viii ABSTRAK
PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER
(NHT) SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 2 NGAGLIK Ignatus Galih Prasetyo
Universitas Sanata Dharma 2016
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan: (1) motivasi belajar sejarah siswa melalui model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan (2) prestasi belajar sejarah siswa melalui model pembelajaran Numbered Head Together (NHT).
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas model Kurt Lewin. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ngaglik yang berjumlah 31 siswa. Objek penelitian adalah motivasi belajar siswa, prestasi belajar siswa dan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT). Metode penelitian meliputi 4 tahap yaitu: Perencanaan, Pelaksanaan Tindakan, Observasi, dan Refleksi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) lembar observasi, (2) lembar kerja siswa, (3) kuesioner, dan (4) tes. Analisis data dengan menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif dengan persentase.
ix ABSTRACT
THE IMPROVEMENT OF THE MOTIVATION AND ACHIEVEMENT OF LEARNING HISTORY THROUGH LEARNING MODEL TYPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TOWARD THE STUDENTS OF THE XI GRADE OF SOCIAL 2 IN NGAGLIK 2 SENIOR HIGH SCHOOL
Ignatus Galih Prasetyo Sanata Dharma University
2016
This study aims to improve: (1) students’ motivation to learn history through Numbered Head Together (NHT) learning model and (2) students’ achievement to learn history through Numbered Head Together (NHT) learning model.
This research uses Classroom Action Research model of Kurt Lewin. The research subjects are the XI Grade of Social 2 the students of Ngaglik 2 Senior High School which consists of 31 students. The research objects are students’
motivation, students’ achievement and Numbered Head Together (NHT) learning model. The research methodology includes 4 phases: planning, action, observation, and reflection.The instrument used in this research were (1) the observation sheet, (2) the student work sheet, (3) questionnaire, and (4) test. Data analysis using descriptive comparative analysis with percentages.
PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER
(NHT) SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 2 NGAGLIK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh:
Ignatus Galih Prasetyo NIM: 121314042
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER
(NHT) SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 2 NGAGLIK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh:
Ignatus Galih Prasetyo NIM: 121314042
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persambahkan kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu membimbing dan mencurahkan kasihnya
kepada saya.
2. Kedua orang tuaku “Brigita Jasmini dan Andreas Sukatmo” yang selalu
v MOTTO
Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling
mengasihi; seperti Aku telah mengasihi kamu dengan demikian pula kamu harus
saling mengasihi.
(Yohanes, 13:34)
Tidak peduli betapa kuat dirimu, jangan pernah mengatasi semua sendirian, jika
itu kau lakukan pasti kau akan gagal.
(Itachi Uchiha)
Jangan melupakan yang pernah kita dapat dari masa lalu, jadikan sebagai
pengajaran dan pembelajaran untuk membentuk masa depan yang lebih baik.
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Yang bertanda tangan di bawah ini, penulis:
Nama : Ignatus Galih Prasetyo
NIM : 121314042
Program Studi : Pendidikan Sejarah
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul Skripsi : PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD
TOGETHER (NHT) SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 2 NGAGLIK
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya dalam karya
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Ignatus Galih Prasetyo
NIM : 121314042
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER
(NHT) SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 2 NGAGLIK”
Dengan demikian, saya memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain, dan
mempublikasikannya di internet untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini, saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
viii ABSTRAK
PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER
(NHT) SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 2 NGAGLIK Ignatus Galih Prasetyo
Universitas Sanata Dharma 2016
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan: (1) motivasi belajar sejarah siswa melalui model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan (2) prestasi belajar sejarah siswa melalui model pembelajaran Numbered Head Together (NHT).
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas model Kurt Lewin. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ngaglik yang berjumlah 31 siswa. Objek penelitian adalah motivasi belajar siswa, prestasi belajar siswa dan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT). Metode penelitian meliputi 4 tahap yaitu: Perencanaan, Pelaksanaan Tindakan, Observasi, dan Refleksi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) lembar observasi, (2) lembar kerja siswa, (3) kuesioner, dan (4) tes. Analisis data dengan menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif dengan persentase.
ix ABSTRACT
THE IMPROVEMENT OF THE MOTIVATION AND ACHIEVEMENT OF LEARNING HISTORY THROUGH LEARNING MODEL TYPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TOWARD THE STUDENTS OF THE XI GRADE OF SOCIAL 2 IN NGAGLIK 2 SENIOR HIGH SCHOOL
Ignatus Galih Prasetyo Sanata Dharma University
2016
This study aims to improve: (1) students’ motivation to learn history through Numbered Head Together (NHT) learning model and (2) students’ achievement to learn history through Numbered Head Together (NHT) learning model.
This research uses Classroom Action Research model of Kurt Lewin. The research subjects are the XI Grade of Social 2 the students of Ngaglik 2 Senior High School which consists of 31 students. The research objects are students’
motivation, students’ achievement and Numbered Head Together (NHT) learning model. The research methodology includes 4 phases: planning, action, observation, and reflection.The instrument used in this research were (1) the observation sheet, (2) the student work sheet, (3) questionnaire, and (4) test. Data analysis using descriptive comparative analysis with percentages.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan
Motivasi dan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ngaglik”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar sarjana (S1) di Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Dalam kesempatan
ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
2. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan dukungan
kepada penulis selama belajar di Program Studi Pendidikan Sejarah.
3. Ibu Dra. Theresia Sumini, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang dengan
tulus meluangkan waktu untuk membantu, mengarahkan serta memberikan
dorongan sampai skripsi ini selesai.
4. Seluruh dosen dan pihak sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah yang
telah memberikan dukungan selama penulis menyelesaikan studi di
Universitas Sanata Dharma.
5. Kepada kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungannya, baik
dukungan moral berupa semangat maupun dukungan finansial serta doa yang
selalu dipanjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus untuk saya.
6. Kepada adik saya Agustinus Sigit Prasojo yang selalu memberikan dukungan
xi
7. Kepada Kepala SMA Negeri 2 Ngaglik yang telah memberikan izin kepada
saya untuk melakukan penelitian.
8. Kepada Ibu Siti Aptinah selaku guru sejarah SMA Negeri 2 Ngaglik yang
telah memberikan bimbingan kepada saya ketika penelitian berlangsung.
9. Kepada Dewi Asmarawati Gulo dan Mugianto yang mau berbagi pengalaman,
pengetahuan dan ilmu dalam melaksanakan penelitan sampai penyusunan
skripsi.
10.Teman-teman angkatan 2012 Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah
mendukung.
11.Kepada Agnes Wahyu I yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada
saya sehingga terselesaikannya tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan masukan yang membangun. Semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi yang membaca.
Yogyakarta, 04 Oktober 2016
Penulis
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PESEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR BAGAN ... xvii
DAFTAR GAMBAR DIAGRAM ... xviii
DAFTAR GAMBAR GRAFIK ... ix
DAFTAR TABEL ... xx
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Batasan Masalah... 6
xiii
E. Pemecahan Masalah ... 6
F. Tujuan Penelitian ... 7
G. Manfaat Penelitian ... 7
1. Manfaat bagi sekolah ... 7
2. Manfaat bagi guru ... 7
3. Manfaat bagi siswa ... 7
4. Manfaat bagi peneliti... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 8
1. Motivasi ... 8
a. Pengertian Motivasi ... 8
b. Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik ... 9
c. Pentingnya Motivasi Belajar ... 10
2. Konsep Belajar ... 10
3. Konsep Sejarah... 12
4. Materi Pelajaran ... 13
5. Prestasi Belajar Sejarah ... 14
6. Teori Konstruktivisme (Constructivism) ... 15
7. Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sejarah... 17
8. Pembelajaran Kooperatif ... 19
9. Model Pembelajaran Numbered Head Together ... 21
B. Penelitian yang Relevan ... 22
C. Kerangka Berpikir ... 23
D. Hipotesis Kerja ... 25
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 26
B. Setting Penelitian ... 27
1. Tempat Penelitian... 27
xiv
C. Subjek Penelitian ... 27
D. Obyek Penelitian ... 27
E. Variabel-variabel Penelitian ... 27
F. Definisi Operasional... 28
G. Metode Pengumpulan Data ... 29
1. Observasi ... 29
2. Tes ... 29
3. Wawancara ... 29
H. Instrumen Pengumpulan Data ... 29
1. Alat pengumpulan data ... 30
2. Validitas dan Reliabilitas ... 30
3. Hasil Uji Coba Instrumen... 32
I. Desain Siklus Penelitian ... 34
J. Teknik Analisis Data ... 34
1. Data Kualitatif ... 35
2. Data Kuantitatif ... 36
K. Prosedur Penelitian... 37
1. Pra Siklus ... 37
2. Rencana Tindakan ... 38
a) Siklus 1 ... 38
b) Siklus 2 ... 39
L. Indikator Keberhasilan ... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian 1. Observasi Pra Siklus ... 41
2. Siklus I ... 48
a. Perencanaan Siklus I ... 49
1) Membuat Perangkat Pembelajaran ... 49
2) Membuat Kuesioner ... 50
xv
1) Tindakan Pertemuan I ... 51
2) Tindakan Pertemuan II ... 52
c. Pengamatan atau Observasi... 54
1) Aktivitas Kegiatan Siswa di Kelas Siklus I ... 54
2) Motivasi Belajar Siswa Siklus I ... 55
3) Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 58
d. Refleksi Siklus I ... 60
3. Siklus II ... 62
a. Perencanaan Siklus II ... 62
b. Tindakan Siklus II ... 62
1) Pertemuan I ... 62
2) Pertemuan II ... 64
c. Pengamatan atau Observasi... 65
1) Aktivitas Kegiatan Siswa di Kelas ... 65
2) Motivasi Belajar Siklus II ... 67
3) Prestasi Belajar Siklus II ... 69
d. Refleksi ... 72
B. Komparasi Aktivitas Belajar, Motivasi Belajar, dan Prestasi Belajar ... 74
1. Komparasi Aktivitas Belajar Siswa di Kelas ... 74
a. Komparasi Pra Siklus dengan Siklus I ... 74
b. Komparasi Siklus I dengan Siklus II ... 75
2. Komparasi Motivasi Belajar ... 76
a. Komparasi Pra Siklus dengan Siklus I ... 76
b. Komparasi Siklus I dengan Siklus II ... 79
3. Komparasi Prestasi Belajar Siswa ... 82
a. Komparasi Pra Siklus dengan Siklus I ... 82
b. Komparasi Siklus I dengan Siklus II ... 85
C. Pembahasan ... 89
1. Motivasi Belajar Sejarah Siswa ... 89
xvi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 95
B. Saran ... 96
1. Bagi Sekolah ... 96
2. Bagi Peneliti Berikutnya ... 96
3. Bagi Guru ... 96
DAFTAR PUSTAKA ... 97
xvii
DAFTAR GAMBAR
BAGAN
Gambar I : Bagan Skema Kerangka Berpikir ... 25
xviii
DAFTAR GAMBAR
DIAGRAM
Gambar III : Diagram Keadaan Awal Motivasi Belajar ... 45
Gambar IV : Diagram Keadaan Awal Prestasi Belajar ... 48
Gambar V : Diagram Motivasi Belajar Siswa Siklus I ... 57
Gambar VI : Diagram Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 60
Gambar VII : Diagram Motivasi Belajar Siswa Siklus II ... 69
xix
DAFTAR GAMBAR
GRAFIK
Gambar IX : Diagram Perbandingan Motivasi Belajar Pra Siklus dengan
Siklus I ... 79
Gambar X : Diagram Perbandingan Motivasi Belajar Siklus I dengan
Siklus II ... 82
Gambar XI : Diagram Perbandingan Prestasi Belajar Pra Siklus dengan
Siklus I ... 85
Gambar XII : Diagram Perbandingan Prestasi Belajar Siklus I dengan
xx
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Kriteria penilaian hasil pengamatan aktivitas belajar ... 36
Tabel 2 : Tingkat Penguasaan Kompetensi ... 37
Tabel 3 : Target Indikator Keberhasilan ... 40
Tabel 4 : Ontas ... 42
Tabel 5 : Offtas... 43
Tabel 6 : Data Keadaan Awal Motivasi Belajar... 44
Tabel 7 : Data Tingkat Kriteria Keadaan Awal Motivasi Belajar ... 45
Tabel 8 : Data Keadaan Awal Prestasi Belajar ... 46
Tabel 9 : Data Persentase Keadaan Awal Prestasi Belajar ... 48
Tabel 10 : Data Aktivitas Siswa Pertemuan Pertama Siklus I ... 54
Tabel 11 : Data Aktivitas Siswa Pertemuan Kedua Siklus I ... 55
Tabel 12 : Data Motivasi Belajar Siklus I ... 56
Tabel 13 : Data Keadaan Motivasi Belajar Siklus I ... 57
Tabel 14 : Data Ketuntasan Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 58
Tabel 15 : Data Presentase Prestasi Belajar Siklus I ... 59
Tabel 16 : Data Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Pertama Siklus II ... 66
Tabel 17 : Data Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Kedua Siklus II ... 66
Tabel 18 : Data Motivasi Belajar Siswa Siklus II ... 67
Tabel 19 : Data Keadaan Motivasi Belajar Siklus II... 68
xxi
Tabel 21 : Data Persentase Prestasi Belajar Siklus II ... 71
Tabel 22 : Komparasi Aktivitas Belajar Pra Siklus dengan Siklus I... 74
Tabel 23 : Komparasi Aktivitas Belajar Siklus I dengan Siklus II ... 75
Tabel 24 : Komparasi Motivasi Belajar Pra Siklus dengan Siklus I ... 77
Tabel 25 : Komparasi Tingkat Motivasi Belajar Pra Siklus dengan
Siklus II ... 78
Tabel 26 : Komparasi Motivasi Belajar Siklus I dengan Siklus II ... 80
Tabel 27 : Komparasi Tingkat Motivasi Belajar Siklus I
dengan Siklus II ... 81
Tabel 28 : Komparasi Prestasi Belajar Pra Siklus dengan Siklus I ... 83
Tabel 29 : Komparasi Tingkat Prestasi Pra Siklus dengan Siklus I ... 84
Tabel 30 : Komparasi Prestasi Belajar Siklus I dengan Siklus II ... 86
Tabel 31 : Komparasi Tingkat Prestasi Belajar Siklus I
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1a : Surat Penelitian dari Universitas Sanata Dharma ... 99
Lampiran 1b : Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian di
SMA Negeri 2 Ngaglik ... 100
Lampran 2 : Silabus ... 101
Lampiran 3a : RPP Pertemuan I ... 112
Lampiran 3b : RPP Pertemuan II ... 120
Lampiran 3c : RPP Pertemuan III ... 129
Lampiran 3d : RPP Pertemuan IV ... 135
Lampiran 4 : Kisi-kisi Soal ... 141
Lampiran 5a : Soal Uji Kompetensi Siklus I ... 147
Lampiran 5b : Soal Uji Kompetensi Siklus II ... 154
Lampiran 6 : Kisi-kisi Kuesioner Motivasi ... 160
Lampiran 7 : Kuesioner Motivasi ... 161
Lampiran 8 : Presensi (Daftar Hadir) ... 164
Lampiran 9 : Lembar Kerja Siswa ... 166
Lampiran 10 : Lembar Jawaban ... 167
Lampiran 11a : Validitas Motivasi Pra Siklus ... 168
Lampiran 11b : Validitas Instrumen Motivasi Siklus I ... 169
Lampiran 11c : Validitas Instrumen Motivasi Siklus II ... 170
xxiii
Lampiran 12b : Reliabelitas Instrumen Motivasi Siklus I ... 172
Lampiran 12c : Reliabilitas Instrumen Motivasi Siklus II ... 173
Lampiran 13a : Validitas Butir Soal Siklus I ... 174
Lampiran 13b : Validitas Butir Soal Siklus II ... 176
Lampirian 14a : Reliabilitas Butir Soal Siklus I ... 178
Lampiran 14b : Reliabilitas Butir Soal Siklus II ... 179
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan proses yang sangat penting dalam kehidupan.
Dengan pendidikan seseorang dapat manggapai cita-cita yang diinginkan dan
didamba-dambakan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001
mendefinisikan pendidikan sebagai berikut “pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, kepribadian,
kecerdasan, ahklah mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara.1 Oleh karena itu pendidikan sangat penting untuk seluruh
bangsa khususnya bangsa Indonesia. Pentingnya pendidikan ini dikarenakan
pendidikan mempunyai tujuan yang harus dicapai demi pendidikan yang bermutu.
Dalam hal ini, tujuan pendidikan nasional di negara Indonesia adalah untuk
meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian,
mandiri, tangguh, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmasi dan
rohani.2
Pendidikan di sekolah tidak lepas dari proses kegiatan belajar mengajar.
Dalam proses ini melibatkan guru dan peserta didik yang keduanya tidak bisa
dipisahkan. Namun pada saat ini masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan
1
Ramlah Ahmadi, Pengantar Pendidkan: Asas dan Filsafat Pendidikan, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 38.
2
adalah lemahnya proses pemebelajaran. Pembelajaran ialah suatu proses yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah prilaku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungan sekitar.3 Dalam proses pembelajaran ini siswa kurang
mampu mengembangkan keampuaan berpikir yang ada dalam dirinya. Untuk
mengatasi itu diperlukan adanya interaksi antara peserta didik dan guru maupun
peserta didik dengan peserta didik yang baik. Interaksi antara guru dan peserta
didik sangat penting, karena semua itu menentukan tercapainya tujuan
pembelajaran yang dilakukan. Proses pembelajaran terjadi karena adanya suatu
yang mendorong dan ada sesuatu tujuan yang akan dicapai4. Ketercapain tujuan
ini dapat dicapai bila ada intreksi yang baik antara guru dan peserta didik. Sama
halnya dengan pembelajaran sejarah, hendaknya dalam pembelajaran sejarah guru
mampu membangun interaksi dan komunukasi dengan peserta didik maupun
peserta didik dengan peserta didik.
Sejarah adalah mata pelajaran yang mempelajari tentang peristiwa masa
lalu. Dari situ, banyak peserta didik yang kurang tertarik terhadap pelajaran
sejarah yang menyebabkan motivasi belajar menjadi rendah dan akhirnya akan
membuat prestasi belajar peserta didik menjadi rendah. Motivasi sangat penting
dalam proses pembelajaran karena dengan adanya motivasi peserta didik akan
lebih antusias dalam mengikuti semua proses pembelajaran. Dengan motivasi
belajar yang tinggi maka peserta didik akan bisa mendapatkan prestasi yang lebih
baik. Prestasi belajar merupakan suatu hal yang penting bagi perkembangan
3
Mohamad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Pustaka Bani Quraisy, Bandung, 2014, hlm 7.
4
peserta didik dalam proses pembelajaran. Melalui prestasi belajar seorang guru
bisa mengetahui tingakat keberhasilan peserta didik dalam menguasai materi
pelajaran yang telah disampaikan.
Pada saat ini banyak dari peserta didik mengganggap pelajaran sejarah
adalah pelajaran yang kurang menarik. Mereka juga beranggapan bahwa pelajaran
sejarah hanyalah pelajaran yang kurang penting karena hanya mempelajari tentang
masa lalu dan mengakibatkan peserta didik kurang aktif dalam proses
pembelajaran. Selain itu minat belajar yang rendah terhadap pelajaran sejarah juga
merupakan masalah tersendiri yang harus diatasi. Motivasi belajar yang kurang
juga menjadi permasalahan yang menyebabkan rendahnya prestasi dalam
pelajaran sejarah. Lalu pemilihan metode serta model pembelajaran yang kurang
sesuai juga merupakan salah satu faktor yang menyebebkan rendahnya minat dan
motivasi belajar perserta didik terhadap pelajaran sejarah yang nanti ujungnya
akan berpengaruh terhadap rendahnya prestasi belajar peserta didik. Dilihat dari
berbagai permasalahan di atas dapat dikatagorikan dalam dua hal, yaitu faktor dari
dalam siswa itu sendiri seperti minat belajar rendah, motivasi belajar rendah,
peserta didik kurang aktif dan prestasi belajar yang rendah. Lalu faktor dari luar,
seperti pemilihan model belajar yang tidak tepat. Berdasarkan faktor-faktor di atas
mengakibatkan banyak peserta didik tidak mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal).
Dalam penelitian ini, yang menjadi pokok permasalahan adalah prestasi
(nilai) dan motivasi belajar peserta didik kelas XI IPS 2 di SMA Negeri 2
observasi di kelas tingkat motivasi peserta didik dalam belajar sangat rendah. Hal
ini terlihat banyak dari peserta didik dalam proses pembelajaran mereka
cendurung pasif, jarang ada siswa yang mau bertanya serta mereka sibuk sendiri
dan kurang memperhatikan penjelasan guru. Peserta didik juga malas untuk
mencatat hal-hal yang penting yang sudah disampaikan oleh guru.
Kemudian, berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di
SMA Negeri 2 Ngaglik pada kelas XI IPS 2 prestasi belajar sejarah yang
diperoleh peserta didik rendah. Hal ini ditunjukkan dengan banyak peserta didik
yang melakukan perbaikan (remidi) dari hasil MID semester. Hampir semua dari
perseta didik melakukan perbaikan ini. Dari data tersebut menunjukkan bahwa
prestasi belajar sejarah masih rendah. Oleh kerena itu, perlu diadakan adanya
perbaikan dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar sejarah perlu
penggunaan model dan metode pembelajaran yang bisa membuat peserta didik
tertarik dalam proses pembelajaran serta melibatkan langsung peserta didik dalam
proses pembelajaran seterta menuntut agat peserta didik dapat aktif dan siap
dalam melakukan proses pembelajaran. Upaya yang dilakukan adalah menerapkan
model pembelajaran “Numbered Head Together” dalam proses pembelajaran di
kelas.
Model pembelajaran ini menuntut agar peserta didik lebih aktif dalam
proses pembelajaran. Peserta didik diharapkan mampu menguasai materi pelajaran
yang disajikan dalam bentuk diskusi, interaksi dan kerja sama dalam kelas yang
didik dalam belajar menjadi lebik baik. Selain itu, model pembelajaran ini juga
mengajarkan kepada peserta didik agar siap dalam proses pembelajaran. Artinya
dengan menggunakan model pembelajaran ini peserta didik dituntut harus siap
dan melatih kesiapan mereka dalam belajar di kelas. Dalam setiap proses
pembelajaran, model pembelajaran ini memuat pemasalahan yang berkaitan
dengan materi pembelajaran yang harapannya akan membangkitkan ketertarikan
peserta didik terhadap pelajaran sejarah dan akan membangkitkan motivasi belajar
dan pada akhirnya akan meningkatakn pesertasi belajar peserta didik.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dalam penelitian ini
mengambil judul “Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Sejarah Melalui
Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ngaglik”.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat kita melihat permasalahan-permasalahan
yang menyebabkan proses pembelajaran menjadi lemah yaitu:
1. Peserta didik mengganggap pelajaran sejarah adalah pelajaran yang kurang
menarik
2. Peserta didik kurang aktif dalam proses pembelajaran
3. Motivasi belajar yang rendah
4. Pemilihan metode serta model pembelajaran yang kurang sesuai
5. Minat belajar sejarah yang rendah
C. Batasan Masalah
Pada batasan masalah, penelitian ini difokuskan untuk meningkatkan
motivasi dan prestasi belajar sejarah melalui model pembelajaran Numbered Head
Together.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengambil rumusan masalah:
1. Apakah melalui model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan motivasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 di SMA Negeri 2
Ngaglik?
2. Apakah melalui model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 di SMA Negeri 2
Ngaglik?
E. Pemecahan Masalah
Cara pemecahan masalah yang akan digunakan dalam penelitian tindakan
kelas ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together dalam pembelajaran mata pelajaran sejarah. Model pembelajaran ini dapat melatih kesiapan siswa saat proses pembelajaran dan melatih kerja sama
antar siswa sehingga siswa akan mudah untuk bertukar pemikiran dan saling
berbagi pengetahuan.
F. Tujuan Penelitian
Adapun dalam penelitian ini mempunyai tujuan untuk:
1. Meningkatkan motivasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 di SMA Negeri 2
2. Meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 di SMA Negeri 2
Ngaglik melalui model pembelajaran Numbered Head Together.
G. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi sekolah
Penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif mengajar di sekolah untuk
meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.
2. Manfaat bagi guru
Penelitian ini dapat dijadikan acauan guru dalam memilih model pembelajaran
yang sesuai dengan kebutuhan siswa yang harus aktif dalam proses pembelajaran.
3. Manfaat bagi siswa
Penelitian ini dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa dan bisa
dijadikan sebagai acuan untuk pemilihan model pembelajaran.
4. Manfaat bagi peneliti
Manfaat bagi peneliti adalah untuk menambah pengetahuan peneliti dalam
8 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teori-teori yang akan
dijabarkan sebagai berikut.
1. Motivasi
a. Pengertian Motivasi
Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak
(move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka dalam
menyelesaikan tugas. Hal ini berarti bahwa konsep motivasi digunakan untuk
menjelaskan keinginan berperilaku, arah perilaku (pilihan), intensitas perilaku
(usaha, berkelanjutan), dan penyelesaian atau prestasi yang sesungguhnya.
Motivasi sangat penting untuk mendorong kemauan seseorang (peserta didik)
untuk lebih aktif lagi untuk mempelajari berbagai hal. Dalam hal ini, motivasi
meliputi dalam dua hal: (1) mengetahui apa yang akan dipelajari; (2) memahami
mengapa hal tersebut patut untuk dipelajari5.
Peserta didik belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan
mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Kekuatan mental
tersebut dapat tergolong rendah atau tinggi. Ada ahli psikologi pendidikan yang
menyebut kekuatan mental yang mendorong tejadinya belajar disebut motivasi
5
belajar6. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan,
menggerakkan dan mengarahkan sikap dan prilaku individu belajar.
Siswa akan memiliki motivasi belajar akan bergantung pada apakah
aktivitas tersebut memiliki isi yang menarik atau proses yang menyenangkan.
Intinya motivasi belajar melibatkan tujuan-tujuan dan setrategi yang berkaitan
dalam mencapai tujuan belajar tersebut.
Memberikan motivasi kepada siswa, berarti menggerakkan siswa untuk
melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu7. Dengan memberikan motivasi
ini maka siswa akan merasa bahwa ada keinginan untuk melakukan proses belajar.
Intensitas motivasi seseorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian
prestasi belajarnya8. Maka semakin tinggi motivasi siswa maka makin tinggi juga
keinginan siswa untuk belajar dan akhirnya akan menetukan pencapain prestasi
siswa.
b. Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik
Dalam motivasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu motivasi yang bersifat
intrinsik dan ekstrinsik. Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah
motif-motif yang aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam
setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.9 Sedangkan
motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik
adalah motif-motif yang akitf dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar10.
6
Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, PT. Reneka Cipta, Jakarta, 1998, hlm. 80. 7
Sardiman AM, op.cit., hlm. 77. 8Ibid,
hlm. 86. 9
Syaiful Bahri J, Psikologo Belajar, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2011, hlm. 149. 10
c. Pentingnya Motivasi dalam Belajar
Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingya
motivasi belajar adalah sebagai berikut:11
1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir.
2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingakan dengan teman sebaya.
3) Mengarahkan kegiatan belajar sebagai ilustrasi, setelah diketahui bahwa dirinya belum belajar secara serius.
4) Membesarkan semangat belajar. Menyadarkan tentang adanaya perjalan belajar dan kemudian bekerja yang bersinambungan.
2. Konsep Belajar
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata
mengumpulkan atau menghafal fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi
atau materi pelajaran12. Belajar tidak hanya seperti yang diungkapkan di atas.
Dalam belajar, di dalamnya terdapat proses yang penting yang harus dilalui
sehingga dapat memahami serta mengumpulkan fakta-fakta yang ada dalam setiap
proses belajar.
Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna
yang terkandung dalam belajar. Selain itu, dangan kemapuan berubah melalui
belajar itu, manusia (peserta didik) secara bebas dapat mengeksplorasi, memilih,
dan memutuskan keputusan yang penting dalam setiap proses belajar. Oleh sebab
itu, belajar sangatlah penting dalam memahami segala sesuatu khususnya dalam
dunia pendidikan.
11
Dimyati, op.cit., hlm. 84. 12
Belajar juga dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang dilakukan
seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep,
pemahanan, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya
perubahan prilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam
bertindak13. Skinner, seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya
Educational Psychology: The Teacher-Learning Proces, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang
berlangsung secara progresif14. Witting dalam bukunya Psychology of Learning mendefiniskan belajar sebagai: any relatively permanent change in an organism’s
behavioral repertoire that accurs as a result of experience. Belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan
tingkah laku suatu organisme sebagai pengalaman15. Kemudian belajar adalah key
term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan16. Berdasarkan beberapa
pengertian di atas dapat disimpulkan belajar adalah usaha yang dilakukan
seseorang untuk memahami dan berdaptasi serta memperoleh suatu perubahan
tingkah laku berdasarakan pengalaman yang dialami.
Perubahan akibat belajar itu akan bertahan lama, bahkan, sampai taraf
tertentu, tidak menghilang.17 Perubahan yang diakibatkan oleh belajar ini bisa
benar-benar bertahan lama bila siswa mampu mengikuti proses pembelajaran
13
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar: Edisi Pertama,
Prenadamedia Group, Jakarta, 2014, hlm. 4. 14
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, PT. Remaja Roedakarya, Bandung, 1997, hlm. 90.
15
Muhibbin Syah, loc.cit., hlm. 90. 16Ibid
, hlm. 94. 17
dengan baik. Oleh karena itu belajar harus selalu diarahkan pada hal-hal yang
positif, agar siswa mampu mengolah potensi yang ada dalam diri siswa secara
maksimal.
Belajar juga dimaknai sebagai suatu proses untuk memperoleh motivasi
dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan, dan tingkah laku18. Oleh karnanya
belajar juga berkaitan erat dengan motivasi. Dalam membangun motivasi, belajar
ini bisa menjadi faktor penting dalam setiap proses dalam memperoleh
pengetahun.
Belajar itu meliputi tiga bidang belajar, yaitu belajar di bidang kognitif,
sensorik-motorik serta dinamika afektif.19 Melalui bidang kognitif, anak
memperoleh pengetahuan dan pemahan. Melalui bidang belajar sensorik-motorik
anak memperoleh berbagai ketrampilan yang melibatkan bagian tubuh yang
berupa motorik (penggerak) dan sensorik (indra), namun pemikiran, perasaan dan
kemauan juga berperan juga (psikomotorik). Melalui belajar dinamika-afektif,
anak memperoleh berbagai sikap dan perasaan yang ikut menentukan
tindakan-tindakan yang diambil oleh anak itu sendiri.
3. Konsep Sejarah
Sejarah merupakan bagian penting dalam hidup kita. Dengan sejarah kita
bisa belajar banyak dan menjadi lebih baik. Maka sejarah sangat lah penting untuk
dipelajari. Kata sejarah berasal dari bahasa Arab syajara berarti terjadi, syajarah berarti pohon, syajarah an-nasab berarti pohon silsilah, bahasa Inggris history20.
18
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar: Edisi Pertama,
Prenadamedia Group, Jakarta, 2014, hlm. 1. 19
W.S. Winkel, op.cit., hlm. 23. 20
Pada istilah “history” tekanan pengertian diletakkan pada usaha/keinginan untuk
mengetahui apa yang telah terjadi sebelum kehidupan kita, atau keinginan untuk
mengetahui perjalanan waktu21. Sedangkan menurut I Gede Widja dalam bukunya
menjelaskan sejarah suatu studi keilmuan tentang segala sesuatu yang telah
dialami manusia di waktu yang lampau dan yang telah meninggalkan
jejak-jejaknya di waktu sekarang, dimana tekanan perhatian diletakkan terutama pada
aspek peristiwanya sendiri dalam hal yang bersifat khusus dan segi-segi urutan
perkembanganya yang kemudian disusun dalam ceritera sejarah22.
Sejarah sebagai ilmu dapat berkembang dengan cara: (1) perkembangan
dalam filsafat, (2) perkembangan dalam teori sejarah, (3) perkembangan dalam
ilmu-ilmu lainnya, dan (4) perkembangan dalam metode sejarah. Perkembangan
sejarah selalu berarti berubah bahwa sejarah selalu responsif terhadap kebutuhan
masyarakat akan informasi23. Dalam hal ini juga, pembelajaran sejarah juga harus
bisa menyesuaikan dengan perkembangan yang ada supaya pembelajaran sejarah
tidak membosankan dan masih tetap relevan dengan perkembangan zaman.
4. Materi Pelajaran
Materi pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut ini:
a. Akar-akar Nasionalisme Indonesia
KD 3.10 Menganalisis akar-akar nasionalisme Indonesia pada masa kelahirannya
dan pengaruhnya bagi masa kini.
21
I Gede Widja, Pengantar Ilmu Sejarah: Sejarah Dalam Perspektif Pendidikan, Satya Wacana, Semarang, 1988, hlm. 7.
22
Ibid, hlm. 9. 23
1) Materi pembelajaran
Akar-akar nasionalisme Indonesia
b. Peristiwa Sekitar Proklamasi
KD 3.11 Menganalisis peristiwa-peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945
dan arti penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara pada masa itu dan saat
ini.
1) Materi pembelajaran
Peristiwa-peristiwa sekitar Proklamasi Kemerdekaan
5. Prestasi Belajar Sejarah
Dalam pembelajaran, prestasi sangat lah penting untuk mengetahui
seberapa berhasil kah proses pembelajaran itu sendiri. Maka harus dipahami
seperti apa itu prestasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia prestasi adalah
hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya)24. Sedangkan
belajar adalah usaha yang dilakukan seseorang untuk memahami dan beradaptasi
serta memperoleh suatu perubahan tingkah laku berdasarakan pengalaman yang
dialami. Maka prestasi belajar sejarah dapat disimpulkan bahwa suatu yang
diperoleh atau dicapai berdasarkan usaha yang dilakukan seseorang dalam
melakukan adaptasi (proses pembelajaran) dengan lingkungan (kelas) sehingga
memperoleh suatu perubahan prestasi (nilai) berdasarkan pengalaman belajar di
kelas yang dialami.
Dalam bukunya Winkel menyatakan bahwa “hasil belajar” tidak jauh sama
dengan “prestasi” (performance); di dalam prestasi hasil belajar menampakkan
24
diri.25 Maka yang menentukan baiknya prestasi siswa adalah hasil belajar yang
didapat siswa harus juga baik. Karena dengan hasil belajar yang baik siswa akan
lebih mudah dalam mengikuti tes untuk menguji hasil belajar yang telah diperoleh
ketika proses pembelajaran berlangsung dan hasilnya prestasinya pun akan
menjadi baik.
6. Teori Konstruktivisme (Contructivism)
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan
baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman26. Menurut
konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar, tetapi dikonstruksi
dari dalam diri seseorang.
Muslich mengemukakan, konstruktivisme adalah proses pembelajaran
yang menekankan terbangunnya pemahanan sendiri secara aktif, kreatif, dan
produktif berdasarkan pengetahuan yang terdahulu dan dari pengalaman belajar
yang bermakna. Pengetahuan bukanlah serangkaian fakta konsep, dan kaidah yang
siap dipraktikkan. Manusia harus mengkonstruksinya terlebih dahulu pengetahuan
itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Dalam konstruktivisme ada
beberapa hal-hal sebagai berikut.
1. Belajar berarti menyediakan kondisi agar memungkinkan peserta didik membangun sendiri pengetahuannya.
2. Kegiatan belajar dikemas menjadi proses mengkonstruksi pengetahuan, bukan menerima pengetahuan sehingga belajar dimulai dari apa yang diketahui peserta didik. Peserta didik menemukan ide dan pengetahuan (konsep, prinsip) baru, menerapkan ide-ide, kemudian peserta didik mencari strategi belajar yang efektif agar mencapai kompetensi dan memberikan kepuasan atas penemuan (discovery).
25
W.S. Winkel, op.cit., hlm. 59. 26
3. Belajar adalah proses aktif mengonstruksi pengetahuan dari abstraksi pengalaman alami maupun manusiawi, yang dilakukan secara pribadi dan sosial untuk mencari makna dengan memproses informasi sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berfikir yang dimiliki.
Kemudian Kukla memberikan pandangan konstruktivismenya dengan
menyatakan “all our concept are constructed”. Hal tersebut dapat diartikan bahwa semua konsep yang didapat oleh setiap organisme merupakan suatu hasil
dari proses konstruksi.27
Richarson menyatakan bahwa constructivism as the position that “individual create their own understanding, based upon the interaction of what
the already know and believe, dan the phenomena or ideas which they come in
concept” menurutnya konstruktivisme merupakan sebuah keadaan di mana
individu menciptakan pemahaman mereka sendiri berdasarkan pada apa yang
mereka ketahui dan percayai, serta ide dan fenomena di mana mereka
berhubungan28. Maka di sini peserta didik bisa mengambangkan potensi yang ada
dalam diri mereka khususnya dalam proses pembelajaran.
Maka dapat disimpulkan pembelajaran konstruktivisme merupakan suatu
pendekatan dalam proses pembelajaran yang menuntut agar individu bisa
menemukan dan membuat konsepnya sendiri yang muncul dari pendangan dan
gamabaran individu itu sendiri serta berdasarkan inisiatif individu.
27
Sigit Mangun Wardoyo, Pembelajaran Konstruktivisme, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm. 22. 28
7. Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sejarah
Telah diuraikan di atas, konstruktivisme merupakan suatu pendekatan dalam
proses pembelajaran yang menuntut agar individu bisa menemukan dan membuat
konsepnya sendiri yang muncul dari pendangan dan gamabaran individu itu
sendiri serta berdasarkan inisiatif individu, seperti yang telah dinyatakan oleh
Brooks bahwa “the constructivism approach stimulates learning only around
concept in whicht the students have a prekindled interst29.
Pembelajaran sejarah yang membahas tentang masa lalu sangat berkaitan
dengan waktu. Sejarah ialah ilmu tentang waktu30. Maka konstruktivisme sangat
penting untuk proses pembelajaran sejarah. Dengan pendekatan konstruktivisme
ini pembelajaran sejarah akan menjadi lebih menarik karena siswa dapat
menemukan dan membuat konsep pemahaman mereka sendiri untuk memahami
pelajaran sejarah. Dengan konsrtuktivisme dalam pembelajaran sejarah, siswa
dituntut untuk bergerak lebih aktif dan mengoptimalkan serta memaksimalkan
potensi yang ada dalam diri siswa itu sendiri sehingga siswa mampu mengolah
dan mengembangkan potensi yang ada dalam proses pembelajaran. Bagi kaum
konstruktivis, mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru
ke murid, melainkan sesuatu kegiatan yang memungkinkan bisa membangun
pengetahuannya sendiri.31
Berikut ini merupakan prinsip-prinsip dalam pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan konstruktivisme:
29
Sigit Mangun Wardoyo, op.cit.,hlm. 23. 30
Kuntowijoyo, op.cit., hlm. 14. 31
1. Siswa membawa pengetahuan awal yang khas dan keyakinan-keyakinan pada situasi pembelajaran;
2. Pengetahuan dibangun secara unik dan individu/personal dalam berbagai cara, lewat berbagai perangkat, sumber-sumber, dan konteks;
3. Belajar merupakan proses yang aktif dan reflektif;
4. Belajar adalah proses membangun. Kita dapat mempertimbangkan keyakinan dengan mengasimilasi, mengakomodasi, atau bahkan menolak informasi baru; 5. Interaksi sosial mengenalkan perspektif ganda pada pembelajaran; Belajar
dikendalikan secara internal dan dimediasi oleh siswa32.
Dalam pembelajaran sejarah, siswa perlu untuk mampu mengkonstruksi
pengetahuannya agar ilmu yang disampaikan dapat mereka pahami dengan
mudah. Di sisi lain agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuannya dengan
baik, guru juga harus mampu memberikan contoh yang konkret agar siswa
semakin mudah dalam mengolah daya pikirnya. Maka di sini tugas guru adalah
membantu agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuannya sesuai situasi yang
konkret maka strategi mengajar perlu juga disesuaikan dengan kebutuhan dan
situasi siswa.33
Bagi kaum konstruktivis, belajar adalah suatu proses organik untuk
menemukan sesuatu, bukan suatu proses mekanik untuk mengumpulkan fakta.
Belajar itu suatu perkembangan pemikiran dengan membuat kerangka pengetian
yang berbeda.34 Siswa harus punya pengalaman dengan membuat pemahaman
mereka sendiri dengan dalam proses belajar. Mereka harus bisa membuat
hipotesis, memahami konsep-konsep dengan pemikiran mereka sendiri,
memecahkan persoalan serta mengadakan atau membuat refleksi untuk
membentuk konstruksi yang baru.
32
Moh Yamin, Teori dan Metodologi Pembelajaran, Madani, Malang, 2015, hlm. 71. 33
Paul Suparno, op.cit., hlm. 69. 34
Dalam aliran konstruktivisme, guru bukanlah seorang yang mahatahu dan
siswa bukanlah yang belum tahu dan karena itu harus diberi tahu. Dalam proses
pembelajaran siswa aktif mencari tahu dengan membentuk pengetahuannya,
sedangkan guru membantu agar pencarian itu berjalan baik. Dalam banyak hal
guru dan murid bersama-sama membangun pengetahuan. Dalam artian inilah
hubungan guru dan murid lebih sebagai mitra yang bersama-sama membangun
pengetahuan.35
8. Pembelajaran Kooperatif
Slavin mengemukakan, “In cooperative learning methods, student work
together in four member teams to master material initially presented by the teacher”. Dari urain tersebut dapat dikemukakan bahwa cooperative learning
adalah suatu model pembelajaran di mana dalam sistem belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga
dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar36.
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem
pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama
dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur37. Pembelajaran
kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar
kooperatif lebih dari sekedar belajar berkelompok karena dalam pembelajaran ini
ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga
35
Ibid, hlm. 71. 36
Tukaran Taniredja, Dkk, Model-model Pembelajaran Inovatif, Alfabeta, Bandung, 2011, hlm. 55.
37
memungkinkan akan terjadinya interaksi secara terbuka antara sesama siswa
maupun dengan guru.
Model pembelajaran kooperatif dirancang untuk membantu terjadinya
pembagian tanggung jawab ketika peserta didik mengikuti pembelajaran dan
berorientasi menuju membentuk manusia sosial38. Maka diharapkan dengan diterpakannya model pembelajaran kooperatif ini bisa menumbuhkan rasa sosial
peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif
dipandang sebagai proses pembelajaran yang aktif, sebab peserta didik akan lebih
banyak belajar melalu proses pembentukan (contrucing) dan penciptaan, kerja
dalam kelompok dan berbagi pengetahuan serta tanggung jawab individu tetap
merupakan kunci keberhasilan pembelajaran39. Maka diharapkan dalam penerapan
pembelajaran kooperatif ini peserta didik dapat lebih aktif dalam kelas karena
seharusnya dalam proses pembelajaran peserta didik lah yang harus lebih aktif.
Guru berperan sebagai fasilitator dan memberikan bimbingan dalam proses
pembelajaran. Serta mambantu siswa dalam menggali dan mengembangkan
potensi-potensi yang ada dalam diri siswa.
Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori
konstruktivisme.40 Maka dalam pembelajaran kooperatif siswa menjadi sentral.
Siswa harus mampu mengolah fakta-fakta yang diperoleh dari hasil berbagi dalam
pembelajaran kooperatif dan selanjutnya siswa harus mengkonstruksi serta
38
Daryanto dan Mulyo Harajo, Model Pembelajaran Inovatif, Penerbit Gava Media, Yogyakarta, 2012, hlm. 229.
39
Daryanto dan Mulyo Harajo, loc.cit., hlm. 229. 40
mengolah fakta-fakta itu dalam pemikiran dan pemahaman mereka agar mereka
bisa merasakan pengalaman belajar secara langsung.
9. Model Pembelajaran Numbered Head Together
Numbered Head Together (NHT) merupakan salah satu dari strategi pembelajaran kooperatif. Numbered Head Together pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah
materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran tersebut41.
Numbered Head Together merupakan suatu model pembelajaran berkelompok yang setiap anggota kelompoknya bertanggung jawab atas tugas
kelompoknya, sehingga tidak ada pemisahan antar siswa yang satu dengan yang
lain dalam satu kelompok untuk saling memberi dan menerima satu dengan yang
lainya42. Model pembelajaran ini cocok untuk melatih kedisiplian setiap siswa
karena setiap proses pembelajaran siswa dituntut untuk bertanggung jawab atas
kerjaanya atau pun tugas yang diberikan dalam kelompoknya.
a. Langkah-langakah dalam Model Pembelajaran Numbered Head Together43
1) Setiap siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
41
Trianto Ibnu Badar Al-Tabani, Mendesain Model Pemebelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual: Konsep Landasan an Implementasi pada Kurikulum 2013 (Kurikulum Tematik Integratif/TIK), Prendamedia, Jakarta, 2014, hlm. 131.
42
Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 108.
43
3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya dengan baik.
4) Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil keluar dari kelompoknya melaporkan atu menjelaskan hasil kerja sama mereka. 5) Tanggapan dari teman yang lainya, kemudian guru menunjuk nomor yang
lain.
6) Kesimpulan.
b. Kelebihan Model Pembelajaran Numbered Head Together
Adapun kelebihan dari model pembelajaran ini adalah setiap siswa
menjadi siap, dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. Siswa yang
pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai, terjadi interaksi secara intens
antarsiswa dalam menjawab soal dan tidak ada murid yang mendominasi dalam
kelompok karena ada nomor yang membatasi.
c. Kekurangan Model Pembelajaran Numbered Head Together
Adapun kekurangan dari model pembelajaan ini adalah tidak terlalu cocok
untuk diterapkan dalam jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu
yang lama dan tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru karena
kemungkinan waktu yang terbatas.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan ini digunakan untuk mendukung penelitian yang
akan dilakukan oleh peneliti. Maka dalam penelitian yang relevan ini dipilih
sesuai dengan apa yang menjadi variabel-variabel yang ada pada judul penelitian
ini. Peneltian yang relevan juga dapat dijadikan acuan peneliti dalam menentukan
bagaimana kedepanya penelitian ini akan dilaksanakan. Dalam hal ini peneliti
Universitas Sanata Dharma dengan judul “Peningkatan Keaktivan dan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Siswa Kelas X-D SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu”. Dalam penelitian tersebut dinyatakan bahwa prestasi belajar sejarah siswa dapat
ditingkatkan melalui model pembelajaran Numbered Head Together. Dari rata-rata awal 50,52 pada siklus pertama meningkat menjadi 78,74 atau 34,85%
kemudian di siklus dua mengalami peningkatan menjadi 80,75 atau 11, 33%.
Selain itu penelitan yang sama yang dilakukan oleh Rusto dengan judul
“Penggunaan Model Pembelajaran Numbered Head Together Dalam Upaya
Meningkatkan Motivasi Dalam Belajar IPS (Sejarah) Siswa Kelas VII.2 Pada Semester Ganjil di SMP Negeri 2 Sumberejo Tahun Pelajaran 2013/2014” juga berhasil meningkatkan motivasi belajar siswa. Hasil penelitian tindakan kelas ini
menunjukkan bahwa motivasi siswa mengalami peningkatan dari tiap siklus. Pada
siklus I terdapat 55,56 % aktivitas siswa yang sudah cukup baik. Siklus II terdapat
63,89 % aktivitas siswa yang sudah cukup baik dan siklus III terdapat 71,42 %
aktivitas yang sudah baik.
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran ini dirancang untuk mengaktifkan siswa dalam proses
pembelajaran. Bila siswa dapat aktif dalam pembelajaran maka siswa akan mudah
untuk memahami materi pelajaran yang diberikan. Pembelajaran ini juga
dirancang untuk menumbuhkan rasa kerja sama siswa dalam proses pembelajaran.
Dengan mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran siswa juga dapat
Numbered Head Together merupakan model pembelajaran yang memanfatkan media nomor/angka dalam pembelajaran yang dibagiakan kepada
siswa yang dibentuk dalam kelompok. Melalui model pembejaran ini siswa
dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran dan melatih kerja sama
dalam megerjakan tugas atau soal yang telah diberikan kepada setiap kelompok.
Dalam kelompok siswa dapat saling bertukar pikiran dan berbagi informasi untuk
menjawab pertanyaan yang telah diberikan. Model pembelajaran ini juga dapat
meningkatkan kesiapan siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran
menggunakan Numbered Head Together dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran dan melatih kerja sama setiap siswa serta dapat melatih kesiapan
siswa dalam pembelajaran yang berdampak akan meningkatnya motivasi dan
prestasi belajar sejarah siswa. Selain itu, model pembelajaran ini juga melatih
tanggung jawab siswa terhadap tugas mereka masing-masing karena adanya
tuntutan setiap siswa harus siap dalam proses pembelajaran. Untuk lebih mudah
Pembelajaran Sejarah
Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Sejarah
Proses Pembelajaran:
1) Siswa aktif dalam kelas
2) Siswa bekerja sama dengan anggota kelomponya untuk memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan 3) Siswa akan siap
belajar dalam setiap proses pembelajaran 4) Siswa saling berbagi
pemikiran dalam proses pembelajaran Model
Pembelajaan
Number Head Together
Gambar I: Bagan Skema Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Kerja
Adapaun hipotesis kerja dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan motivasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2
Ngaglik.
2. Pelaksanaan model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2
26 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) model Kurt Lewin. Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan
dari classroom action research, yaitu suatu action research yang dilakukan di kelas.44 Maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan
oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk
meningkatkan dan memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa
meningkat.45 Dalam bukunya yang berjudul “Penelitian Tindakan 2010”,
Suharsimi menjelasakan PTK dilaksanakan paling sedikit dua siklus dan dalam
satu siklus terdiri atas empat langkah yaitu, (1) Perencanaan, (2) Tindakan, (3)
Observasi, dan (4) Refleksi.46
PTK ini sangat bermanfaat untuk peneliti karena bisa melakukan inovasi
dalam pembelajaran dengan menerapkan model pemebajaran yang lebih baik dan
untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri. Melalui PTK juga peneliti dapat
berperan langsung di dalamnya sehingga peneliti bisa merasakan dan
mengangamati seluruh proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Berikut
ini akan dijelaskan tentang metodologi penelitian yaitu:
44
Amirudin Hatibe, Meodologi Penelitian Tindakan Kelas, Suka Press, Yogyakarta, 2012, hlm. 13.
45Ibid,
hlm. 14. 46
B. Setting Penelitian
Penjelasan mengenai setting penelitian ini akan dibahas sebagai berikut:
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Ngaglik untuk
mata pelajaran sejarah.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2015/2016 di semester II,
yaitu pada bulan April – Mei 2016. Waktu penelitian disesuaikan dengan kalender
akademik dari sekolah.
C. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian tindakan kelas untuk mengatasi peningkatan
motivasi dan prestasi belajar sejarah siswa menggunakan model pembelajaran
Numbered Head Together adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ngaglik. Adapun jumlah siswa kelas XI IPS 2 adalah berjumlah 31 siswa.
D. Obyek Penelitian
Obyek dari penelitian ini adalah model pembelajaran Numbered Head Together, motivasi dan prestasi belajar sejarah siswa.
E. Variabel-variabel Penelitian
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan
variabel terikat.
1. Variabel bebas (X) : model pembelajaran Numbered Head Together
F. Definisi Operasional Variabel 1. Belajar
Belajar juga dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang dilakukan
seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep,
pemahanan, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya
perubahan prilaku yang relative tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam
bertindak dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
2. Motivasi
Penggerak (daya dorong suatu keinginan) seseorang (peserta didik) untuk
melakukan sesuatu, dalam hal ini adalah belajar. Sehingga membuat peserta didik
menjadi mempuanyai keingin untuk belajar secara terus menerus.
3. Prestasi
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan
sebagainya). Dalam hal ini hasil yang dicapai adalah nilai yang berupa nilai
kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam proses pembelajaran.
4. Konstruktivisme
Proses menyusun pengetahuan baru berdasarkan pengalaman yang didapat
peserta didik dalam proses pembelajaran.
5. Pembelajaran Kooperatif
Sebuah metode pembelajaran yang menekankan agar peserta didik saling
6. Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Numbered Head Together merupakan model pembelajaran berkelompok yang setiap anggota kelompoknya bertanggung jawab atas tugas kelompoknya,
sehingga tidak ada pemisahan antar siswa yang satu dengan yang lain dalam satu
kelompok untuk saling memberi dan menerima satu dengan yang lainnya.
G. Metode Pengumpulan Data 1. Observasi
Observasi ini dilakukan untuk mengetahui situasi dan kondisi awal keadaan
kelas sebelum penerapan model pembelajaran Numbered Head Together maupun
setelah penerapan model pembelajaran tersebut.
2. Tes
Tes digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap
pelajaran. Hal ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa antara sebelum
maupun sesudah pembelajaran berlangsung.
3. Wawancara
Wawancara digunakan untuk mengetahui kondisi awal siswa yang
digunakan untuk menentukan model pembelajaran yang tepat untuk melakukan
PTK ini.
H. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti dalam kegiatan untuk mengumpulkan data agar kegiatan tesebut
menjadi sistematis dan memudahkan dalam memperoleh data tersebut47.
47
1. Alat pengumpulan data a) Observasi
Obrsevasi digunakan untuk melihat aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
di kelas. Adapun alat-alat dalam observasi adalah lembar observasi aktivitas siswa
di kelas serta lembar kuesioner untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa.
b) Tes hasil belajar
Tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa sebelum
dan sesudah diterapkannya model pembelajaran Numbered Head Together. Adapun alat-alat dalam tes hasil belajar adalah seperti soal-soal pilihan ganda dan
essay dan serta tugas diskusi di kelas.
c) Wawancara
Wawancara digunakan untuk mengetahui keadaan awal motivasi dan prestasi
siswa. Adapun alat dalam wawancara ini adalah lembar pertanyaan untuk guru
mata pelajaran dan peserta didik.
2. Validitas dan Reliabilitas a) Validitas
Validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat sahihnya sebuah
tes. Tes memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam
arti memiliki kesejajaran antara tes dan kreteria48.
Untuk mengetahui tingkat validitas atas uji coba instrumen maka peneliti
menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar yang dikemukakan oleh Pearson.
48
Keterangan:
rxy = koofisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua
variabel yang dikorelasikan N = jumlah siswa tes
XY = jumlah perkalian antara X dengan Y X2 = kuadrat dari X
Y2 = kuadrat dari Y
Untuk mengetahui besar taraf signifikansi butir soal digunakan rumus49:
Keterangan:
t = taraf signifikan
r = korelasi skor item dengan skor total n = jumlah butir item
Setelah didapat taraf signifikannya, kemudian dikonsultasikan pada tabel t
signifikan50.
b) Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes. Konsep
reliabilitas ini tidak akan sulit dimengerti apabila peneliti sudah memahami
konsep validitas. Sebuah tes mungkin reliabel tetapi tidak valid sebaliknya,
sebuah tes yang valid biasanya reliabel.51 Dalam mencari reliabilitas instrumen,
peneliti menggunakan rumus Spearman-Brown yakni dengan teknik belah dua.
49
Nana Sudjana, Metode Statistika, Tarsito, Bandung, 2002, hlm. 380. 50Ibid,
hlm, 491. 51