• Tidak ada hasil yang ditemukan

Data primer merupakan data utama yang diperoleh melalui observasi dan wawancara. Observasi bertujuan, antara lain (a) Mengamati pelayanan pengobatan akupunktur di Puskesmas Glugur Darat dan Klinik Medistra dengan cara berhari-hari berada di sana dari pagi sampai sore berhari-hari. Untuk dapat memasuki Puskesmas tersebut saya pun harus terlebih dahulu membuat surat izin penelitian dari Dinas Kesehatan dan biaya yang dikenakan untuk setiap surat izin penelitian di Dinkes adalah sebesar lima puluh ribu rupiah (Rp 50.000) (b) Mencari tahu bagaimana sistem pelayanan akupunktur berjalan. Caranya, dengan bertanya kepada petugas kartu dan dokter (c) Hal-hal berkembang lainnya yang dapat dituangkan ke dalam catatan pengamatan lapangan misalnya, mengamati bagaimana pelayanan akupunktur di Prima Medistra dan Medistra tempat prakteknya Prof. Amri. Hal ini karena awalnya saya mengira jika akupunktur itu sangatlah sederhana tapi ternyata begitu rumit dan kompleks. Hal ini karena dr. Retno berkali-kali menekankan pada saya bahwa akupunktur, bukanlah pengobatan tradisional. Mendengar pernyataan tersebut membuat saya tergerak untuk mencari pakar akupunktur medik yakni Prof. Amri. Informasi tentang beliau awalnya saya dapat melalui situs internet, koran waspada dan tabloid Sindo. Gunanya adalah untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang akupunktur medik, sehingga

saya pun dapat menyusun beberapa daftar pertanyaan. Setelah mendapatkan alamatnya saya pun membuat persiapan ke tempat Prof Amri. Saat pertama kali bertemu, beliau banyak sekali memberikan petunjuk dan menceritakan kepada saya bagaimana sejarah akupunktur. Menurut saya, perkenalan kami begitu menyenangkan karena ternyata kami menyukai film yang sama yakni “Jewel in the pallace”. Film tersebut adalah menceritakan tentang dokter kerajaan perempuan pertama dari Dinasti Joseon di Korea yang mengunakan akupunktur untuk mengobati pasien. Beliau juga menyinggung tentang buku The Yellow Emperoe’s book of Internal Medice yang ditulis pada abad 3-2 SM. Buku tersebut adalah mengenai keberadaan akupunktur yang telah lama dipraktekan oleh orang Cina. Selain itu saya pun berasumsi bahwa Prof Amri sangatlah menyukai budaya Cina, Korea dan Minang. Hal ini dapat saya rasakan ketika beliau menceritakan tentang ketiga budaya tersebut. Ditambah lagi dengan beberapa ornamen dan hiasan yang menampilkan kesan budaya etnis Tionghoa yang terdapat di dalam ruangan kerja Prof Amri. Bahkan beliau juga pernah mengucapkan sepenggal kata dengan bahasa Korea. Selera humornya yang tinggi juga membuat saya begitu menikmati saat-saat mengamati beliau menangani pasien. Contoh kecilnya adalah saat seorang pasien bertanya apa saja yang tidak boleh dimakan. Beliau kemudian mengatakan bahwa “di dunia ini semuanya boleh dimakan asalkan tahu diri”. Mendengar nasehat tersebut pasien yang berada di sana semuanya tidak sanggup menahan tawa. Setelah tertawa saya pun teringat dengan nasehat dr. Cendani bahwa pada saat diakupunktur sebaiknya tubuh jangan tegang karena ini berpengaruh pada saraf. Belum lagi ditambah dengan semua obrollannya mengenai teka-teki yang diberikannya pada pasien, yang membuat pasien terlihat

keluar ruangan klinik seperti dengan perasaan ‘plong’. Saya pun berfikir lagi kenapa klinik akupunktur ini selalu ramai bila dibandingkan dengan Puskesmas Glugur Darat. Biasanya dalam satu hari saja dapat mencapai belasan kunjungan. Berdasarkan kesimpulan saya yang mungkin masih awam atau tidak beralasan. Penyebabnya mungkin adalah selain didukung dengan peralatan yang canggih seperti TDF dan Stimulator, klinik ini juga ditangani oleh dokter-dokter yang jenaka dan kebiasaan Prof. Amri yang sering sekali bersiul dan bernyanyi di dalam ruangan. Lalu saya pun mengaitkannya dengan pemahaman yang saya miliki bahwa, menurut situs internet17 terapi tertawa dan musik ternyata juga terdapat bukti klinis untuk membantu kesembuhan pasien. Menyadari hal ini, tentu saja di balik tindakan seseorang pasti ada yang melatarbelakangi. Hanya saja dilatarbelakangi oleh alasan tersebut atau tidak saya juga tidak mau membahasnya lebih jauh. Dalam ruangan akupunktur, di sana tidak hanya pasien yang lanjut usia yang banyak datang untuk berobat karena penyakitnya tapi disana juga banyak anak-anak Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Mahasiswi yang tertarik datang untuk perawatan akupunktur. Hanya saja penekanannya bukan kepada penyakit melainkan pada akupunktur perawatan kecantikan (d) Termasuk juga mengamati pekerjaan dokter dan berpartisipasi sebagai pasien. Partisipasi ini dilakukan dengan kesadaran bahwa peneliti mempunyai sikap terang-terangan terhadap informasi dan pengalamannya. Cara ini bisa disebut dengan sikap etnografi yang bertujuan menyampaikan informasi yang nyata, persis, tidak dipengaruhi latar belakang, cara berpikir peneliti. Hal tersebut dapat memudahkan peneliti untuk membaca kembali informasi yang sudah diberikan informan di lapangan. Dari

hasil wawancara saya dengan pasien umumnya mereka menggunakan akupunktur karena akupunktur tidak berbahaya atau tidak ada efek samping. Mendengar peryataan dari para pasien saya pun memberanikan diri untuk mencobanya. Terlebih lagi dr. Cendani meyakinkan saya bahwa akupunktur ini aman untuk saya gunakan. Pada waktu itu dr. Cendani mengakupunktur saya agar tidak insomia dan hasil khasiatnya dapat langsung saya rasakan sepulangnya dari klinik. Sekitar pukul 22.00 mata saya pun mulai mengantuk padahal sebelumnya tidur saya biasanya paling cepat pukul 00.00 malam.

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (depth interview)18 dan dilakukan dengan bantuan pedoman wawancara (interview guide).19 Wawancara ditujukan kepada informan. Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan pokok atau kunci dan informan biasa. Informan pokok merupakan informan yang mempunyai keahlian mengenai suatu masalah yang ada dalam masyarakat tersebut dan menjadi perhatian penelitian. Dalam hal ini adalah Kepala Puskesmas Glugur Darat dr. Retno Sari Dewi, Prof. Dr.Amri Amir SpF (K) SH dan dr. Cendani karena mereka adalah informan (dokter) yang mendapat pendidikan akupunktur. Sedangkan informan biasa adalah orang-orang yang memberikan informasi mengenai suatu masalah sesuai dengan pengetahuan dan bukan merupakan ahlinya dalam hal ini bisa saja asisten dokter atau para pasien yang menjalani pengobatan akupuntur di klinik akupunktur medik tersebut.

18

Wawancara mendalam (dept interview) yaitu penelitian kualitatif biasanya lebih sering mengunakan wawancara mendalam ketimbang wawancara terstruktur (mengunakan kuesioner) dalam proses pengumpulan data lapangan. Wawancara mendalam biasanya dilakukan dengan mengunakan pedoman wawancara.

19

Interview guide yaitu panduan berisi seperangkat pertanyaan terbuka sesuai dengan aspek–aspek yang ingin di dapatkan

Wawancara ini juga dilengkapi dengan alat perekam guna merekam segala informasi saat mewawancara pada informan. Peneliti sadar bahwa peneliti juga memiliki keterbatasan, namun dengan adanya tape recorder memudahkan merekam kembali percakapan di lapangan dengan informan. Penelitian ini juga dibantu oleh kamera foto sebagai hal-hal yang ditemukan di lapangan yang juga berkaitan dengan masalah penelitian.

Dokumen terkait