• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prinsip-prinsip konsumsi dalam Islam a. Prinsip Keadilan

Dalam dokumen Makalah Konsep Hadis tentang Konsumsi da (Halaman 29-35)

Prinsip ini mengandung arti ganda mengenai mencari rezeki yang halal dan tidak dilarang oleh syariat islam. Artinya sesuatu yang dikonsumsi itu didapatkan secara halal dan tidak bertentangan dengan hukum islam. Karena berkonsumsi tidak boleh menimbulkan kezaliman, harus dalam koridor aturan atau hukum islam. Dalam islam ada ketentuan benda yang boleh dikonsumsi dan tidak boleh dikonsumsi yaitu halal yang boleh dikonsumsi sedangkan yang tidak boleh dikonsumsi adalah haram.

45 Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi , cet. ke-2, Jakarta: Prenadamedia Group, 2016, hlm. 99-106

َهّللا ّنِإ : لاَق َمّلَسَو ِهّيَلَع ُهّللا ىَلَص ِهّللا َلْوُس َر ّنَأ َةَرْيَرُه ْيِبَأ ْنَع َرْيِزْنِخْلا َم ّرَحَو اَهَنَمَثَو َةَتْيَمْلا َم ّرَحَو اَهَنَمَثَو َرْمَخْلا َم ّرَح )َدُواَدْوُبَا ُهاَوَر( ُهَنَمَثَو “Dari Abu Hurairah bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan khamar dan harganya, bangkai dan harganya, dan babi dan harganya.”(HR. Abu Dawud)

b. Prinsip Kebersihan

Dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi bahwa dalam mengonsumsi sesuatu harus memilih barang yang baik dan cocok untuk dimakan, tidak kotor, ataupun menjijikkan. Karena tidak semua barang konsumsi diperkenankan untuk dimakan dan diminum. Hanya makanan dan minuman yang halal, bersih, baik, dan bermanfaat yang boleh di konsumsi. Rasulullah menganjurkan agar sebelum makananan yang di konsumsi hendaklah dibersihkan terlebih dahulu dari segala bentuk kotoran, sebagaimana sabdanya:

ِتَعَقَو اَذِإ : َمّلَسَو ِهْيَلَع ُهللا ىَلَص ِهللا ُلْوُس َر َلاَق َلاَق ٍرِباَج ْنَع ُهاَو َر( اَهْلُكْأَيْلَو ىَذَلا َنِم اَهْيَلَعاَم ْحَسْمَيْلَف ْمُكِدَحَاِدَي ْنِم ُةَمْقّللا )َهَجاَم ُنْبا “Dari Jabir, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Jika segenggam makanan ada di tangan salah seorang kalian, maka hendaklah ia membersihkan kotoran yang ada di atasnya dan kemudian memakannya.” (HR. Muslim)

c. Prinsip Kesederhanaan

Prinsip ini mengatur manusia agar dalam memenuhui kebutuhan hidupnya tidak perlalu berlebihan, karena sikap berlebihan (israf) sangat dibenci oleh Allah dan pangkal dari berbagai kerusakan di muka bumi. Sikap yang berlebihan mengandung makna melebihi dari kebutuhan yang wajar dan cenderung menuruti hawa nafsu. Karena perilaku yang berlebihan sangat dilarang dalam islam.

Prinsip ini mempunyai dua arti yaitu kemurahan Allah kepada manusia dan kemurahan antar sesama manusia. Kemurahan Allah kepada manusia yaitu bahwa Allah telah memberikan rahmat dan nikmat-Nya melalui sifat Rahmn dan Rahim-Nya, sedangkan kemurahan hati antar sesama manusia adalah menafkahkan sebagian hartanya untuk orang lain. Menurut M. Abdul Mannan, makan makanan dan minum minuman yang disediakan Allah karena kemurahan-Nya diperbolehkan, selama hal itu halal dan dimaksudkan untuk kelangsungan hidup dan menjaga kesehatan demi menunaikan perintah Allah sesuai dengan tuntunan-Nya, disertai dengan perbuatan adil yang menjamin persesuain bagi semua perintah-Nya.

Di samping itu, Allah juga memerintahkan umat manusia agar bermurah hati dengan menyisihkan sebagian hartanya untuk membantu dan meringankan beban sesama manusia yang sedang diuji oleh Allah dengan kekurangan harta.

e. Prinsip Moralitas

Seorang muslim dalam hal mengkonsumsi harus mempunyai moralitas yang dikandung atau yang terdapat dalam islam sehingga tidak semata-mata memenuhi segala kebutuhan. Allah memberikan nmakanan dan minuman untuk berlangsungnya hidup umat manusia agar dapat meningkatkan nila-nilai moral dan spiritual. Seorang Muslim diajarkan untuk menyebut nama Allah sebelum makan ataupun minum dan menyatakan terimakasih setelah makan. Rasulullah bersabda:

ُلُكْأَي : َمّلَسَو ِهْيَلَع ُهّللا ىّلَص ِهللا ُلْوُسَر َناَك ْتَل اَق َةَثِئ اَع ْنَع ُهَلَكَأَف ّيِباَرْعَأ َءاَجَف ِهِباَحْصَأ ْنِم ٍرَفَن ِةّتِس يِف اًماَعَط َناَك ْوَل ُهّنَأ اَمَأ : َمّلَسَو ِهْيَلَع ُهّللا ىّلَص ِهّللا ُلْوُس َر َلاَقَف ِنْيَتَمْقُلِب اًماَعَط ْمُكُدَحَأ َلَكَأ اَذِإَف ْمُكاَفَكَل ِهّللا ِمْسِب َلاَق ْلُقَيْلَف ِهِلّوَأ ْيِف ِهّللا ِمْسِب َلْوُقَي ْنَأ َيِسَن ْنِإَف ِهّللا ِمْسِب :ْلُقَيْلَف )َهَجاَم ُنْبا ُهاَوَر( ِهِرِخآَو ِهِلّوَأ ْيِف ِهّللا ِمْسِب

“Dari Aisyah, katanya: Suatu ketika Rasulullah makan makanan bersama enam kelompok sahabt-sahabatnya, lalu seorang Arab datang dan makan dua suap, lalu Rasulullah bersabda, “Seandainya, ia mengucapkan ‘bismillah’ (dengan nama Allah), niscaya itu cukup bagi kalian, maka apabila salah seorang di antara kalian makan makanan, maka katakanlah ‘bismillah’ dan jika lupa hendaklah ia katakan ‘bismillah fi awwalih’ (dengan nama Allah pada awalnya) atau ia katakan, ‘bismillah fi awwalih wa akhirih’ (dengan nama Allah pada awal dan akhirnya).” (HR. Ibnu Majah)46

BAB III PENUTUP Simpulan

Distribusi dapat diartikan sebagai suatu proses penyaluran atau penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen dan para pemakai.

Konsep distribusi dalam Islam menurut Hadis di antaranya adalah pendistribusian harta harus segera dilaksanaka, larangan untuk menimbun barang, 46 Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta: Prenadamedia Group, 2016, hlm. 113-125

zakat, sedekah, nafaqah, warisan, udhhiyyah (kurban), infak, ‘aqiqah, wakaf, wasiat, dan musa’adah (bantuan) sebagai sarana untuk mendistribusikan sebagian kekayaan, Distribusi hasil kekayaan berasal dari usaha yang baik, Harta yang didistribusikan menjadi milik orang yang menerima, Waktu distribusi yang paling baik saat masih sehat, mempunyai sifat kikir, dan mencintai dunia, Orang yang mendistribusikan sebagian hartanya, didoakan oleh malaikat dan menjauhkan wajahnya dari api neraka.

Tujuan distribusi di antaranya adalah menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat, mengurangi ketidaksamaan pendapatan dan kekayaan dalam masyarakat, untuk menyucikan jiwa dan harta dari segala bentuk kotoran lahir ataupun batin, untuk membangun generasi yang unggul karena generasi muda merupakan penerus dalam sebuah kepemimpinan suatu bangsa, untuk mengembangkan harta dari dua sisi spiritual dan ekonomi, untuk pendidikan dan mengembangkan dakwah Islam melalui ekonomi, dan untuk terbentuknya solidaritas social di kalangan masyarakat.

Prinsip distribusi di antaranya adalah prinsip keadilan dan pemerataan, persaudaraan dan kasih sayang, dan solidaritas sosial.

Konsumsi diartikan sebagai pemakaian barang untuk mencukupi suatu kebutuhan secara langsung, atau penggunaan barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan manusia (the use of goods and services in the satisfaction of human wants). Sedangkan menurut Yusuf Qurdhawi konsumsi adalah pemanfaatan hasil produksi yang halal dengan batas kewajaran untuk menciptakan manusia hidup aman dan sejahtera.

Konsumsi dalam persepektif hadis nabi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat mengkonsumsi yaitu antara lain dalam mengkonsumsi harus hati-hati dan sesuai kebutuhan, tidak boleh bermewah-mewah, tidak boleh mencela barang yang dikonsumsi, halal, dan memperhatikan etika.

Adapun beberapa prinsip dalam konsumsi islam menurut M. Abdul Mannan yaitu antara lain: prinsip keadilan, prinsip kebersihan, prinsip kesederhanaan, prinsip kemurahan hati, dan prinsip moralitas.

Dalam dokumen Makalah Konsep Hadis tentang Konsumsi da (Halaman 29-35)

Dokumen terkait