UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEUANGAN
PERHITUNGAN PEMOTONGAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN DI KPP PRATAMA LUBUK PAKAM
TUGAS AKHIR
Diajukan Oleh:
NITA RIZKI K.SIREGAR 122101016
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis ucapkan Kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat
dan Anugerahnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini berjudul “
Perhitungan Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan di KPP Pratama
Lubuk Pakam”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan
do’a dari berbagai pihak selama penulisan Tugas Akhir ini. Khususnya kepada
kedua orangtua penulis yang telah memberikan dukungan motivasi maupun materi
kepada penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan,
yaitu kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Yeni Absah,SE,M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma III
Jurusan Manajemen Keuangan.
3. Ibu Beby Kendida Hsb,SE,M.Si sebagai dosen pembimbing yang bersedia
meluangkan waktu, memberikan arahan serta masukan yang bermanfaat
kepada penulis selama prosen penyelesaian Tugas Akhir ini.
4. Bapak Ibu dosen pengajar serta seluruh staf pegawai Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
5. Putra Ramadhansyah Napitupulu, Novriyanti, Elma Fadma Nolda, Giot
ii
6. setia mendukung dan memberikan motivasi selama proses penyelesaian
Tugas Akhir ini.
7. Seluruh Teman-teman Di Program Studi Manajeman Keuangan Group A
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu dengan hati yang tulus dan ikhlas penulis megharapkan saran dan kritik
yang sifatnya membangun dari pembaca Khususnya Bapak/Ibu Dosen yang dapat
berguna untuk menyempurnakan Tugas Akhir ini.
Medan, 15 Juni 2015
Penulis
Nita Rizki K.Siregar
iii
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 3
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II PROFIL PERUSAHAAN ... 5
2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam .. 5
2.2 Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama ... 8
2.3 Kebijakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama ... 9
2.4 Tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama ... 10
2.5 Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama ... 10
2.6 Struktur Organisasi ... 11
2.7 Deskripsi Tugas ... 11
iv
BAB III PEMBAHASAN ... 16
3.1 Pengertian Pajak... 16
3.2 Fungsi Pajak ... 17
3.3 Jenis Pajak ... 18
3.4 Cara Pemungutan Pajak ... 19
3.5 Sistem Pemungutan Pajak ... 19
3.6 Tarif Pajak ... 20
3.7 Sarana Perpajakan ... 21
3.8 Pengertian gaji dan upah ... 24
3.9 Pengertian Pajak Penghasilan ... 25
3.10 Tarif Pajak Pengasilan ... 26
3.11 Penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 21 ... 29
3.12 Prinsip Dasar Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan 33 3.13 Cara Menghitung Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di KPP Pratama Lubuk Pakam ... 34
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 42
4.1 Kesimpulan ... 42
4.2 Saran ... 42
v
NAMA JUDUL HALAMAN
Tabel 3.1 Lapisan Penghasilan Kena Pajak ... 32
Tabel 3.2 PPh Pasal 21 atas gaji dan Bonus (penghasilan setahun)... 36
Tabel 3.3 PPh Pasal 21 atas gaji setahun ... 37
Tabel 3.4 PPh Pasal 21 atas bonus ... 38
Tabel 3.5 Cara menghitung PPh Pasal 21 atas gaji karyawan ... 39
vi
DAFTAR GAMBAR
NAMA JUDUL HALAMAN
vii NAMA JUDUL
Lampiran I : Daftar Gaji Pegawai Golongan II Kantor Pelayanan Pajak Pratama
1 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Sejalan dengan Perkembangan yang dialami Bangsa dan Negara Indonesia
di berbagai sektor seperti ekonomi dan bisnis sosial, politik dan juga hubungan
antar Negara (Internasional), pemerintah terus berupaya untuk memperbaiki
beberapa peraturan (regulation) khususnya aturan-aturan yang berkenaan dengan
perpajakan. Hal ini terlihat dari terjadinya perubahan-perubahan terhadap
peraturan perpajakan dan reformasi perpajakan (tax reform)
Pajak merupakan alat bagi pemerintah didalam mencapai tujuan untuk
mendapatkan penerimaan baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung dari
masyarakat, guna membiayai pengeluaran rutin serta pembangunan sosial dan
ekonomi warga negara dan anggota masyarakat untuk membiayai keperluan
negara berupa pembangunan nasional yang pelaksanaannya diatur dalam
Undang-Undang dan peraturan untuk tujuan kesejahteraan bangsa dan negara.
Fakta yang ada menunjukkan bahwa sebagian besar penerimaan negara
Indonesia adalah dari sektor pajak. Suatu negara yang memiliki penerimaan pajak
yang tinggi akan dapat membiayai pembangunan nasional dari kekuatannya
sendiri,dengan demikian perekonomian negara tersebut menjadi kokoh dan tidak
perlu lagi tergantung dengan pinjaman negara maju lainnya atau lembaga
Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan adalah suatu mekanisme
yang memberikan penugasan dan tanggung jawab kepada pihak ketiga untuk
melakukan pemotongan atau pemungutan pajak penghasilan yang terutang pada
suatu transaksi yang dikenakan pajak. Sesuai dengan sitem pemungutan pajak
yang berlaku di Indonesia yaitu Self Assestment System, yaitu system pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak
untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri
besarnya pajak yang harus dibayar. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan,
meliputi pembayar pajak,dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Pemotong dan pemungut pajak bukanlah subjek pajak namun, diberi
tanggung jawab untuk memotong, memungut dan menyetorkan serta melaporkan
pemotongan dan pemungutan pajak yang dilakukannya. Yang menjadi Subjek
Pajak adalah penghasilan, dan objek pajaknya adalah penghasilan yang diterima
atau diperoleh. Tanggung jawab pelaksanaan mekanisme witholding tax system
diberikan oleh undang-undang kepada pemotong dan pemungut pajak sehingga
terdapat sanki-sanksi perpajakan dan tidak terdapat ketidakpatuhan atau
penyalahgunaan dalam menjalankan kewajiban sebagai pemotong atau pemungut
pajak.
Peraturan yang sudah ditetapkan pemerintah harus dilaksanakan dengan
sebenar-benarnya. Namun sejauh mana peraturan-peraturan pemerintah mengenai
Pajak Penghasilan khususnya pada perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
3
pajak terhadap objek-objek pajak yang telah ditentukan pemerintah saat ini,perlu
diteliti untuk mengetahui dan mengukur tingkat pemahaman dan ketaatan para
wajib pajak terhadap peraturan dan ketetapan dari pemerintah.
Berdasarkan uraian diatas,penulis tertarik untuk mebahas permasalahan ini
kedalam suatu penelitian dengan mengambil judul “ Perhitungan dan Pemotongan
Pajak Penghasilan di KPP Pratama Lubuk Pakam “
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merumuskan permasalahan
sebagai berikut : “ Apakah KPP Pratama Lubuk Pakam telah melakukan
Perhitungan Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21
sesuai dengan Undang-undang No.36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan yang
berlaku di Indonesia?
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah KPP Pratama
Lubuk Pakam telah melakukan Perhitungan dan Pemotongan Pajak Penghasilan
(PPh) Pasal 21 telah sesuai dengan Undang-Undang No.36 Tahun 2008 tentang
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai masukan pada KPP Pratama Lubuk Pakam dalam hal Perhitungan
Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
2. Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan penulis mengenai perhitungan
Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
3. Sebagai tambahan informasi dan pengetahuan tentang Perhitungan dan
5 BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam Untuk mengimplementasikan konsep administrasi perpajakan modern
yang berorientasi pada pelayanan dan pengawasan, maka struktur organisasi
Direktorat Jenderal Pajak perlu di ubah, baik dilevel kantor pusat sebagai
pembuat kebijakan maupun dilevel kantor operasional sebagai pelaksana
implementasi kebijakan.
Sebagai langkah pertama, untuk memudahkan Wajib Pajak, kantor
pajak dibagi atas 3 jenis, yaitu Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor
Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), Kantor Pemeriksaan dan
Penyidikan (Karipka), dilebur menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
Struktur yang berbasis fungsi yang diterapkan kepada KPP dengan system
administrasi yang modern untuk dapat merealisasikan debirokratisasi
pelayanan sekaligus melaksanakan pengawasan terhadap wajib pajak secara
lebih sistematis berdasarkan analisis resiko unit vertical Direktorat Jenderal
Pajak dibedakan berdasarkan segmentasi Wajib Pajak, yaitu KPP Wajib
Pajak Besar, KPP Madya, dan KPP Pratama.
Dengan pembagian seperti ini, diharapkan strategi dan pendekatan
terhadap wajib pajak pun dapat disesuaikan dengan karekteristik wajib pajak
Tahap pertama, dibentuk Kantor Wilayah (Kanwil) dan Kedua dibentuk
Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar pada bulan
Juli Tahun 2002 untuk mengasministrasikan 300 wajib Badan terbesar di
seluruh Indonesia sebagai Pilot Project. Karena Program modernisasi yang
diterapkan pada Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak (KPPWP) besar
dianggap cukup berhasil maka konsep yang kurang lebih sama dicoba untuk
diterapkan pada KPP lain secara bertahap. Dimana sampai akhir tahun
2007, 22 Kanwil dan 202 KPP (3 KPP WP besar,28 KPP Madya,dan 171
KPP Pratama) telah berhasil dimodernisasi. Pada akhir tahun 2006, struktur
organisasi KPP Direktorat Jenderal Pajak bersamaan dengan Penerapan
administrasi dengan dibentuknya 128 KPP Pratama untuk menggantikan
seluruh kantor pajak yang ada di daerah tersebut. Perbedaan utama antara
KPP Pratama dengan KPP Wajib Pajak Besar maupun Madya antara lai
dengan adanya seksi Ekstensifikasi pada KPP Pratama, sehingga dapat
dikatakan pula KPP Pratama merupakan ujung tombak bagi Direktorat
Jenderal Pajak untuk menambah rasio perpajakan di Indonesia.
Kantor Pelayanan Pajak adalah Instansi Vertikal Direktorat Jenderal
Pajak yang berada dibawah ini akan bertanggung jawab langsung kepada
kepala kantor.
KPP Pratama akan melayani Pajak Penghasilan (PPH), Pajak
Pertambahan nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Bea
7
juga melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan tetapi bukan sebagai lembaga yang memutuskan keberatan,
struktur organisasi organisasi KPP Pratama berdasarkan fungsi pajak bukan
jenis pajak.
Pada KPP Pratama terdapat Account Representative (AR) yang memiliki
tugas antara lain memantau keadaan Wajib Pajak dan penghubung wajib
pajak untuk berkonsultasi. Keberadaan AR disetiap KPP Pratama merupakan
bentuk peningkatan pelayanan wajib pajak untuk berkonsultasi. Dengan
perubahan struktur organisasi baru, maka wajib pajak akan dilayani oleh
AR yang telah ditunjuk sehingga akan terjalin saling keterbukaan.
Pembentukan KPP Pratama merupakan bagian program reformasi
birokrasi perpajakan yang sifatnya komperhensif dan telah berjalan sejak
tahun 2002 ditandai dengan terbentuknya kantor Wilayah (Kanwil) dengan
kantor Pelayanan pajak wajib Pajak Besar. Terbentuknya KPP pratama ini
secara otomatis Kantor Pelayanan Bumi dan Bangunan (KPPBB) dan kantor
Pemeriksaan dan Penyidikan (Karipka) tidak ada lagi. Langkah ini diambil
sebagai bagian dan usaha meningkatkan pelayanan kepada Wajib pajak
untuk memberikan pelayanan yang lebih baik dan personal dalam
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam didirikan pada tahun
2008 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan. Wilayah kerja kantor
Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam adalah Kabupaten Deli Serdang
yang terdiri dari 22 kecamatan. Sebelumnya wilayah kerja kantor Pelayanan
Pajak Pratama Lubuk Pakam merupakan bagian wilayah kerja Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Tebing Tinggi dan kantor Pelayanan kepada wajib
Pajak Pratama Binjai. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan mutu
pelayanan kepada wajib pajak. Dengan berdirinya KPP Pratama Lubuk
Pakam diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan eveksivitas pelayanan
bagi wajib pajak yang berdomisi atau berlokasi di Kabupaten Deli Serdang.
2.2 Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama
a. Visi
Menjadi instusi pemerintahan yang menyelenggarakan system
administrasi perpajakan modern yang efektif, efiuesien, dan dipercaya
masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.
b. Misi
Menghimpun penerimaan Pajak Negara berdasarkan Undang-undang
Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) melalui system
Administrasi perpajakan yang efiesien dan efektif.
9
Sebagaimana kebijkan yang telah dicanangkan oleh Kantor Pusat
Direktorat Jenderal Pajak, Visi kantor Pelayanan Pajak Prtama Lubuk
Pakam adalah “ Menjadi Model Pelayanan Masyarakat yang
Dipercaya dan Dibanggakan Masyarakat “
d. Misi dan Penjelasannya
Misi Direktorat Jenderal Pajak menjadi 4 aspek, yaitu :
1. Misi Fiskal, yaitu menghimpun penerimaan dalam Negeri dari sector
pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah
berdasarkan Undang-Undang Perpajakan dengan tingkat efektifitas dan
efisiensi yang tinggi.
2. Misi Ekonomi, yaitu mendukung kebijaksanaa pemerintah dalam
mengatasi permasalahan ekonomi bangsa dengan kebijakan perpajakan
yang meminimalkan disitorsi.
3. Misi Politik, yaitu mendukung proses domokratis bangsa.
4. Misi Kelembagaan, yaitu senantiasa memperbaharui diri, selaras
dengan asparasi masyarakat dan teknokrasi perpajakan serta
administrasi perpajakan yang muthakir.
Misi tersebut sebagai salah satu pernyataan tujuan keberadaan
(eksitensi) tugas, fungsi, peranan, dan tanggung jawab Direktorat
Jenderal Pajak maupun Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk
Pakam sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang dan
peraturan sertra kebijakan Pemerintah dengan dijiwai prinsip-prinsip
2.3 Kebijakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Demi tercapainya tujuan dan sasaran berdasarkan visi dan misi yang
telah ditetapkan, KPP Pratama Lubuk Pakam telah mengambil
langkah-langkah sebagaimana tertuang dalam kebijakan yang dijadikan pedoman,
petunjuk atau pegangan bagi setiap usaha kegiatan yang dilaksanakan yaitu
1. Meningkatkan kualitas Pelayanan
2. Mengamankan pencapaian rencana penerimaan pajak
3. Terciptanmya masyarakat sadar dan peduli pajak
2.4 Tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama
KPP Pratama mempunyai tugas yaitu melaksanakan penyuluhan,
pelayanan, dan pengawasan wajib pajak dibidang Pajak Penghasilan, Pajak
Pertambahan nilai, Pajak penjualan atas barang mewah, Bea Perolehan hak
atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.5 Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama
11
1) Pengumpulan, Pencarian, dan pengolahan data, pengamatan potensi
perpajakan, penyajian informasi perpajakan, penetapan dan penerbitsn
produk hokum perpajakan.
2) Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penetapan dan
penertiban produk hokum perpajakan.
3) Penyuluhan perpajakan.
4) Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.
5) Pelaksanaan pemeriksaan pajak.
6) Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak.
7) Pelaksanaan konsultasi perpajakan.
8) Pelaksanaan Intensifikasi dan Ekstensifikasi.
9) Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Pajak.
2.6 Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap
bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam
menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi
menggambarkan dengan jelas pemisahaan kegiatan antara bagian yang satu
dengan bagian yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi
dibatasi dalam struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan
2.7 Deskripsi Tugas
Adapun tugas dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut :
a. Sub Bagian Umum
Sub bagian umum terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1) Tata Usaha dan Kepegawaian
Tugasnya adalah menyelenggarakann tugas pelayanan di bidang
tata usaha dan kepegawaian dengan cara melakukan pengurusan
surat, pengetikan dan pengadaan, penataan berkas, penyusunan
arsip, tata usaha kepegawaian dan pengiriman laporan agar dapat
menunjang kelancaran tugas kantor itu sendiri.
2) Keuangan
Tugasnya adalah menyusun anggaran dan administrasi keuangan
untuk pembiayaan administrasi kantor dan penggajian para
pegawai KPP Pratama lubuk pakam agar dapat menunjang
kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak.
3) Bagian Rumah Tangga
Tugasnya adalah mengurusi segala keperluan rumah tangga dan
keperluan perlengkapan KPP Pratama Lubuk Pakam agar dapat
menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak.
b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Seksi Pengolahan Data dan Informasi dipinpin oleh seorang Kepala
Seksi yang bernama Parlagutan Simatupang. Adapun tugas dari seksi
13
informasi, pembuatan monografi pajak, penggalian potensi perpajakan
serta ekstensifikasi wajib pajak dan intensifikasi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan
pengumpulan, pencarian, pengolahan data, penyajian informasi
perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha
penerimaan perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, pelayanan teknis
computer, pemantauan aplikasi elektronik, pengaplikasian Sistem
Manajemen Informasi Objek Pajak (SESMIOP), dan Sistem Informasi
Geografi (SIG), serta penyajian laporan kinerja.
c. Seksi Pelayanan
Seksi pelayanan mempunyai fungsi atau tugas melakukan penetapan
dan penertiban produk hokum perpajakan, pengadministrasian
dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat
Pemberitahuan (SPT), serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan
perpajakan, pelaksanaan registrasi WP, serta melakukan kerjasama
perpajakan.
d. Seksi Penagihan
Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan
piutang pajak, penundaan dan angsuran, tunggakan pajak, serta
penyimmpanan dokumen-dokumen penagihan.
Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana
pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penertiban
dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi
pemeriksaan perpajakan lainnya.
f. Seksi Ekstensifikasi
Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai tugas melakukan
pengamatan potensi perpajakan, pendataan wajib pajak baru,
pendapatan objek dan subjek pajak, penilaian objek-objek pajak
dalam rangka ekstensifikasi.
g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, dan IV
Seksi Pengawasan dan Konsultasi terdiri dari 4 kelompok bagian.
Seksi ini masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan
kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak, bimbingan dan
himbauan kepada wajib pajak sera sebagai tempat konsultasi teknis
perpajakan, penyusunan profil wajib pajak, analisis kerja wajib pajak,
melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan
intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil banding.
h. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan
sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kelompok Jabatan
Fungsional terdiri dari Supervisor, Ketua tim, Anggota tim. Kantor
Pelayanan Pajak Pratama mempunyai 2 kelompok fungsional sesuai
15
koordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh
Kepala Kantor Wilayah, atau Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang
bersangkutan. Jumlah Jabatan Fungsional tersebut ditentukan
16
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Pajak
Pajak menurut Pasal 1 Undang-Undang No 27 adalah kontribusi wajib
kepada Negara oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Berikut ini penulis mengutip pendapat beberapa ahli tentang pajak :
Menurut Soemitro dalam Mardiasmo (2009 :1) Pajak adalah iuran rakyat
kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan
tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan
digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Menurut Andriani dalam Bohari (2008:23)Pajak adalah iuran kepada
Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya
menurut peraturan-peraturan,dengan tidak mendapat prestasi kembali,yang
langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara yang menyelenggarakan
pemerintahan.
Menurut Soemahamidja Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang
yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hokum,guna menutup
biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai
17
Dari Pengertian pajak diatas,dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur
:
1. Iuran dari rakyat kepada Negara
2. Berdasarkan undang-undang
3. Tanpa jasa timbale balik atau jasa kontraprestasi dari Negara yang secara
langsung dapat ditunjuk.
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara,yakni
pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat.
Uraian diatas menunjukkan bahwa pajak sebagai salah satu sumber
penerimaan dalam bidang perekonomian mengarahkan para pelaku ekonomi
untuk membayar kewajibannya kepada Negara.
3.2 Fungsi Pajak
Menurut Dr. Rochmat soemitro Ada dua jenis fungsi pajak yaitu :
3.2.1 Fungsi budgetair
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya.
3.2.2 Fungsi Reguler
Pajak sebagai alat untuk mengatur dan melaksanakan kebijaksanaan
3.3 Jenis Pajak
Jenis-jenis Pajak digolongkan menjadi 3 (tiga) macam (Waluyo dan Irawan,2002
: 13-14), yaitu menurut golongan, sifat,dan lembaga pemungutan.
3.3.1 Menurut golongannya
1. Pajak langsung,yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak
dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Contoh : Pajak Penghasilan.
2. Pajak tidak langsung,pajak yang ada yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Contoh : Pajak Pertambahan nilai
3.3.2 Menurut sifatnya
1. Pajak subjektif,yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subyeknya,dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh : Pajak penghasilan
2. Pajak memperhatikan keadaan diri wajib pajak.
Contoh: Pajak Pertambahan nilai dan Pajak penjualan atas Barang Mewah
19
1. Pajak pusat,yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.
Contoh : Pajak penghasilan,Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Brang Mewah,Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Materai.
2. Pajak daerah,yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah yang
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Contoh : Pajak kendaraan bermotor dan pajak bahan bakar kendaraan
bermotor,pajak hotel.
3.4 Cara Pemungutan Pajak
Menurut MardiasmoAda 3 cara pemungutan pajak yaitu :
1. Stelsel nyata (riil stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) yang nyata,sehingga
pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak,yakni setelah
penghasilan sesungguhnya telah dapat diketahui.
2. Stelsel anggapan (fictive stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh
undang-undang.
3. Stelsel campuran
3.5 Sistem Pemungutan Pajak
Menurut Mardiasmo (2011:7) system pemungutan pajak terdiri atas :
3.5.1 Offical Assesment System
Sistem ini merupakan sistempemungutan pajak yang member wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.
3.5.2 Self Assesment System
System ini merupakan system pemungutan pajak yangmemberi
wewenang,kepercayaan,tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk
menghitung,memperhitungkan,membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak
yang harus dibayar.
3.5.3 Witholding System
Sistem ini merupakan system pemungutan pajak yang member wewenang kepada
pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh
Wajib Pajak.
3.6 Tarif Pajak
Ada 4 macam tarif antara lain :
1. Tarif Pajak Proporsional/sebanding
Tarif pajak proposional yaitu tariff pajak berupa persentase tetap terhadap jumlah
21
Contoh : dikenakan Pajak Pertambahan Nilai 10% atas penyerahan barang kena
pajak.
2. Tarif Pajak Progresif
Tarif pajak progresif adalah tarif pajak yang persentasenya menjadi lebih besar
apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaannya semakin besar.
Contoh : tarif pajak penghasilan tahun Tarif pajak 2011 yang berlaku di Indonesia
untuk Wajib Pajak orang pribadi berdasarkan ketentuan Pasal 17 UU Pajak No.36
tahun 2008 yaitu :
Tarif progresif dibagi menjadi beberapa tarif,antara lain :
1. Tarif Progresif Progresif
Dalam hal ini kenaikan persentase pajaknya semakin besar
2. Tarif Progresif Tetap
Kenaikan persentase pajaknya tetap
3. Tarif Progresif Degresif
Kenaikan persentase pajaknya semakin kecil
a. Tarif Pajak Degresif
Tarif pajak degresif adalah persentase tariff pajak yang semakin
menurun apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak menjadi
semakin besar.
b. Tarif Pajak Tetap
Tarif pajak tetap adalah tariff berupa jumlah yang tetap terhadap
berapapun jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak.
3.7 Sarana Perpajakan
Dalam Perpajakan ada sarana atau alat bantu yang diperlukan untuk menunjang
pelaksanaannya,antara lain :
3.7.1 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan
oleh Direktur Jenderal Pajak kepada Wajib Pajak sebagai sarana
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau
identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
Pajak hanya diberikan satu NPWP dan NPWP tersebut berfungsi
sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dan untuk
menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam
pengawasan administrasi perpajakan.
3.7.2 Surat Setoran Pajak (SSP) merupajan sarana Wajib Pajak dalam
pembayaran atau penyetoran pajak yang terutanng ke Kas Negara
melalui bank atau PT.Pos Indonesia. SSP ini selanjutnya berfungsi
sebagai bukti dan laporan pembayaran pajak.Dan sekarang
pembayaran setoran pajak melalui system online dalam bentuk
digital telah diatur dalam keputusan Direktur Jenderal Pajak
No.Kep.383/PJ/2002 Tanggal 14 Agustus 2002.
3.7.3 Surat Tagihan Pajak (SPT) yaitu surat untuk melakukan tagihan
pajak atau sanksi administrasi berupa bunga dan ataiu denda.
Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan SPT apabila :
23
2. dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan terhadap kekurangan pembayaran
pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung.
3. Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda atau bunga,
4.pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan Undang-undang Pajak Pertambahan
Nilai dan perubahannya,tetapi tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk
dikenakan sebagai Pengusaha Kena Pajak,
5. pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi
membuat Faktur Pajak.
6. pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi tidak
membuat Faktur Pajak,atau membuat Faktur Pajak ,atau membuat Faktur Pajak
atau membuat Faktur Pajak tetapi tidak tepat waktu,atau tidak mengisi
selengkapnya Faktur Pajak.
3.7.4 Ketetapan Pajak kurang bayar (SKPBK), yaitu surat ketetapan yang
menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kekurangan
pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah
yang masih harus dibayar.
3.7.5 Surat ketetapan Pajak kurang bayar (SKPBK), adalah surat
ketetapan yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah
ditetapkan atau koreksi atas ketetapan pajak sebelumnya.
3.7.6 Surat ketetapan Pajak Lebih Bayar(SKPLB),yaitu surat pajak yang
kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau tidak
seharusnya terutang
3.7.7 Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN),adalah surat ketetapan pajak
yang menentukan jumlah utang pajak yang terutang sama besarnya
dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada
kredit pajak.
3.8 Pengertian gaji dan upah
3.8.1 Pengertian Gaji
Menurut Mulyadi, istilah gaji biasanya digunakan untuk pembayaran atas
jasa manajemen, administrasi atau jasa-jasa yang serupa. Tingkat gaji biasanya
dinyatakan dalam (satu) bulan.
3.8.2 Pengertian Upah
Upah merupakan imbalan terhadap karyawan yang didasarkan atas jam
kerja,jumlah hari kerja,atau borongan.
Menurut Niswonger, pengertian dan gambaran daftar gaji dan upah adalah
daftar dengan banyak kolom yang digunakan untuk mengumpulkan dan
meringkaskan data yang pada akhir periode penggajian.
Informasi yang tersedia dalam daftar gaji dan upah merupakan informasi
yang telah dipersyaratkan menurut ketentuan undang-undang yang berlaku
25
untuk menyedisksn informasi untuk pencatatan jurnal gaji dan upah untuk
menyediakan laporan Kantor Pajak.
Catatan penghasilan penghasilan pegawai merupakan unsure dari sebuah
system akuntansi penmggajian dan pengupahan yang mengandung informasi
penghasilan kumulatif setiap pegawai.Informasi yang tersedia dalam catatan ini
menunjukkan jumlah pajak yang harus dipungut/dipotong untuk suatu periode
berjalan.Catatan penghasilan pegawai adalah terpisah dan berbeda untuk setiap
pegawai dan dimuthakirkan (up date) setiap periode pembayaran.
3.8.3 Pengertian Pegawai
Yang dimaksud dengan pegawai menurut Keputusan Direktur Jenderal
Pajak No.KEP-545/PJ/2000 adalah sebagai berikut :
(1) Pegawai adalah setiap orang pribadi,yang melakukan pekerjaan
berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja baik tertulis maupun tidak
tertulis,termasuk yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri atau
badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah.
(2) Pegawai adalah setiap orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang
menerima atau memperoleh gaji dalam jumlah tertentu secara
berkala,termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas
yang secara teratur terus menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan
3.9 Pengertian Pajak Penghasilan
Pengertian Pajak Penghasilan menurut Erly Suandi (2006:81) adalah pajak
yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya dalam Tahun pajak atau dapat pula dikenakan pajak untuk
penghasilan dalam bagian tahun pajak,apabila kewajiban pajak subjektifnya
dimulai atau berakhir dalam tahun pajak.
Yang dimaksud Tahun Pajak adalah tahun takwim,namun wajib pajak
dapat menggunakan tahun buku meliputi jangka waktu 12 (dua belas)bulan.
310. Tarif Pajak Penghasilan
3.10.1 Besarnya PTKP setahun menurut Undang-Undang No.36 Tahun
2008 Pasal 7 adalah sebagai berikut :
1.Rp.15.840.000 untuk diri wajib pajak orang pribadi
2.Rp 1.320.000 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin.
3.Rp.15.000.000 tambahan untuk istri yang berpenghasilan digabungkan dengan
penghasilan suami,dengan syarat :
a. Penghasilan istri tidak semata-mata diterima atau diperoleh dari suatu
pemberi kerja yang telah dipotong pajak berdasarkan ketentuan dalam
Undang-Undang PPh pasal 21.
b . Pekerjaan istri tidak ada hubungannya dengan usaha atau pekerjaan
27
3.10.2 Rp.1.320.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan
sekeluarga semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat serta anak angkat
yang menjadi tanggungan sepenuhnya (maksimal 3 orang).
Biaya yang dapat dikurangi dari penghasilan bruto adalah sebagai berikut :
1. Biaya untuk mendapatkan,menagih dan memelihara penghasilan,termasuk
biaya pembelian bahan,biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk
upah,gaji,honorarium,bonus,gratifikasi dan tunjangan yang diberikan dalam
bentuk uang, gaji, honorium, bonus, gratifikasi dan tunjangan yang diberikan
dalam uang, bunga, sewa royalty, biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah,
premi asuransi, biaya administrasi dan pajak kecuali pajak penghasilan.
2. Penyusutan atas Pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi
atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 1(satu) tahun.
3. Iuran kepada dana pension yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan.
4. Kerugian karena penjualan atau penagihan harta yang dimiliki dan digunakan
dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan.
5. Kerugian dari selisih kurs mata uang asing.
6. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia.
7. Biaya beasiswa,magang dan penelitian.
8. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih.
9. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan berupa cadangan piutang tak
a. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuraransi kecelakaan,
asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa yang dibayar oleh
pemberi kerja.
b. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan berupa penyediaan
makanan dan minuman bagi seluruh pegawai.
c. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan.
d. Kompensasi kerugian fiscal tahun sebelumnya (maksimal 5 tahun)
e. Zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan oleh wajib pajak
orang pribadi oleh pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk oleh pemerintah.
Biaya-Biaya yang tidak boleh dikurangkan oleh penghasilan bruto
menurut Undang-Undang PPh adalah :
1. Pembagian laba dengan nama dan bentuk apapun seperti dividen.
2. Biaya yang dikeluarkan atau dibebankan untuk kepentingan pribadi
pemegang saham,sekutu atau anggota.
3. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan keculai cadangan
piutang tak tertagih.
4. Premi asuransi kecelakaan,asuransi kecelakaan,asuransi jiwa,asuransi
dwiguna dan asuransi beasiswa yang dibayarkan oleh pemberi kerja.
5. Penggantian imbalan atau sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan kecuali imbalan dalam
29
pelaksanaan pekerjaan dan yang ditetapkan dengan keputusan Menteri
Keuangan.
6. Jumlah yang dimiliki kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang
saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewasebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan.
7. Harta yang dihibahkan atau sumbangan atau warisan,kecuali zakat atas
penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan oleh wajib pajak orang pribadi
pemeluk agama islam.
8. Pajak Penghasilan.
9. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi
wajib pajak atau orang yang menjadi tanggungan.
10. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan,firma atau
perseroan komanditer yang modalnya tidak berbagi atas aham.
11. Sanksi administrasi berupa bunga,denda dan kenaikan serta sanksi
pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan dengan
perundang-undangan dibidang perpajakan.
12. Biaya-biaya untuk mendapatkan,menagih dan memelihara penghasilan
yang PPh nya dihitungan dengan menggunakan Norma Perhitungan
Penghasilan Netto.
3.11 Penghasilan yang dikenakan PPh pasal 21
Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai tetap,baik berupa penghasilan
Tatacara Perhitungan
1. Dasar Pengenaan dan Pemotongan PPh Pasal 21
Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 Pegawai tetap adalah
penghasilan Kena Pajak.
2. Menghitung Penghasilan Kena Pajak
Penghasilan Kena Pajak bagi pegawai tetap adalah sebesar penghasilan
neto dikurangi Penghasilan tidak kena Pajak (PTKKP) Besarnya
penghasilan neto bagi pegawai tetap yang dipotong PPh Pasal 21 adalah
jumlah seluruh penghasilan bruto dikurangi dengan :
a. Biaya jabatan, sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat (3)
Undang-Undang Pajak Penghasilan.
b. Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana
pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau
badan penyelenggara tunjangan hari tua atau jaminan tua yang
dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan.
Penghasilan kena Pajak bagi penerima pensiun berkala adalah sebesar
penghasilan neto dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP),
Besarnya penghasilan neto bagi penerima pensiun berkala yang dipotong
PPh Pasal 21 adalah jumlah seluruh penghasilan bruto dikurangi dengan
Biaya pensiun.
3. Biaya Jabatan dan Biaya Pensiun
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
31
penghasilan bruto unuk perhitungan pemotongan Pajak Penghasilan bagi pegawai
tetap ditetapkan sebesar 5% dari Penghasilan Bruto,setinggi-tingginya
Rp.6.000.000,00 setahun atau Rp.500.000 sebulan.
Sedangkan besarnya biaya pensiun yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto untuk perhitungan pemotongan Pajak Penghasilan bagi
penerima pensiun berkla ditetapkan sebesar 5% dari Penghasil
Bruto,setinggi-tingginya Rp.2.400.000,00 atau 200.000,00 sebulan.
4. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
a. Wajib Pajak : Rp. 15.840.000,-
b. Tambahan status kawin : Rp. 1.320.000,-
c. Istri Bekerja : Rp. 15.840.000,-
d. Tambahan Tanggungan : Rp. 1.320.000,-
Besarnya PTKP ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun
kalender.Kecuali bagi pegawai yang baru dating dan menetap di Indonesia dalam
tahun kalender,ditentukan berdasarkan keadaan pada awal bulan dari bagian tahun
kalender yang bersangkutan.
PTKP bagi Karyawati
Besarnya PTKP bagi karyawati berlaku ketentuan sebagai berikut :
a. Bagi karyawati kawin,sebesar PTKP untuk dirinya sendiri.
b. Bagi karyawati tidak kawin,sebesar PTKP untuk dirinya sendiri ditambah
Dalam hal karyawati kawin dapat menunjukkan keterangan tertulis dari
pemerintah daerah setempat serendah-rendahnya kecamatan yang menyatakan
suaminya tidak menerima atau memperoleh penghasilan,besarnya PTKP adalah
PTKP untuk dirinya sendiri ditambah PTKP untuk status kawin dan PTKP untuk
keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.
5.Tarif Pemotongan PPh Pasal 21
Tarif pajak yang diterapkan atas penghasilan kena pajak bagi wajib pajak
orang pribadi dalam negeriberdasarkan ketentuan pasal 17 UU pajak penghasilan
[image:41.595.105.518.403.599.2]No.36 tahun 2008 adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1. Lapisan Penghasilan Kena Pajak
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp.50.000.000 5 %
Diatas Rp.50.000.000 s.d
Rp.250.000.000
15%
Diatas Rp.250.000.000 s.d
Rp.500.000.000
25%
Diatas Rp. 500.000.000 30%
Sumber : www.pajak.go.id
6. Ketentuan Perhitungan PPh Pasal 21
1. Untuk perhitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong setiap masa
33
penghasilan yang akan diperoleh selama (satu)tahun,dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Perkiraan atas penghasilan yang bersifat teratur adalah jumlah
penghasilan teratur dalam 1(satu)bulan dikalikan 12 (dua belas)
b. Dalam hal ini terdapat tambahan penghasilan yang bersifat tidak
teratur,maka perkiraan penghasilan yang akan diperoleh selama
satu tahun adalah sebesar jumlah pada huruf a ditambah dengan
jumlah penghasilan yang bersifat tidak teratur.
2. Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong untuk setiap masa pajak
adalah :
a. Atas penghasilan yang tidak teratur adalah sebesar Pajak
Penghasilan terutang atas jumlah penghasilan sebagaimana angka
1 huruf a dibagi 12 (dua belas).
b. Atas penghasilan yang bersifat tidak teratur adalah sebesar selisih
antara Pajak Penghasilan yang terutang,atas jumlah penghasilan
sebagaimana dimaksud angka 1 huruf b dengan Pajak Penghasilan
yang terutang atas jumlah penghasilan teratur.
3.12 Prinsip Dasar Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Pemotongan Pajak dapat diartiakan sebagai kegiatan memotong sebesar
pajak yang terutang dari keseluruhan pembayaran yang dilakukannya.Pemotongan
dilakukan pihak-pihak yang melakukan pembayaran terhadap penerima
penghasilan. pihak membayar bertanggung jawab atas penotongan dan penyetoran
pajak adalah kegiatan memungut sejumlah pajak yang terutang atas suatu
transaksi, pemungutan pajak akan menambah besarnya jumlah pembayaran atas
perolehan barang ,namun demikian ada juga pemungutan yang dilakukan oleh
pihak pembayar dengan mekanisme yang sama dengan pemotongan. Misalnya
pemungutan oleh bendaharawan pemerintah atas pengadaan barang. Secara
mekanisme pemungutannya lebih menyerupai pemotongan pajak, karena
dilakukan oleh pihak pembayar. Dengan demikian, pemungutan pajak dilakukan
dengan dua cara yaitu :
1. Dengan cara pemotongan atau pembayaran yang dilakukan oleh
pembeli barang,misalnya pemungutan PPh Pasal 22 Bendaharawan
dan BUMN /BBUMD,PPh Pasal 22 atas pedagang pengumpul.
2. Pemungutan pihak oleh pihak yang menjual barang atau yang
memiliki otoritas mengeluarkan barang,misalnya PPh Pasal 22 atas
penebusan DO migas,penjualan semen,kertas,otomotif barang
sangat mewah dan PPh Pasal 22 impor oleh Ditjen Bea dan Cukai.
3.13 Cara Menghitung Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di KPP Pratama lubuk pakam
3.13.1 Mekanisme Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan KPP Pratama Lubuk
Pakam
Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas karyawan pada KPP Pratama Lubuk
35
1. Instansi membayar gaji karyawan berdasarkan besarnya jumlah gaji yang
tertera pada slip gaji setiap bulannya yang berupa total gaji sebulan,
2. Menghitung besarnya Pajak Penghasilan berdasarkan statusnya yaitu
sudah kawin atau belum/ tidak kawin dan juga sudah punya anak atau
tanggungan atau belum punya anak untuk membantu proses Penetapan
Pajak Penghasilan,
3. Perhitungan biaya pada jabatan pada pegawai telah dilakukan sesuai
dengan Undang-undang Perpajakan yaitu sebesar 5% dan maksimum
Rp.6.000.000
4. Pembayaran Pajak Penghasilan dilakukan setiap tahun dengan memotong
penghasilan karyawan.
5. Perusahaan menetapkan bahwa perusahaan menggunakan pembayaran
pajak dengan cara tahunan yaitu dengan menggunakan SPT Tahunan.
6. Perusahaan dalam menentukan Pajak Penghasilan,menggunakan
pembukuan dalam hal ini ditandai dengan penggunaan daftar gaji pada
karyawan.
Cara menentukan pajak penghasilan pasal 21 untuk pegawai tetap adalah sebagai
berikut :
1. Untuk menentukan besarnya penghasilan netto pegawai tetap,penghasilan
bruto dikurang dengan :
2. Biaya jabatan,yaitu biaya untuk mendapatkan,menagih dan memelihara
penghasilan yang besarnya 5% (lima persen) dari penghasilan
bruto,setinggi-tingginya Rp.6.000.000 (enam juta rupiah )sebulan.Biaya jabatan dapat
tanpa memandang mempunyai jabatan atau tidak.dipersamakan dengan dana
pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
3. Pengurangan Biaya jabatan dan iuran tersebut tidak berlaku bagi penghasilan
yang diterimanya berupa upah harian,tebusan pensiun,honorium secara
keseluruhan sebagaimana tersebut pada penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21
butir 3, butir 4, dan butir 5
4. Pengurangan biaya jabatan dan iuran diatas juga tidak berlaku juga terhadap
penghasilan Wajib Pajak luar negeri yang terutang PPh Pasal 26.
Pemotongan dan Perhitungan PPh Pasal 21 atas gaji karyawan :
Niko (tidak kawin) yang telah memiliki NPWP adalah karyawan Pada KPP
Pratama Lubuk Pakam,menerima gaji Rp. 2.700.000,00/bulan, tunjangan beras
[image:45.595.121.513.501.753.2]Rp.300.000,00 /bulan. Perhitungan PPh Pasal 21 :
Tabel 3.2. PPh Pasal 21 atas gaji dan bonus (penghasilan setahun)
Gaji setahun (12 x Rp. 2.000.000) = Rp. 24.000.000,
Bonus = Rp. 5.000.00 +
Penghasilan bruto setahun = Rp. 29.000.000
Pengurangan :
Biaya jabatan ( 5% x 29.000.000) = Rp. 1.450.000
Iuran pensiun setahun (12 x 60.000) = Rp. 720.000 +
= Rp. 2.170.000
37
(Rp. 29.000.000,00 – Rp. 2.170.000,00) = Rp. 26.830.000
PTKP
Untuk Wajib Pajak sendiri = Rp. 15.840.000
Penghasilan kena Pajak = Rp. 10.990.000
PPh Pasal 21 terutang :
(5% x Rp. 10.990.000) = Rp. 549.500
[image:46.595.113.515.83.305.2]Sumber : KPP Pratama Lubuk Pakam
Tabel 3.3. PPh Pasal 21 atas gaji setahun
Gaji setahun (12 x Rp. 2.000.000) = Rp. 24.000.000
Pengurangan :
Biaya jabatan
(5% Rp. 24.000.000) = Rp. 1.200.000
Iuran pensiun setahun :
(12 x Rp. 60.000) = Rp. 720.000 +
= Rp. 1.920.000
Penghasilan netto setahun :
(Rp. 24.000.000 – Rp. 1.920.000) = Rp. 22.080.000
Untuk Wajib Pajak sendiri = Rp. 15.840.000
Penghasilan Kena Pajak = Rp. 6.240.000
PPh Pasal 21 terutang :
(5% x Rp. 6.240.000) = Rp. 312.000
Sumber : KPP Pratama Lubuk Pakam
PPh Pasal 21 atas bonus
PPh Pasal 21 atas bonus adalah :
(Rp. 549.500 – Rp. 312.000) = Rp. 237.000
Perhitungan PPh Pasal 21 atas penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan
lainnya yang diberikan oleh Wajib Pajak yang pengenaan pajak penghasilannya
bersifat final atau berdasarkan norma perhitungan khusus (demed Profit).
Jems Alsajo adalah seorang pegawai yang bekerja di KPP Pratama Lubuk Pakam
yang pengenaan pajaknya menggunakan norma perhitungan khusus (demed
profit), memperoleh gaji sebesar RP. 1.5000.000 sebulan beserta beras 30 kg dan
gula 10 kg.Jems berstatus menikah dengan 1 orang anaak. Nilai yang dari beras
39
Tabel 3.4. PPh Pasal 21 atas bonus
Harga beras = Rp. 10.000/kg
Harga gula = Rp. 8.000/kg
Perhitungan PPh Pasal 21
Penghasilan Kena Pajak = Rp. 2.952.000
PPh Pasal 21 setahun adalah :
(5% x Rp. 2.952.000) = Rp. 147.600
PPh Pasal 21 sebulan :
(Rp. 147.600 : 12) = Rp. 12.300
Sumber : KPP Pratama Lubuk Pakam
PPh Pasal 21 seluruh atau sebagian ditanggung oleh pemberi kerja.
Irwan sinaga adalah seorang pegawai di KPP Pratama Lubuk Pakam dengan status
menikah dan mempunyai 3 orang anak. Irwan menerima gaji Rp. 4.000.000,-
sebulan dan PPh ditanggung oleh pemberi kerja. Tiap bulan ia membayar iuran
pensiun ke dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh menteri keuangan
Tabel 3.5. Cara menghitung PPh Pasal 21 atas gaji karyawan
Gaji sebulan = Rp. 4.000.000
Pengurangan :
Biaya jabatan
(5% x Rp. 4.000.000) = Rp. 200.000
Iuran Pensiun = Rp. 150.000 +
= Rp. 350.000
Penghasilan netto sebulan :
(Rp. 4.000.000 – 350.000) = Rp. 3.650.000
Penghasilan netto setahun :
(12 x Rp. 3.650.000) = Rp. 43.800.000
PTKP
Untuk Wajib Pajak sendiri = Rp. 15.840.000
Tambahan karena menikah = Rp. 1.320.000
Tambahan untuk 3 anak = Rp. 3.960.000 +
= Rp. 21.120.000
Penghasilan Kena Pajak = Rp. 22.680.000
PPh Pasal 21 setahun :
(5% x Rp. 22.680.000) = Rp. 1.134.000
PPh Pasal 21 sebulan :
(Rp. 1.134.000 : 12) = Rp. 94.500
41
PPh Pasal 21 sebesar Rp. 94.500 ini ditanggung dan dibayar oleh pemberi kerja.
Perhitungan pemotongan PPh Pasal 21 terhadap pegawai tetap yang menerima
tunjangan pajak.
Rudi (status kawin dengan 3 orang anak) bekerja pada KPP Pratama Lubuk
Pakam dengan memperoleh gaji sebesar Rp. 2.500.000 sebulan.Kepada Rudi
diberikan tunjangan pajak sebesar Rp. 25.000. Iuran pensiun yang dibayar oleh
Rudi adalah sebesar Rp. 25.000 sebulan.
Tabel 3.6. Perhitungan PPH Pasal 21 Terhadap Pegawai Tetap Yang Menerima
Tunjangan Pajak
Gaji sebulan = Rp. 2.500.000
Tunjangan Pajak = Rp. 25.000 +
Penghasilan bruto sebulan = Rp. 2.525.000
Pengurangan :
Biaya jabatan 5% x Rp. 2.525.000 = Rp. 126.250
Iuran Pensiun = Rp. 25.000 –
= Rp. 151.250
Penghasilan neto sebulan :
(Rp 2.525.000 – Rp. 151.250) = Rp. 2.373.250
Penghasilan neto setahun :
(12 x Rp. 2.373.750) = Rp. 28.485.000
Untuk WP sendiri = Rp. 15.840.000
Tambahan karena menikah = Rp. 1.320.000
Tambahan 3 anak = Rp. 3.960.000 +
Penghasilan Kena Pajak :
(Rp. 28.485.000 - Rp. 21.120.000) = Rp. 7.365.000
PPh Pasal 21 setahun :
(5% x Rp. 7.365.000) = Rp. 368.250
PPh Pasal 21 sebulan :
(Rp. 368.250 : 12) = Rp. 30.688
Sumber : KPP Pratama Lubuk Pakam
Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pemotongan pajak yang
dilakukan oleh pihak pemberi penghasilan kepada oleh Wajib Pajak orang Pribadi
sehubungan dengan pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan. Misalnya
pembayaran gaji yang diterima oleh pegawai dipotong oleh perusahaan pemberi
kerja.Wajib Pajak berbentuk badan ditunjuk oleh UU Perpajakan sebagai
pemotong PPh Pasal 21 atas penghasilan yang dibayarkan kepada karyawannya
maupun yang bukan karyawannya. Wajib Pajak orang pribadi dapat juga ditunjuk
sebagai pemotong PPh Pasal 21 sepanjang ada penunjukannya dari KPP tempat
43 BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan penelitian pada KPP Pratama Lubuk Pakam,
maka penulis dapat menganalisa dan mengevaluasi mengenai kebijaksanaan yang
ditetapkan dalam penetapan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan mengetahui prinsip
dasar dan tata cara Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan serta cara
menghitung Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21. Maka di diakhir penulisan ini
penulis menarik kesimpulan bahwa dalam melakukan Perhitungan Pemotongan
dan Pemungutan Pajak Penghasilan telah dilakukan dengan benar dan juga secara
jelas dan terperinci, Sesuai dengan tata cara Perhitungan Pemotongan dan
Pemungutan Pajak Penghasilan menurut (PPh) Pasal 21.
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas penulis mencoba untuk memberi saran
yang mungkin dapat berguna bagi instansi atau perusahaan untuk melaksanakan
wajib pajaknya.Sebaiknya juga melakukan kaji ulang untuk penghasilan pegawai
atau karyawan perusahaan dan memasukkan penghasilan yang belum
dicantumkan dan juga mencantumkan uang lembur sebagai penambah elemen
44
Bohari. 2008.Pengantar Hukum Pajak, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Fakultas Ekonomi,2013.Buku Pedoman Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa
Diploma III Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara,Medan.
Fitriandi,Primandita. 2008.Komplikasi Undang-Undang Perpajakan
Terlengkap, Salemba Empat, Jakarta.
Mardiasmo. 2009.Perpajakan Edisi revisi 2009, Andi,Yogyakarta.
Suandy, Erly. 2006.Perpajakan : Edisi Kedua,Salemba Empat,Jakarta.