• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Konsep Hadis tentang Konsumsi da

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Konsep Hadis tentang Konsumsi da"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

KONSEP HADIS TENTANG DISTRIBUSI DAN KONSUMSI

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Tafsir Ayat dan Hadis Ekonomi Dosen Pengampu : Dede Rodin, M. Ag

Disusun oleh :

Ovia Dwi Nurcahyani (1605036071)

Iman Andi Pranoto (1605036072)

Meidiana Pramesinta (1605036073)

JURUSAN S1 PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI dan BISNIS ISLAM

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai agama yang membawa rahmat bagi alam semesta, Islam telah mengatur seluruh aspek kehidupan manusia termasuk dalam bidang ekonomi di antaranya adalah distribusi dan konsumsi. Salah satu tujuannya adalah untuk mewujudkan keadila baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun individu.

Konsumsi adalah sebuah kegitan yang penting, bahkan dianggap karena paling penting. Alasan mengapa konsumsi dianggap paling penting adalah kegiatan dimana untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, untuk bertahan hidup. Begitu pula dengan distribusi, yang dimana tujuan distribusi salah satunya adalah untuk mencegah kepemilikan harta hanya pada golongan tertentu saja.

B. Rumusan Masalah

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Distribusi

1. Pengertian distribusi

Secara bahasa, distribusi berasal dari bahasa Inggris distribution yang berarti penyaluran dan pembagian.1 Adalah penyaluran, pembagian, atau pengiriman barang atau jasa kepada bebapa orang atau tempat.2 Secara istilah distribusi diartikan sebagai suatu proses penyaluran atau penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen dan para pemakai.3

Distribusi atau penyaluran barang dan jasa ini mempunyai peran yang sangat penting dalam kegiatan produksi dan konsumsi. Distribusi berperan dalam menjembatani produsen dan konsumen dalam perputaran roda perekonomian masyarakat. Tanpa distribusi, barang atau jasa yang diproduksi oleh produsen tidak akan sampai ditangan konsumen yang mana akan menyebabkan kegiatan produksi dan konsumsi tidak lancar.4 Dengan kata lain produksi, distribusi, dan konsumsi adalah tiga hal yang saling terikat dan tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya.

2. Konsep distribusi dalam Islam menurut Hadis

Rasulullah sangat menganjurkan umat Islam untuk mendistribusikan sebagian harta dan penghasilan untuk membantu saudara-suadara yang kekurangan dalam ekonominya. Distribusi yang dimaksud Nabi dibagi menjadi dua jenis, yang pertama adalah distribusi barang dan jasa yang berupa penyaluran atau penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen dan para pemakai, yang kedua adalah penyaluran sebagian harta kepada orang-orang yang membutuhkan sebagai wujud solidaritas sosial.5

1 Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta: Prenadamedia Group, 2015, hlm. 128

2 Dede Rodin, Tafsir Ayat Ekonomi, Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015, hlm. 126 3 Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta: Prenadamedia Group, 2015, hlm. 128

(4)

Distribusi jenis pertama adalah bentuk distribusi yang berorientasi pada

profit taking (keuntungan) atau dengan kata lain distribusi ini adalah sebagai salah satu upaya untuk tersalurkannya barang-barang hasil produksi supaya sampai pada konsumen yang kemudian produsen mendapatkan laba dari penjualan barang yang didistribusikan tersebut. Untuk distribusi jenis kedua adalah bentuk distribusi yang tidak berorientasi pada profit taking (tidak memperoleh keuntungan secara langsung), namun keuntungannya diperoleh dikemudian hari atau di akhirat.6 Untuk jenis distribusi yang berupa aktivitas ibadah dan sosial, Rasullulah menganjurkan untuk segera dilakukan oleh tiap Muslim yang mampu.

Dalam ekonomi Islam penekanan dalam distribusi adalah pada penyaluran harta kekayaan yang diberikan kepada beberapa pihak baik individu, masyarakat, ataupun negara. Ekonomi Islam menghendaki agar suatu barang didistribusikan kepada pihak-pihak yang berhak menerimanya. Distribusi tidak saja terjadi dalam dunia bisnis, tetapi juga dalam aktivitas ibadah dan sosial seperti zakat, infak, dan sedekah.7

Konsep distribusi dalam Islam menurut Hadis adalah sebagai berikut: a. Pendistribusian sebagian harta untuk disegerakan

َنب َةَثِراَح ُتْعِمَس َلاَق ٍدِلاَخ نب دَبْعَم ْنَع ُهللا ىّلَص ّيِبّنلا ُتْعِمَس ٌناَم َز ْمُكْيَلَع يِتْأَي ُهّنِإَف اوُقّدَصَت : ُلوُقَي َمّلَسَو ِهْيَلَع َلاَق ٍبْهَو َتْئِج ْوَل ُلُج ّرلا ُلوُقَي اَهُلَبْيَي ْنَم ُدِجَي َلَف ِهِتَقَدَصِب ُلُج ّرلا يِشْمَي ِهْيَلَع ٌقَفَتُم( اَهِب يِل َةَجاَح َلَف َمْوَيلا اّمَأَف اَهُتْلِبَقَل ِسْمَ ْلاِب اَهِب ) ِىِراَخُبْلِل ُظْفَللاَو.

“Dari Ma’bad ibn Khalid, katanya: Aku mendengar Haritsah ibn Wahab berkata, katanya: Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, “Bersedekahlah, karena (suatu saat akan datang masa) di mana seseorang berjalan untuk memberikan sedekahnya, tetapi orang yang akan diberinya (menolak) seraya berkata, ‘Seandainya kamu membawanya kemarin, niscaya aku menerimanya, tetapi kalau saat ini aku tidak 6 Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta: Prenadamedia Group, 2015, hlm. 133

(5)

membutuhkannya’. Maka tidak ada orang yang mau menerima sedekah itu.” (HR. Bukhari dan Muslim, lafal Hadis tersebut riwayat al-Bukhari).8

Dari hadis di atas jelas bahwa Rasulullah sangat menganjurkann kepada umat Muslim yang mampu agar menyegerakan dalam mendistribusikan sebagian hartanya, sebelum datang suatu masa ketika sudah tidak ada lagi orang yang mau menerimanya.

b. Larangan menimbun barang (ikhtikar)

Ikhtikar yaitu membeli barang melebihi kebutuhan dengan tujuan untuk menimbunnya, menguasai pasar, dan menjualnya dengan harga tinggi sekehendaknya pada saat masyarakat umum membutuhkan.9 Ikhtikarini biasanya dilakukan dengan tujuan untuk dijual kembali ketika barang yang ada di pasar mengalami kelangkaan, sehingga barang ini ditawarkan dengan harga yang tinggi kepada konsumen. Ikhtikar adalah salah satu aktivitas ekonomi yang dapat menimbulkan distorsi pasar dan mengandung dosa, sebagaimana sabda Rasulullah Saw:

ِنَم : َمّل َسَو ِهْيَلَع ُهللا ىّلَص ِهللا ُلْوُس َر َلاَق َلاَق ٍرَمْعَم ْنَع )ملسم هاور( ٌئِطاَخ َوُهَف َرَكَتْحا.

“Dari Ma’mar ia berkata, Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa yang menimbun barang, maka ia bersalah (berdosa)”. (HR.Muslim).10

Hadis di atas tidak ditentukan jenis barang yang dilarang untuk ditimbun. Terdapat perbedaan dikalangan ulama mengenai barang yang dilarang untuk ditimbun.

Pendapat yang pertama adalah pendapat dari mazhab Hanafi, Syafi’i, dan Hanbali. Mazhab ini berpendapat bahwa barang yang dilarang

8 Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta: Prenadamedia Group, 2015, hlm. 133-134

9 E-book: Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, Jakarta: PT Erwandi Tarmizi Konsultan, 2012, hlm. 187

(6)

untuk ditimbun adalah makanan pokok, didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattab r.a,

ِماَذُجْلاِب ُهللا ُهَب َرَض , ْمُهَماَعَط ََنْيِمِل ْسُمْلا ىَلَع َرَكَتْحا ِنَم ِس َلْفِ ْلاَو

“Barang siapa menimbun makanan pokok orang Muslim, niscaya Allah akan menimpakan kepadanya penyakit kusta dan perdagangannya bangkrut”. (HR. Ibnu Majah).11

Sedangkan menurut mazhab Maliki, barang-barang yang dilarang untuk ditimbun adalah apapun jenis barangnya yang menjadi kebutuhan orang banyak.

c. Zakat, sedekah, nafaqah, warisan, udhhiyyah (kurban), infak, ‘aqiqah, wakaf, wasiat, dan musa’adah (bantuan) sebagai sarana untuk mendistribusikan sebagian kekayaan.

1. Zakat

Zakat adalah kewajiban seorang Muslim untuk menyisihkan sebagian hartanya, untuk didistribusikan kepada kelompok tertentu (8

ashnaf).12 Dengan adanya zakat dapat membantu masyarakat yang

kurang mampu sehinggga perekonomian masyarakat keadaan stabil serta dapat mempererat persaudaraan antar sesama umat Islam. Salah satu hadis yang menganjurkan untuk membayar zakat adalah sebegai berikut:

Dari Ibnu Umar r.a., dia berkata, “Rasullulah Saw bersabda:

ّنَأَو ُهللا ّلَإ َهَلِإ َل ْنَأ ِةَداَه َش : ٍسْمَخ ىَلَع ُمَلْس ِ ْلا َيِنُب ّجَح َو ،ِةاَك ّزلا ِءاَتْيِإ َو ,ِةَلّصلا ِماَقِإ َو ،ُهُلوُس َرَو ُهُدْبَع اًدّمَحُم َناَضَم َر ِمْوَص َو ، ِتْيَبْلا.

“Islam dibangun di atas lima perkara: Syahadat bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan RasulNya, mendirikan shalat, membayar zakat, haji ke 11E-book: Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, Jakarta: PT Erwandi Tarmizi Konsultan, 2012, hlm. 194

(7)

Baitullah, dan puasa Ramadhan”. (HR. al-Bukhari, Muslim, dan lain-lain).13

Rasulullah bersabda:

ِهْيَلَع ُهللا ىَلَص َىِبَنلا َنَا اَمُهْنَع ُهللا َىِض َر ٍساَبَع ِنْبا ْنَع ِدَق َهللا َنَا : ِهْيِف َثْيِدَحْلا َرَكَذَف ِنَمَيْلا ىَلِا اًذاَعُم َثَعَب َمَلَسَو ُد َرُتَف ْمِهِئاَيِنْغَا ْنِم ُذَخْؤُت ْمِهِلاَوْمَا ىِف ًةَقَدَص ْمِهْيَلَع َض َرَتْفا )راخبلل ظفللاو هيلع قفتم( ْمِهِئاَرَقُف ىِف

“Dari Ibn ‘Abbas r.a. bahwasanya Nabi Saw mengutus Muadz ke Yaman lalu menyebutkan Hadis (sabda Nabi) kepadanya, “Sesungguhnya Allah mewajibkan kepada mereka sedekah (zakat) dari harta mereka yang diambil dari orang-orang kaya mereka dan diberikan kepada orang-orang fakir di antara mereka”. (HR. al-Bukhari dan Muslim, lafal Hadis tersebut riwayat Muslim).14

Apabila seseorang dalam keadaan mampu namun tidak mau mengeluarkan zakat untuk hartanya, Rasulullah melaknatnya.

Dari al-Ashbahani, dia meriwayatkan dari Ali r.a., dia berkata, ِهللا ُلْوُس َر َنَعَل ْوُمَو ,اَب ّرلا َلِكآ َمّل َسَو ِهْيَلَع ُهللا ىّلَص

َعِناَمَو , ََةَمِشْوَتْسُمْلاَو ,َةَمِشاَوْلاَو ,ُهَبِتاَكَو ,ُهَدِها َشَو ,ُهَلِك ُهَل َلّلَحُمْلاَو َلّلَحُمْلاَو , ِةَقَدّصلا

“Rasulullah Saw melaknat orang yang makan riba, orang yang memberi makan dari harta riba, saksinya, penulisnya, wanita pembuat tato di tubuhnya dan yang meminta dibuatkan tato, orang yang menolak membayar zakat, muhallil (orang yang menghalalkan) dan muhallal lahu (orang yang dihalalkan untuknya)”.15

2. Sedekah

Sedekah menurut Al Jurjani adalah pemberian yang diberikan untuk mengharapkan pahala dari Allah SWT. Sedangkan menurut Al Raghib al Asfahani sedekah adalah harta yang dikeluarkan manusia 13 Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, Shahih At-Targhib Wa At-Tarhib, terj. Izzudin Karimi, Mustofa Aini, dan Kholid Samhudi, Jakarta: Pustaka Sahifa, 2007, hlm. 133

14 Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta: Prenadamedia Group, 2015, hlm. 138

(8)

untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT., seperti zakat. Bedanya sedekah untuk kategori sunnah dan zakat untuk kategori wajib.16 Secara umum sedekah adalah pemberian yang diberikan baik oleh orang yang kaya ataupun tidak dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Menurut Rasullulah, konsep sedekah dalam Islam ada dua, yaitu yang pertama adalah amal-amal ibadah seperti tasbih, takbir, tahmid, tahlil, dan lain sebagainya dan yang kedua adalah memberikan harta kepada orang yang membutuhkan. Seperti dalam Hadis,

َمّل َسَو ِهْيَلَع ُهللا ىّلَص ّىِبّنلا ِباَحْصَأ ْنِم اًساَن ّنَأ ّرَذ ىِبَأ ْنَع ُلْهَأ َبَهَذ ِهللا َلوُس َر اَي : َمّلَسَو ِهْيَلَع ُهللا ىّلَص ّىِبّنلِل اوُلاَق ُموُصَن اَمَك َنوُموُصَيَو ىّلَصُن اَمَك َنوّلَصُي ِروُجُ لِب ِروُثّدلا ْمُكَل ُهللا َلَعَج ْدَق َسْيَلَوَأ : َلاَق . ْمِهِلاَوْمَأ ِلوُضُفِب َنوُقّدَصَتَيَو ّلُكَو ٌةَقَدَص ٍة َريِبْكَت ّلُكَو ًةَقَدَص ٍةَحيِبْسَت ّلُكِب ّنِإ َنوُقّدّصَت َام ٌةَقَدَص ِفو ُرْعَمْلاِب ٌرْمَأَو ٌةَقَدَص ٍةَليِلْهَت ّلُكَو ٌةَقَدَص ٍةَديِمْحَت اَي : اوُلاَق .ٌةَقَدَص ْمُكِدَحَأ ِعْضُب ىِفَو ٌةَقَدَص ٍرَكْنُم ْنَع ٌىْهَنَو : َلاَق ٌرْجَأ اَهيِف ُهَل ُنوُكَيَو ُهَتَوْه َش اَنُدَحَأ ىِتْأَيَأ ِهللا َلوُس َر اَذِإ َكِلَذَكَف ٌرْزِو اَهْيِف ِهْيَلَع َناَكَأ ٍماَرَح ىِف اَهَعَضَو ْوَل ْمُتْيَأَرَأ )ملسم هاور( ٌرْجَأ ُهَل َناَك ِل َلَحْلا ىِف اَهَعَضَو “Dari Abu Dzar bahwasanya para sahabat Nabi berkata kepada Nabi Saw: Wahai Rasulullah, orang-orang yang berharta itu pergi dengan membawa pahala, mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, dan mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka. Nabi bersabda, “Bukankah Allah telah menjadikan sesuatu yang dapat kalian sedekahkan? Sesungguhnya tiap tasbih adalah sedekah, tiap takbir adalah sedekah, tiap tahmid adalah sedekah, tiap tahlil adalah sedekah, memerintah pada kebajikan adalah sedekah, mencegah dari kemungkaran juga sedekah, dan mas kawin salah seorang kalian adalah sedekah.” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah jika salah seorang di antara kami bersetubuh dengan istrinya terdapat sedekah padanya? Rasul menjawab, “Bagaimana pendapat kalian jika ia melakukannya pada keharaman (zina) bukankah hal itu mendapatkan hukuman, demikian pula jika

(9)

melakukannya secara halal akan mendapatkan pahala”. (HR. Muslim).17

Meskipun menganjurkan sedekah dengan takbir, tasbih, tahmid, tahlil, amar ma’ruf dan nahi mungkar, Rasulullah tidak mencukupkan sedekah hanya dengan itu, namun Rasulullah juga mendorong seseorang untuk bersedekah dengan materi, bahkan apabila tidak mempunyai materi untuk disedekahkan, ia dituntut bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan pribadinya lalu menyedekahkan sebagian hartanya. Rasulullah bersabda,

ىّلَص ّيِبّنلا ْنَع ِهّدَج ْنَع ِهيِبَأ ْنَع َةَدْرُب يِبَأ ُنْب ُدْيِعَس اَنَثّدَح ّيِبَن اَي اوُلاَقَف ٌةَقَدَص ٍمِلْسُم ّلُك ىَلَع :َلاَق َمّلَسَو ِهْيَلَع ُهللا اوُلاَق ُقّدَصَتَيَو ُهَسْفَن ُعَفْنَيَف ِهِدَيِب ُلَمْعَي َلاَق ْدِجَي ْمَل ْنَمَف ِهللا ْدِجَي ْمَل ْنِإَف اوُلاَق ََفوُهْلَمْلا ِةَجاَحْلا اَذ ُنيِعُي َلاَق ْدِجَي ْمَل ْنِإَف ٌةَقَدَص ُهَل اَهّنِإَف ّر ّشلا ْنَع ْكِسْمُيْلَو ِفو ُرْعَمْلاِب ْلَمْعَيْلَف َلاَق )ىراخبلا هاور(

“Said ibn Abi Burdah bercerita kepada kami dari ayahnya dari kakeknya dari Nabi Saw, ia bersabda, “Atas tiap Muslim (dianjurkan) sedekah”. Para sahabat bertanya, “Wahai Nabi Allah, (bagaimana) bagi orang yang tidak mendapatkan (harta untuk disedekahkan)? Rasul menjawab, “Hendaklah ia bekerja lalu membiayai dirinya dan bersedekah”. Mereka berkata lagi, “Bagaimana kalau ia masih belum mendapatkannya?” Sabda Nabi, “Hendaklah ia menolong orang yang membutuhkannya”. Mereka bertanya lagi, “Bagaimana kalau ia masih belum bisa mendapatkannya?”. Nabi menjawab, “Hendaklah ia berbuat baik dan mencegah dari kejahatan, karena sesungguhnya ia adalah sedekah”. (HR. al-Bukhari).18

3. Infak

Adalah sedekah yang diberikan kepada orang lain jika kondisi keuangan rumah tangga sudah berada di atas nisab. Muslim tidak dituntut untuk mendistribusikan hartanya untuk infak sebelum

17 Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta: Prenadamedia Group, 2015, hlm. 134-135

(10)

memenuhi kewajiban membayar zakat19, namun demikian Rasulullah menganjurkan agar seseorang menginfakkan sebagian hartanya secara ikhlas serta sembunyi-sembunyi sehingga orang lain tidak mengetahuinnya. Rasulullah bersabda,

ِهْيَلَع ُهللا ىَلَص ّيِبّنلا ْنَع ُهْنَع ُهللا َيِض َر َة َرْي َرُه يِبَأ ْنَع ّلِإ ّلِظ َل َمْوَي ِهّلِظ يِف ىَلاَعَت ُهللا ْمُهّلِظُي ٌةَعْبَس :َلاَق َمّلَسَو ٌقّلَعُم ُهُبْلَق ٌلُج َرَو ِهللا ِةَداَبِع يِف َأ َشَن ّبا َشَو ٌلْدَع ٌماَمِإ ُهّلِظ اَق ّرَفَتَو ِهْيَلَع اَعَمَتْجا ِهللا يِف اّباَحَت ِنَلُج َرَو َِدِجاَسَمْلا يِف ُفاَخَأ يّنِإ َلاَقَف ٍلاَمَجَو ٍبِصْنَم ُتاَذ ٌةَأَرْما ُهْتَعَد ٌلُجَرَو ِهْيَلَع اَم ُهُلاَمِش َمَلْعَت َل ّتَح اَهاَفْخَأَف ٍةَقَدَصِب َقّدَصَت ٌلُج َرَو َهللا هاور( ُهاَنْيَع ْتَضاَفَف اًيِلاَخ ُهللا َرَكَذ ٌلُج َرَو ُهُنيِمَي ُقِفْنُت )ىراخبلا

“Dari Abu Hurayrah r.a. dari Nabi Saw, ia bersabda, “Tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah pada saat tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu pemimpin yang adil, seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam ibadah kepada Allah, seorang yang hatinya terikat dengan masjid, dua orang sahabat yang saling mencintai karena Allah yang berkumpul dan berpisah karena-Nya, seorang laki-laki yang diajak (untuk berbuat mesum) oleh seorang perempuan bangsawan dan cantik lalu (menolaknya seraya) berkata, ‘sesungguhnya aku takut kepada Allah’, seorang yang bersedekah dan menyembunyikannya sehingga tangan kiri tidak tahu apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, dan seseorang yang berzikir kepada Allah sendirian lalu meneteskan air matanya”. (HR. al-Bukhari)20

Dari hadis di atas dapat diketahui bahwa apabila seseorang menginfakkan sebagian hartanya secara sembunyi-sembunyi sehingga orang lain tidak mengetahui yang diibaratkan dengan apa yang diberikan tangan kanan tangan kiri tidak mengetahuinya, akan mendapatkan naungan pada hari kiamat, dimana tidak ada naungan selain naungan dari Allah SWT bersama dengan enam golongan yang lain.

19 Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta: Prenadamedia Group, 2015, hlm. 141

(11)

4. Nafaqah atau nafkah

Adalah sesuatu yang diberikan seseorang kepada orang-orang atau sesuatu yang menjadi tanggungannya. Nafkah ini ditujukan untuk enam orang yaitu diri sendiri, istri, suadara, pembantu wanita, budak, dan hewan peliharaan.21

Seorang kepala rumah tangga berkewajiban memberikan nafkah kepada orang-orang atau sesuatu yang menjadi tanggungannya. Rasulullah bersabda:22

ُهْنَع ُهللا َيِض َر َة َرْي َرُه اَبَأ َعِمَس ُهّنَأ ِبّيَسُم نْب ديِعَس ْنَع َناَك اَم ِةَقَدّصلا ُرْيَخ :َلاَق َمّلَسَو ِهْيَلَع ُهللا ىّلَص ّيِبّنلا ْنَع )ىراخبلا هاور( ُلوُعَت ْنَمِب ْأَدْباَو ىًنِغ ِرْهَظ ْنَع

“Dari Sa’id ibn al-Musayyab bahwasanya ia mendengar Abu Hurayrah r.a. dari Nabi Saw ia bersabda, “Sebaik-baik sedekah adalah yang berasal dari kelebihan kekayaan dan mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu.” (HR. al-Bukhari).

: َمّلَسَو ِهْيَلَع ُهللا ىّلَص ِهللا َلْوُس َر َلاَق َلاَق َناَبْوَث ْنَع ٌراَنْيِدَو ِهِلاَيِع ىَلَع ُهُقِفْنُي ٌراَنْيِد ُلُج ّرلا ُهُقِفْنُي ٍرَنْيِد ُلَضْفَأ ُهُقِفْنُي ىَلَع ُهُقِفْنُي ٌراَنْيِدَو ِهللا ِلْيِبَس ىِف ِهِتّباَد ىَلَع ُلُج ّرلا

)ملسم هاور( ِهللا ِلْيِبَس ىِف ِهِباَحْصَأ

“Dari Tsawban katanya: Rasulullah Saw bersabda, “Dinar paling utama yang dinafkahkan oleh seseorang adalah dinar yang dinafkahkan kepada keluarganya dan dinar yang dinafkahkan seseorang pada binatang yang (dikendarainya) di jalan Allah, serta dinar yang dinafkahkan pada sahabat-sahabatnya di jalan Allah”. (HR. Muslim).

ِهْيَلَع ُهللا ىّلَص ِهللا َلْوُس َر َلاَق َلاَق َة َرْي َرُه ىِبَأ ْنَع ىِف ُهَتْقَفْنَأ ٌراَنْيِدَو ِهللا ِلْيِبَس ىِف ُهَتْقَفْنَأ ٌراَنْيِد : َمّلَسَو ىَلَع ُهَتْقَفْنَأ ٌراَنْيِدَو ٍنْيِكْسِم ىَلَع ِهِب َتْقّدَصَت ٌراَنْيِدَو ٍةَبَق َر )ملسم هاور( َكِلْهَأ ىَلَع ُهَتْقَفْنَأ ىِذّلا ا ًرْجَأ اَهُمَظْعَأ َكِلْهَأ

21 Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta: Prenadamedia Group, 2015, hlm. 136

(12)

“Dari Abu Hurayrah, katanya: Rasulullah Saw bersabda, “Dinar yang kamu nafkahkan di jalan Allah, dinar yang kamu nafkahkan kepada budakmu, dan dinar yang kamu sedekahkan kepada orang-orang miskin, serta dinar yang kamu nafkahkan kepada keluargamu, yang paling besar pahalanya adalah dinar yang dinafkahkan kepada keluargamu”. (HR. Muslim).

Dari ketiga hadis di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa nafkan yang paling utama untuk didahulukan pemberiannya adalah nafkah untuk keluarga, yang kemudian disusul pemberian nafkah untuk sahabat, orang miskin, budak, dan binatang peliharaan.

Apabila seseorang memberikan nafkah kepada orang lain, maka orang tersebut juga akan mendapatkan nafkah dari Allah SWT. Segala sesuatu yang telah diberikan kepada orang lain tidak lantas hilang begitu saja, tetapi akan mendapatkan balasan atau ganti dari Allah SWT baik berupa pahala maupun dalam bentuk materi di lain waktu. Sebagaimana disebutkan dalam hadis qudsi berikut ini:

: َلاَق َمّلَسَو ِهْيَلَع ُهللا ىّلَص ّيِبّنلا ِهِب ُغُلْبَي َة َرْي َرُه ىِبَأ ْنَع هاور( َكْيَلَع ْقِفْنُأ ْقِفْنَأ َمَدآ َنْبا اَي ىَلاَعَتَو َك َراَبَت ُهللا َلاَق )ملسم

“Dari Abu Hurayrah, ia menyampaikan dari Nabi Saw sabdanya, “Allah Tabaraka wa ta’ala berfirman: “Wahai manusia, nafkahkanlah (hartamu), niscaya Aku akan memberi nafkah kepadamu”. (HR. Muslim).23

5. Warisan

Warisan adalah pembagian harta yang ditinggalkan oleh orang yang sudah meninggal kepada para ahli warisnya. Rasulullah memerintahkan agar harta warisan didistribusikan kepada yang berhak menerimanya, sebagaimana sabda Rasulullah:

(13)

: َمّلَسَو ِهْيَلَع ُهللا ىّلَص ِهللا ُلوُس َر َلاَق َلاَق ٍساّبَع ِنْبا ْنَع هاور( ٍرَكَذ ٍلُجَر ىَلْوَل َوُهَف َىِقَب اَمَف اَهِلْهَأِب َضِئاَرَفْلا َاوُقِحْلأ )ملسم “Dari Ibn ‘Abbas, katanya Rasulullah Saw bersabda, “Berikanlah harta warisan kepada yang berhak menerimanya, jika ada sisanya maka diberikan kepada anak laki-laki yang pertama”. (HR. Muslim)24

Untuk tata cara pembagian harta warisan kebanyakan sudah ditentukan dalam ayat al-Quran. Oleh karena itu Rasulullah memerintah supaya pembagian warisan dilakukan berdasarkan ketentuan ayat-ayat al-Quran, sebagaimana sabda Rasul:

: َمّلَسَو ِهْيَلَع ُهللا ىّلَص ِهللا ُلوُس َر َلاَق َلاَق ٍساّبَع ِنْبا ْنَع ِتَك َرَت اَمَف ِهللا ِباَتِك ىَلَع ِضِئا َرَفْلا ِلْهَأ َنْيَب َلاَمْلا اوُمِسْقا ُضِئا َرَفْلا ىَلْوَلَف

)ملسم هاور( رَكَذ ٍلُج َر

“Dari Ibn ‘Abbas, katanya: Rasulullah Saw bersabda, “Bagilah harta warisan di antara para ahli waris sesuai ketentuan kitab Allah (al-Quran), jika ada sisa yang tertinggal, maka berikan kepada anak laki-laki yang pertama”. (HR. Muslim)25

Dengan adanya hukum waris ini akan mengurangi ketidakadilan distribusi kekayaan. Hukum waris merupakan alat penimbang yang sangat kuat dan efektif untuk mencegah pengumpulan kekayaan hanya pada kalangan tertentu saja saja. Dengan demikian waris bertujuan untuk menyebarkan luaskan pembagian kekayaan dan mencegah penimbunan harta dalam bentuk apapun.26

6. Udhiyyah dan ‘aqiqah

Udhiyyah atau qurban adalah menyembelih binatang ternak pada saat hari raya Idhul Adha dan hari tasyrik dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan cara menyedekahkan

24 Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta: Prenadamedia Group, 2015, hlm. 139

25 Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta: Prenadamedia Group, 2015, hlm. 139-140

(14)

daging-daging kepada pihak-pihak yang membutuhkan misalnya fakir dan miskin.27

‘Aqiqah (akikah) adalah kegiatan pemotongan kambing untuk anak yang dilahirkan, satu ekor kambing untuk anak perempuan dan dua ekor kambing untuk anak laki-laki. Sebagaimana sabda Rasulullah,

ُهللا ىّلَص ِهللا َلوُس َر ُتْعِمَس ْتَلاَق ِةّيِبْعَكْلا ٍز ْرُك ّمُأ ْنَع ِةَيِراَجْلا ِنَعَو ِناَتَئِفاَكُم ِناَتا َش ِمَلُغْلا ِنَع : ُلوُقَي َمّلَسَو ِهْيَلَع )دواد وبا هاور( ٌةا َش “Dari Umm Kurz al-Ka’biyyah, katanya, aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, “(Akikah) itu untuk anak laki-laki dua ekor kambing dan untuk anak perempuan satu ekor kambing”. (HR. Abu Dawud)28 7. Waqaf

Adalah menahan suatu benda untuk diambil manfaatnya untuk kepentingan umum sesuai dengan syariat Islam. Wakaf dianjurkan untuk dilaksanakan dalam rangka untuk memberikan manfaat kepada masyarakat, misalnya wakaf untuk tempat ibadah, lembaga “Dari Ibn ‘Umar katanya, Umar mendapatkan tanah di Khaybar lalu ia mendatangi Nabi Saw meminta agar Nabi memerintahkan sesuatu tentangnya. Ia berkata, wahai Rasulullah, aku mendapatkan tanah di Khaybar, maka apa yang akan engkau perintahkan padaku tentangnya? Rasul bersabda, “Jika kamu mau kamu tahan pokoknya dan bersedekahlah dengannya.” Kata Ibn ‘Umar, maka ‘Umar pun 27 E-book: M. Syafi’i Hadzami, Taudhihul Adhillah: Penjelasan tentang Dalil-dalil

Muamalah (Muamalah, Nikah, Jinayah, Makanan/ Minman, dan Lain-lain), Jakarta: Elex Media Komputindo, 2010, hlm. 345

(15)

bersedekah dengannya tapi ia tidak menjual asal (pokok)-nya, tidak mewariskan, dan tidak menghibahkan”. (HR. Muslim)29

Jadilah ‘Umar mewaqafkan tanah tersebut, tidak menjualnya juga tidak mewariskannya kepada siapapun. Buah dari tanaman yang tumbuh di tanah tersebut hasilnya dibagikan kepada fakir miskin, kerabat, musafir, dan untuk menjamu tamu-tamu.30

8. Wasiat

Wasiat merupakan pendistribusian harta kepada orang lain setelah pemilik harta tersebut meninggal dunia. Untuk harta yang diwasiatkan maksimal 1/3 dari harta yang diwariskan. Ditegaskan dalam hadis riwayat Mu’adz bin Jabal bahwa Rasululullah Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah (memperbolehkan) kepadamu sedekah dengan sepertiga hartamu pada saat ajal akan menjemputmu, sebagai suatu tambahan terhadap kebaikan-kebaikanmu”.31

9. Musa’adah

Musa’adah merupakan bantuan yang diberikan kepada orang lain yang sedang terkena musibah atau mengalami kesulitan dan ini merupakan sesuatu yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah Saw. Rasulullah bersabda,

ِهْيَلَع ُهللا ىّلَص ِهللا ُلوُس َر َلاَق َلاَق َة َرْي َرُه ىِبَأ ْنَع ُهللا َسّفَن اَيْنّدلا ِب َرُك ْنِم ًةَب ْرُك ٍنِمْؤُم ْنَع َسّفَن ْنَم : َمّلَسَو َر ّسَي ٍرِسْعُم ىَلَع َرّسَي ْنَمَو ِةَماَيِقْلا ِمْوَي ِب َرُك ْنِم ًةَب ْرُك ُهْنَع ىِف ُهللا ُه َرَتَس اًمِلْسُم َرَتَس ْنَمَو ِة َرِخخاَو اَيْنّدلا ىِف ِهْيَلَع ُهللا ِنْوَع ىِف ُدْبَعْلا َناَك اَم ِدْبَعْلا ِنْوَع ىِف ُهللاَو ِة َرِخخاَو اَيْنّدلا )ملسم هاور( ِهيِخَأ “Dari Abu Hurayrah katanya: Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa meringankan duniawi dari seorang mukmin, maka Allah akan meringankan darinya kesusahan akhirat, barangsiapa mempermudah 29 Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta: Prenadamedia Group, 2015, hlm. 143

30E-book: Puspa Swara dan Syamsul Rizal Hamid, 1500++ Hadis & Sunah Pilihan , Puspa Swara, 2017, hlm. 159.

(16)

orang yang mendapat kesulitan, maka Allah akan mempermudahnya di dunia dan akhirat, dan barangsiapa menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan akhirat. Allah akan menolong seorang hamba selama hamba itu suka menolong saudaranya”. (HR. Muslim)32

d. Distribusi hasil kekayaan berasal dari usaha yang baik

Menurut Rasulullah, harta yang didistribusikan haruslah berasal dari usaha yang baik. Apabila seseorang mendistribusikan hartanya baik melalui zakat, infak, sedekah, dan lain sebagainya berasal dari harta yang tidak baik (haram) maka itu tidak ada gunanya di hadapan Allah SWT. Sebagaimana sabda Rasulullah,

ىّلَص ِهللا ُلوُس َر َلاَق َلاَق ُهْنَع ُهللا َيِض َر َة َرْي َرُه ىِبَأ ْنَع َ لَو ٍبّيَط ٍبْسَك ْنِم ٍةَرْمَت ِلْدَعِب َقّدَصَت ْنَم : َمّلَسَو ِهْيَلَع ُهللا ِهِبِحاَصِل اَهْيّب َرُي ّمُث ِهِنِمَيِب اَهُلّبَقَتَي َهللا ّنِإَو َبّيّطلا ّلِإ ُهللا ُلَبْقَي هيلع قفتم( ِلَبَجْلا َلْثِم َنوُكَت ىّتَح ُهّوُلَف ْمُكُدَحَأ يّب َرُي اَمَك )ىرخبلل ظفللاو “Dari Abu Hurayrah r.a., katanya: Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa bersedekah dengan sekantong kurma yang diperoleh dari hasil usaha yang baik dan Allah tidak menerima kecuali yang baik, maka sesungguhnya Allah menerima dengan tangan kanan-Nya kemudian Ia menumbuhkan bagi pemiliknya sebagaimana salah seorang di antara kalian membesarkan anak unta hingga (tampak) seperti gunung”. (HR. Bukhari Muslim dengan redaksi Bukhari)33

Dalam Hadis dari Abu Hurayrah r.a., dia berkata, “Rasulullah Saw bersabda,

َناَكَو , ٌرْجَأ ِهْيِف ُهَل ْنُكَي ْمَل , ِهِب َقّدَصَت ّمُث اًماَرَح ًلاَم َعَمَج ْنَم ِهْيَلَع ُه ُرْصِإ “Barangsiapa mengumpulkan harta yang haram, kemudian dia bersedekah dengannya, maka dia tidak mendapatkan pahala dan memikul dosanya.

32 Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta: Prenadamedia Group, 2015, hlm. 144

(17)

Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dalam shahih

keduanya dan al-Hakim.34

e. Harta yang didistribusikan menjadi milik orang yang menerima

Apabila seseorang telah mendistribusikan sebagian hartanya untuk orang lain, maka harta itu telah menjadi hak milik orang yang meneima dan tidak dapat diminta atau di tarik kembali. Rasulullah mengibaratkan orang yang menarik kembali harta yang sudah diberikannya dengan seekor anjing yang muntah dan memakannya kembali. Sebagaimana Hadis,

َنْبا ُتْعِمَس ُلوُقَي ِبّيَسُمْلا َنْب َدْيِعَس َعِمَس ُهّنَأ ٍرْيَكُب ْنَع ُتْعِمَس ُلوُقَي ٍساّبَع : ُلوُقَي َمّلَسَو ِهْيَلَع ُهللا ىّلَص ِهللا َلوُس َر

ِبْلَكْلا ِلَثَمَك ِهِتَقَدَص ىِف ُدوُعَي ّمُث ٍةَقَدَصِب ُقّدَصَتَي ىِذّلا ُلَثَم اَمّنِإ ُهَأْيَق ُلُكْأَي ّمُث ُءىِقَي )ملسم هاور( “Dari Bukayr bahwasanya ia mendengar Sa’id ibn al-Musayyab berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya perumpamaan orang yang bersedekah kemudian meminta kembali sedekahnya itu, seperti seekor anjing yang muntah kemudian memakan muntahannya itu”. (HR. Muslim)35

f. Waktu distribusi yang paling baik saat masih sehat, mempunyai sifat kikir, dan mencintai dunia

Ketika manusia dalam keadaan sehat dan cinta terhadap dunianya (hartanya) melebihi cintanya terhadap akhirat, biasanya sifat enggan dan keberatan untuk mengeluarkan sebagian hartanya tinggi pada saat itu. Namun, ketika kematian didepan mata, ajal hampir menjemput sedekah itu tidak banyak berarti kecuali warisan dan wasiat yang memang diberikan ketika menjelang ajal tiba. Rasulullah bersabda,

ىّلَص ّيِبّنلا ىَلَإ ٌلُجَر َءاَج َلاَق ُهْنَع ُهللا َيِض َر َة َرْي َرُه ىِبَأ ْنَع َلاَق ا ًرْجَأ ُمَظْعَأ ِةَقَدّصلا ّيَأ ِهللا َلوُسَراَي َلاَقَف َمّلَسَو ِهْيَلَع ُهللا َ لَو ىَنِغلا ُلُمْأَتَو َرْقَفْلا ى َشْخَت ٌحْيِح َش ٌحْيِحَص َتْنَأَو َقّدَصَت ْنَأ : 34 Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, Shahih At-Targhib Wa At-Tarhib, terj. Izzudin Karimi, Mustofa Aini, dan Kholid Samhudi, Jakarta: Pustaka Sahifa, 2007, hlm. 241

(18)

ْدَقَو اَذَك ٍنَلُفِلَو اَذَك ٍنَلُفِل َتْلُق َموُقْلُحْلا ْتَغَلَب اَذِإ ىّتَح ُلِهْمَت )ىراخبلا هاور( ٍنَلُفِل َناَك “Dari Abu Hurayrah r.a., katanya: Seorang laki-laki datang kepada Nabi Saw dan berkata, “Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling besar pahalanya? Rasulullah menjawab, “Kamu bersedekah sedangkan kamu dalam keadaan sehat dan kikir, kamu takut kefaakiran dan ingin kaya, dan jangan menunda-nunda hingga nyawa sampai tenggorokan kemudian kamu berkata: harta ini untuk si anu, yang ini untuk si anu, padahal si anu itu sudah mempunyai bagian sendiri”. (HR. al- Bukhari)36

Oleh karena itu Rasulullah melarang manusia untuk terlalu mencintai hartanya. Karena harta yang dimiliki tidak akan dibawa mati. Menurut Rasulullah harta seseorang tidak lebih dari tiga kategori, yaitu sebagai sesuatu yang dimakan, dipaki, dan diberikan kepada orang lain. Sebagaimana Hadis dari Abu Hurayrah r.a., dia Rasulullah Saw bersabda,

َلَكَأ اَم : ٌثَلَث ِهِلاَم ْنِم ُهَل اَمّنِإ , ْيِلاَم ْىِلاَم ُدْبَعْلا ُلوُقَي َكِلاَذ ىَوِس اَمَو , ىَنَتْقاَف ىَطْعَأ ْوَأ , ىَلْبَأَف َسْيَل ْوَأ , ىَنْفَأَف ِساّنلِل ُهُك ِراَتَو ٌبِهاَذ ُوُهَف “Seorang hamba berkata, ‘Hartaku, hartaku’, padahal dari hartanya dia hartanya mendapatkan tiga perkara yaitu apa yang dimakan lalu ia habis atau apa yang dipakai lalu ia usang, atau apa yang dia berikan lalu dia menyimpan pahalanya di akhirat. Selain itu ia adalah lenyap dan (menjadi) barang peninggalannya untuk orang (selainnya). (HR. Muslim)37

g. Orang yang mendistribusikan sebagian hartanya, didoakan oleh malaikat dan menjauhkan wajahnya dari api neraka

Harta hanya digunakan seperlunya saja dan tidak akan dibawa mati, maka menurut Rasulullah hendaknya sebagian harta yang dimiliki didistribusikan kepada orang-orang yang membutuhkan agar tercipta keharmonisan hidup dikalangan masyarakat. Begitu pentingnya distribusi ini sehingga para malaikat senantiasa berdoa untuk itu. Sebagaimana sabda Rasulullah,

36 Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta: Prenadamedia Group, 2015, hlm. 146

(19)

ّنَأ ُهْنَع ُهللا َيِض َر َة َرْي َرُه ىِبَأ ْنَع “Dari Abu Hurayrah r.a., bahwasanya Nabi Saw bersabda, “Tidaklah pada suatu hari, seorang hamba berada pada pagi hari kecuali dua malaikat turun, lalu salah satunya berkata: ‘Ya Allah, berikanlah ganti kepada orang yang menginfakkan hartanya’ dan yang lain juga berkata, ‘Ya Allah, neraka walau hanya dengan (bersedekah) separuh kurma. (Diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad shahih)39

3. Tujuan distribusi

Sebagaimana produksi dan konsumsi, distribusi juga mempunyai tujuan, di antaranya adalah sebagai berikut:40

Pertama, menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kebutuhan dasar masyarakat seperti kebutuhan pada makanan dan minuman merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan kalau tidak, akan terjadi kesulitasn bahkan kematian. Manusia harus terus berusaha untuk mempertahankan kehidupannya dengan melakukan pemenuhan kebutuhan primernya sebatas yang dibutuhkan dan tidak berlebihan. Mereka juga harus mendistribusikan barang-barang untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Kedua, mengurangi ketidaksamaan pendapatan dan kekayaan dalam masyarakat. Apabila terjadi perbedaan ekonomi yang mencolok antara yang 38 Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta: Prenadamedia Group, 2015, hlm. 147

39 Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, Shahih At-Targhib Wa At-Tarhib, terj. Izzudin Karimi, Mustofa Aini, dan Kholid Samhudi, Jakarta: Pustaka Sahifa, 2007, hlm. 228

(20)

kaya dan yang miskin akan mengakibatkan adanya sifat saling benci yang pada akhirny amelahirkan sikap permusuhan dan perpecahan dalam masyarakat. Meskipun demikian, Islam mengakui adanya perbedaan jumlah harta antar-individu dalam masyarakat. Karena itu, ada yang kaya dan ada pula yang miskin, tetapi jurang pembeda di antara mereka tidak boleh terlalu lebar sehingga mengakibatkan disintegrasi sosial.

Ketiga, untuk menyucikan jiwa dan harta dari segala bentuk kotoran lahir ataupun batin. Kotoran ini dapat berupa sifat kikir, tamak, rakus, boros, dan sebagainya. Orang yang mampu mendistribusikan hartanya akan terhindar dari sifat-sifat negative tersebut dan akan menguatkan tali persaudaraan antar sesama manusia. Jiwa dan harta orang yang melakukan derma disucikan melalui distribusi harta yang diberikan kepada orang yang membutuhkannya.

Keempat, untuk membangun generasi yang unggul karena generasi muda merupakan penerus dalam sebuah kepemimpinan suatu bangsa. Dengan ekonomi yang mapan, suatu bangsa dapat membentuk generasi yang unggul. Islam mengajarkan agar umatnya meninggalkan generasi yang kuat dari segi fisik, cerdas dari segi otak, professional dari segi kerja dan karya, dan unggul dari segi ilmu.

Kelima, untuk mengembangkan harta dari dua sisi spiritual dan ekonomi. Dari segi spiritual, akan bertambah nilai keberkahan harta dan dari segi ekonomi, dengan adanya distribusi harta kekayaan, maka akan mendorong terciptanya produktifitas dan daya beli masyarakat akan meningkat.

(21)

Ketujuh, untuk terbentuknya solidaritas social di kalangan masyarakat. Tujuan distribusi adalah terpenuhinya kebutuhan orang-orang yang kurang mampu sehingga tercipta solidaritas di dalam masyarakat Muslim, terbentuknya ikatan kasih sayang di antara individu dan kelompok dalam masyarakat, terkikisnya sebab kebencian dalam masyarakat yang dapat berdampak pada terealisasinya keamanan dan ketentraman masyarakat, serta terciptanya keadilan dalam distribusi yang mencakup pendistribusian sumber-sumber kekayaan.

4. Prinsip-prinsip distribusi dalam ekonomi Islam

Distribusi menempati posisi penting dalam teori ekonomi mikro Islam karena pembahasan distribusi tidak hanya berkaitan dengan aspek ekonomi saja, tetapi juga aspek social dan politik. Agar distribusi memberikan signifikansi yang memadai, maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip distribusi sebagai berikut :41

a. Prinsip keadilan dan pemerataan

Kedilan dalam distribusi merupakan tujuan pembangunan yang menuntut komitmen umat Islam untuk merealisasikannya. Keadilan distribusi tercermin pada adanya keinginan memenuhi batas minimal pendapatan riil. Islam tidak bertujuan pada terjadinya pendistribusian yang berimbang, boleh saja terjadi selisih kekayaan setelah kebutuhan pokok terpenuhi.

Keadilan dalam distribusi dimaksudkan sebagai suatu kebebasan melakukan aktivitas ekonomi yang berada dalam bingkai etika dan norma-norma Islam. Kebebasan yang tidak terbatas sebagaimana dianut ekonomi kapitalis akan mengakibatkan ketidaksetaraan antara pertumbuhan produksi dengan hak-hak orang-orang yang tidak mampu sehingga mempertajam jurang pemisah antara orang-oranf kaya dengan orang-orang miskin yang pada akhirnya akan menghancurkan tatanan sosial. Distribusi dalam ekonomi kapitalis dilakukan dengan cara memberikan kebebasan

(22)

memiliki dan kebebasan berusaha bagi semua individu masyarakat, sehingga setiap individu masyarakat bebas memperoleh kekayaan sejumlah yang ia mampu sesuai dengan faktor produksi yang dimilikinya dengan tidak memperhatikan apakah pendistribusian tersebut merata dirasakan oleh semua individu masyarakat atau hanya bagi sebagian saja.

Karena itu, Islam menegaskan bahwa dalam harta orang-orang kaya terdapat hak yang harus didistribusikan kepada orang-orang miskin, sehingga harta itu tidak hanya dinikmati oleh orang-orang kaya sementara orang-orang miskin hidup dalam kekurangan dan penderitaan.

Prinsip keadilan dan pemerataan dalam distribusi mengandung maksud. Pertama, kekayaan tidak boleh dipusatkan kepada sekelompok orang saja, tetapi harus menyebar kepada seluruh masyarakat. Islam menginginkan persamaan kesempatan dalam meraih harta kekayaan, terlepas dari tingkatan sosial, kepercayaan, dan warna kulit.Kedua, hasil-hasil produksi yang bersumber dari kekayaan nasional harus dibagi secara adil. Ketiga, Islam tidak mengizinkan tumbuhnya harta kekayaan yang melampaui batas-batas yang wajar apalagi jika diperoleh dengan cara yang tidak dibenarkan. Untuk mengetahui pertumbuhan dan pemusatan, Islam melarang penimbunan harta (ikhtikar) dan memerintahkan untuk membelanjakannya demi kesejahteraan masyarakat.

b. Prinsip persaudaraan dan kasih sayang

(23)

Pada masa Rasulullah dan para sahabatnya, persaudaraan dan kasih saying ini terpelihara dengan baik. Mereka saling membantu satu sama lain baik dalam urusan agama maupun dunia, termasuk dalam urusan ekonomi. Persaudaraan dan kasih sayang akan memperkuat persatuan dankesatuan umat Islam yang kadang-kadang mendapatkan hambatan dan rintangan sehingga mereka dapat saja terpecah belah dan saling bermusuhan. Allah memerintahkankan agar umat Islam senantiasa berpegang teguh dengan tali agama Allah dan tidak bercerai berai.

Prinsip persaudaraan dan kasih sayang tersebut tidak berarti bahwa umat Islam tidak boleh melakukan aktivitas ekonomi dengan non Muslim. Islam memperbolehkan umatnya bertransaksi dengan siapapun asalkan sejalan dengan prinsip-prinsip transaksi Islam tanpa membedakan agama, ras, dan bangsa. Islam menganjurkan persaudaraan dan kasih sayang dalam distribusi agar supaya umat Islam menjadi kuat secara ekonomi, sosial, politik, budaya, dan sebagainya.

c. Prinsip solidaritas sosial

Prinsip solidaritas social merupakan salah satu prinsip pokok dalam distribusi harta kekayaan. Islam menghimbau adanya solidaritas sosial dan menggariskan dan menentukannya dalam suatu sistem tersendiri seperti zakat, sedekah, dan lain-lain. Zakat dan sedekah merupakan lembaga keuangan penting bagi masyarakat Muslim dan memiliki peran pokok dalam merealisasikan kepedulian sosial dan redistribusi pendapatan antar-umat Islam. Selain peran itu, zakat juga memeiliki peran penting dalam proses pembangunan ekonomi. Menurut Syawqi Ahmad Dunya, zakat memiliki peran investasi karena mengarah langsung kepada sumber daya pengadaan produksi manusia dalam masyarakat.

(24)

Allah untuk berbuat kebaikan kepada orang lain, (e) umat Islam yang tidak punya kekayaan dapat menyumbangkan tenaganya untuk kegiatan social, (f) larangan berbuat baik karena ingin dipuji orang lain (riya’), (g) larangan memberikan bantuan yang disertai dengan perilaku menyakiti, (h) distribusi zakat harus diberikan kepada orang-orang yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai pihak yang berhak menerimanya (mustahiq zakat), (i) anjuran untuk mendahulukan distribusi harta kepada orang-orang yang menjadi tanggungan kemudian kepada masyarakat, (j) anjuran agar distribusi disertai dengan doa agar tercapai ketenangan batin dan kestabilan ekonomi masyarakat, dan (k) larangan berlebihan (boros) dalam distribusi ekonomi di kalangan masyarakat.

B. Konsumsi

1. Pengertian Konsumsi

Konsumi adalah suatu hal yang niscaya dalam kehidupan manusia, karena ia membutuhkan berbagai konsumsi untuk dapat mempertahankan hidupnya. Manusia harus makan untuk hidup, berpakaian untuk melindungi tubuhnya dari berbagai iklim ekstrim, memiliki rumah untuk dapat berteduh, beristirahat sekeluarga, serta menjaganya dari berbagai gangguan fatal. Demikian juga manusia membutuhkan aneka peralatan untuk memudahkan menjalani kehidupannya.42

Seiring dengan perkembangan zaman kebutuhan konsumsi semakin lama semakin berkembang sejalan dengan pola dan gaya hidup manusia. Semakin maju peradaban manusia, semakin tinggi pula kebutuhan mereka pada barang-barang yang akan dikonsumsi dengan beragam jenisnya.43

Dalam ilmu ekonomi, konsumsi diartikan sebagai pemakaian barang untuk mencukupi suatu kebutuhan secara langsung, atau penggunaan barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan manusia (the use of goods and services

42 Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta: Prenadamedia Group, 2016, hlm. 97

(25)

in the satisfaction of human wants). Sedangkan menurut Yusuf Qurdhawi konsumsi adalah pemanfaatan hasil produksi yang halal dengan batas kewajaran untuk menciptakan manusia hidup aman dan sejahtera.

Dengan demikian konsumsi itu bukan semata-mata makan dan minum saja, akan tetapi konsumsi disini adalah juga mencakup segala hal pemakaian dan pemanfaatan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Contoh kegiatan konsumsi seperti, membangun atau membeli rumah, membeli mobil, emas, perak, perhiasan.44

2. Konsep Konsumsi dalam Perspektif Hadis Nabi

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam mengkonsumsi dan pemenuhan kebutuhan kehidupan sehari-hari berbagai macam dan jenis kebutuhan yang diperlukan manusia tersebut tanpa ada batasnya, Rasulullah pun tidak pernah menisbikan adanya kemungkinan tersebut maka dari yang harus memebatasi kebutuhan itu juga manusia sendiri, harus mampu membatasi kebutuhan dari dirinya sendiri karena yang tau kebutuhan tersebut adalah dirinya sendiri. Rasulullah bersabda:

ٍسَنَأ ْنَع َمَدآ ِنْبِل َناَك ْوَل : َمّلَسَو ِهْيَلَع ُهللا ىَلَص ِهللا ُلْوُس َر َلاَق َلاَق

ِنْبا َفْوَج ُ لْمَي َلَو اًثِلاَث اًيِداَو ىَغَتْبَل ٍلاَم ْنِم ِناَيِداَو

) ٌمِلْسُم وِراَخُبْلا ُهاَو َر( َباَت ْنَم ىَلَع ُهللا ُبْوُتَيَو ُباَرّتلا ّلِإ َمَدآ

”Dari Anas r.a, katanya, Rasulullah SAW bersabda, “Seandainya seorang manusia mempunyai harta sebanyak dua lembah niscaya ia akan mencarinya lembah yang ketiga dan tidak akan pernah mulut manusia itu kecuali dengan tanah (kematian) dan Allah akan mengampuni orang yang bertobat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka dari itu dalam hal konsumsi ada beberapa syarat dari Rasulullah yang harus kita kita lakukan diantaranya adalah :

a. Dalam mengkonsumsi harus hati-hati dan sesuai kebutuhan

(26)

nafsunya itu. Beliau tidak akan makan kecuali jika sudah lapar dan berhenti makan sebelum kenyang. Selain itu Rasulullah dalam memenuhi kebutuhannyan tidak rakus, hal tersebut menjadi larangan menurut Rasulullah dan menganjurkan untuk hemat dimana yang dijelaskan dalam sebuah hadis, sebagaimana sabdanya:

: َمّلَسَو ِهْيَلَع ُهللا ىَلَص ِهللا ُلْوُس َر لاَق لاَق ُهّنَأ َة َرْي َرُه ْيِبَأ ْنَع ) ٌمِلْسُم ُهاَو َر( ِةَعَب ْرَلا ىِفاَك ِةَث َلّثلا ىِفاَك ِنْيَنْثِ ْلا ُماَعَط

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah katanya, Rasulullah SAW bersabda, “Makanan dua orang cukup untuk tiga orang, dan makanan tiga orang cukup untuk empat orang.” (HR. Muslim)

b. Dalam mengkonsumsi tidak boleh bermewah-mewahan

Dalam hal konsumsi dianjurkan untuk sekadarnya saja jangan yang bermewah-mewahan atau berlebihan dalam pemenuhan kehidupan, bukan untuk pemuasan keinginan. Sikap sederhana itu terlihat ketika Nabi melarang minum dengan gelas yang terbuat dari emas ataupun perak. Dua barang tersebut tidak pantas jika digunakan dalam keperluan hidup sehari-hari karena terkesan menunjukkan sikap sombong. Rasulullah bersabda:

ْنَم : َمّلَسَو ِهْيَلَع ُهللا ىَلَص ِهللا ُلْوُس َر لاَق ْتَلاَق َةَمَلَس ّمُأ ْنَع ِهِنْطَب ْىِف ُرِج ْرَجُي اَمّنِإَف ٍةّضِفْوَأ ٍبَهَذ ْنِم ٍءاَنِإ ىِف َبِر َش ) ٌمِلْسُم ُهاَو َر( َمّنَهَج ْنِم ا ًراَن

“Dari Ummu Salamah, ia berkata “Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa mminum dari tempat yang terbuat dari emas atau perak, maka sesungguhnya ia memasukkan api neraka jahanam dalam perutnya.” (HR. Muslim)

(27)

tersebut maka akan dikonsumsi atau dimakan jika tidak beliau meninggalkan makanan tersebut atau hanya diam tanpa mencela makanan tersebut. Abu Hurairah pernah menceritakan perilaku konsumsi Nabi tersebut yaitu sebagai berikut:

َمّل َسَو ِهْيَلَع ُهللا ىَلَص ِهللا ُلْوُس َر َباَع اَم لاَق َة َرْي َرُه ْيِبَأ ْنَع ُهَك َرَت ُهَهِرَك ْنِإَو ُهَلَكَأ اًئْي َش ىَهَت ْشا اَذِإ َناَك ّطَق اًماَعَط ) ٌمِلْسُم ُهاَو َر(

“Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah SAW tidak pernah sama sekali mencela makanan. Jika menghendaki sesuatu, ia memakannya dan jika tidak menyukainya, ia meninggalkannya.” ( HR. Muslim)

Dari pada mencela makanan atau minuman lebih baik mensyukurinya. Rasulullah menganjurkan agar setiap orang bersyukur kepada Allah atas segala nikmat termasuk makanan dan minuman. Karena Allah sangat suka kepada orang yang bersyukur atas makanan dan minuman yang dikonsumsi. Rasulullah bersabda:

ّنِإ : َمّلَسَو ِهْيَلَع ُهللا ىَلَص ِهللا ُلْوُس َر لاَق لاَق ٍكِلاَم ِنْب ِسَنَأ ْنَع ُهَدَمْحَيَف َةَلْكَلا َلُكْأَي ْنَأ ِدْبَعْلا ِنَع ىَضْرَيَل َهّللا

) ٌمِلْسُم ُهاَو َر( اَهْيَلَع ُهَدَمْحَيَف َةَب ْر ّشلا َبَر ْشَي ْوَأ اَهْيَلَع

“Dari Anas ibn Malik, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah sangat suka kepada seseorang jika makan makanan lalu ia memuji-Nya atas makanan itu atau minum minuman lalu ia memuji-Nya atas minuman itu.” (HR. Muslim)

d. Dalam mengkonsumsi harus halal

(28)

ِعْتِبْلا ِنَع َمّل َسَو ِهْيَلَع ُهللا ىَلَص ِهللا ُلْوُس َر َلِئ ُس ْتَلاَق َة َشِئاَع ْنَع ) ٌمِلْسُم ُهاَوَر( ٌما َرَح َوُهَف َرَكْسَأ ٍبا َرَث ّلُك : َلاَقَف “Dari Aisyah ia berkata, Rasulullah SAW ditanya tentang minuman keras yang terbuat dari madu lalu ia bersabda, “Tiap-tiap minuman yang memabukkan adalah haram.” (HR. Muslim)

Selain khamar yang diharamkan, Rasulullah juga mengharamkan bangkai dan babi beserta harga atau laba dan keuntungan dari ketiganya. Rasulullah bersabda:

َهّللا ّنِإ :لاَق َمّلَسَو ِهْيَلَع ُهللا ىَلَص ِهللا ُلْوُس َر ّنَأ َةَرْيَرُه ْيِبَأ ْنَع َرْيِزْنِخْلا َم ّرَحَو اَهَنَمَثَو َةَتْيَمْلا َم ّرَحَو اَهَنَمَثَو َرْمَخْلا َم ّرَح

)َدُواَدْوُبَا ُهاَوَر( ُهَنَمَثَو

“Dari Abu Hurairah bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan khamar dan harganya, bangkai dan harganya, dan babi dan harganya.”(HR. Abu Dawud)

Adapaun barang yang termasuk barang haram adalah barang yang mengandung unsur riba. Rasulullah melarang dan bahkan melaknat orang-orang yang terlibat dalam bisnis yang mengandung unsur riba baik yang mengonsumsi, yang mewakili, yang menyaksikan, ataupun yang mencatat keuangan dan aktivitas riba itu. Dalam sebuah Hadis riwayat ‘Abd. Allah ibn Mas’ud dijelaskan sebagai berikut:

َمّل َسَو ِهْيَلَع ُهللا ىَلَص ِهللا ُلْوُس َر َنَعَل : َلاَق ٍدْوُعْسَم ِنْب ِهللا ِدْبَع ْنَع )َدُواَدْوُبَا ُهاَو َر( ُهَبِتاَكَو ُهَدِها َشَو ُهَلِكْؤُمَو اَب ّرلا َلِكآ

“Dari ‘Abd Allah ibn Mas’ud ia berkata : Rasulullah SAW melaknat orang yang makan riba, wakil (untuk mengurusnya), saksi (aktivitas bisnis riba), dan pencatat (bisnis dan keuangan riba).” (HR. Abu Dawud)

e. Dalam mengkonsumsi harus memperhatikan etika

(29)

اوُلُك ْأَتَل : َمَلَسَو ِهْيَلَع ُهللا ىَلَص ِهللا ِلْوُس َر ْنَع ٍرِباَج ْنَع ) ٌمِلْسُم ُهاَو َر( ِلاَم ّشلااِب ُلُكْأَي َناَطَي ّشلا ّنِإَف ِلاَم ّشلااِب “Dari Jabir dari Rasulullah SAW, ia bersabda, “Janganlah kalian makan dengan tangan kiri karena sesungguhnya setan itu makan dengan tangan kiri.” (HR. Muslim)

َلَكَأ اَذِإ :َلاَق َمَلَسَو ِهْيَلَع ُهللا ىَلَص ِهللا َلْوُسَر ّنَأ َرَمُع ُنْبا ْنَع َناَطْي ّشلا ّنِإَف ِهِنِمَيِب ْب َر ْشَيْلَف َبِر َش اَذِإَو ِهِنِمَيِب ْلُك ْأَيْلَف ْمُكُدَحَأ ) ٌمِلْسُم ُهاَو َر( ِهِلاَمِشِب ُبَر ْشَيَو ِهِلاَمِشِب ُلُكْأَي

“Dari Ibn Umar bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, “Jika salah seorang diantara kalian makan, maka makanlah dengan tangan kanannya jika minum, maka minumlah dengan tangan kanannya, karena sesungguhnya setan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya.” (HR. Muslim)

Selain itu Rasulullah melarang kita berdiri disaat makan ataupun minum, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Sa’id al-Khudri:

اًمِئاَق ِب ْر ّشلا ِنَع ىَهَن َمَلَسَو ُهّللا َلْوُسَر ّنَأ ّىِرْدُخْلا ٍدْيِعَس ىِبَأ ْنَع ) ٌمِلْسُم ُهاَو َر(

“Dari Abu Sa’id al-Khudri bahwasannya Rasululllah SAW melarang minum dengan berdiri.” (HR. Muslim)45

3. Prinsip-prinsip konsumsi dalam Islam a. Prinsip Keadilan

Prinsip ini mengandung arti ganda mengenai mencari rezeki yang halal dan tidak dilarang oleh syariat islam. Artinya sesuatu yang dikonsumsi itu didapatkan secara halal dan tidak bertentangan dengan hukum islam. Karena berkonsumsi tidak boleh menimbulkan kezaliman, harus dalam koridor aturan atau hukum islam. Dalam islam ada ketentuan benda yang boleh dikonsumsi dan tidak boleh dikonsumsi yaitu halal yang boleh dikonsumsi sedangkan yang tidak boleh dikonsumsi adalah haram.

(30)

َهّللا ّنِإ : لاَق َمّلَسَو ِهّيَلَع ُهّللا ىَلَص ِهّللا َلْوُس َر ّنَأ َةَرْيَرُه ْيِبَأ ْنَع َرْيِزْنِخْلا َم ّرَحَو اَهَنَمَثَو َةَتْيَمْلا َم ّرَحَو اَهَنَمَثَو َرْمَخْلا َم ّرَح

)َدُواَدْوُبَا ُهاَوَر( ُهَنَمَثَو

“Dari Abu Hurairah bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan khamar dan harganya, bangkai dan harganya, dan babi dan harganya.”(HR. Abu Dawud)

b. Prinsip Kebersihan

Dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi bahwa dalam mengonsumsi sesuatu harus memilih barang yang baik dan cocok untuk dimakan, tidak kotor, ataupun menjijikkan. Karena tidak semua barang konsumsi diperkenankan untuk dimakan dan diminum. Hanya makanan dan minuman yang halal, bersih, baik, dan bermanfaat yang boleh di konsumsi. Rasulullah menganjurkan agar sebelum makananan yang di konsumsi hendaklah dibersihkan terlebih dahulu dari segala bentuk kotoran, sebagaimana sabdanya:

ِتَعَقَو اَذِإ : َمّلَسَو ِهْيَلَع ُهللا ىَلَص ِهللا ُلْوُس َر َلاَق َلاَق ٍرِباَج ْنَع ُهاَو َر( اَهْلُكْأَيْلَو ىَذَلا َنِم اَهْيَلَعاَم ْحَسْمَيْلَف ْمُكِدَحَاِدَي ْنِم ُةَمْقّللا )َهَجاَم ُنْبا

“Dari Jabir, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Jika segenggam makanan ada di tangan salah seorang kalian, maka hendaklah ia membersihkan kotoran yang ada di atasnya dan kemudian memakannya.” (HR. Muslim)

c. Prinsip Kesederhanaan

Prinsip ini mengatur manusia agar dalam memenuhui kebutuhan hidupnya tidak perlalu berlebihan, karena sikap berlebihan (israf) sangat dibenci oleh Allah dan pangkal dari berbagai kerusakan di muka bumi. Sikap yang berlebihan mengandung makna melebihi dari kebutuhan yang wajar dan cenderung menuruti hawa nafsu. Karena perilaku yang berlebihan sangat dilarang dalam islam.

(31)

Prinsip ini mempunyai dua arti yaitu kemurahan Allah kepada manusia dan kemurahan antar sesama manusia. Kemurahan Allah kepada manusia yaitu bahwa Allah telah memberikan rahmat dan nikmat-Nya melalui sifat Rahmn dan Rahim-Nya, sedangkan kemurahan hati antar sesama manusia adalah menafkahkan sebagian hartanya untuk orang lain. Menurut M. Abdul Mannan, makan makanan dan minum minuman yang disediakan Allah karena kemurahan-Nya diperbolehkan, selama hal itu halal dan dimaksudkan untuk kelangsungan hidup dan menjaga kesehatan demi menunaikan perintah Allah sesuai dengan tuntunan-Nya, disertai dengan perbuatan adil yang menjamin persesuain bagi semua perintah-Nya.

Di samping itu, Allah juga memerintahkan umat manusia agar bermurah hati dengan menyisihkan sebagian hartanya untuk membantu dan meringankan beban sesama manusia yang sedang diuji oleh Allah dengan kekurangan harta.

e. Prinsip Moralitas

Seorang muslim dalam hal mengkonsumsi harus mempunyai moralitas yang dikandung atau yang terdapat dalam islam sehingga tidak semata-mata memenuhi segala kebutuhan. Allah memberikan nmakanan dan minuman untuk berlangsungnya hidup umat manusia agar dapat meningkatkan nila-nilai moral dan spiritual. Seorang Muslim diajarkan untuk menyebut nama Allah sebelum makan ataupun minum dan menyatakan terimakasih setelah makan. Rasulullah bersabda:

ُلُكْأَي : َمّلَسَو ِهْيَلَع ُهّللا ىّلَص ِهللا ُلْوُسَر َناَك ْتَل اَق َةَثِئ اَع ْنَع ُهَلَكَأَف ّيِباَرْعَأ َءاَجَف ِهِباَحْصَأ ْنِم ٍرَفَن ِةّتِس يِف اًماَعَط

(32)

“Dari Aisyah, katanya: Suatu ketika Rasulullah makan makanan bersama enam kelompok sahabt-sahabatnya, lalu seorang Arab datang dan makan dua suap, lalu Rasulullah bersabda, “Seandainya, ia mengucapkan ‘bismillah’ (dengan nama Allah), niscaya itu cukup bagi kalian, maka apabila salah seorang di antara kalian makan makanan, maka katakanlah ‘bismillah’ dan jika lupa hendaklah ia katakan ‘bismillah fi awwalih’ (dengan nama Allah pada awalnya) atau ia katakan, ‘bismillah fi awwalih wa akhirih’ (dengan nama Allah pada awal dan akhirnya).” (HR. Ibnu Majah)46

BAB III

PENUTUP

Simpulan

Distribusi dapat diartikan sebagai suatu proses penyaluran atau penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen dan para pemakai.

Konsep distribusi dalam Islam menurut Hadis di antaranya adalah pendistribusian harta harus segera dilaksanaka, larangan untuk menimbun barang,

(33)

zakat, sedekah, nafaqah, warisan, udhhiyyah (kurban), infak, ‘aqiqah, wakaf, wasiat, dan musa’adah (bantuan) sebagai sarana untuk mendistribusikan sebagian kekayaan, Distribusi hasil kekayaan berasal dari usaha yang baik, Harta yang didistribusikan menjadi milik orang yang menerima, Waktu distribusi yang paling baik saat masih sehat, mempunyai sifat kikir, dan mencintai dunia, Orang yang mendistribusikan sebagian hartanya, didoakan oleh malaikat dan menjauhkan wajahnya dari api neraka.

Tujuan distribusi di antaranya adalah menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat, mengurangi ketidaksamaan pendapatan dan kekayaan dalam masyarakat, untuk menyucikan jiwa dan harta dari segala bentuk kotoran lahir ataupun batin, untuk membangun generasi yang unggul karena generasi muda merupakan penerus dalam sebuah kepemimpinan suatu bangsa, untuk mengembangkan harta dari dua sisi spiritual dan ekonomi, untuk pendidikan dan mengembangkan dakwah Islam melalui ekonomi, dan untuk terbentuknya solidaritas social di kalangan masyarakat.

Prinsip distribusi di antaranya adalah prinsip keadilan dan pemerataan, persaudaraan dan kasih sayang, dan solidaritas sosial.

Konsumsi diartikan sebagai pemakaian barang untuk mencukupi suatu kebutuhan secara langsung, atau penggunaan barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan manusia (the use of goods and services in the satisfaction of human wants). Sedangkan menurut Yusuf Qurdhawi konsumsi adalah pemanfaatan hasil produksi yang halal dengan batas kewajaran untuk menciptakan manusia hidup aman dan sejahtera.

(34)
(35)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Albani, Syaikh Muhammad Nashiruddin, Shahih At-Targhib Wa At-Tarhib, terj. Izzudin Karimi, Mustofa Aini, dan Kholid Samhudi, Jakarta: Pustaka Sahifa, 2007.

Diana, Ilfi Nur, Hadis-Hadis Ekonomi, Yogyakarta: Uin Malang Press (Anggota IKAPI), 2008.

Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta: Prenadamedia Group, 2015.

Rodin, Dede, Tafsir Ayat Ekonomi, Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015.

E-book: Al-Indunisi, Ahmad Nahrawi Abdus Salam, Ensiklopedia Imam Syafi’i, Jakarta Utara: Hikmah, 2008.

E-book: Hadzami, M. Syafi’i, Taudhihul Adhillah: Penjelasan tentang Dalil-dalil

Muamalah (Muamalah, Nikah, Jinayah, Makanan/ Minman, dan Lain-lain),

Jakarta: Elex Media Komputindo, 2010.

E-book: Himawan, Candra dan Neti Suriana, Sedekah: Hidup Berkah Rezeki Melimpah, Yogyakarta: Pustaka Albana (Anggota Ikapi), 2013.

E-book: Swara, Puspa dan Syamsul Rizal Hamid, 1500++ Hadis & Sunah Pilihan , Puspa Swara, 2017.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian Islam tidaklah datang untuk menghancurkan budaya yang telah dianut suatu masyarakat, akan tetapi dalam waktu yang bersamaan Islam menginginkan

Dalam etos kerja manusia juga dilarang mempunyai sifat yang lemah, yang dimaksud lemah dalam hal ini adalah dilarang lemah dalam keimanan, lemah dalam hal kerasukan untuk berbuat

Dengan mewajibkan zakat, berarti Allah memaksa umat Islam yang mampu, untuk mengeluarkan sebagian dari harta kekayaan mereka untuk diberikan kepada umat lain yang

Konsep ima>mah yang dimiliki Shi>’ah, pondasi awalnya adalah keyakinan bahwa Rasulullah menunjuk ‘Ali bin Abu> T{a>lib sebagai penerusnya memimpin umat Islam, dan

Nabi dan Rasul Allah, seperti , “ apa saja yang disampaikan oleh Rasul kepadamu, ambillah, dan apa saja yang dilarangnya, maka hindarilah ” ( Q.S. Perhatian dan kecintaan umat

Berdakwah semua umat Islam mempunyai tanggung jawab untuk menyebarkan kebaikan, Allah SWT bersabda : “Dan sesungguhnya kamu benar– benar menyeru mereka kepada jalan

Dua ayat di atas dapat dipahami bahwa al- Qur’an memerintahkan kepada manusia, terlebih umat Islam untuk menjadi umat yang terbaik dan umat yang menyeru kepada

Amanah reproduksi memperoleh perhatian yang cukup serius dalam beberapa ayat al-Qur’an. Dalam surat, Allah SWT secara khusus menyampaikan wasiat kepada umat manusia untuk berbuat