• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi Hukum Pidana Internasional Sem. V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Materi Hukum Pidana Internasional Sem. V"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

Materi Hukum Pidana Internasional (Sem. V)

I. PERKEMBANGAN HUKUM PIDANA INTERNASIONAL.

Hukum pidana internasional mulai berkembang sejak berakhirnya

perang dunia ke II, yaitu ketika proses peradilan terhadap perwira militer Jerman pada tahun 1946 dan proses peradilan terhadap perwira militer jepang pada tahun 1948.

Proses peradilan tersebut diakui oleh resolusi perserikatan bangsa-bangsa menjadi suatu bagian dari aplikasi prinsif-prinsif hukum pidana internasional. Dan memiliki arti penting yang khusus dalam perkembangan

hukum internasional yaitu mengakui bahwa yang menjadi subyek hukum pidana internasional adalah individu dan negara, sedangkan arti penting dalam perkembangan hukum Pidana nasional adalah di kesampingkanya asas legalitas atau asas undang-undang tidak berlaku surut, dan di

kesampingkan alasan atas perintah atasan, hal ini menunjukkan bahwa asas-asas atau prinsip-prinsip yang di anut dala hukum pidana nasional dalam hal-hal tertentu dapat di batasi oleh praktek hukum pidana internasional.

Perkembangan kualias tindak pidana atau kejahatan menunjukkan bahwa batas-batas territorial antara suatu negara dengan negara lain baik dalam satu kawasan atau berbeda kawasan semakin menghilang, pada saat

ini hampir dapat di pastikan bahwa semua jenis atau bentuk kejahatan tidak dapat di pandang sebagai yuridiksi kriminal suatu negara, akan tetapi sering di klaim sebagai yuridiksi lebih dari satu negara, yang dapat menimbulkan konflik yuridiksi yang sangat menggangu terhadap hubungan internasional antar negara yang berkepentingan dalam kasus tindak pidana tertentu yang bersifat lintas batas territorial.

Masyarakat Internasional yang bergabung dalam wadah Perserikatan

(2)

oleh karena pertanggung jawaban Suatu negara dalam hukum pidana internasional belum terkoodifikasi dalam satu instrument hukum tersendiri, pengaturanya masih berdasarkan prinsif prinsip perjanjian

internasional internasional dan kebiasaan kebiasaan internasional.

Berdasarkan hal tersebut pada tahun 1980 Komisi hukum internasional PBB telah membuat suatu draf hukum pidana internasional yang di sebut Draf articles yang sampai sekarang ini masih dalam proses munuju suatu Undang-undang Hukum Pidana Internasional yang akan terkoodifikasi.

Hal terpenting dalam Draf articles tersebut adalah konsep pertangung jawaban suatu negara akan suatu tindak pidana internasional, dan batasan-batasan hal yang bagai mana suatu perbuatan melawan hukum dapat di kategorikan sebagai tindak pidana internasional, yang mencakup 4

perbuatan yaitu :

Pelanggaran perdamaian dan keamanan Hak menentukan nasib sendiri suatu bangsa Hak asasi manusia.

Pelanggaran berat terhadap perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup. Beberapa bentuk perbuatan melawan hukum internasional yang dapat dikategorikan sebagai tindak pidana internasional sebagai mana di atur dalam draf articles sebenarnya telah terjadi dalam kehidupan masyarakat internasional, dan sudah ada bentuk sanksi dan lembaga yang

melaksanakan sanksinya. Kususnya pelanggaran pelanggaran di bidang keamanan dan perdamaian dunia.

Sebagai pelanggaran berat terhadap perdamaian dan keamanan dunia adalah perang agresi yang dilakukan oleh angkatan perang jerman dengan ideology nazinya serta perang agresiyang di lakukan oleh tentara jepang dan italia dengan ideology fasisnya.

Penerapan sanksi oleh masyarakat internasional tehadap perang agresi yang di lakukan oleh jerman, italia dan jepang adalah dengan memerangi ke 3 negara itu oleh tentara sekutu yang melahirkan perang dunia ke II.

(3)

korea utara tersebut merupakan pelanggaran terhadap perdamaian dan keamanan dunia, untuk hal tersebut, pasukan keamana PBB memerangi korea utara sebagai bentuk perwujutan sanksi internasional.

Kasus irak dengan kuait, yaitu kasus invasi tentara irak pada tanggal 2 agustus 1980 yang menguasai tempat-tempat strategis di wilayah kuait, dan menyatakan kuwait sebagai propinsi ke 19 .Dewan keamana PBB dengan suara bulat segera menyerukan penarikan mundur pasukan irak dari wilayah territorial Kuwait. Dan mengambil tindakan kekerasan tanpa senjata, maupun tindakan kekerasan dengan menggunakan kekuatan senjata, kemudian pada tgl 6 agustus 1980 memberikan sanksi perdagangan dan pengiriman barang, dewan keamanan berupaya terus untuk mengembalikan kedaulatan ,

kemerdekaan dan integritas territorial Kuwait melalui beberapa resolusi yang intinya menuntut irak segera menarik pasukanya tanpa syarat dari Kuwait. Karena irak telah mengabaikan keputusan dewan keamanan untuk menarik diri dari Kuwait, pada tanggal 29 November 1980, dewan keamanan

menjatuhkan sanksi militer berupa serangan laut , udara dan darat.

I. HUBUNGAN TIDAK PIDANA INTERNASIONAL DENGAN NEGARA.

Perbuatan melawan hukum internasional, merupaka perbuatan – perbuatan negara yang dapat di pertanggungjawabkan secara internasional, untuk hal tersebut harus diketahui perbuatan-perbuatan yang bagaimana, dan kapan perbuatan suatu negara dapat dipertanggung jawabkan secara internasional. Untuk mengetahui perbuatan negara yang dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum internasional, harus diketahui unsure-unsur melawan

hukum internasional.

Unsur-unsur melawan hukum internasional.

Pengertian dari melawan hukum internasional adalah setiap perbuatan negara yang melanggar kewajiban internasional dan merugikan negara lain, baik secara langsung atau tidak langsung, dengan suatu tindakan atau tanpa tindakan .

Perbuatan mdelawan hukum internasional yang diatur dalam pasal 3 draf articles dapat terjadi apa bila memenuihi dua unsur yaitu:

a. Adanya suatu tindakan atau berdiam diri, yang berdasarkan hukum

(4)

b. Tindakan dan berdiam diri tersebut merupakan pelanggaran terhadap

kewajiban internasional suatu negara.

Perbuatan negara baik aktif maupun pasif , menjadi suatu perbuatan melawan hukum internasional apabila perbuatan tersebut melanggar

kewajiban hukum internasional, yang ditetapkan berdasarkan kaidah hukum internasional, baik yang terbentuk melalui :

1. Perjanjian internasional.

2. Kebiasaan-kebiasaan internasional.

3. Putusan pengadilan internasional.

Melanggar kewajiban menjadi unsur yang penting yang mengakibatkan suatu perbuatan dikatakan melawan hukum internasional, yang tidak hanya timbul dari suatu perbuatan yang salah atau di larang, ( Ex delicto ), tetapi juga bisa timbul dari suatu perbuatan sah dan benar ( sine delicto), namun di katakan menjadi suatu perbuatan melawan hukum internasional karena perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian kepada negara lain.

Sine delicto adalah Perbuatan Negara yang sebenarnya adalah suatu

perbuatan yang sah dan benar, akan tetapi menjadi suatu perbuatan melawan hukum internasional, karena akibat dari perbuatan tersebut, mengakibatkan kerugian kepada negara lain.

Contoh kasus. Kanal yang berfunsi sebagai Drainase yang di operasikan guna kepentingan kota douglas, di Arizona amerika serikat , yang membanjiri wilayah meksiko, meksiko menuntut walikota douglas , pengadilan memberi putusan agar pemerintah ( walikota Douglas ) agar tidak membuat suatu kebijakan dengan memberikan izin kepada pihak lain yang berada dalam wilayahnya, akan suatu aktifitas , bila aktifitas trsebut dapat memberikan kerugian terhadap negara lain.

Kewajiban negara untuk melindungi negara lain akibat pencemaran

lingkungan dxiatur secara tegas dalam keentuan hukum internasional, prinsif 21 deklarasi stockhom menentukan bahwa negara bertanggung jawab untuk menjamin segala kegiatan yang derada dalam yuridiksi dan kontrolnya, agar tidak menimbulkan pencemaran terhadap negara lain.

Ex delicto adalah perbuatan melawan hukum dan

(5)

Contoh kasus. Adalah pekanggaran terhadap ketentuan Nuclkear Tes Ban Treaty 1963 yang melarang percobaan senjata nuklir di atmosfier, ruang nagkasa dan dasar laut.

Perbuatan melawan hukum Internasional.

Perbuatan melawan hukum adalah segala perbuatan yang telah melanggar hukum dan kewajiban internasional,atau segala perbuatan yang dengan jelas dan tegas dilarang oleh hukum internasional, perbuatan melawan hukum dapat di bedakan dalam -3 kategori yaitu

a. Pelanggaran internasional.

Yang dikatakan sebagai pelanggaran hukum interrnasional

adalah kelalaian negara untuk mencegah, melakukan pengusutan, penghukuman, pengektradisianterhadap pelaku tindak pidana

internasional, atau membuat keadaan sehingga menyebabkan terjadinya tindak pidana internasional.

Dengan demikian, perbuatan melawan hukum dari negara tersebut minimal adalah pelanggaran kewajiban untuk mencegah, mengusut menghukum atau mengekstradisi pelaku kejahatan.

Macam-macam perbuatan melawan hukum yang termasuk pelanggaran internasional adalah kejahatan yang dilakukan oleh individu seperti kejahatan terhadap kabel kabel antar negara yang adadi bawah laut, pemalsuan terhadap uang negara, penyuapan terhadap pejabat-pejabat negara asing, dan pencurian terhadap bahan nuklir.

Tanggung jawab negara terhadap pelanggaran hukum internasional adalah tuntutan untuk membayar denda atau dikenakan sanksi ekonomi yang pantas atau sepadan dengan kerugian yang diderita , dan negara juga diwajibkan untuk melakukan , reperasi dan membayar kompensasi kepada pihak yang menderita kerugian, baik itu negara dan atau individu.

b. Delik internasional.

(6)

yaitu tidak melakukan pengusutan penghukumn atau pengekstradisian terhadap pelaku kejahatan.

Macam-macam perbuatan melawan hukum negara yang termasuk delik internasional adalah : perbudakan, penyiksaan yang dilakukan oleh pejabat negara untuk mendapatkan pengakuan dari tersangka, penggunaan tahanan untuk kegiatan uji coba suatu vaksin atau obat obatan, pembajakan dilaut , pembajakan di udara penggunaan kekerasan terhadap orang yang dilindungi oleh hukum internasional, penyanderaan terhadap penduduk sipil,

penghancuran dan pencurian terhadap benda-benda yang dilindungi dan merupakan warisan budaya., kejahatan terhadap surat-surat.

Tanggung jawab negara terhadap perbuatan melawan hukum tersebut sama dengan tanggung jawab negara terhadap tanggung jawab terhadap

pelanggaran internasional. Yaitu memberikan ganti rugi yang wajar atau kompen sasi, restetusi, reperasi

1. Tindak pidana internasional.

Perbuatan melawan hukum internasional yang dikualifikasikan sebagai tindak pidana internasional adalah suatu tindak pidana yang terjadi dan dilakukan oleh suatu negara berdasarkan suatu kebijakan atau kehendak . Terhadap pelanggaran tersebut, masyarakat internasional dapat memberikan

sanksi, dan saksi tambahan, sanksi tambahan berbentuk kompensasi dan perbaikan atasa kehilangan atau kerusakan yang nyata, baik terhadap orang, barang atau benda, maupun kerugian yang bersifat ekonomi.

Yang di maksut dengan sanksi adalah tindakan balasan dari negara Yang dirugikan atau tindakan kolektif dari Masyarakat internasional yang dilakukan oleh dewan keamanan perserikatan bangsa-bangsa.

Bentuk-bentuk dari perbuatan melawan hukum yang tergolong tindak pidana internasional adalah agresi, kejahatan perang, penggunaan senjata seara illeal, kejahatan terhadp kemanusiaan.

Tindak pidana internasional merupakan suatu tindakan yang secara

(7)

Berkaitan dengan pengertian tindak pidana internasional, Bassiouni telah melakukan penelitian, dan dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap lebih kurang dari 315 konvensi internasional , merumuskan bahwa suatu

perbuatan melawan hukum internasional dapat dikualifikasikan sebagai tindak pidana internasional apabila memenuhi -3 faktor yaitu ;

1. Perbuatan itu melanggar kepentingan internasional yang sangat fatal.

2. Perbuatan itu melanggar nilai-nilai bersama masyarakat dunia.

3. Perbuatan itu menyangkut lebih dari satu negara dan melintasi batas

batas wilayah negara, baik itu pelaku, korban, atau perbuatan.

Pasal 19 Draf articles membedakan perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh suatu negara yaitu perbuatan melawan hukum pidana internasional sebagai delikdan perbuatan melawan hukum

internasional sebagai tindak pidana.

Hal tersebut merupakan pembedaan melawan hukum internasional dari segi kualitas, yang dapat membedakan pelanggaran terhadap kedaulatan negara yang terjadi di udara tidak sama dengan pelanggaran terhadap kedaulatan negara yang terjadi di darat atau agresi, begitu juga dengan pelanggaran hak asasi manusia, antara pelanggaran terhadap hak asasi manusia yang dilakukan oleh polisi setempat untuk mendapatkan suatu

pengakuan berbeda dngan genosida

Perbuatan melawan hukum internasional dari sisi kewajiban di

bedakan antaraDelik dgn tindak pidana. Tindak pidana internasional adalah perbuatan melawan hukum yang melanggar kewajiban yang sangat berbahaya dari seluruh masyarakat internasional, yang harus di tuntut dan di pertanggung jawabkan kepada masyarakat internasional secara universal, sementara delik internasional adalah pelanggaran terhadap kewajiban yang bersifat bilateral yang di pertanggung jawabkan hanya kepada negara yang dirugikan secara langsung.

Sebagai mana diatur pada pasal-19 Draf articles , perbuatan melawan hukum internasional yang merupakan tindak pidana internasional mempunyai 3 kriteria utama yaitu :

1. Melanggar kepentingan fundamental masyarakat internasional secara

keseluruhan

2. Pelanggaran tersebut merupakan pelanggaran berat, baik kuantitatif

(8)

3. Berdasarkan praktek dan kebiasaan , masyarakat internasional

mengakui sebagai tindak pidana.

Pembagian perbuatan melawan hukum internasional hasil penelitian dari bassiouni dan perbuatan melawan hukum internasional sebagaimanba diatur dalam pasal 19 Draf articles dari sisi keterlibatan negara menunjukkan kesamaan , beberapa hal yang membedakan adalah masalah tindak pidana internsional yang berkaitan dengan pelanggaran lingkungan hidup.

Dari sisi kewajiban perbuatan melawan hukum yang termasuk delik internasional dan tindak pidana internasional dapat dibedakan dengan Tindak pidana internasional adalah perbuatan melawan hukum yang melanggar kewajiban berbahaya dari seluruh masyarakat internasional, suatu perbuatan melawan hukum yang harus dituntut dan di pertangung jawabkan terhadap masyarakat internasioanl secara keseluruhan, sementara delik internasional adalah perbuatan melawan hukum yang biasanya hanya melanggar kewajiban yang bersifat bilateral , dan dipertanggung jawabka hanya kepada negara yang di rugikan.

Persayaratan-Persyaratan Tindak Pidana Internasional

Menurut Bassiouni, tindak pidana internasional memiliki persyaratan – persyaratan tertentu yaitu:

1. Memiliki unsur internasional.

Yang dimaksud dengan memiliki unsure internasioanl adalah bahwa

kejahatan tersebut dapat mengancam , baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap perdamaian dan keamanan dunia atau umat manusia secara keseluruhan , selain itu, kejahatan tersebut diakui sebagai perbuatan yang menggoncangkan hati nurani umat manusia, atau melanggar nilai bersama umat manusia.

2. Memiliki unsur trans nasional.

Unsur ini menunjukkan bahwa tindak pidana tersebut mempengaruhi

(9)

negara, dan menggunakan sarana atau prasarana yang bersifat lintas batas negara.

3. Memiliki unsur keharusan.

Yang di maksut dalam unsure ini adalah bahwa dalam rangka

pemberantasan dan penegakan hukum pidana internasional, diperlukan kerja sama internasional, dikarenakan kejahatan terdebut merupakan kejahatan yang menjadi perhatian lebih dari satu negara, dan terhadap kejahatan tersebut semua negara berhak dan berkewajiban mengusut, manangkap, menahan dan menuntut serta nengadili.

Ciri-ciri tindak pidana internasional

Tindak pidana internasional memiliki ciri-ciri yaitu :

1. Terdapat pengakuan secara eksplisit bahwa suatu tindakan merupakan

tindak pidana internasional yang tunduk kepada hukum pidana imternasional 2. Memiliki sifat pidana dengan menatapkan kewajiban untuk melarang

3. Memberikan sifat pidana pada suatu tindakan

4. Terdapat kewajiban atau hak hak untuk menuntut.

5. Terdapat kewajiban atau hak untuk memidana

6. Terdapat kewjiban atau hak untuk mengekstradisi.

7.Terdapat kewajiban atau hak untuk melakukan kerja sama baik dalam hal penunututan dan pemidanaan.

8. Menetapkan dasar-dasar yuridiksi kriminal .

9.Mendukung atau menunjang untuk ditetapkanya suatu pengadilan Tribunal atau pengadilan internasional internasional

1. Menghindarkan pembelaan dengan alasan perintah atasan.

(10)

a. Keterlibatan legislatif adalah menetapka suatu tindakan merupakan

tindakan melawan hukum internasional, dan dibawah hukum internasioanal, mengakui suatu perbuatan melawan hukum memiliki sifat pidana dengan menetapkan kewajiban untuk melarang dilakukan dengan cara membuat undang-undang yang menyatakan bahwa suatu tindakan merupakan tindak pidana internasional, atau nengan cara melakukan aksesi atau meratifikasi Konvensi internasional yang mengatur tentang tidak pidana internasional.

b. Keterlibatan negara dalam bidang Eksekutif dengan cara melaksanakan

kewajiban atau hak untuk menekstradisisi, dan bekerja sama dengan negara lain dalam melaksanakan pemberantasan terhadap tindak pidana

internasional. Serta menjalankan politik internasional yang mendukung dan menunjang di tetapkanya pengadikan tribunal.

c. Keterlibatan negara di bidang yudikatif adalah dengan cara

melaksanakan kewajibanyang telah ditetapkan oleh hukum internasional dengan menuntut, memidana atau menjatuhkan hukuman terhadap pelaku tindak pidana internasional sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku.

Bentuk-bentuk tindak pidana internasional.

Perbuatan melawan hukum internasional yang disebut sebagai tindak pidana internasional adalah setiap tindak pidana yang dilakukan

oleh negara atau setiap tindak pidana yang dapat dikaitkan dengan negara.

Tindak pidana internasional dibagi berdasarkan 3- bentuk kategori perbuatan melawan, yaitu bentuk perbuatan melawan hukum pidana internasional dengan kategori Pelanggaran, Bentuk perbuatan melawan hukum pidana internasional dengan kategori delik dan bentuk perbuatan melawan hukum pidana internasional dengan kategori tindak pidana internasional.

A. Bentuk perbuatan melawan hukum pidana internasional dengan

(11)

Bentuk perbuatan melawan hukum pidana internasional dengan kategori pelanggaran terbagi dalam 5- perbuatan jahat , yaitu : kejahatan Jalur lalulintas produk-Produk terlarang, Kejahatan terhadap-kabel-kabel antar negara yang ada di bawah laut, kejahatan

Pemalsuan, kejahatan Penyuapan terhadap pajabat pejabat negara asing, Pencurian terhadap bahan nuklir.

1. Jalur lalulintas Produk Terlarang. ( Internatioinal Traffic In

Obscene Publication)

Merupakan segala perbuatan mempersiapkan , memproduksi, memiliki, mengirimkan, dan mendistribusikan barang-barang cabul antar negara yang digunakan bukan saja untuk kepentingan pribadi, tetapi juga untuk

diedarkan atau di publikasikan.

Ketentuan hukum internasional yang melarang perbuatan ini terdapat dalam konvensi internasional Yaitu International Comvention Of Traffic In Obscene tahun 1923 yang di amandemenkan pada tahun 1949, Negara melakukan pelanggaran terhadap hukum pidana internasional dengan kategori

pelanggaran bila lalai melasanakan kewajiban mencegah , memberantas tindak pidana ,dan lalai untuk mengusut, menangkap, menuntut dan menghukum atau mengekstradisi pelaku kejahatan.

Walaupun negara tidak terlibat secara langsung, akan tetapi dapat dikaitkan dengan negara dan merupakan suatau kejahatan Transinternasional

yang membutuhkan kerja sama antar negara untuk memberantasnya.

Jenis kejahatan ini sulit untuk di tindak, terlebih terhadap negara yang sistim poemerintahnya sangat liberal, yang mengangap perbuatan gambar

porno atau film porno merupakan bagian dari kebebasan untuk berekspresi dan merupakan suatu karya seni yang dijamin oleh negaranya.

2. Kejahatan terhadap kabel-kabel antar negara yang terdapat

dibawah laut. ( Interfrence With Submarine cable)

(12)

menyediakan jaringan terlekomunisasi, baik melalui telefon dan telegraf serta menyalurkan atau mendistribusikan air bersih, gas , minyak dan aliran listrik.

Tindakan perbuatan melawan hukum tersebut berdasarkan resolusi majelis Umum PBB merupakan tindakan terorisme, berdasarkan

konvensi ditentukan bahwa barang siapa dengan sengaja atau karena lalai, menghancurkan , merusak kabel- Kabel atau pipa bawah laut dipersalahkan sebagai tindak pidana internasional, tindak pidana ini menjadi pelanggaran internasional bagi negara, apabila negara lalai dalam melarang, mencegah, mengusut,menanngkap, menuntut, menghukum dan mengekstradisi pelaku kejahatan, adanya kewajiban negara tersebut karena tindak pidana ini bersiat lintas batas, dan melibatkan dan membawa akibat kepada warga negara lebih dari 1 negara.

3. Kejahatan Pemalsuan. ( Falsification and Counterfeiting )

Tindak pidana ini diatur dalam konvensi internasional tentang pemalsuan th 1929, konvensi ini melindungi benda benda cetakan resmi yang dapat di perjual belikan, berdasrkan konvensi ini, perbuatan yang dikatakan pemalsuan adalah setiap perbuatan yang dilakukan secara curang atau pengubahan alat-alat berharga yang di lindungi , mengimport atau

mengeksport surat-surat berharga yang dipalsukan, dan menggunakan alat-alat pembayaan yang di palsukan tsb untuk ternsaksi internasional.

Tindak pidana ini menjadi pelanggaran internasional apabila negara lalai mencegah, kejahatan tersebut, Atau lalai untuk mengusut, menangkap, menahan , menghukum atau mengekstradisi pelaku kejahatan. Karena tindak pidana tersebut mempengaruhi keselamatan umum dan kepentingan ekonoi lebih dari satu negara, bahkan kepentingan ekonomi dunia

internasional.

4. Penyuapan terhadap pejabat pejabat negara asing. ( Bribery Of

Foreign Public Official)

(13)

kebiasaan internasional, tindak pidana penyuapan ini merupakan suatu pemberian berupa uang atau penghargaan kepada pejabat negara lain dedngan tujuan mendpatkan manfaat dengan melanggar kewajiban hukum mereka. Upaya negara untuk mencegah kejahatan ini merupakan hal yang penting dalam upaya pendisplinan aparatur negara, guna mewujutkan pemerintahan yang brsih dan jujur.

5. Pencurian bahan-bahan nuklir.( Theft of nuclear Materials)

Tindak pidana ini diatur dalam konvensi internasional th 1980 tentng bahan nuklir, dalam konvensi ini, yang dimaksut dengan pencurian bahan-bahan nuklir adlah setiap penyitaan bahan-bahan-bahan-bahan nuklir melalui pencuriaan , perampokan atau tindakan melawan hukum lainya oleh orang yang secara hukum tidak berwenang.

B. Bentuk perbuatan melawan hukum pidana internasional

dengan kategori Delik

Bentuk perbuatan melawan hukum pidana internasional dengan kategori delik terbagi dalam 11- perbuatan yaitu : Perbuatan dan segala hal yang berhubungan dengan perbudakan, Penyiksaan Uji coba terhadap manusia yang tidak sesuai dengan hukum, Pembajakan di laut lepas, Kejahatan atau tindakan yang membahayakan di dalam pesawat udara, Ancaman dan

penggunaan kekerasan terhadap orang-orang yang dilindungi

secara Internaional, Penyanderaan, Penyalah gunaan narkotika, Pencurian terhadap benda benda yang dilindungi dan merupakan warisan budaya, Perlindungan lingkungan, Penggunaan surat secara tidak sah atau melawan hukum.

1. Perbuatan dan segala hal yang berhubungan dengan

perbudakan. ( Slavery and Slave Related Practices )

Tindak pidana ini diatur Slavery Convention 1926, Penegertian

(14)

tindakan unutuk mencegah , dan menumpas pengangkutan dan penurunan (embarkasi dan dis embarkasi ) budak oleh kapal dari bendera manapun di wilYh Lut teritorialnya., Pasal -6 menetapkan bahwa setiap negara Wajib untuk membuat undang-undang yang memadai untuk mencegah, melarang, dan menghukum segala bentuk perbudakan sebagai mana ditetapkan oleh Konvensai ini.

Dalam hal ini negara bertanggung jawab apabila lalai untuk mencegah mengusut tindak pidana tersebut, dan menangkap, menuntut menghukum atau mengekstradisi pelaku kejahatan internasional, terhadap kelalaian ini, negara dianggap melakukan delik internasional.

2. Penyiksaan atau torture.

Tindak pidana ini diatur dalam Konvension Against Torture, yang diratifikasi oleh majelis umum PBB dalam resolusi Majelis Umum PBB pada tahun 1984, jenis tindak pidana ini merupakan salah satu jenis kejahatan terhadap

kemanusiaaan yang berkaitan dengan proses atau prosedur

pengadilan, menurut pasal 1 Torture comvention , Penyiksaan adalah segala tindakan yang menyebabkan penderitaan atau rasa sakit , baik mental

maupun pisik seseorang, dengan tujuan mencari keterangan atau

informasi atau meminta pengakuan dari seseorang yang diduga melakukan kejahatan. Yang dilakukan oleh seseorang pejabat public dalam menjalankan kapasitasnya sebagai seorang pejabat publik. Dalam hal ini , Negara sama sekali tidak dilibatkan walaupun yang melakukan penyiksaan atau Torture adalah orang yang memiliki kapasitas seorang pejabat negara.

Penderiataan atau rasa sakit yang merupakan sanksi dari suatu hukuman tidak termasuk dalam tindak pidana delik internasional. Dalam psl 4 konvensi ini menyatakan bahwa setiap negara peserta wajib untuk menetapkan

torture atau penyiksaan sebagai tindak pidana dalam hukum pidana nasionalnya, dan menerapkan yurifdiksi tersebut terhadap setiap pelaku kejahatan torture yang terjadi didalam wilayah teritorial masing-masing negara.

Pasal -8 mengharuskan kepada setiap negara peserta agar kejahatan ini tercantum dalam setiap perjanjian perjanjian ekstradisi yang dilakukan, sebagai suatu ketetapan.

(15)

melakukan kerja sama dengan negara lain guna menegakkan hukum internasional yang melarang torture dengan cara mencegah agar tindak pidana tersebut tidak terjadi, atau mengusut, menangkap, menuntut, menghukum atau mengekstradisi setiap pelaku kejahatan torture.

Negara yang lalai melaksanakan kewajiban internasional yang

telah ditetapkan dalam Compansion against torture, merupakan perbuatan melawan hukum pidana internasional yang masuk dengan kategori delik. Torture atau penyiksaan yang terjadi pada masa perang, dan dilakukan atas kebijakan negara dalam strategi perang, Merupakan perbuatan melawan hukum dengan kategori tindak pidana.

3. Uji coba terhadap manusia yang tidak sesuai dengan hukum

( unlawful human medical experimentation.

Bentuk tindak pidana ini terjadi dalam rangka pengembangan ilmu kedokteran atau Unlawful medical Experimentation, dimana manusia dijadikan sebagai Obyek eksperimen dalam suiatu penelitian ilmu kedokteran.

Berkaitan dengan kejahatn ini terdapat larangan teerhadap setiap

perobahan, baik fisik atau fsikis, melaui operasi pembedahan atau injeksi. Dan proses

pencernaan makanan , penghisapan atau penghirupan, penularan subtansi yamg dilakukan oleh pejabat public.

Perbuatan melawan hukum pidana ini menjadi delik internasional bagi negara yang lalai untuk melarang kejahatan tersebut , lalai melakukan pengusutan, penangkapan, penuntutan , penahanan atau pengekstradisian terhadap pelaku kejahatan.

Perbuatan jahat dengan cara mejadikan manusia sebagai alat uji coba sering terjadi pada masa-masa perang, kejahatan ini dilakukan oleh pejabat public atau tentara terhadap para tawanan perang. Yang merupakan suatu

(16)

peperangan. Perbuatan melawan hukum ini merupaka perbuatan melawan hukum pidana internasional dengan kategori tindak pidana.

4. Pembajakan di Laut lepas ( Piracy )

Tindak pidana pembajakan dilaut lepas merupakan tindak pidana yang diatur berdasarkan hukum kebiasaan Internasional, dan disebut sebagai tindak pidana internasional yang asli atau The original international Crimes karena merupakan satu kejahatan internasional yang paling tua.

Secara internasional, tindak pidana pembajakan ini telah diatur dalam Antipiracy th 1937 kemudian di koodifikasi dalam konvensi hukum laut th 1982. Perbuatan melawan hukum pidana ini menjadi Delik pidana

internasional bagi negara yang lalai untuk melarang, mencegah kejahatan tersebut, atau lalai melakukan pengusutan, sampai penghukuman atau pengekstradisian pelaku tindak pidana pembajakan.

5. Kejahatan atau Tindakan yang membahayakan di dalam pesawat

udara. (Air Crafd hi jacking).

Tindak pidana ini diatur dalam dalam -2 konvensi Internasional yaitu Konvensi Tokyo th 1963 dan Konvensi Den Haag thn 1970, Konvensi Tokyo merupakan Konvensi internasional yang mengatur tindak pidana pembajakan pesawat udara (The Crimes Of Hi jacking ) merupakan upaya global pertama dlm mengatasi masalah terhadap pembajakan atas transportasi

udara , ruang linkup dari konvensi ini berlaku dan mengatur tindak pidana yang dilakukan seseorang atu lebih di dalam pesawat udara sipil yang sedang terbang, Konvensi ini hanya berlaku terhadap semua pesawat sipil yang terdaftar di negara peserta. Dan tidak memberikan rumusan secara spesifik tentang hal yang dimaksud sebagai pembajakan pesawat udara, juga tidak menetapkan secara jelas tentang kewajiban negara untuk mengekstradisikan pelaku.

(17)

untuk menguasai atau merampas peawat, atau melakukan upaya percobaan melakukan tindakan jahat.

6. Ancaman atau penggunaan kekerasan terhadap orang yang

dilindungi secara internasional. ( Treat and Use Force Against Internationally Protected person )

Tindak pidana ini diatur oleh Comvention On Protected Person, berdasarkan resolusi Majelis umum PBB th 1973, Berdasarkan pasal 1 Konvensi ini, yang termasuk dalam tindak pidana ini adalah perbuatan yang disengaja untuk membunuh, menculik dan menyerang pribadi atau kemerdekaan seseorang yang dilindungi secara internasional, menyerang pejabat, tempat tinggal pribadi atau alat-alat transportasi dari orang-orang yang dilindungi .

Perbuatan yang tergolong pada penyerangan tersebut, atau perbuatan yang tergolong pada usaha perbuatan tersebut.

Berdasarkan Resolusi Majelis Umum PBB Th 1991, tindak pidana ini

merupakan tindak pidana terorisme.Konvensi ini memberika kewajiban bagi negara peserta yaitu :

a. Mdenetapkan Tindak pidana terorisme dalam hukum pidana nasional

b. Putusan terehadap pelaku merupakan sanksi yang berat seperti sanksi

yang di tetapkan terhadap pelkaku tindak pidana lainya.

c. Menerapkan yuridiksdi territorial, Yuridiksi personal aktif, maupun

yuridiksi personal pasik

d. Di wajibkan melakukan kerja sama untuk mencegah terjadinya tindak

pidana tersebut, dengan cara tukar menukar informasi, dan upaya koordinasi melalui tindakan administrasi dan tindakan lainya yang dapat mencegahterjadinya tindak pidana tersebut.

Negara yang lalai melakukan kewajiban yang ditetapkan dalam konvensi ini dianggap melakukan delik pidana internasional.

(18)

Tindak Pidana Penyanderaan di atur dalam Konvensi Internasional yaitu Convention Against The taking of hostages thn 1980, berdasarkan pasal 1 Konvensi ini merumuskan penyanderaan adalah setiap orang yang

menangkap, atau menaham, mengancam untuk membunuh, membuat luka-luka, atau melanjutkan penahana terhadap orang lain, yang dilakukan untuk memaksa pihak ke -3 (Negara , organisasi Internasional, badan hukum atau kelompok orang) untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu seperti yang di inginkanya.

Pasal-3 konvensi ini mewajibkan kepada negara peserta dengan segala cara untuk mencegah, melarang wilayah negaranya dijadikan tempat , baik dalam taraf mempersiapkan maupun melakukan tidak pidana penyanderaan.

Pasal 4 Konvensi ini mewajibkan kepada negara yang wilayahnya dijadikan tempat penyanderaan untuk segera melakukan tindakan penghetian

penyanderaan serta mengambil alih dan menyelamatkan sandera tersebut.

Pasal 5 mewajibkan semua negara untuk perduli terhadap

pemberantasan tindak pidana penyanderaan, dan menerapkan yuridiksinya terhadap tindak pidana tersebut.

Dalam hal ini, negara tidak terlibat secara langsung, namun negara bertanggung jawab terhadap kejahatan tersebut, apabila tidak melaksanakan kewajiban seperti yang ditetapkan dalam konvensi.

8. Penyalah gunaan Narkotika. (Drugs Offences)

Upaya untuk mengawasi produksi dan perdagangan obat-obat

terlarang baik yang asli maupun buatan menjadi perhatian yang serius dan di prioritaskan masyarakat internasional, larangan dan pengawasan terhapa penyalah gunaan narkotika secara yuridis telah di upayakan dan Majelis Umum PBB telah mengeluarkan beberapa instrument Internasional, instrument internasional yang paling utama adalah Single Convention On narcotic Drugs yang di amandemenkan pada thn 1972, Konvensi ini

(19)

perdagangan narkotika, dan melarang setiap orang untuk memproduksi, mengimport, mengeksport, memperjual belikan atau medistribusikan dan menempatkan obat obat terlarang sdebagai mana telah ditentukan dalam konvensi, kecuali atas persetujuan dari pemerintah negaranya sendiri.

Negara yang lalai melaksanakan kewajiban yang di tetapkan dalam konvensi tersebut merupakan perbuatan melawan hukum pidana

internasional dengan kategori delik.

9. Pencurian terhadap benda-benda yang dilindungi, dan

merupakan warisan budaya. ( Dedstruction and/or Deft of National archeology treasure)

Hukum Internasional yang mengatur perlindungan milik kebudayaan diatur okleh beberapa konvensi internasional, dan merupakan Konvensi UNESCO tentang milik kebudayaan tahun 1970 yaitu Convention On Cultural

Property, Konvensi ini melarang semua tindakan berupa pencurian,

pengrusakan terhadap benda-benda warisan budaya suatu negara. Serta tindakan pengrusakan yang tidak dapat di perbaiki lagi. Juga melarang segala tidakan yang mentransfer, dan memperjual belikan benda – benda milik kebudayaan tersebut, serta menetapkan bahwa pencurian terhadap kekayaan budaya suatu negara merupakan tindak pidana internasional.

Tindak pidana pencurian terhadap warisan budaya ini bisa terjadi pada masa-masa perang, yaitu pencaplokan secara militer dan pengambil alihan kekuasaan terhadap museum.

Pencurian atau pengrusakan serta jual beli hartea milik kebudayaan ini bila terjadi dalam masa perang dengan cara pencaplokan secara meliter dan pengambil alihan kekuasaan terhadap musem , merupakan tendak pidana perang.

(20)

kebijakan suatu negara maka perbuatan jahat tersebut merupakan tindak pidana perang, karena secara langsung melibatkan suatu negara.

10. Perlindungan terhadap lingkungan .(Environmental Protection)

Penalisa atau kriminalisasi terhadap pencemaran lingkungan hidup atau pelangaran terhadap upaya pelestarian lingkungan hidup , telah d iupayakan oleh masyarakat I ternasional melalui Test ban Treaty th 1963 yaitu larangan terhadap percobaan senjata nuklir atau senjata pemusnah missal lainya. Dan dalam resolusi WHO th 1993 yang menetapkan bahwa penggunaan senjata nuklir dalam peprangan atau konflik bersenjata mewreupakan perbuatan yang melanggar hukum Internasional.

Dalam konvensi Internasional thn 1958 yaitu konvensi tentang laut lepas , pada pasal -2 menetapkan larangan percobaan senjata nuklir di laut lepas. Pencemaran yang diakibatkan olehg ledakan senjata nuklir di lautlebih berbaya di banding dengan percobaan di bawah tanah, hal itu

disebabkan sulitnya melokalisasi radiasi nuklir di lautan, sehingga

menimbalkan pencemaran global di lautan, baik lautan internasioanl maupun lautan territorial negara disekitarnya.

Pelanggaran penggunaan dan atau percobaa senjata nuklir merupakan pelanggar berta terhadap kewanjiban suatu negara, karena merusak

terhadap lingkungan hidup dan pelestarian lingkungan hidup dan terhadap lepentingan masyarakat internasiona..

11. Penggunaan surat secara tidak sah atau melawan hbujkum

(UnlawfulUse of the mail

Tindak pidana ini diatur dal;am Universal Postal Union Compention thn 1952 yang melarang pengiriman bahan peledak , atau benda-benda yang mudah terbakar dan berbahaya.

c. Bentuk Perbuatan Melawan Hukum Pidana Internasional

(21)

Suatu perbuatan melawan Hukum Internasional dengan kategori tindak pidana intetnasional adalah tindak pidana yang dilakukan oleh Negar akarena :

1. Merupakan kebijakan negara

2. Kehendak Negara

3. Dilakukan oleh negara.

Terhadap pelanggaran tersebut , Masyarakat internasional dapat memberikan sanksi dan sanksi tambahan seperti kompensasi dan

perbaikan terhadap kehilangan dan kerusakan yang nyata, baik terhadap orang, barang, baik kerugian lainya yang bersifat ekonomis.

Bentuk restitusi tersebut merupakan sanksi tambahan yang di berikan terhadap negara atau individu yang menderita kerugian. Bentuk perbuatan melawan hukum pidana internasional dengan kategori tindak pidana terbagi dalam 6- jenis tindak pidana yaitu : Agresi, Kejahatan atau tindak pidana perang,Tindak p;idana terhadap kemanusiaan, Penggunaan senjata secara Illegal, Genosida, Aparthed, mercenarism.

1. Agresi.

Melalui resolusi Majelis umu PBB menetapkan definisi dari Agresi adalah penggunaan kekuatan bersenjata oleh suatu negara terrhadap kedaulatan, integritas territorial atau kebebasan politik negara lain ataupun segala

tindakan-tindakan lainya yang bertentangan dengan piagam PBB.

Suatu perbuatan yang bertentangan dengan piagam PBB bila :

a. Pernyataan perang dari suatu negara kepada negara lain.

b. Invasi atau penyerbuan aleh suatu angkatan bersenjata trerhadap

(22)

c. Pem boman oleh angkatan bersenjata dari suatu negara, atau

penggunaan senjata khususnya sebjata yang sifatnay pemusnah missal terdadap wilayah bbbegara lain.

d. Blokade terhadap pantai atau pelabuhan oleh angkatan

bersenjata suatu negara .

Tindak pidana agresi merupakan tindak pidana internasional apabila perbuatan melawan hukum tersebut merupakan kebijakan negara serta dilakukan oleh negara.

2. Tindak pidana perang.

Tindak pidana perang merupakan perbuatan melawan hukum terhadap hukum perang yang diatu dalam konvensi Jenewa 1949, dan -2 Protokol tambahan yang mengatur kewajiban setiap negara untuk menghukum atau mengekstradisi pelaku. konvensi Jenewa membagi -2 tindak pidana perang yaitu pelanggaran biasa dan pelanggaran berat.

Pengertian tindak pidana perang diuraikan secara jelas dan rinci dalam Statuta Roma tahun 1998 , dalam pasal -8 ayat -2.

Butir (a) mengatakan bahwa yang termasuk tindak pidana perang adalah semua pelangaran-pelanggaran berat terhadap konvensi jenewa , yaitu perbiuatan- perbuatan yang ditujukan terhadap orang atau harta benda yang dilindungi oleh ketentuan ketentuan Konvensi Jenewa yang relevan meliputi :

a. Dengan sengaja melakukan pembunuhan.

b. Penyiksasan atau perlakuan secara tidak manusiawi, termasuk

percobaan biologi

c. Sengaja menimbulkan penderitaan yang berat, luka badan atau sakit

yang serius.

d. Pengrusakan secara luas dan perampasan terhadap benda-benda yang

tidak memiliki hubungan dan kepentingan dengan militer, dan dilakukan secara melawan hukum.

e. Pemaksaan terhadap tawanan perang atau orang yag dilindungi lainya

(23)

f. Dengan sengaja mencabut hak tawanan atau orang yang dilindungi atas

pengadikan yang adil dan wajar.

g. Deportasi , pemindahan atau penahanan secara melawan hukum.

Butir (b) menetapkan bahwa yang termasuk tidak pidana perang

adalahpelanggaran berat terhadap hukum dan kerangka hukum internsional yang meliputi :

a. Dengan sengaja melakukan penyerangan terhadap penduduk sipil yang

tidak trelibat secara lamngsung dalam pertempuran.

b. Dengan sengaja melakukan penyerangan terhadap sasaran sipil.

c. Dengan sengaja melakukan penyerangan terhadap personil,

instalasi-insatalasi, bangunan, unit-unit atau krenderaan bantuan kemanusiaan, dan misi penjaga perdamaian.

d. Dengan sengaja melancarkan serangan yang diketahui bahwa

serangan itu akan menimbulkan kematian atau cidera terhadap penduduk sipil.

e. Penyererangan atau peledakan desa-desa , kota , bangunan atgau

tempat tinggal yang tidak dilindungi, dan bukan merupakan sasaran militer.

f. Pembunuhan atau melukai kombatan yang sudah menyerah , yaitu

mereka yang sudah meletakkan senjata, atau sudah tidak memiuliki sarana untuk melawan.

g. Penggunaan Bendera gencatan senjata, tanda –tanda atau seragam

musuh yang mengakibatkan kematiann atau cidera.

h. Pemindahan secara langsung atau tidak langsung kekuasaan penduduk

terhadap sebahagian penduduk sipil kewilayah yang telah didudukinya..

i. Secara sengaja melakukan penyerangan terhadap tempat-tempat

ibadah, sarana pendidikan benda atau bangunan yang mempunyai nilai budaya, sarana pengembangan ilmu pengetahuan , tempat-tempat dimana orang sakit dan terluka di kumpulkan, sepanjang tempat tersebut tidak

disalah gunakan untuk kepentingan militer.

j. Mewajibkan orang yang berada dalam kekuasaan lawan untuk

melakukan mutilasi fisik atau untuk percobaan medis.

k. Membunuh atau melukai orang sipil ari negara musuh.

(24)

m. Penyitaan atau penghancuran barang milik musuh, kecua;li penyitaan

atau pengrusakan dilakukan dengan terpaksa demi kepentingan konflik.

n. Menyatakan penghapusan, penangguhan, atau tidak dapat diterrimanya

hak-hak dan tidakan warga negara pihak musuh dalam suatu pengadilan.

o. Melakukan pemaksaan kepada penduduk pihak musuh untuk ikut dalam

operasi perang melawan negaranya sendiri.

p. Melakukan perampasan kota atau tempat dengan penyerangan.

q. Menggunakan racun atau senjata beracun.

r. Menggunakan gas beracun gas-gas launya, dan semua cairan , bahan

bahan atau peralatan beracun.

s. Menggunakan peluru yang denagn mudah meluas dan hancur dsalam

tubuh manusia,

t. Melakukan penginaan terhadap martabat seseorang, khususnya

perbuatan yang memalukan atau merendahkan.

u. Melakukan pemerkosaan , perbudakan seksual, pelacuran dan

kehamilan secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lainya.

v. Penggunaan penduduk sipil atau orang yang dilindungi untuk membuat

suatu wilayah militer atau pesukan militer kebal dari operasi militer.

w. Dengan sengaja melakukan penyerangan terhadap bangunan,

bahan-bahan , unit-unit , alat transportasi personil medis yang menggunakan tanda pembeda

x. Dengan sengaja menggunakan kelaparan penduduk sipil sebagai

metoda berperang, dengan cara menghentikan persediaan barang barang yang dibutuhkan untuk bertahan hidup.

y. Mempekertjakan atau melibatkan anak-anak berusia dibawah -15 tahun

dalam angkatan bersenjata, atau menggunakan mereka secara aktif dalam pertempuran.

(25)

a. Kekerasan terhadap jiwa dan raga, khususnya segala macam

pembunhan, mutilasi perlakuan yang kejam dan penyiksaan.

b. Penghinaaqn terhadap martabat seseorang, khususnya perbuatan yang

merendahkan dan memalukan.

c. Penyanderaan.

d. Penghukuman dan pelaksanaan hukuman atau eksekusi tanpa didahului

oleh keputusan pengadilan yang di bentuk secara teratur yang meberikan jaminan hukjum sebagai suatu keharusan,

Butir (d) Bentuk bentuk tindak pidana ini tidak berlaku terhadap ketegangan atau kekacauan internal, seperti kerusuhan, kekerasan yang berdiri sendiri atau sporadis atau tidakan-tindakan lain yang mempunyai sifat serupa.

Butir (e) Menetapkan bahwa yang termasuk tindak pidana perang adalah pelanggaran berat lainya terhadap hukum dan kebiasaan yang berlaku dalam konflik bersenjata berdasarkan hukum internasional, meliputi tindakan-tindakan seperti :

a. Dengan sengaja melakukan penyerangan terhadap penduduk sipil atau

orang sipil yang tidak terlibat langsung dalam peperangan

b. Dengan sengaja menyerang bangunan, bahan-bahan , unit-unit dan

teransportasi dan personil medis yang menggunakan tanda pembeda,

c. Menyerang personil , instalasi, bangunan-bangunan , unit-unit atau

kenderaan bantuan kemanusiaan dan misis penjaga perdamaian.

d. Denngan sengaja melakukan penyerangan terhadap tempa tempat

ibadah, pendidikan , tempat yang memiliki kekayaan budaya,

pengembangan ilmu pengetahuan, rumah sakit, tempat-tempat orang sakit atau terluka di kumpulkan, sepanjang tempat itu tidak disalah gunakan demi kepentingan militer.

e. Merampas kota atau tempat dengan penyerangan.

f. Melakukan pemerkosaan , perbudakan seksual, pelacuran, penghamilan

atau sterelisasi secara paksa atau tindakan kekerasan lainya terhadap seksual.

g. Mempekerjakan atau melibnatkan anak-anak dibawah usia -15

(26)

Pertempuran

h. Memrintahkan pemindahan lokasi pendududk sipil untuk alasan-alasn

yang berkaitan dengan konflik, kecuali untuk alasan ke amanan dan alasan alasan militer yang mengharuskanya.

i. Membunuh atau melukai tentara lawan dengan curang.

j. Mengatakan bahwa tidak ada tempat tiggal untuk diberikan.

k. Mewajibkan orang yang berada dalam kekuasaan lawan untuk

melakukan mutilasi fisik atau percobaan medis atau keilmuan apapun yang dilarang medis.

l. Menghancurkan atau merampas harta benda pihak lawan kecuali

tindakan tersebut terpaksa dilakukan demi kepentingan atau kebutuhan konflik .

Butir (e) pasak 8 ayat 2 Statuta roma 1988 tesebut tidak berlaku terhadap ketegangan dan kekacauan internal, seperti kerusuhan , kekerasan yang berdiri sendiri atau seporadis , atau tindakan-tindakan lain yang mempunyai sifat serupa, tetapi berlaku terhadap konflik bersenjata internal yang terjadi di dalam wilayah satu negara antara pemerintah dengan komplotan

bersenjata yang terorganiser .

3. Tindak pidana Terhadap kemanusiaan

Pasal -7 Statuta Roma Menetapkan bahwa tindak pidana terhadap

kemanusiaan, merupakan salah satu atau lebih dari dari beberapa perbuatan yang dilakukan dengan sengaja sebagai bagian dari serangan yang sistimatis dan meluas yang ditujukan kepada penduduk sipil , yang meliputi

pembunuhan, pembasmian, perbudakan, deportasi atau pemindahan penduduk secara paksa, pengurungan atau pencabutan kemerdekaan fisik secara sewenang-wenang, dan melanggar aturan-aturan dasar hukum internasional , berupa penyiksaan, pemerkosaan, perbudakan seksual, pelacuran, penghamilan sdan sterilisasi secara paksa atau tindakan

kekerasan terhadap seksual lainya, penindasan terhadap kelompok yangh dikenal atau terhadap kelompok politik, ras , bangsam etnis, kebudayaan, agama, gender, atau kelompok lainya yang secara universal tidak

(27)

Tindak pidana terhadap kemanusiaan dapat dilakukan dengan berbagai bentuk tindak pidana lainya yang dilakukan secara sistimatis dan langsung mengakibatkan kematian dan penderitaan fisik maupun mental , yang bertentangan dengan prinsif peradaban mausia , serta melanggar frinsif-frinsif hukum internasional.

4. Tindak Pidana Penyalah gunaan senjata.

Tindak pidana ini mrupakan salah satu tindak pidana perang, apa bila dilakukan pada saat-saat perang, tindak pidana ini diataur dalam Konvensi Jenewa dan protokolnya. Tujuan dari larangan penggunaan senjata ini adalah agar para korban perang tidak menderita kesakitan yang berlebih-lebihan atau pen deritaan yang tidak perlu serta persenjataan itu tidak

mengakibatkan penduduk sipil menjadi korban, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dalam tindak pidana penyalah gunaan senjata dalam perang, tedapat larangan terhadap penggunaan-3 type senjata , yaitu penggunaan peluru yang dapat meledak, senjata gas, serta jenis senjata kimia atau Biologi.

5. Tindak Pidana Genosida.

Tindak pidana ini lahir dari keputusan mahkamah peradilan militer

Nurenberg tahun 1946, yaitu tidak pidana dalam konteks tindak pidana perang, dan tergolong tindak pidana terhadap kemanusiaan. Pada tanggal 11 desember 1946 Majeis Umum PBB mengeluarkan Resolusi yang

menetapkan Genosida sebagai tindak pidana berdasarkan hukum internasional dan juga sejalan dengan semangat dan tujuan PBB.

(28)

Konvensi genosida, pasal 2 memberikan definisi dari genosida

adalah tindakan yang dilakukan dengan tujuan menghancurkan suatu bangsa , baik keselurahan maupun sebahagian, berupa tindakan

pembunuhan, atau tindakan yang menyebabkan penderitaan fisik maupun mental, atau dengan sengaja dan atas perhitungan tertentu, tindakan tersebut akan mengakibtkan rusaknya kondisi kehidupan suatu kelompok, dan tidakan pemaksaan yang bertujuan untuk membatasi

kelahiran kelompok tersebut , dan memindahkan secara paksa anak-anak dari suatu kelompok ke kelompok lainya.

6. Apartheid

Tindak pidana apartheid di tetapka dalam Apartheid Comvention pada tahun 1976, merupakan bentuk perwujudan dari tujuan PBB dalam menghormati hak asasi manusia, kebebasan fundamental secara keseluruhan tanpa membedakan ras , bahasa , jenis kelamin dan agama.

Untuk meggambarkan bentuk tindak pidana ini,

Apartheid Compention menetapkan dengan tegas, bahwa tindak pidana apartheid adalah suatu kebijakan pemisahan dan diskriminasi ras

sebagaiman yang terjadi di afrika selatan, tindakn pidana ini merupakan pelanggaran berat terhadap hukum internasional, khususnya prinsif-prinsif dan tujuapiagan PBB , serta sangat mengancam terhadap perdamaian da keamana internasional.

Pasal -2 Apartheid Comvention menetapkan tindak pidana apartheid

merupakan tindakan yang tidak manusiawi yang dilakukan secara sistimatis , dengan tujuan untuk membangan serta memelihara dominasi suatu

kelompok ras, terhadapkelompok ras lainya, bentuk dominasi tersebut dibangun dengan cara-cara :

1. Melalui penolakan terhadap anggota , atau angota-anggota kelompok

ras atas hak untuk hidup dan kebebasanya melalui :

a. Membunuh para angota kelompok, atau anggota- anggota kelompok ras

b. Menyiksa para angota kelompok atau anggota-anggoa kelompok ras

(29)

penyiksaan , penyanderaan, penghukuman dan tindakan-tindakan lainya yang tidak manuiawi.

c. Penangkapan dan pemenjaraan yang tidak sah terhadap anggota

kelompok atau amggota-anggota kelompok lainya.

2. Dengan sengaja membebankan kehidupan kepada kelompok ras dengan

perhitungan agar kelompok tersebut menjadi hancur secara fisik, baik untuk sebahagian atau keseluruhan kelompok ras tersebut.

3. Tindakan legislayif, atau tindakan-tindakan lainya, dengan perhitungan

untuk mencegah kelompok atau kelompok-kelompok ras untuk berpartisifasi dalam kehidupan politik , sosial ekonomi dan budaya negara, dan sengaja membuat kondisi untuk mencegah secara penuh pengembangan kelompok-kelompok ras hak untukmendapatkan pekerjaan, berserikat dagang,

msndapat pendidikan , hal untukmeninggalkan dan kembali ke negaranya, hak untuk kembali, hak untuk mendapat kebebasanb berpindah dan

bertempat tinggal, dan hak untuk berserikat dan berkumpul secara damai.

4. Setiap tindakan, termasuk tindakan legislative yang dimaksutkan

memisahkan secara tegas kelompok ras yaitu dengan menempatkan ras tersebut di tempat terpisah dan daerah kumuh, melarang perkawinan campur diantara berbagai kelompok ras, serta mengambil alih tanah yang dimiliki oleh kelompok ras

5. Mengeksploitasi tenaga kerja, khususnya kerja paksa terhadap mereka

mereka anggota, atau anggota anggota kelompok ras.

7. Tentara bayaran ( Mercenarism)

Secara yuridis, pengertian dari tentara bayaran diatur dalamn protocol tambahan I, tahun 1977 yang menyatakan bahwa tentara bayaran adalah setiap orang yang secara khusus direkrut untuk ditugaskan bertempur secara langsung dalam suatu konflok bersenjata, pasukan tersebut

mengambikbagian secara langsung dalam pertempuran dengan motivasi untuk keuntungan pribadi, berupa sejumlah uang atau jabatan dalam angkatan bersenjata, tentara bayaran tersebut direkrut tidak dari anggota angkatan bersenjata dari suatu pihak yang bersengketa, tidak dari negara yang bersengketa atau berdiam di negara yang bersengketa.

(30)

merupakanangota angkatan perang, milisi atau barisan suka relaying menjadi bagian dari angkatan bersenjata.

Dengan rumusan dari tentara bayaran tersebut dapat disimpulkan , bahwa kejahatan tentara bayaran dapat terjadi dengan adanya peran negara yang berkonflik secara intens, intensitas keterlibatan negara terhadap keberadaan tentara bayaran ini disebabkan pembentuykan tentara bayaran , disamping membutuhkan perencanaan yang baik, juga memerlukan biaya yang besar, dan pembentukan dari tentara bayaran itu sendiri dimaksud untuk

kepentingan dari ngara yang membentuknya, dengan demikian , tentara bayaran merupakan kebijakan dan kehendak negara serta dilakukan oleh negara yang melanggar hukum tindak pidana internasional.

III. PRINSIF TANGGUNG JAWAB NEGARA SEBAGAI LANDASAN PENEGAKAN HUKUM PIDANA INTERNASIONAL.

Sejarah perkembangan keberadaan masyarakat internasional diawali dari masyarakat bangsa-bangsa hingga berkembang menjadi masyarakat

internasional, yang terdiri dari negara-negara yang mempunyai kedaulatan. Masyarakat internasional dibangun berlandaskan frinsif hukum internasional, yaitu prinsif kedaulatan negara, yaitu prinsip yang menjamin negara –

negara yang menjadi anggotanya atas kedaulatan, kemerdekaan, dan

persamaan derajat, yang berarti secara yuridis, negara di dunia yang terdiri dari negara-negara besar dan kecil, negara berkembang dan negara maju, mempunyai kedudukan yang sama.

Masyarakat hukum internasional, terdiri dari Negara yang merupakan subyek hukum yang utama, yang memegang hak dan kewajiban hukum

internasioanal, salah satu hak negara sebagai subyek hukum itahankan kedaulatan negaranya dan hak-hak lain yang dijamin oleh hukum

internasional, dan kewajiban negara ialah tanggung jawab negara yang melekat dalam melakukan perbuatan-perbuatan hukum intrernasional,

(31)

Tanggung jawab negara dapat diterapkan terhadap tindakan negara yang melanggar perjanjian, dan tidak melaksanakan kewajiban yang ditentukan oleh perjanjian, serta tindakan-tidakan negara yang mengakibatkan kerugian terhadap negara lain. Dan perbuatan-perbuatan tersebut karena suatu tindakan, atau tidak melakukan suatu tindakan yang seharusnya dilakukan.

Pengaturan masalah tanggung jawab negara berkembang melalui hukum kebiasaan internasional dan prinsip-prinsip hukum internasional.Prinsif hukum internasional terbentuk melalui -2 proses yaitu ;

1. Melalui prinsif hukum umum, yaitu prinsip – prinsip hukum

negara-negara di seluiruh dunia, melalui tahaban regional kemudian global.

2. Melalui perjanjian-perjanjanjian internasional yang sudah berjalan

selama puyluhan tahun dan dipatuhi oleh negara-negara pesertanya.

Konsep pertanggungjawaban negara dalam hukum internasional meliputi perbuatan apa saja yang dipertanggung jawabkan, dan siapa-siapa saja yang bertanggung jawab. Putusan mahkamah internasional menegaskan bahwa negara bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan dari orang-orang yang berada di wilayahnya yang dapat

merugikan negara lain, contoh kasus – meledaknya kapal perang inggris oleh ranjau di perairan Albania, Albania dihukum untuk bertanggung jawab atas meledaknya kapal inggris walaupun yang memasang ranjau bukan pihaknya. Albania dianggap harus bertanggung jawab atas segala kegiatan yang terjadi di wilayah yuridiksinya .

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa negara bertanggung jawab atas ;

1. Segala Tindakan, atau kegiatan ( action ) yang dilakukan secara

melawan hukum atau tidak melawan hukumyang terjadi di wilayah

yuridiksinya yang merugikan negara lain, baik yang dilakukan oleh negara itu berdasarkan kebijakan, oleh warga negaranya sendiri atau warga negara asin

2. Berdiam diri, ( omission) atau tidak melakukan kewajiban kewajiban

(32)

Tanggung Jawab negara terhadap perbuatan melawan hukum dapat di bedakan dengan:

1. Pertanggung jawaban atas perbuatan melawan hukum berupa

pelanggaran dan delik. Merupakan struktur pertanggung jawaban secara Bilateral, yaitu suatu pertanggung jawaban yang diberikan hanya terhadap negara yang dirugikan.dengan perkataan lain, bahawa suatu

negara dikatakan telah melanggar hukum internasional bila ada negara yang melakukan penuntutan.

2. Perbuatan melawan hukum berupa tindak pidana

internasional, merupakan perbuatan melawan hukum terhadap yuridiksi universal yang harus di pertanggung jawabkan terhadap masyarakat internasional, atas tuntutan dari masyarakat internasional.

Pasal 39 Piagam PBB memberikan kewenangan terhadap dewan keamanan PBB untuk menentukan bila suatu negara dikatakan telah melakukan

pelanggaran terhadap perdamaian dan keamanan internasional.

Berdasarkan pasal 40 dan pasal 41 Piagam PBB memberikan rekomendasi terhadap dewan keamanan PBB untuk melakukan penututan dan

menjatuhkan sanksi berbentuk kekerasan melalui kekuatan senjata.

Perkembangan Konsep Tanggung Jawab Negara.

Menurut ilmu hukum Internasional, Perbuatan negara yang dapat dipertanggung jawabkan secara internasional ada -2 macam Yaitu :

1. Original Responbility, yaitu perbuatan yang lahir dari tindakan negara itu

sendiri, berupa perbuatan yang dilakukan secara langsung oleh pejabat tinggi maupun pejabat yang lebih rendah, yang dilakukan oleh individu untuk dan atas nama pemerintah, atau suatu komanando otoritas pemerintah yang melanggar kewajiban internasional.

2. Vicarious responbility, adalah perbuatan-perbuatan individu yang tidak

(33)

suatu perbuatan yang di lakuakn oleh individu maupun suatu kelompok di daerah teritorial suatu negara, yang mengakibatkan kerugian bagi negara lain.

Teori Obyektif dan Subyektif.

Perbuatan melawan hukum yang harus dipertanggung jawabkan negara secara internasional , juga dikenal berdasarkan teori obyektif dan subyektif yaitu :

1. Teori obyektif/Teori Resiko mengatakan tanggung jawab negara

bersifat mutlak, yaitu pertanggung jawaban yang harus diberian oleh negara yang melanggar hukum internasional tanpa mempertimbangkan apakah perbuatan terebut dilakukan dengan maksud baik atau jahat, salah atau tidak , dengan adanya kerugian akan melahirkan tanggugjawab negara secaramutrlak.

2. Teori Subyektif/Teori kesalahan yaitu Negara di pertangung jawabkan

secara internasional apabila ditemukan unsur kesalahan dalam perbuatan negara , bentuk kesalahan negara tersebut dikarenakan melakukan (Action ) pelanggaran kewajiban negara , atau tidak melakukan tindakan atau

berdiam diri ( omission) untuk mencegah terjadinya perbuatan melawan perbuatan melawan Hukum intyernasional tersebut. Dengan demikian unsure bersalah menjadi hal yang penting untuk menetukan negara itu bersalah atau tidak.

Bentuk Pembagian tanggung jawab negara berdasarkan teori Obyektif dan subyektif lebih kearah persoalan prinsif pertanggung jawaban yang terbagi atas prinsif tanggung atas kesalahan dan tanggung jawab secara mutlak.

Doktrin Imputabilitas.

Imputabilitas adalah fiksi hukum yang menyatukan Tindakan ( action ) dengan Berdiam diri ( Omission ) dari pejabat negara menjadi tindakan negara itu sendiri, dengan demikian negara bertanggung jawab atas

(34)

Doktrin ini di dasarkan negara sebagai kesatuan hukum yang abstrak tidak dapat melakukan perbuatan-perbuatan yang kongkret sebagai mana

perbuatan manusia. Negara sebagai subyek Hukum internasional ( Yng memiliki Hak dan kewajiban secara internasional ) dapat melakukan perbuatan hukum melalui pejabat atau perwakilanya yang sah, artinya perbuatan negara ada bila ada mata rantai yang jelas antara negara dengan suyek hukum yang secara actual melakukan perbuatan negara, subyek hukum yang melakukan tindakan actual atas nama negara adalah orang-perorangan yang bertindak atas kapasitasnya sebagai petugas atau wakil negara.

Penerapan Doktrin Impubilitas harus memenuhi -2 kondisi Yaitu :

1. Adanya penetapan oleh hukum internasional tentang perilaku suatu

organ atau pejabat negara dalam pelanggaran suatu kewajiban internasional.

2. Menurut Hukum internasional, pelanggaran tersebuat akan di pertalikan

dengan negara.

Untuk menentukan suatu perbuatan organ atau pejabat negara dapat di pertalikan dan harus dipertanggung jawabkan oleh negara harus di cermati melalui langkah-langkah :

1. Harus ditentukan apakah organ atau pejabat negara yang melakukan

perbuatan yang salah itu dikarenakan adanya otoritas secara umum bedasarkan hukum nasionalnya, terlepas adanya instruksi atau tidak

2. Organ atau pejabat negara yang melakukan tindakan yang melanggar

kewajiban internasional dapat dipertalikan dengan negara jika diatur secara jelas oleh hukum internasional.

Dengan demikian, walaupun tindakan pejabat tersebut menurut hukum nasional melampaui wewenang yang diberikan, negara harus bertanggung jawab. Misalnya dalam Yauman Case---seorang Letnan tentara di perintahkan untuk menumpas kerusuhan yang menyerang warga negara Ameriksa di meksiko, akan tetapi tentara itu menembaki perumahan penduduk tempat warga negara amerika berlindung dari kerusuhan tersebut. Terhadap

(35)

Negara juga dapat dipertalikan terhadap tindakan warga negaranya yang merugikan negara lain yang melahirkan tanggung jawab negara. Contoh kasus penyanderaan staf diplomatic amerika serikat ditaheran oleh sekelompok orang , Iran di anggap bertanggung jawab karena tidak melindungi perwakilan negara asing yang di lindungi oleh hukum internasional .

Contoh kasus, Tentara bayaran yang melakukan aktifitas di negara Nikaragua dan melawan negara nikaragua, amerika serikat di tuduh bertanggungjawab oleh negara nikaragua karena tentara bayaran tersebut dalam melakukan operasinya di biayai, disuplai, di latih dan di rekrut oleh amerika serikat.

Berdasarkan putusan mahkamah internasional , Amerika serikat

bertanggung jawab, walaupun secara pribadi tentara bayaran adalah orang-orang professional, dengan demikian antara tindakan orang-orang pribadi ada pertalian impubilitas dengan negara.

Prinsif Exhaustion Of Local Remedies.

Exhaustion Of local remedies adalah keharusan adanya upaya ( exhaustion ) penyelesaian sengketa internasional melalui forum penyelesaian sengketa di tingkat Nasional (Local Remedis) sepanjang masih sesuai dengan standrat Internasional ( The International Standard).

Upaya penyelesaian sengketa internasional melalui forum penyelesaian sengketa nasional ini merupakan suatu bentuk pertanggung jawaban negara terhadap pelanggaran kewajiban internasional melalui sistim hukum

nasionalnya, penggunaan lembaga ini sejalan dengan tertib hukum internasional yang bersifat koordinatif yang menjungjung kedaulatan negara sebagai salah satu prinsif hukum internasional.(Prinsif hukum internasional mencakup Prinsif yuridiksi territorial, prinsif yuridiksi personal, prinsif yuridiksi perlindungan dan prinssif yuridiksi

universal )

Lembaga ini juga sejalan dengan Domestic Juridiction, yang dijamin oleh pasal -2 ayat 7 Piagam PBB yaitu penerapan dan pelaksanaan yuridiksi nasional dalamupaya penegakan Hukum pidana internasional,

(36)

pidana internasional dengan menggunakan instrument hukum nasional, khususnya terhadap tindak pidana dengan kategori pelanggaran dan delik.

Lembaga Exhausting of local remedies tidak dapat diterapkan terhadap perbuatan perbuatan melawan hukum internasional yang dilakukan oleh negara secara langsung, karena badan yudisial local berada di bawah control atau dapat di pengaruhi oleh lembaga eksekutif yang justru melakukan perbuatan melawan hukum tersebut.

Ketentuan tentang Exhaustion Of local Remedis pertama kali di terapkan dalam kasus Ambatieolos Arbitration antara Yunani dan Inggris, dalam kasus ini pengadilan menolak permohonan persiapan yang timbul dari suatu

kontrak , karena langkah – langkah peneyelesaian sengketa melalui hukum nasional inggris tidak dilakukan dengan sepenuhnya, yaitu pihak inggris tidak memanggil saksi utama sewaktu sengketa itu diadili di inggris, dan inggris tidak menempuh upaya hukum ke tingkat mahkamah Agung, setelah putusan tingkat banding di terbitkan.

Konsep tanggung jawab negara terhadap tindak pidana internsional.

Masalah tanggung jawab negara terhadap tindak pidana internasional,

adalah sebagaimana pertanggung jawaban manusia atas perbuatanya, yaitu berupa perbuatan pelanggaran kontraktual dan perbuatan pelanggaran deliktual, Perbuatan negara disamakan dengan perbuatan manusia, tetapi perbuatan negara tidak selamanya dilakukan oleh negara itu sendiri secara langsung melalui kekuasaan pemerintah negara, tetapi ke dua bentuk perbuatan yang menimbulkan tanggung jawab negara dapat terjadi karena tindakan perwakilan negara , warga negara, atau warga negara asing yang berada di wilyah negara tersebut.

Struktur Kewajiban Negara/ Structure of Obligation

(37)

kualifikasi perbuatan melawan hukum internasional, perbuatan melawan hukum internasional yang berkualifikasi pelanggaran dan delik

intrernasional, berbeda dengan perbuatan melawan hukum internasional yang berkualifikasi tindak pidana internasional, perbedaan tersebut terlihat dari segi pelaku perbuatan yang menimbulkan perbedaan dalam struktur kewajiban pertanggung jawaban, Srtuktur kewajiban tanggung jawab negara terhadap perbuatan melawan hukum dengan kualifikasi pelanggaran dan delik menganut struktur pertanggung jawaban secara bilateral, artinya pertanggung jawaban negara hanya di berikan terhadap negara yang di rugikan ,dan perbuatan melawan hukum internasional itu ada, bila ada negara yang melakukan penuntutan atas kerugian yang diderita. Tanpa adanya suatu tuntutan, berarti tidak ada perbuatan melawan hukum.

Konsep pertanggung jawaban negara terhadap perbuatan melawan hukum yang dikualifikasikan sebagai tindak pidana internasional, atau perbuatan yang benar-benar melakukan pelanggaran berat terhadap terhadap

perlindungan masyarakat internsional , penghukuman terhadap pelaku kejahatan tersebut berdasarkan tuntutan dari masyarakat internasional.

Suatu pertanggung jawaban akan melahirkan bentuk tanggung jawab, bentuk tanggung jawab tersebut biasanya melihat kasus perkasus , tergantuk dari bentuk kerugian yang diderita, bila kerugian tersebut terhadap martabat suatu negara, ganti ruginya berupa permintaan maaf secara resmi atau pernyataan tidak mengulangi lagi perbuatan tersebut, bila kerugian irtu bersifat materil, pertanggungjawabanya berupa kompensasi dalam bentuk uang, misalnya tentang kewajiban untuk memenuhi ganti rugi.

II.TANGGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP TINDAK PIDANA INTERNSIONAL DALAM PRAKTEK HUKUM INTERNASIONAL.

Setiap negara dapat dipertanggung jawabkan secara internasional terhadap segala kegiatan, baik secara aktif maupun pasif, melanggar hukum ataupun kewajiban internasional, hal tersebut merupakan konsekwensi dari negara sebagai subyek hukum Internasional yang utama , berdasarkan adanya tanggung jawab negara terhadap perbuatan melawan hukum,

(38)

Tanggung Jawab Negara Terhadap Tindak Pidana Internasional.

Hukum pidana Internasional diakui oleh negara-negara sebagai yuridiksi universal berdasarkan perjanjian internasional, kebiasaan-kebiasaan internasional dan keputusan-keputusan mahkamah internasional.

Negara sebagai subyek hukum internasional di pertanggung jawabkan terhadap -3 kategori tindak pidana yang mencakup pelanggaran pidana internasional, Delik pidana Internasional dan tindak pidana Internasional.

Tanggung jawab negara terhadap pelanggaran dan delik pidana internasional.

2 bentuk perbuatan melawan hukum ini mempunyai kemiripan , baik dai segi pelaku perbuatan, maupun dari segi pertanggung jawaban Negara. Yaitu pertanggung jawabnan yang menganut sisitim bilateral, dan penyelesaian dalam sengketa internasional dapat melalui lembaga Exhaustion Of local remedies.

Suatu negara dikatakan telah melakukan perbuatan melawan hukum bukan karena keterlibatan dari negara tersebut, tapi oleh kjarena kewajiban dari setiap negara untuk mencegah terjadinya perbuatan melawan hukum , menangkap, menuntut, mengadili, menghukum atau mengekstradisi pelaku kejahatan.

Negara dipertanggung jawabkan secara internasional, terhadap delik pidana internasioanal adalah karena kelalaian atau tidak beberbuat, (omission) padahal dalam hukum internasional telah menetapkan kewajiban negara untuk bertindak ( action)

Diposting oleh Cak Hari di 09.40

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke

Pinterest

(39)

Tidak ada komentar:

Referensi

Dokumen terkait

Hasil laju filtrasi rata-rata kerang Totok ( P. erosa ) yang mendapat perlakuan pakan T. costatum dan Campuran dengan konsentrasi yang berbeda dapat disajikan

Berfikir mensyaratkan adanya pengetahuan ( Knowledge ) atau sesuatu yang diketahui agar pencapaian pengetahuan baru lainnya dapat berproses dengan benar, sekarang apa

gugatan Penggugat Rekonvensi/Tergugat Konvensi bahwa dalam pelaksanaan pekerjaan dimaksud Tergugat Rekonvensi telah melanggar ketentuan Pasal 2 ayat (3) Perjanjian

Sukarlan 2 Sapi Sri Makmur Kepuhwetan, Wirikerten 1994 Nur Wahid 3 Sapi Glondong Glondong, Wirokerten 1994 Samijo 4 Sapi Sido Kumpul Kragilan, Tamanan 1994 Prapto Diharjo 5 Sapi

Upaya mewujudkan transportasi yang ramah lingkungan pada dasarnya dapat dilakukan dengan upaya mencegah terjadinya perjalanan yang tidak perlu (unnecessary mobility) atau

Hasil temuan ini juga menunjukkan pentingnya sebuah pelatihan dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia, yang sesuai dengan teori belajar menurut Faculty-

(1) Pusat Pelayanan Kota sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (4) huruf b berada di sekitar Kelurahan Ramanuju Kecamatan Purwakarta dengan fungsi perumahan,

: PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA TENTANG PERUBAHAN ATAS PBRATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR T6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN SERI,. KODE, DAN