• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN RISIKO

MANAJEMEN KONFLIK

D. MANAJEMEN RISIKO ATAS PENANGANAN KONFLIK 1. Tujuan Manajemen Risiko atas Konflik

1) Prinsip Dasar Manajemen Risiko

(1) Manajemen risiko (MR) harus terintegrasi secara operasional sebagai isu lintas sektoral

 Dalam kegiatan rutin dan manajemen portofolio,

 Selama perencanaan serta fase pelaksanaan kegiatan organisasi,

 Pada setiap tingkatan organisasi: tingkat organisasi, tingkat negara, markas dan organisasi terkait.

(2) Tanggung jawab pribadi dan kelembagaan dan mandat perlu diklarifikasi dan dipahami oleh pemangku kepentingan dan pengambil keputusan pada setiap tingkat.

(3) Semua tahapan proses manajemen risiko hendaknya dilaksanakan sepenuhnya secara efektif dan proaktif,

182

dimulai dari menilai dan mengukur risiko, memantau serta mengelola dan mengurangi risiko.

(4) Manajemen agar proaktif mengingatkan mengenai pentingnya dan kesiapan untuk kemungkinan terjadinya re-orientasi yang fleksibel dan perencanaan ulang (di tingkat strategis, personel dan operasional). Hal ini karena lingkungan konflik dapat berubah dengan cepat.

(5) Manajemen risiko dan sensitivitas (kesadaran akan terjadinya) konflik dapat saling memperkuat (baik negatif dan positif) dan perlu diperiksa silang secara holistik. Di satu sisi, sensitivitas konflik dapat meningkatkan kerentanan terhadap ancaman dan di lain pihak, sensitivitas konflik juga dapat memberikan dan mempromosikan citra positif atas kegiaatan organisasi, sehingga mengurangi kerentanan terhadap risiko karena penerimaan umum di antara para pemangku kepentingan.

(6) Banyak pihak yang terlibat dalam kegiatan manajemen risiko. Oleh karena itu, perlu dibangun suatu pola koordinasi dan pertukaran informasi yang berharga yang konstruktif, serta sistem manajemen risiko individu harus didasarkan pada instrumen dan mekanisme yang mapan seperti:

a. ketentuan perencanaan dan penanganan krisis

b. sistem informasi dan pemantauan hasil oleh unit kepatuhan dan pemilik risiko.

Untuk kelengkapan pemahaman mengenai prinsip-prinsip Manajemen Risiko baca juga materi Bab IV huruf B.

183 2) Komponen Manajemen Risiko

Desain strategi manajemen risiko biasanya sangat spesifik untuk situasi/kondisi tertentu. Oleh karena itu, tidak ada satu pendekatan yang benar untuk semua kondisi. Dalam proses pengembangan manajemen risiko yang konsisten dan efektif hendaknya mempertimbangkan kondisi/situasi bersifat spesifik, serta mempertimbangkan hubungan yang ada antara kegiatan organisasi dan potensi konflik dalam konteks tertentu.

Tabel 5.3. : Komponen Dasar Manajemen Risiko Konflik

(1) Analisis & Monitoring (2) Pencegahan & Manajemen

a) Analisis keamanan b) Penilaian dampak risiko c) Pemantauan konteks,

pemantauan keamanan perubahan yang relevan dan tren

d) Pertemuan rutin, aliran informasi

(1) Gambar dan penerimaan (2) Perlindungan

(3) Pencegahan

Daftar Periksa

Kebijakan keamanan

Manual

keamanan/prosedur pengoperasian standar (SOP)

Rencana keamanan

Pelatihan (manajemen risiko, keselamatan pribadi, keterampilan negosiasi, dll)

Kolaborasi dengan donor lainnya, representasi diplo-Matic, dll.

Jasa penasehat

Prinsip kerja, kode etik

dll.

Diadaptasi dari Leonhardt et al. 2007:114 (1) Analisa dan Monitoring

a) Analisis keamanan

Manajemen risiko harus menjadi strategi yang bersifat proaktif, yang meminimalkan risiko terhadap staf, mitra, atau penerima manfaat yang dapat menjadi korban kekerasan psikologis atau fisik serta meminimalkan risiko

184

terhadap aset organisasi. Pada kondisi krisis terdapat risiko tinggi organisasi menjadi target langsung dari konflik, karena alasan politik atau ekonomi dan organisasi mungkin hubungan dengan konflik.

Analisis keamanan meneliti dan secara realistis menilai situasi dan mengantisipasi ancaman, kerentanan dan kapasitas organisasi dan staf untuk mengelola dan meminimalkan risiko dengan tepat. Tergantung pada tingkat ancaman yang potensial terhadap organisasi, analisis harus dilakukan oleh spesialis keamanan. Selama fase perencanaan program dan organisasi, analisis keamanan bertujuan untuk menilai apakah ada kondisi kerangka kerja yang tepat sehingga kelayakan intervensi yang direncanakan dapat dijamin. Selama fase pelaksanaan, Analisis terperinci harus dilakukan secara teratur pada tingkat program kerja/kegiatan organisasi dan dalam konteks lingkungan langsung dari program kerja dan organisasi.

Gambar 5.4 : Kerangka Analisis Keamanan Ancaman

Penjelasan gambar:

Risiko didefinisikan sebagai kombinasi ancaman, kerentanan, dan kapasitas di mana:

Resiko

Kerentanan Kapasitas

185

 Ancaman: Apakah terdapat potensi terjadinya bahaya dan cedera bagi staf, mitra, penerima manfaat dan aset organisasi. Organisasi selain menghadapi ancaman dari eksternal, juga menghadapi ancaman dari internal organisasi, seperti perilaku staf yang tidak peka yang

"dihukum" oleh para pihak yang bertentangan.

 Kerentanan: jika staf, penerima manfaat, mitra dan aset terpapar ancaman karena mereka berada, di area konflik, mereka menjadi rentan. Kerentanan bervariasi menurut organisasi (imej organisasi, strategi, aktivitas, dsb.) dan faktor individu (seks, usia, tingkat pelatihan, jabatan, dsb.).

 Kapasitas: kapasitas adalah sumber daya dan potensi yang dimiliki organisasi atau individu untuk meminimalkan dan mengelola kerentanan dan paparan ancaman melalui strategi penerimaan, perlindungan, dan pencegahan.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sesuatu diklasifikasikan sebagai Risiko: jika terkena, atau rentan terhadap ancaman. Dengan demikian staf/pegawai, mitra, penerima manfaat, diklasifikasikan sebagai aset beresiko. Jika salah satu tidak terkena ancaman, maka faktor risiko relatif lebih rendah.

Dalam hal kapasitas organisasi, pengembangan kapasitas perlu dilakukan, misalnya, melalui:

(i) Pelatihan staf tentang manajemen risiko, komunikasi, transformasi konflik dan keselamatan pribadi,

(ii) Assessment secara teratur dan mendapatkan pemahaman yang menyeluruh tentang situasi dan politik, ekonomi, dan konteks sosial dari organisasi,

(iii) Akses ke fasilitas dan informasi saluran komunikasi, dan

186

(iv) Berbagi informasi dengan pemangku kepentingan nasional dan internasional.

Strategi manajemen risiko bertujuan untuk mengurangi ancaman dan kerentanan organisasi dan stafnya, dan secara aktif meningkatkan kapasitas organisasi untuk mengelola risiko secara tepat. Yang dapat berkontribusi untuk mengurangi paparan terhadap ancaman dan menurunkan tingkaat risiko pada tingkat yang dapat diterima.

b) Penilaian dampak risiko

Kemungkinan bahaya dan dampak yang mungkin sangat penting untuk penilaian situasi. Ini juga dapat mempengaruhi keputusan tentang tingkat risiko yang dapat diterima oleh organisasi dan staf. Oleh karena itu, penilaian dampak risiko membantu organisasi dan staf untuk memperjelas masalah ini dengan mengajukan pertanyaan berikut:

 Seberapa besar kemungkinan risiko tertentu akan berdampak pada seseorang atau sesuatu?

 Jika kemungkinan tinggi, seberapa serius dampaknya?

Penting untuk dicatat bahwa bahkan untuk risiko yang sama pada staf dan kegiatan organisasi yang berbeda cenderung memiliki tingkat risiko yang dapat diterima (acceptable risk) dan dampak yang berbeda. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor eksternal (seperti gender, etnis, usia dan lokasi organisasi masing-masing, dll) dan faktor internal (misalnya pengalaman psikologis dan mode pengiriman masing-masing). Oleh karena itu, manajemen dan staf perlu mengetahui tingkat penerimaan dan dampak untuk setiap risiko secara pribadi serta seluruh organisasi. Kondisi ini juga perlu dipantau untuk memberikan peringatan kepada manajemen ketika risiko bergeser dari yang dapat diterima ke kondisi yang tidak dapat diterima.

187

Secara umum, risiko dapat dianggap dapat diterima ketika:

 Hanya sedikit bukti (dan tidak terlalu jelas) bahwa kegiatan organisasi, staf, penerima manfaat atau mitra telah menjadi sasaran kekerasan atau intimidasi yang serius;

 Staf dapat terus bekerja tanpa secara fisik dan psikologis dirugikan dan aset organisasi tidak dirugikan.

Secara umum, resiko dapat dianggap tidak dapat diterima ketika

 Staf, penerima manfaat, mitra, dan aset dirugikan dan menjadi target ancaman, intimidasi, atau kekerasan tertentu;

 Penilaian situasi mengungkapkan bahwa orang dan aset mungkin akan dirugikan jika pekerjaan berlanjut tanpa tindakan proaktif yang sesuai.

Gambar 5. 5: Ambang Batas Risiko Yang Dapat Diterima

ECHO 2004: 142

Garis lengkung mewakili ambang untuk risiko yang berbeda. Ambang batas penerimaan (akseptansi) bervariasi tergantung pada probabilitas risiko dan dampaknya. Jika

Pembu-

188

ancaman berada di bawah ambang risiko yang dapat diterima, diperlukan tindakan untuk meminimalkan paparan terhadap ancaman dan membangun kapasitas untuk mengelolanya.

c) Konteks Monitoring

Ancaman yang diantisipasi, kerentanan dan risiko yang diidentifikasi dan dinilai oleh konflik dan analisis keamanan harus secara teratur dipantau dan dievaluasi dalam rangka untuk mengembangkan kesadaran akan risiko dan respon manajemen yang sistematis terhadap risiko.

Langkah monitoring harus terdiri dari pencegahan risiko dan manajemen strategi, kebijakan, dan prosedur.

Pemantauan konteks risiko secara teratur, sangat penting untuk mempersiapkan dasar informasi

Berikut ini adalah beberapa prinsip dasar untuk pemantauan konteks:

 Pemantauan konteks yang menyediakan informasi yang bisa ditrasir mengenai: perubahan tingkat keamanan yang relevan, tren, dan antisipasi risiko secara umum dan dalam kaitannya dengan organisasi pada tingkat yang berbeda, seperti informasi mengenai politik, ekonomi dan sosial. Cakupan pemantauan didefinisikan berdasarkan hasil analisis konflik dan keamanan.

 Pemantauan konteks harus dilakukan pada tingkat organisasi/program. Koordinasi dan kerjasama antara stakeholder yang berbeda serta analisis dilakukan bersama dan mendiskusikan tentang perspektif kegiatan dapat berkontribusi untuk memastikan efisiensi biaya dan meningkatkan kualitas pemantauan secara keseluruhan.