• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRINSIF TANGGUNG JAWAB NEGARA SEBAGAI LANDASAN PENEGAKAN HUKUM PIDANA INTERNASIONAL

Dalam dokumen Materi Hukum Pidana Internasional Sem. V (Halaman 30-37)

Sejarah perkembangan keberadaan masyarakat internasional diawali dari masyarakat bangsa-bangsa hingga berkembang menjadi masyarakat

internasional, yang terdiri dari negara-negara yang mempunyai kedaulatan. Masyarakat internasional dibangun berlandaskan frinsif hukum internasional, yaitu prinsif kedaulatan negara, yaitu prinsip yang menjamin negara –

negara yang menjadi anggotanya atas kedaulatan, kemerdekaan, dan

persamaan derajat, yang berarti secara yuridis, negara di dunia yang terdiri dari negara-negara besar dan kecil, negara berkembang dan negara maju, mempunyai kedudukan yang sama.

Masyarakat hukum internasional, terdiri dari Negara yang merupakan subyek hukum yang utama, yang memegang hak dan kewajiban hukum

internasioanal, salah satu hak negara sebagai subyek hukum itahankan kedaulatan negaranya dan hak-hak lain yang dijamin oleh hukum

internasional, dan kewajiban negara ialah tanggung jawab negara yang melekat dalam melakukan perbuatan-perbuatan hukum intrernasional,

artinya dengan prinsif tanggung jawab ini, terutama dengan perbuatan yang melanggar hukum internasional, harus dipertanggung jawabkan secara hukum Internasional.

Tanggung jawab negara dapat diterapkan terhadap tindakan negara yang melanggar perjanjian, dan tidak melaksanakan kewajiban yang ditentukan oleh perjanjian, serta tindakan-tidakan negara yang mengakibatkan kerugian terhadap negara lain. Dan perbuatan-perbuatan tersebut karena suatu tindakan, atau tidak melakukan suatu tindakan yang seharusnya dilakukan.

Pengaturan masalah tanggung jawab negara berkembang melalui hukum kebiasaan internasional dan prinsip-prinsip hukum internasional.Prinsif hukum internasional terbentuk melalui -2 proses yaitu ;

1. Melalui prinsif hukum umum, yaitu prinsip – prinsip hukum

negara-negara di seluiruh dunia, melalui tahaban regional kemudian global.

2. Melalui perjanjian-perjanjanjian internasional yang sudah berjalan

selama puyluhan tahun dan dipatuhi oleh negara-negara pesertanya.

Konsep pertanggungjawaban negara dalam hukum internasional meliputi perbuatan apa saja yang dipertanggung jawabkan, dan siapa-siapa saja yang bertanggung jawab. Putusan mahkamah internasional menegaskan bahwa negara bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan dari orang-orang yang berada di wilayahnya yang dapat

merugikan negara lain, contoh kasus – meledaknya kapal perang inggris oleh ranjau di perairan Albania, Albania dihukum untuk bertanggung jawab atas meledaknya kapal inggris walaupun yang memasang ranjau bukan pihaknya. Albania dianggap harus bertanggung jawab atas segala kegiatan yang terjadi di wilayah yuridiksinya .

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa negara bertanggung jawab atas ;

1. Segala Tindakan, atau kegiatan ( action ) yang dilakukan secara

melawan hukum atau tidak melawan hukumyang terjadi di wilayah

yuridiksinya yang merugikan negara lain, baik yang dilakukan oleh negara itu berdasarkan kebijakan, oleh warga negaranya sendiri atau warga negara asin

2. Berdiam diri, ( omission) atau tidak melakukan kewajiban kewajiban

yang di tentukan oleh hukum internasional, baik itu kewajiban yang lahir dari perjanjian-perjanjian internasional, maupun kewajiban yang timaul berdasarkan kebiasaan-kebiasaan internasional, ataupun kewajiban oleh karena keputusan mahkamah internsional.

Tanggung Jawab negara terhadap perbuatan melawan hukum dapat di bedakan dengan:

1. Pertanggung jawaban atas perbuatan melawan hukum berupa

pelanggaran dan delik. Merupakan struktur pertanggung jawaban secara Bilateral, yaitu suatu pertanggung jawaban yang diberikan hanya terhadap negara yang dirugikan.dengan perkataan lain, bahawa suatu

negara dikatakan telah melanggar hukum internasional bila ada negara yang melakukan penuntutan.

2. Perbuatan melawan hukum berupa tindak pidana

internasional, merupakan perbuatan melawan hukum terhadap yuridiksi universal yang harus di pertanggung jawabkan terhadap masyarakat internasional, atas tuntutan dari masyarakat internasional.

Pasal 39 Piagam PBB memberikan kewenangan terhadap dewan keamanan PBB untuk menentukan bila suatu negara dikatakan telah melakukan

pelanggaran terhadap perdamaian dan keamanan internasional.

Berdasarkan pasal 40 dan pasal 41 Piagam PBB memberikan rekomendasi terhadap dewan keamanan PBB untuk melakukan penututan dan

menjatuhkan sanksi berbentuk kekerasan melalui kekuatan senjata.

Perkembangan Konsep Tanggung Jawab Negara.

Menurut ilmu hukum Internasional, Perbuatan negara yang dapat dipertanggung jawabkan secara internasional ada -2 macam Yaitu :

1. Original Responbility, yaitu perbuatan yang lahir dari tindakan negara itu

sendiri, berupa perbuatan yang dilakukan secara langsung oleh pejabat tinggi maupun pejabat yang lebih rendah, yang dilakukan oleh individu untuk dan atas nama pemerintah, atau suatu komanando otoritas pemerintah yang melanggar kewajiban internasional.

2. Vicarious responbility, adalah perbuatan-perbuatan individu yang tidak

merupakan pejabat dari pemerintahan atau organ dari pemerintahan, ataupun perbuatan dari individu yang mengatas namakan pemerintah dan tidak dapat dikaitkan dengan pemerintah baik secara langsung maupun tidak langsung, tetapi harus dipertanggung jawabkan oleh negara, karena

suatu perbuatan yang di lakuakn oleh individu maupun suatu kelompok di daerah teritorial suatu negara, yang mengakibatkan kerugian bagi negara lain.

Teori Obyektif dan Subyektif.

Perbuatan melawan hukum yang harus dipertanggung jawabkan negara secara internasional , juga dikenal berdasarkan teori obyektif dan subyektif yaitu :

1. Teori obyektif/Teori Resiko mengatakan tanggung jawab negara

bersifat mutlak, yaitu pertanggung jawaban yang harus diberian oleh negara yang melanggar hukum internasional tanpa mempertimbangkan apakah perbuatan terebut dilakukan dengan maksud baik atau jahat, salah atau tidak , dengan adanya kerugian akan melahirkan tanggugjawab negara secaramutrlak.

2. Teori Subyektif/Teori kesalahan yaitu Negara di pertangung jawabkan

secara internasional apabila ditemukan unsur kesalahan dalam perbuatan negara , bentuk kesalahan negara tersebut dikarenakan melakukan (Action ) pelanggaran kewajiban negara , atau tidak melakukan tindakan atau

berdiam diri ( omission) untuk mencegah terjadinya perbuatan melawan perbuatan melawan Hukum intyernasional tersebut. Dengan demikian unsure bersalah menjadi hal yang penting untuk menetukan negara itu bersalah atau tidak.

Bentuk Pembagian tanggung jawab negara berdasarkan teori Obyektif dan subyektif lebih kearah persoalan prinsif pertanggung jawaban yang terbagi atas prinsif tanggung atas kesalahan dan tanggung jawab secara mutlak.

Doktrin Imputabilitas.

Imputabilitas adalah fiksi hukum yang menyatukan Tindakan ( action ) dengan Berdiam diri ( Omission ) dari pejabat negara menjadi tindakan negara itu sendiri, dengan demikian negara bertanggung jawab atas

kerugian atas kerugian Negara lain yang dialibatkan oleh tindakan-tindakan pejabatnya.

Doktrin ini di dasarkan negara sebagai kesatuan hukum yang abstrak tidak dapat melakukan perbuatan-perbuatan yang kongkret sebagai mana

perbuatan manusia. Negara sebagai subyek Hukum internasional ( Yng memiliki Hak dan kewajiban secara internasional ) dapat melakukan perbuatan hukum melalui pejabat atau perwakilanya yang sah, artinya perbuatan negara ada bila ada mata rantai yang jelas antara negara dengan suyek hukum yang secara actual melakukan perbuatan negara, subyek hukum yang melakukan tindakan actual atas nama negara adalah orang-perorangan yang bertindak atas kapasitasnya sebagai petugas atau wakil negara.

Penerapan Doktrin Impubilitas harus memenuhi -2 kondisi Yaitu :

1. Adanya penetapan oleh hukum internasional tentang perilaku suatu

organ atau pejabat negara dalam pelanggaran suatu kewajiban internasional.

2. Menurut Hukum internasional, pelanggaran tersebuat akan di pertalikan

dengan negara.

Untuk menentukan suatu perbuatan organ atau pejabat negara dapat di pertalikan dan harus dipertanggung jawabkan oleh negara harus di cermati melalui langkah-langkah :

1. Harus ditentukan apakah organ atau pejabat negara yang melakukan

perbuatan yang salah itu dikarenakan adanya otoritas secara umum bedasarkan hukum nasionalnya, terlepas adanya instruksi atau tidak

2. Organ atau pejabat negara yang melakukan tindakan yang melanggar

kewajiban internasional dapat dipertalikan dengan negara jika diatur secara jelas oleh hukum internasional.

Dengan demikian, walaupun tindakan pejabat tersebut menurut hukum nasional melampaui wewenang yang diberikan, negara harus bertanggung jawab. Misalnya dalam Yauman Case---seorang Letnan tentara di perintahkan untuk menumpas kerusuhan yang menyerang warga negara Ameriksa di meksiko, akan tetapi tentara itu menembaki perumahan penduduk tempat warga negara amerika berlindung dari kerusuhan tersebut. Terhadap

Negara juga dapat dipertalikan terhadap tindakan warga negaranya yang merugikan negara lain yang melahirkan tanggung jawab negara. Contoh kasus penyanderaan staf diplomatic amerika serikat ditaheran oleh sekelompok orang , Iran di anggap bertanggung jawab karena tidak melindungi perwakilan negara asing yang di lindungi oleh hukum internasional .

Contoh kasus, Tentara bayaran yang melakukan aktifitas di negara Nikaragua dan melawan negara nikaragua, amerika serikat di tuduh bertanggungjawab oleh negara nikaragua karena tentara bayaran tersebut dalam melakukan operasinya di biayai, disuplai, di latih dan di rekrut oleh amerika serikat.

Berdasarkan putusan mahkamah internasional , Amerika serikat

bertanggung jawab, walaupun secara pribadi tentara bayaran adalah orang-orang professional, dengan demikian antara tindakan orang-orang pribadi ada pertalian impubilitas dengan negara.

Prinsif Exhaustion Of Local Remedies.

Exhaustion Of local remedies adalah keharusan adanya upaya ( exhaustion ) penyelesaian sengketa internasional melalui forum penyelesaian sengketa di tingkat Nasional (Local Remedis) sepanjang masih sesuai dengan standrat Internasional ( The International Standard).

Upaya penyelesaian sengketa internasional melalui forum penyelesaian sengketa nasional ini merupakan suatu bentuk pertanggung jawaban negara terhadap pelanggaran kewajiban internasional melalui sistim hukum

nasionalnya, penggunaan lembaga ini sejalan dengan tertib hukum internasional yang bersifat koordinatif yang menjungjung kedaulatan negara sebagai salah satu prinsif hukum internasional.(Prinsif hukum internasional mencakup Prinsif yuridiksi territorial, prinsif yuridiksi personal, prinsif yuridiksi perlindungan dan prinssif yuridiksi

universal )

Lembaga ini juga sejalan dengan Domestic Juridiction, yang dijamin oleh pasal -2 ayat 7 Piagam PBB yaitu penerapan dan pelaksanaan yuridiksi nasional dalamupaya penegakan Hukum pidana internasional,

pidana internasional dengan menggunakan instrument hukum nasional, khususnya terhadap tindak pidana dengan kategori pelanggaran dan delik.

Lembaga Exhausting of local remedies tidak dapat diterapkan terhadap perbuatan perbuatan melawan hukum internasional yang dilakukan oleh negara secara langsung, karena badan yudisial local berada di bawah control atau dapat di pengaruhi oleh lembaga eksekutif yang justru melakukan perbuatan melawan hukum tersebut.

Ketentuan tentang Exhaustion Of local Remedis pertama kali di terapkan dalam kasus Ambatieolos Arbitration antara Yunani dan Inggris, dalam kasus ini pengadilan menolak permohonan persiapan yang timbul dari suatu

kontrak , karena langkah – langkah peneyelesaian sengketa melalui hukum nasional inggris tidak dilakukan dengan sepenuhnya, yaitu pihak inggris tidak memanggil saksi utama sewaktu sengketa itu diadili di inggris, dan inggris tidak menempuh upaya hukum ke tingkat mahkamah Agung, setelah putusan tingkat banding di terbitkan.

Konsep tanggung jawab negara terhadap tindak pidana internsional.

Masalah tanggung jawab negara terhadap tindak pidana internasional,

adalah sebagaimana pertanggung jawaban manusia atas perbuatanya, yaitu berupa perbuatan pelanggaran kontraktual dan perbuatan pelanggaran deliktual, Perbuatan negara disamakan dengan perbuatan manusia, tetapi perbuatan negara tidak selamanya dilakukan oleh negara itu sendiri secara langsung melalui kekuasaan pemerintah negara, tetapi ke dua bentuk perbuatan yang menimbulkan tanggung jawab negara dapat terjadi karena tindakan perwakilan negara , warga negara, atau warga negara asing yang berada di wilyah negara tersebut.

Struktur Kewajiban Negara/ Structure of Obligation

Berkaitan dengan konsep pertanggungjawaban negara terhadap perbuatan melawan hukum internasional berkembang sesuai dengan perkembangan

kualifikasi perbuatan melawan hukum internasional, perbuatan melawan hukum internasional yang berkualifikasi pelanggaran dan delik

intrernasional, berbeda dengan perbuatan melawan hukum internasional yang berkualifikasi tindak pidana internasional, perbedaan tersebut terlihat dari segi pelaku perbuatan yang menimbulkan perbedaan dalam struktur kewajiban pertanggung jawaban, Srtuktur kewajiban tanggung jawab negara terhadap perbuatan melawan hukum dengan kualifikasi pelanggaran dan delik menganut struktur pertanggung jawaban secara bilateral, artinya pertanggung jawaban negara hanya di berikan terhadap negara yang di rugikan ,dan perbuatan melawan hukum internasional itu ada, bila ada negara yang melakukan penuntutan atas kerugian yang diderita. Tanpa adanya suatu tuntutan, berarti tidak ada perbuatan melawan hukum.

Konsep pertanggung jawaban negara terhadap perbuatan melawan hukum yang dikualifikasikan sebagai tindak pidana internasional, atau perbuatan yang benar-benar melakukan pelanggaran berat terhadap terhadap

perlindungan masyarakat internsional , penghukuman terhadap pelaku kejahatan tersebut berdasarkan tuntutan dari masyarakat internasional.

Suatu pertanggung jawaban akan melahirkan bentuk tanggung jawab, bentuk tanggung jawab tersebut biasanya melihat kasus perkasus , tergantuk dari bentuk kerugian yang diderita, bila kerugian tersebut terhadap martabat suatu negara, ganti ruginya berupa permintaan maaf secara resmi atau pernyataan tidak mengulangi lagi perbuatan tersebut, bila kerugian irtu bersifat materil, pertanggungjawabanya berupa kompensasi dalam bentuk uang, misalnya tentang kewajiban untuk memenuhi ganti rugi.

II.TANGGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP TINDAK PIDANA

Dalam dokumen Materi Hukum Pidana Internasional Sem. V (Halaman 30-37)

Dokumen terkait