BAB III PEMBAHASAN
3.12 Prinsip Dasar Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan 33
penghasilan yang akan diperoleh selama (satu)tahun,dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Perkiraan atas penghasilan yang bersifat teratur adalah jumlah penghasilan teratur dalam 1(satu)bulan dikalikan 12 (dua belas) b. Dalam hal ini terdapat tambahan penghasilan yang bersifat tidak
teratur,maka perkiraan penghasilan yang akan diperoleh selama satu tahun adalah sebesar jumlah pada huruf a ditambah dengan jumlah penghasilan yang bersifat tidak teratur.
2. Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong untuk setiap masa pajak adalah :
a. Atas penghasilan yang tidak teratur adalah sebesar Pajak Penghasilan terutang atas jumlah penghasilan sebagaimana angka 1 huruf a dibagi 12 (dua belas).
b. Atas penghasilan yang bersifat tidak teratur adalah sebesar selisih antara Pajak Penghasilan yang terutang,atas jumlah penghasilan sebagaimana dimaksud angka 1 huruf b dengan Pajak Penghasilan yang terutang atas jumlah penghasilan teratur.
3.12 Prinsip Dasar Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Pemotongan Pajak dapat diartiakan sebagai kegiatan memotong sebesar pajak yang terutang dari keseluruhan pembayaran yang dilakukannya.Pemotongan dilakukan pihak-pihak yang melakukan pembayaran terhadap penerima penghasilan. pihak membayar bertanggung jawab atas penotongan dan penyetoran serta pelaporannya. Pemotongan psjsk berbeda dengan pemotongan.Pemotongan
pajak adalah kegiatan memungut sejumlah pajak yang terutang atas suatu transaksi, pemungutan pajak akan menambah besarnya jumlah pembayaran atas perolehan barang ,namun demikian ada juga pemungutan yang dilakukan oleh pihak pembayar dengan mekanisme yang sama dengan pemotongan. Misalnya pemungutan oleh bendaharawan pemerintah atas pengadaan barang. Secara mekanisme pemungutannya lebih menyerupai pemotongan pajak, karena dilakukan oleh pihak pembayar. Dengan demikian, pemungutan pajak dilakukan dengan dua cara yaitu :
1. Dengan cara pemotongan atau pembayaran yang dilakukan oleh
pembeli barang,misalnya pemungutan PPh Pasal 22 Bendaharawan dan BUMN /BBUMD,PPh Pasal 22 atas pedagang pengumpul.
2. Pemungutan pihak oleh pihak yang menjual barang atau yang
memiliki otoritas mengeluarkan barang,misalnya PPh Pasal 22 atas penebusan DO migas,penjualan semen,kertas,otomotif barang sangat mewah dan PPh Pasal 22 impor oleh Ditjen Bea dan Cukai.
3.13 Cara Menghitung Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di KPP Pratama lubuk pakam
3.13.1 Mekanisme Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan KPP Pratama Lubuk Pakam
Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas karyawan pada KPP Pratama Lubuk Pakam adalah sebagai berikut :
35
1. Instansi membayar gaji karyawan berdasarkan besarnya jumlah gaji yang
tertera pada slip gaji setiap bulannya yang berupa total gaji sebulan,
2. Menghitung besarnya Pajak Penghasilan berdasarkan statusnya yaitu
sudah kawin atau belum/ tidak kawin dan juga sudah punya anak atau tanggungan atau belum punya anak untuk membantu proses Penetapan Pajak Penghasilan,
3. Perhitungan biaya pada jabatan pada pegawai telah dilakukan sesuai
dengan Undang-undang Perpajakan yaitu sebesar 5% dan maksimum Rp.6.000.000
4. Pembayaran Pajak Penghasilan dilakukan setiap tahun dengan memotong
penghasilan karyawan.
5. Perusahaan menetapkan bahwa perusahaan menggunakan pembayaran
pajak dengan cara tahunan yaitu dengan menggunakan SPT Tahunan.
6. Perusahaan dalam menentukan Pajak Penghasilan,menggunakan
pembukuan dalam hal ini ditandai dengan penggunaan daftar gaji pada karyawan.
Cara menentukan pajak penghasilan pasal 21 untuk pegawai tetap adalah sebagai berikut :
1. Untuk menentukan besarnya penghasilan netto pegawai tetap,penghasilan bruto dikurang dengan :
2. Biaya jabatan,yaitu biaya untuk mendapatkan,menagih dan memelihara penghasilan yang besarnya 5% (lima persen) dari penghasilan bruto,setinggi-tingginya Rp.6.000.000 (enam juta rupiah )sebulan.Biaya jabatan dapat dikurangkan dari penghasilan setiap orang yang bekerja sebagai pegawai tetap
tanpa memandang mempunyai jabatan atau tidak.dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
3. Pengurangan Biaya jabatan dan iuran tersebut tidak berlaku bagi penghasilan yang diterimanya berupa upah harian,tebusan pensiun,honorium secara keseluruhan sebagaimana tersebut pada penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 butir 3, butir 4, dan butir 5
4. Pengurangan biaya jabatan dan iuran diatas juga tidak berlaku juga terhadap penghasilan Wajib Pajak luar negeri yang terutang PPh Pasal 26.
Pemotongan dan Perhitungan PPh Pasal 21 atas gaji karyawan :
Niko (tidak kawin) yang telah memiliki NPWP adalah karyawan Pada KPP Pratama Lubuk Pakam,menerima gaji Rp. 2.700.000,00/bulan, tunjangan beras Rp.300.000,00 /bulan. Perhitungan PPh Pasal 21 :
Tabel 3.2. PPh Pasal 21 atas gaji dan bonus (penghasilan setahun)
Gaji setahun (12 x Rp. 2.000.000) = Rp. 24.000.000,
Bonus = Rp. 5.000.00 +
Penghasilan bruto setahun = Rp. 29.000.000
Pengurangan :
Biaya jabatan ( 5% x 29.000.000) = Rp. 1.450.000
Iuran pensiun setahun (12 x 60.000) = Rp. 720.000 +
= Rp. 2.170.000 Penghasilan netto setahun :
37
(Rp. 29.000.000,00 – Rp. 2.170.000,00) = Rp. 26.830.000
PTKP
Untuk Wajib Pajak sendiri = Rp. 15.840.000
Penghasilan kena Pajak = Rp. 10.990.000
PPh Pasal 21 terutang :
(5% x Rp. 10.990.000) = Rp. 549.500
Sumber : KPP Pratama Lubuk Pakam
Tabel 3.3. PPh Pasal 21 atas gaji setahun
Gaji setahun (12 x Rp. 2.000.000) = Rp. 24.000.000
Pengurangan : Biaya jabatan
(5% Rp. 24.000.000) = Rp. 1.200.000
Iuran pensiun setahun :
(12 x Rp. 60.000) = Rp. 720.000 +
= Rp. 1.920.000 Penghasilan netto setahun :
(Rp. 24.000.000 – Rp. 1.920.000) = Rp. 22.080.000
Untuk Wajib Pajak sendiri = Rp. 15.840.000
Penghasilan Kena Pajak = Rp. 6.240.000
PPh Pasal 21 terutang :
(5% x Rp. 6.240.000) = Rp. 312.000
Sumber : KPP Pratama Lubuk Pakam
PPh Pasal 21 atas bonus
PPh Pasal 21 atas bonus adalah :
(Rp. 549.500 – Rp. 312.000) = Rp. 237.000
Perhitungan PPh Pasal 21 atas penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya yang diberikan oleh Wajib Pajak yang pengenaan pajak penghasilannya bersifat final atau berdasarkan norma perhitungan khusus (demed Profit).
Jems Alsajo adalah seorang pegawai yang bekerja di KPP Pratama Lubuk Pakam yang pengenaan pajaknya menggunakan norma perhitungan khusus (demed profit), memperoleh gaji sebesar RP. 1.5000.000 sebulan beserta beras 30 kg dan gula 10 kg.Jems berstatus menikah dengan 1 orang anaak. Nilai yang dari beras dan gula dihitung berdasarkan harga pasir yaitu :
39
Tabel 3.4. PPh Pasal 21 atas bonus
Harga beras = Rp. 10.000/kg
Harga gula = Rp. 8.000/kg
Perhitungan PPh Pasal 21
Penghasilan Kena Pajak = Rp. 2.952.000
PPh Pasal 21 setahun adalah :
(5% x Rp. 2.952.000) = Rp. 147.600
PPh Pasal 21 sebulan :
(Rp. 147.600 : 12) = Rp. 12.300
Sumber : KPP Pratama Lubuk Pakam
PPh Pasal 21 seluruh atau sebagian ditanggung oleh pemberi kerja.
Irwan sinaga adalah seorang pegawai di KPP Pratama Lubuk Pakam dengan status menikah dan mempunyai 3 orang anak. Irwan menerima gaji Rp. 4.000.000,- sebulan dan PPh ditanggung oleh pemberi kerja. Tiap bulan ia membayar iuran pensiun ke dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh menteri keuangan sebesar Rp. 150.000.
Tabel 3.5. Cara menghitung PPh Pasal 21 atas gaji karyawan Gaji sebulan = Rp. 4.000.000 Pengurangan : Biaya jabatan (5% x Rp. 4.000.000) = Rp. 200.000 Iuran Pensiun = Rp. 150.000 + = Rp. 350.000 Penghasilan netto sebulan :
(Rp. 4.000.000 – 350.000) = Rp. 3.650.000
Penghasilan netto setahun :
(12 x Rp. 3.650.000) = Rp. 43.800.000
PTKP
Untuk Wajib Pajak sendiri = Rp. 15.840.000
Tambahan karena menikah = Rp. 1.320.000
Tambahan untuk 3 anak = Rp. 3.960.000 +
= Rp. 21.120.000
Penghasilan Kena Pajak = Rp. 22.680.000
PPh Pasal 21 setahun :
(5% x Rp. 22.680.000) = Rp. 1.134.000
PPh Pasal 21 sebulan :
(Rp. 1.134.000 : 12) = Rp. 94.500
41
PPh Pasal 21 sebesar Rp. 94.500 ini ditanggung dan dibayar oleh pemberi kerja.
Perhitungan pemotongan PPh Pasal 21 terhadap pegawai tetap yang menerima tunjangan pajak.
Rudi (status kawin dengan 3 orang anak) bekerja pada KPP Pratama Lubuk Pakam dengan memperoleh gaji sebesar Rp. 2.500.000 sebulan.Kepada Rudi diberikan tunjangan pajak sebesar Rp. 25.000. Iuran pensiun yang dibayar oleh Rudi adalah sebesar Rp. 25.000 sebulan.
Tabel 3.6. Perhitungan PPH Pasal 21 Terhadap Pegawai Tetap Yang Menerima Tunjangan Pajak
Gaji sebulan = Rp. 2.500.000
Tunjangan Pajak = Rp. 25.000 +
Penghasilan bruto sebulan = Rp. 2.525.000
Pengurangan :
Biaya jabatan 5% x Rp. 2.525.000 = Rp. 126.250
Iuran Pensiun = Rp. 25.000 –
= Rp. 151.250 Penghasilan neto sebulan :
(Rp 2.525.000 – Rp. 151.250) = Rp. 2.373.250
Penghasilan neto setahun :
(12 x Rp. 2.373.750) = Rp. 28.485.000
Untuk WP sendiri = Rp. 15.840.000
Tambahan karena menikah = Rp. 1.320.000
Tambahan 3 anak = Rp. 3.960.000 +
Penghasilan Kena Pajak :
(Rp. 28.485.000 - Rp. 21.120.000) = Rp. 7.365.000
PPh Pasal 21 setahun :
(5% x Rp. 7.365.000) = Rp. 368.250
PPh Pasal 21 sebulan :
(Rp. 368.250 : 12) = Rp. 30.688
Sumber : KPP Pratama Lubuk Pakam
Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pemotongan pajak yang dilakukan oleh pihak pemberi penghasilan kepada oleh Wajib Pajak orang Pribadi sehubungan dengan pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan. Misalnya pembayaran gaji yang diterima oleh pegawai dipotong oleh perusahaan pemberi kerja.Wajib Pajak berbentuk badan ditunjuk oleh UU Perpajakan sebagai pemotong PPh Pasal 21 atas penghasilan yang dibayarkan kepada karyawannya maupun yang bukan karyawannya. Wajib Pajak orang pribadi dapat juga ditunjuk sebagai pemotong PPh Pasal 21 sepanjang ada penunjukannya dari KPP tempat Wajib Pajak orang Pribadi orang terdaftar.