numbered Head Together maupun

setelah penerapan model pembelajaran tersebut.

2. Tes

Tes digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap

pelajaran. Hal ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa antara sebelum

maupun sesudah pembelajaran berlangsung.

3. Wawancara

Wawancara digunakan untuk mengetahui kondisi awal siswa yang

digunakan untuk menentukan model pembelajaran yang tepat untuk melakukan

PTK ini.

H. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan

oleh peneliti dalam kegiatan untuk mengumpulkan data agar kegiatan tesebut

menjadi sistematis dan memudahkan dalam memperoleh data tersebut47.

47

(56)

1. Alat pengumpulan data a) Observasi

Obrsevasi digunakan untuk melihat aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

di kelas. Adapun alat-alat dalam observasi adalah lembar observasi aktivitas siswa

di kelas serta lembar kuesioner untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa.

b) Tes hasil belajar

Tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa sebelum

dan sesudah diterapkannya model pembelajaran Numbered Head Together. Adapun alat-alat dalam tes hasil belajar adalah seperti soal-soal pilihan ganda dan

essay dan serta tugas diskusi di kelas.

c) Wawancara

Wawancara digunakan untuk mengetahui keadaan awal motivasi dan prestasi

siswa. Adapun alat dalam wawancara ini adalah lembar pertanyaan untuk guru

mata pelajaran dan peserta didik.

2. Validitas dan Reliabilitas a) Validitas

Validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat sahihnya sebuah

tes. Tes memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam

arti memiliki kesejajaran antara tes dan kreteria48.

Untuk mengetahui tingkat validitas atas uji coba instrumen maka peneliti

menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar yang dikemukakan oleh Pearson.

48

(57)

Keterangan:

rxy = koofisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua

variabel yang dikorelasikan N = jumlah siswa tes

XY = jumlah perkalian antara X dengan Y X2 = kuadrat dari X

Y2 = kuadrat dari Y

Untuk mengetahui besar taraf signifikansi butir soal digunakan rumus49:

Keterangan:

t = taraf signifikan

r = korelasi skor item dengan skor total n = jumlah butir item

Setelah didapat taraf signifikannya, kemudian dikonsultasikan pada tabel t

signifikan50.

b) Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes. Konsep

reliabilitas ini tidak akan sulit dimengerti apabila peneliti sudah memahami

konsep validitas. Sebuah tes mungkin reliabel tetapi tidak valid sebaliknya,

sebuah tes yang valid biasanya reliabel.51 Dalam mencari reliabilitas instrumen,

peneliti menggunakan rumus Spearman-Brown yakni dengan teknik belah dua.

49

Nana Sudjana, Metode Statistika, Tarsito, Bandung, 2002, hlm. 380. 50Ibid,

hlm, 491. 51

Gambar

Gambar I: Bagan Skema Kerangka Berpikir
Tabel 1: Kriteria penilaian hasil pengamatan aktifitas belajar
Tabel 2: Tingkat Penguasaan Kompetensi
Tabel 3: Target Indikator Keberhasilan
+7

Referensi

Dokumen terkait

pengajuan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan

PENGARUH KEPERCAYAAN MEREK DAN CITRA MEREK TERHADAP NIAT BELI SEPATU NIKE DI SURABAYA.. Disusun

The study used purposive random sampling method by taking and observation of mangrove vegetation and density of molluscs and measurement of water quality parameters.. Data

Analisis data yang digunakan adalah hubungan antara panjang usus dan panjang total tubuh ikan, serta jenis makanan yang ada dalam usus ikan untuk

Disamping itu juga dibutuhkan kerjasama antara guru, orang tua, masyarakat sekolah, dan siswa agar saling membantu dalam proses pembelajaran, agar setiap individu dapat diterima

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang saya susun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari program S-1 jurusan Akuntansi

DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah maka dalam rangka menyelenggarakan Pemerintahan Daerah yang demokratis

Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis alasan petani karet memutuskan beralih komoditas ke tanaman kelapa sawit, mengetahui pendapatan petani sebelum dan sesudah beralih