• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Manusia Sebagai Mahluk Sosial dalam konsep Humanisme, Liberasi dan Propetik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Tugas Manusia Sebagai Mahluk Sosial dalam konsep Humanisme, Liberasi dan Propetik"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun Oleh :

Nisya Ayu Wulandari (2104026138) Salsa Fadhilla (2104026141) Lucy Syifa Griselda (2104026145) Risa Apriani Wiliantia (2104026146) Laella Isnaeni (2104026151) Nurul Awaliyah (2104026152)

KELOMPOK 2 KELAS A (PAGI)

Tugas Manusia Sebagai Mahluk Sosial dalam konsep

Humanisme, Liberasi dan Propetik

(2)

Ilmu sosial profetik dimaksudkan sebagai kompas dan navigasi dalam pelayaran samudra masa depan umat Islam, sekaligus upaya meluruhkan kekuatan mitos dan ideologi yang selama ini mewarnai bahkan cukup mendominasi kehidupan umat Islam. Bangsa ini akan mampu survive bila sanggup meninggalkan cara berpikir berdasar mitos menuju cara berpikir berdasarkan realitas. Dengan mengubah cara berpikir berdasarkan pada realitas, Kuntowijoyo mampu mencetuskan ilmu sosia profetik yang pada dasarnya setiap nilai yang terkandung di dalamnya memiliki “social significant”.

1. Konsep ‘Ilmu Sosial Profetik’ Kuntowijoyo

(3)

Ilmu sosial profetik merupakan hasil perenungan Kuntowijoyo terhadap Q.S Ali Imran [3]: 110, yang berbunyi

Artinya: “Kamu (umat islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang- orang fasik.” (Q.S. Ali Imran [3]: 110)

(4)

Konsep umat Islam menjadi umat terbaik (khaira ummah) dengan syarat mampu mengerjakan tiga hal berikutnya yang merupakan kelanjutan ayat tersebut. Artinya, umat Islam tidak secara otomatis menjadi the choose people. Konsep umat terbaik itu lebih sebagai tantangan untuk bekerja dan berusaha lebih keras ke arah aktivisme sejarah sebagai tantangan pertama.

Aktivisme sejarah. Bekerja di tengah-tengah manusia (ukhrijat linnasi) berarti bahwa yang ideal bagi umat Islam adalah keterlibatannya di dalam sejarah. Dalam hal ini Kuntowijoyo menegaskan bahwa Islam adalah agama amal. Jadi adanya fenomena wadat (tidak kawin), ‘uzlah (mengasingkan diri) dan kerahiban tidak dibenarkan dalam Islam.

Pentingnya kesadaran. Nilai-nilai ilahiah (ma’ruf, munkar, iman) menjadi tumpuan aktivisme Islam, sehingga diharapkan umat Islam tidak terjerumus ke dalam nilai-nilai lain yang bertentangan dengan Islam.

Dengan perkataan lain kesadaran juga penting untuk membedakan etika Islam dari etika agama dan kepercayaan lain.

Kuntowijoyo mengemukakan empat hal yang tersirat di dalam Q.S Ali Imran [3]: 110

Pertama Kedu a Keti ga K ee mpat

Etika profetik. Artinya ayat itu berlaku umum untuk siapa saja, baik individu (orang awam, petani, ahli),

lembaga (universitas, ormas, orsospol) dan kolektivitas (jama’ah, kelompok masyarakat dan umat).

(5)

2. Nilai-Nilai Profetik

Humanisasi

Liberasi

Transendensi

A

B

C

(6)

A. Humanisasi

Istilah ini merupakan deriviasi dari amar ma’ruf yang mengandung pengertian kemanusiaan manusia.

Dalam bahasa agama, konsep humanisasi merupakan terjemahan kreatif dari amar al-ma’ruf, yang makna asalnya adalah menganjurkan atau menegakkan kebajikan. Amar al-ma’ruf dimaksudkan untuk mengangkat dimensi dan potensi positif (ma’ruf) manusia.

Kuntowijoyo menambahkan perlunya usaha untuk mengangkat kembali martabat manusia (humanization), karena manusia dalam jaman industri mudah sekali terjatuh atau kehilangan kemanusiaannya. Maka diperlukan adanya bimbingan supaya manusia mampu menuju nilai-nilai luhur kemanusiaan, yang di satu sisi memperoleh maknanya dari nilai-nilai transendensi, dalam Q.S At-Tin ayat 5-6:

Artinya: “Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; maka mereka akan mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya”. (Q.S at-Tin: 5-6)

(7)

B. Liberasi

Istilah Nahi munkar adalah bahasa agama. Bahasa agama yang dimaksud adalah bahasa yang didapatkan dari sumber ajaran agama, yakni Al-Qur’an sebagaimana yang tertuang dalam Q.S Ali Imron ayat 110. Namun Bahasa ini kemudian oleh Kuntowijoyo diterjemahkan kedalam bahasa ilmu menjadi liberasi. Dalam bahasa agama, nahi munkar berarti melarang atau mencegah segala tindak kejahatan yang merusak.

Liberasi merupakan pendekatan revolusioner, yang dalam konteks Indonesia masa kini

biaya sosialnya terlalu mahal, sehingga umat Islam hanya perlu mengambil intinya, yaitu: usaha yang

sungguh-sungguh.

(8)

C. Transendensi

Transendensi merupakan unsur terpenting dari ajaran sosial Islam yang terkandung dalam Ilmu Sosial Profetik dan sekaligus menjadi dasar dari dua unsur lainnya; humanisasi dan liberasi. Oleh karena itu, ketiga unsur (pilar) tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Yang dimaksud dengan transendensi dalam pembahasan ini adalah konsep yang diderivasikan dari tu’minuna bi Allah (beriman kepada Allah), atau bisa juga istilah dalam teologi (misalnya persoalan Ketuhanan, mahluk-mahluk gaib). Hal tersebut seperti yang tertulis dalam kitab Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 3-4 yang berbunyi;

Artinya: “(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang Telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang Telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.” (Q.S al-Baqarah: 3-4)

(9)

Dari pemaparan konsep filosofis pendidikan profetik, yang memuat unsur-unsur humanisasi, liberasi dan transendensi, maka Pendidikan

Agama Islam berbasis profetik harus membuat unsur-unsur tersebut yang di kolaborasikan dengan nilai-nilai kenabian yakni shiddiq,

amanah, fathanah dan tabligh

.

(10)

Tujuan pendidikan agama Islam berbasis humanistik harus

berorientasi untuk

“membudayakan manusia” atau

“memanusiakan manusia” dan

“membudayakan masyarakat” atau

“memanusiakan masyarakat”.

Artinya pendidik dan perserta didik sekaligus management pendidikannya tersusun dengan birokrasi serta proses belajar mengajar yang manusiawi dan natural, dengan pertimbangan rasa dan karsa manusia

.

Materi pendidikannya harus mengandung dan bermuatan ilmu- ilmu keilahian serta kemanusian.

Antara lain berupa filsafat tentang manusia, ilmu-ilmu keagamaan yang menerangkan relasi antara manusia dengan tuhan, dan ilmu estetika yang mengajarkan nilai- nilai keindahan. Ini merupakan cerminan nilai transendensi.

Pertama Kedua

Unsur kolaborasi tersebut harus teraplikasikan pada ukuran standar pendidikan,

diantaranya :

(11)

Metode pendidikan yang diterapkan selalu menghargai dan membebaskan manusia dari keterbelenggua.

Menghargai manusia baik harkat, martabat, dan derajatnya yang sesuai dengan fitrahnya.

Artinya menjaga hak-hak asasi manusia, seperti hak untuk berpendapat, menerima pendidikan yang layak, diperlakukan secaya hormat sebagai makhluk tuhan. Ini

Proses pendidikan yang dijalani harus mampu menciptakan atmosfir pendidikan yang manusiawi, membangun hubungan harmonis dan sinergis antara anak didik, pendidik, serta masyarakat.

Ketiga Keempat

(12)

Evaluasi pendidikannya, mengacu pada evaluasi perkembangan anak didik sebagai anak manusia yang sedang berkembang, dengan memakai dasar kriteria kemanusiaan. Point keempat dan kelima ini merupakan cerminan dari nilai-nilai humanisasi, liberasi dan transendensi.

Kelima

(13)

THANK YOU

Referensi

Dokumen terkait

Masing- masing petridish diisi BHI-A dan diinokulasi Streptococcus mutans lalu dibuat 6 lubang sumuran menggunakan borer stainless-steel steril (diameter 5

Dalam berbagai kasus, keturunan berikutnya yang bergabung dalam bisnis keluarga hanya untuk menyenangkan orang tua akan menjadi penerus dengan performa buruk dan harga diri

Terdapat 13 pemilik kapital media (grup korporasi media nasional) yang menjadi obyek kajian, yaitu: Grup Bali Post, Grup MRA, Grup Media, Grup Visi Media Asia, Grup

faktor yang dominan menentukan produktivitas dalam Komunitas Belajar Qaryah. Tayyibah nampak pada faktor input dan faktor proses dalam proses

Berdasarkan latar belakang diatas dapat merumuskan masalah penelitian yaitu masih dijumpai banyaknya kasus pernikahan yang dilakukan remaja pada usia dini sehingga

kondisi terbaik hidrolisis enzim yaitu pada konsentrasi enzim selulase 5% v/v selama 12 jam pada hidrolisat asam sulfat 1% v/v selama 60 menit dengan kadar

Instrumen kajian adalah terdiri daripada: (i) soal selidik kepada pendidik berkaitan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang STEM yang diberikan semasa latihan

1) Calon wisatawan (user) dapat bebas mengakses sistem ini tanpa harus login terlebih dahulu. 2) Model/prototype diharapkan dapat membantu user membuat perencanaan