BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
B. Tinjauan Umum Tentang Hak Cipta
2. Prinsip-Prinsip Dasar Dalam Hak Cipta
Dalam kerangka ciptaan yang mendapatkan hak cipta setidaknya harus memperhatikan beberapa prinsip-prinsip dasar hak cipta, yakni :39
a. Yang dilindungi hak cipta adalah ide yang telah berwujud dan asli.
Salah satu prinsip yang paling fundamental dari perlindungan hak cipta adalah konsep bahwa hak cipta hanya berkenaan dengan bentuk perwujudan dari suatu ciptaan, sehingga tidak berkenaan atau tidak berurusan dengan substansinya. Dari prinsip dasar ini telah melahirkan dua subprinsip, yaitu : 1) Suatu ciptaan harus mempunyai keaslian (orisinil) untuk dapat menikmati
hak-hak yang diberikan undang-undang keaslian, sangat erat hubungannya dengan bentuk perwujudan suatu ciptaan.
2) Suatu ciptaan, mempunyai hak cipta jika ciptaan yang bersangkutan diwujudkan dalam bentuk tertulis atau bentuk material yang lain. Ini berarti bahwa suatu ide atau suatu pikiran atau suatu gagasan atau cita-cita belum merupakan suatu ciptaan.
b. Hak cipta timbul dengan sendirinya (otomatis).
Suatu hak cipta eksis pada saat seorang pencipta mewujudkan idenya dalam suatu bentuk yang berwujud idenya. Dengan adanya wujud dari suatu ide, suatu ciptaan lahir. Ciptaan yang dilahirkan dapat diumumkan (to make public / openbaarmaken). Suatu ciptaan yang tidak diumumkan, hak ciptanya tetap ada pada pencipta.
39
c. Suatu ciptaan tidak perlu diumumkan untuk memperoleh hak cipta.
Suatu ciptaan yang diumumkan maupun yang tidak diumumkan (published/unpublished work) kedua-duanya dapat memperoleh hak cipta. d. Hak cipta suatu ciptaan merupakan suatu hak yang diakui hukum (legal right)
yang harus dipisahkan dan harus dibedakan dari penguasaan fisik suatu ciptaan.
e. Hak cipta bukan hak mutlak (absolut).
Hak cipta bukan suatu monopoli mutlak melainkan hanya suatu limited monopoly. Hal ini dapat terjadi karena hak cipta secara konseptual tidak mengenal konsep monopoli penuh, sehingga mungkin saja seorang pencipta menciptakan suatu ciptaan yang sama dengan ciptaan yang telah tercipta terlebih dahulu.
Subjek dan Objek Hak Cipta 1. Subjek Hak Cipta
Dalam menciptakan suatu karya cipta, tentu ada subjek atau orang yang membuat atau menciptakan karya cipta tersebut. Menurut Vollmar, setiap makhluk hidup mempunyai apa yang disebut wewenang berhak yaitu kewenangan untuk membezit (mempunyai) hak-hak dan setiap hak tentu ada subjek haknya sebagai pendukung hak tersebut. 40 Setiap ada hak tentu ada kewajiban. Setiap pendukung hak dan kewajiban disebut subjek hukum yang terdiri atas manusia
40 HFA Vollmar, terjemahan I.S. Adiwimarta, Pengantar Studi Hukum Perdata (I),
(natuurlijk person) dan badan hukum (rechtspersoon).41 Jika dikaitkan dengan hak cipta, maka subjeknya ialah pemegang hak yaitu pencipta atau orang atau badan hukum yang secara sah memperoleh hak untuk itu. 42
Dalam Undang-Undang Hak Cipta menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai pemilik Hak Cipta, pihak yang menerima hak tersebut secara sah dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Dalam Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta menyatakan yang dimaksud dengan Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama- sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi.
Dari pengertian pencipta dan pemegang hak cipta dalam Undang-Undang Hak Cipta, maka dapat dilihat adanya perbedaan antara pencipta dan pemegang hak cipta. Seorang pencipta otomatis menjadi pemegang hak cipta yang merupakan pemilik dari hak cipta, sedangkan pemegang hak cipta belum tentu merupakan pencipta. Hal ini dimungkinkan karena pemegang hak cipta mungkin saja menerima pengalihan hak dari pencipta atau membeli hak cipta dari pencipta. Cara memperoleh suatu hak, bisa dengan pewarisan, hibah, wasiat atau pihak lain dengan perjanjian. Hal ini dinyatakan dalam Pasal 16 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014.
41 C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, PN. Balai
Subjek yang dianggap sebagai pencipta dapat dilihat dalam Pasal 31 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa yang menjadi pencipta, yaitu orang yang namanya :
a. disebut dalam Ciptaan;
b. dinyatakan sebagai Pencipta pada suatu Ciptaan; c. disebutkan dalam surat pencatatan Ciptaan; dan/atau d. tercantum dalam daftar umum Ciptaan sebagai Pencipta.
Selain penjelasan diatas, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta juga menyatakan siapa saja yang dimaksud sebagai pencipta dan pemegang hak cipta, yaitu :
1. Pencipta adalah Orang yang melakukan ceramah yang tidak menggunakan bahan tertulis dan tidak ada pemberitahuan siapa pencipta ceramah tersebut.43 2. Pencipta adalah orang yang memimpin penyelesaian seluruh ciptaan atau
apabila tidak ada yang memimpin maka yang menjadi pencipta adalah orang yang menghimpunnya dengan tidak mengurangi hak cipta masing-masing bagiannya, ini berlaku terhadap suatu ciptaan yang terdiri dari beberapa bagian tersendiri yang diciptakan oleh dua orang atau lebih.44
3. Pencipta dapat diartikan sebagai orang yang merancang suatu ciptaan, walaupun seseorang yang sudah merancang suatu ciptaan namun dia
43
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 266, tanggal 16 Oktober 2014, Pasal 32 .
44
menyuruh orang lain untuk mengerjakannya, maka pencipta tetaplah orang yang merancang ciptaan tersebut.45
4. Pemegang hak pencipta adalah pihak yang untuk dinasnya ciptaan itu dikerjakan atau orang yang memesan suatu ciptaan dalam hubungan dinas kecuali diperjanjikan lain. Jadi apabila seseorang menciptakan suatu ciptaan dalam hal untuk kepentingan dinas atau tugasnya yang terikat dengan suatu perusahaan atau badan-badan lainnya maka yang memegang hak cipta adalah pihak yang menyuruh atau memesan suatu ciptaan tersebut.46
5. Pencipta atau pihak yang membuat ciptaan adalah ciptaan yang dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan.47
6. Dalam hal badan hukum melakukan pengumuman, pendistribusian atau komunikasi atas ciptaan yang berasal dari badan hukum tersebut, dengan tanpa menyebut seseorang sebagai pencipta, yang dianggap sebagai pencipta yaitu badan hukum.48
Dalam kaitannya dengan hak cipta di bidang musik atau lagu, pemegang hak cipta sebagai subjek hak cipta adalah termasuk :49
1. Pencipta melodi lagu (Komposer), yaitu orang yang menciptakan melodi dari suatu lagu atau musik.
2. Pencipta lirik lagu (lirikus), yaitu orang yang menciptakan teks atau lirik dari suatu lagu atau musik.
45
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta,
Op.Cit.,Pasal 34. 46 Ibid, Pasal 35. 47 Ibid, Pasal 36. 48 Ibid, Pasal 37. 49
3. Penata musik (arranger) yaitu orang yang mengubah lagu atau musik ciptaan orang lain sampai ke tingkat tertentu atau menambah sedemikian rupa sehingga dengan kontribusi kreatifnya karya lagu atau musik tersebut diwarnai dimensi yang khas dan bersifat pribadi.
4. Pengadaptasi lirik (sub-lirikus), yaitu orang yang menciptakan teks atau lirik baru atau menterjemahkan lirik asli dari suatu karya musik yang diterbitkan kembali di wilayah Indonesia.
5. Publisher dan sub publisher , badan hukum yang diberi kuasa oleh pencipta untuk menjadi pemegang hak cipta dan oleh sebab itu memiliki kepentingan terhadap seluruh karya lagu atau musik tersebut.
Pada ciptaan yang telah diterbitkan tapi tidak diketahui nama penciptanya atau hanya tertera nama samaran, dalam hal ini, hak cipta atas ciptaan tersebut dipegang oleh Negara untuk kepentingan penciptanya. Hal ini dinyatakan dalam Pasal 38 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014.
2. Objek Hak Cipta
Objek Hak Cipta merupakan suatu ciptaan yang dilindungi oleh hak cipta. Ciptaan biasa disebut sebagai objek hak cipta atau Pencipta itu sendiri. Yang dimaksud dengan Ciptaan dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 1 angka (3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang berbunyi :
“Ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni,
dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata.”
Bentuk yang khas artinya bentuk yang lain dari ciptaan yang sudah ada. Menunjukkan keaslian artinya bukan tiruan atau jiplakan dari ciptaan orang lain. Ciptaan itu bersifat pribadi artinya berasal dari kemampuan intelektual yang menyatu dengan diri pencipta. Setiap ciptaan digolongkan dalam bidang ilmu pengetahuan , seni, dan sastra. Walaupun berasal dari kemampuan intelektual, suatu penemuan tidak termasuk bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, melainkan termasuk bidang teknologi.50
Berdasarkan Penciptanya, ciptaan diklasifikasikan sebagai berikut : a. Ciptaan warga Negara, penduduk, dan badan hukum Indonesia.
b. Ciptaan bukan warga Negara Indonesia, bukan penduduk, bukan badan hukum Indonesia, atau diumumkan di Indonesia dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak ciptaan itu diumumkan untuk pertama kali di Indonesia. c. Ciptaan bukan warga Negara,bukan penduduk, bukan badan hukum Indonesia
dengan ketentuan :
1) Negara mempunyai perjanjian bilateral mengenai perlindungan hak cipta dan hak-hak yang berkaitan dengan hak cipta dengan Negara Republik Indonesia.
2) Negaranya dan Negara Republik Indonesia merupakan pihak atau peserta dalam suatu perjanjian multilateral yang sama mengenai perlindungan hak cipta dan hak lain yang berkaitan dengan hak cipta.51
Dalam Undang-Undang Hak Cipta dapat dilihat jenis ciptaan yang menjadi objek hak cipta antara lain yang meliputii ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, yaitu:52
a. buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lainnya;
b. ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;
c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan; d. lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;
e. drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
f. karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;
g. karya seni terapan; h. karya arsitektur; i. peta;
j. karya seni batik atau seni motif lain; k. karya fotografi;
l. Potret;
m. karya sinematografi;
n. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
o. terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya tradisional;
52
p. kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan Program Komputer maupun media lainnya;
q. kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli;
r. permainan video; dan s. Program Komputer.
Pengelompokan jenis ciptaan tersebut tetap dipakai karena ketentuan tersebut merupakan ketentuan yang universal. Pengelompokan jenis ciptaan inipun sangat penting, dalam kaitannya dengan ketentuan lamanya perlindungan. Di Indonesia, perlindungan antara Hak Cipta yang asli (original) dengan yang turunan (derivatif) tidaklah sama. Perlindungannya dibedakan jangka waktunya, tetapi diakui sebagai ciptaan tersendiri dengan tidak mengurangi hak cipta atas ciptaan aslinya. Selain itu, karya cipta yang tidak atau belum diumumkan akan tetapi sudah merupakan bentuk kesatuan yang nyata yang memungkinkan perbanyakan hal karya itu juga dilindungi.53
Dalam Pasal 41 dan 42 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta,ada beberapa jenis hak cipta yang tidak diberikan hak ciptanya, antara lain:
a. Hasil rapat terbuka lembaga Negara; b. Peraturan perundang-undangan;
c. Pidato kenegaraan atau pidato pejabat pemerintah; d. Putusan pengadilan atau penetapan hakim; dan
e. Kitab suci atau symbol keagamaan.
Fungsi dan Sifat Hak Cipta
Hukum yang mengatur mengenai hak cipta dibuat, bertujuan untuk melindungi karya-karya ciptaan dari para pencipta. Pencipta terdiri dari pengarang, artis, musisi, dramawan, pemahat, programmer komputer dan sebagainya. Hak pencipta harus dilindungi dari penjiplakan, pembajakan dan lainnya.
Hak pencipta dihormati dan dilindungi dalam Undang-Undang Hak Cipta sepanjang tidak bertentang dengan kepentingan umum. Ajip Rosidi pernah mengemukakan bahwa lebih dari hak milik yang manapun juga, suatu ciptaan menjalankan fungsi sosialnya melalui penyebarannya dalam masyarakat dan selama masyarakat masih memerlukannya, selama itulah hak cipta menjalankan fungsi sosialnya.54 Maka dapat diartikan bahwa seorang pencipta harus sanggup mengorbankan hak ciptanya bila kepentingan umum menghendaki.
Fungsi sosial hak cipta memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memanfaatkan ciptaan seseorang untuk kepentingan pendidikan, ilmu pengetahuan, bahan pemecah masalah, pembela perkara di pengadilan, bahan ceramah, dengan tetap mencantumkan sumbernya secara lengkap.55
54 Ajip Rosidi, Undang-Undang Hak Cipta 1982, Pandangan Seorang Awam, Jakarta,
Djambatan, 1984, hal.12.
55
Hak Cipta memiliki sifat-sifat yang melekat padanya. Otto Hasibuan mengemukakan beberapa sifat dasar yang melekat pada Hak Cipta (The Nature of Copyrights) adalah :56
1. Hak Cipta adalah hak milik (property right) ;
Dalam hubungan kepemilikan terhadap Hak Cipta, hukum menjamin pencipta untuk menguasai dan menikmati secara eksklusif hasil karyanya itu dan penghargaan terhadap hasil kreasi dari pekerjaan manusia yang memakai kemampuan intelektualnya, maka pribadi yang menghasilkannya mendapatkan kepemilikannya berupa hak milik dan tidak seorang pun bisa mempunyai hak atas apa yang dihasilkannya. Lahirnya ciptaan baru atau ciptaan yang sudah ada sebelumnya harus didukung dan dilindungi oleh hukum. Wujud perlindungan itu dikukuhkan dalam undang-undang dengan menempatkan sanksi pidana terhadap orang yang melanggar hak cipta dengan cara melawan hukum.57
2. Hak Cipta adalah hak yang terbatas waktunya (limited duration);
Perlindungan Hukum Hak Cipta diberikan untuk memberikan kepastian hukum sampai kapan suatu ciptaan atau karya intelektual tersebut dapat dijamin perlindungannya dan dapat diberi tindakan atas pelanggaran yang dilakukan terhadap ciptaan tersebut. Adanya jangka waktu perlindungan, diharapkan mampu memberikan rasa aman untuk pencipta sebagai pemilik karya cipta agar dapat terus menciptakan karya-karya cipta yang baru. Batas-batas waktu tersebut menentukan berlaku dan berakhirnya masa perlindungan suatu ciptaan. Oleh
56
karena itu, dengan berakhirnya jangka waktu pemilikan tersebut, maka jadilah karya cipta itu sebagai karya milik umum (public domain). Pembatasan jangka waktu yang ada dalam Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia bukanlah satu- satunya peraturan hak cipta yang memberikan batasan.58 Pengaturan mengenai jangka waktu suatu ciptaan dapat dilihat dalam pasal 57 sampai dengan pasal 63 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang hak cipta.
Mengenai jangka waktu perlindungan hak cipta, Undang-Undang Hak Cipta Indonesia dan Konvensi Internasional membedakan pula jangka waktu perlindungan hak cipta yang didasarkan pada bentuk dan sifat ciptaan.59
Khusus untuk ciptaan :60 a. Karya fotografi;
b. Potret;
c. Karya sinematografi; d. Permainan video; e. Program komputer; f. Perwajahan karya tulis;
g. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
h. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi atau modifikasi ekspresi budaya tradisional;
58
Stewart S.M, Stewart, S.M., International Copyright and Neighbouring Rights, 2nd Edition, Buuterworths & Co (Publisher) Ltd, London, 1989 dalam Henry Soelistyo, hal.111.
59
OK.Saidin, Op.Cit., hal. 220.
60
i. Kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan Program Komputer atau media lainnya; dan
j. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli.
Pada ciptaan yang disebutkan diatas, masa berlaku nya adalah berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan Pengumuman. Demikian juga terhadap perlindungan Hak Cipta atas ciptaan berupa karya seni terapan berlaku selama 25 (dua puluh lima) tahun sejak pertama kali dilakukan Pengumuman.61
Pada hak cipta atas ekspresi budaya tradisional yang dipegang oleh Negara, masa berlaku nya adalah tanpa batas.62 Hak Cipta atas ciptaan yang penciptanya tidak diketahui yang dipegang oleh Negara berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak ciptaan tersebut pertama kali dilakukan Pengumuman. Begitupula dengan Hak Cipta yang dilaksanakan oleh pihak yang melakukan Pengumuman berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak ciptaan tersebut pertama kali dilakukan Pengumuman.63
Masa berlaku perlindungan Hak Cipta atas Ciptaan yang dilakukan Pengumuman bagian per bagian dihitung sejak tanggal Pengumuman bagian yang terakhir. Dalam menentukan masa berlaku perlindungan Hak Cipta atas ciptaan
61
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, Op.Cit., Pasal 59.
62
terdiri atas 2 (dua) jilid atau lebih yang dilakukan Pengumuman secara berkala dan tidak bersamaan waktunya, setiap jilid Ciptaan dianggap ciptaan tersendiri.64 3. Hak Cipta adalah sebuah hak yang bersifat eksklusif (exclusive right); dan
Ketentuan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal ini dimaksudkan dengan mengumumkan atau memperbanyak termasuk dalam kegiatan menerjemahkan, menjiplak , melakukan pengubahan baik dalam sebagian ataupun seluruhnya, mempertunjukkan kepada publik, menyiarkan, merekam dan mengkomunikasikan ciptaan kepada publik melalui sarana apapun.65 Dapat juga dilihat dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, yang menyatakan bahwa hak cipta merupakan hak eksklusif yang terdiri dari hak moral dan hak ekonomi.
Beberapa eksklusif yang umumnya diberikan kepada pemegang hak cipta adalah hak untuk :
a. Membuat salinan atau reproduksi ciptaan dan menjual hasil salinan tersebut (termasuk, pada umumnya, salinan elektronik) ;
b. Mengimpor dan mengekspor ciptaan ;
64Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, Op.Cit., Pasal 61.
65
c. Menciptakan karya turunan atau derivativatif suatu ciptaan (mengadaptasi ciptaan) ;
d. Menampilkan atau memamerkan ciptaan di depan umum ;
e. Menjual atau mengalihkan hak eksklusif tersebut kepada orang atau pihak lain.
4. Hak Cipta adalah sebuah kumpulan hak di dalam sebuah karya (a multiple right, a bundle of rights in the work).
Dalam suatu ciptaan terkandung hak-hak yang dimiliki oleh Pencipta. Ada 2 hak yang terkandung dalam hak cipta yaitu hak moral dan hak ekonomi.
Hak-Hak Pencipta : Hak Moral (Moral Right) dan Hak Ekonomi (Economic Right)
Hak pencipta secara umum dibagi menjadi dua yaitu hak moral (Moral Right) dan hak ekonomi (Economic Right). Hak Pencipta ini dilindungi pula melalui The Universal Declaration of Human Rights (1948) 66, dinyatakan dalam Pasal 27 :
(1). Everyone has the right freely to participate in the cultural life of the community, to enjoy the art and to share in scientific advancement and its benefit.
(2). Everyone has the right to the protection of the moral and material interest resulting for many scientific, literary or artistic production of which he is the author.
Dari ketentuan diatas dapat disimpulkan bahwa setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan moral dan material atas hasil ciptaannya tersebut. Dan hak dari pencipta tersebut dilindungi secara moral dan material (ekonomis) atas hasil ciptaannya, baik dalam bidang ilmu pengetahuan, seni atau karya lainnya yang mana orang tersebut adalah pencipta aslinya.
SKEMA III
Sumber : Skema Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, Bandung, PT. Alumni, 2009, hal. 57.
Hak Moral (Moral Rights)
Hak moral merupakan hak yang melekat secara abadi pada diri pencipta untuk: 67
67
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, Op.Cit., Pasal 5.
Hak Cipta
Hak ekonomi (Dapat dialihkan) Hak untuk mengumumkan Hak untuk memperbanyak Hak Moral (Tidak dapat dialihkan)
Hak melarang melakukan perubahan isi ciptaan Hak melarang melakukan perubahan judul ciptaan Hak melarang melakukan perubahan nama pencipta Hak melakukan perubahan ciptaan
a. Tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum;
b. Menggunakan nama aliasnya atau samaran;
c. Mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat; d. Mengubah judul dan anak judul ciptaan; dan
e. Mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan, mutilasi ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya. (Distorsi ciptaan adalah tindakan pemutarbalikan suatu fakta atau identitas ciptaan. Mutilasi ciptaan adalah proses atau tindakan menghilangkan sebagian ciptaan. Modifikasi ciptaan adalah pengubahan atas ciptaan).
Hak moral merupakan hak yang khusus serta kekal yang dimiliki si pencipta atas hasil ciptaannya dan hak itu tidak dipisahkan dari penciptanya. Hak moral ini mempunyai tiga dasar yaitu untuk mengumumkan (the right of publication), hak peterniti (the right of paternity) dan hak integritas (the right of integrity). Sedangkan Komen dan Verkade menyatakan bahwa hak moral yang dimiliki oleh seorang pencipta itu, meliputi larangan mengadakan perubahan dalam ciptaannya, larangan mengubah judul, larangan mengubah penentuan pencipta, dan hak untuk mengadakan perubahan.68
Ketentuan mengenai hak moral berakar pada ketentuan Berne Convention yaitu pada revisi Roma 1929,69 dinyatakan dalam Pasal 6 bis :70
“Article 6 bis (1)
68 Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Op.Cit., hal.74.
69
Independently of the author’s economic rights, and even after the transfer of the said rights, the author shall have the right to claim authorship of the work and to object to any distortion, mutilation or other modification of, or other derogatory action in relation to, the said work, which would be prejudicial to his honor or reputation.
“Article 6 bis (2)
The rights granted to the author in accordance with the preceeding paragraph shall, after his death, be maintained, at least until the expiry of the economic