• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TUKAR MENUKAR UANG DALAM ISLAM (al-

D. Prinsip-prinsip (al-s{arf)

35

D. Prinsip-Prinsip al-s}}arf

Sebagaimana telah penulis paparkan sebelumnya, hendaklah pertukaran mata uang asing (al-s}}arf) tidak mengandung unsur riba, seperti pertukaran yang ada tambahannya pada salah satu, atau si penjual atau si pembeli meminta tambahan. Transaksi tersebut dilarang karena merupakan riba fadl, disamping itu riba fadl dilarang tegas oleh Rasulullah karena dapat menyebabkan seseorang dapat melakukan riba. Rasul Saw, bersabda:

َلاَق يِردُخاديِعَس ِِا نَع

َثَم ّاِا ِبَّذلَِ اوُعيِبَت َا َبَّذلا

َاَو ٍلَثَِِ اً

َاَو ٍضعَب ىَلَعاَهَضعَباوُفِشُت

اوُعيِبَت

َولا

َقَر

َِ

ٍز ِج اَِب اَه ِم اوَعيِبَت َاَو ٍضعَب ىَلَع اَهَضعَب اوّفِشُت َاَو ٍلَثَِِ اًَثَم ّاِا َقَرَولا

)يراخبلا اور(

Artinya: Dari Abi Sa’id al-Khudri “janganlah kamu menjual emas dengan

emas kecuali sama-sama bilangannya dan janganlah kamu lebihkan sebagian atas sebagian lainnya, janganlah kamu menjual uang kertas dengan uang kertas kecuali sama-sama bilangannya dan janganlah kamu lebihkan sebagian dengan sebagian lainnya dan janganlah kamu menjual

barang yang tidak ada di tempat dengan yang sudah ada ditempat.”(HR

Al-Bukhari).20

1. Perkataan yang berbunyi:” menjual emas dengan emas, perak dengan

perak, gandum dengan gandum”. Menunjukkan bahwa barang yang dipertukarkan itu bila sama jenisnya, mesti sama timbangannnya dan ukurannya dan mesti pula sama-sama tunai, atau timbang terima. Kalau

36

syarat-syarat yang dijelaskan Nabi tidak dipenuhi, maka akan menimbulkan riba.

2. Perkataan yang berbunyi: “Apabila berlainan macamnya, boleh bagi kamu

menjual sebagaimana kamu hendaki, dengan syarat timbang terima dan sama-sama tunai”. Menunjukkan bahwa barang itu berlainan jenisnya, boleh diperjualbelikan secara lebih atau berkurang, asalkan tunai sama tunai atau serah terima di masjid akad. Kalau tidak maka akan menimbulkan riba.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa prinsip-prinsip pertukaran harus memenuhi beberapa hal, sebagai berikut:

a. Tidak ada unsur riba. b. Sama nilainya.

c. Sama ukurannya menurut ukuran syara’.

d. Al-Taqabul (sama-sama tunai) di tempat akad.21

Adapun konsep dalam al-s}}arf dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Dalam perbankan termasuk bank islam sebagai lembaga yang memfasilitasi perdagangan internasional tidak dapat terhindar dari keterlibatan di pasar asing.

21 Ahmad Hasan, Mata Uang Islami, 163.

37

2. Hukum transaksi yang dilakukan oleh sebagian bank islam dalam muamalah jual beli valas tidak dapat dilepaskan dariketentuan islam mengenai al-s}}arf.

3. Bentuk transaksi internasional pertukaran valas harus tunai.

4. al-s}}arf dalam tradisi perdagangan terdiri dari beberapa bentuk yang status hukumnya dalam pandangan Islam berbeda antara satu bentuk dan bentuk yang lainnya.

5. al-s}}arf untuk tujuan transaksi dan dibenarkan oleh semua ulama’

ekonomi Islam, sedangkan untuk spekulasi dilarang.22

22

38

BAB III

PRAKTIK PENUKARAN UANG PECAHAN KOIN DI SUNAN

DRAJAT LAMONGAN

A. Profil Sunan Drajat

Sunan drajat adalah salah satu dari Sembilan wali penyebar agama Islam di pulau Jawa, ia menyebarkan Agama Islam di wilayah Jawa bagian timur. Sunan Drajat diperkirakan lahir pada tahun 1470 Masehi. Nama "Drajat" diambil dari nama desa Drajat di Kabupaten Lamongan tempat beliau berdakwah. Nama kecilnya adalah Raden Qasim, kemudian mendapat gelar Raden Syarifudin. Dia adalah putra dari sunan ampel, dan bersaudara dengan sunan bonang.

Ketika dewasa, Sunan Drajat mendirikan pesantren Dalem Duwur di desa Drajat, Paciran, Kabupaten Lamongan. Sunan Drajat yang mempunyai nama kecil Syarifudin atau raden Qosim putra sunan ampel dan terkenal dengan kecerdasannya. Setelah menguasai pelajaran islam beliau menyebarkan agama Islam di desa Drajat sebagai tanah perdikan di kecamatan Paciran. Tempat ini diberikan oleh kerajaan Demak. Ia diberi gelar Sunan Mayang Madu oleh Raden Patah pada tahun saka 1442/1520 masehi.1

1

39

Makam sunan drajat ini sering di kunjungi oleh peziarah dari berbagai kota bahkan ada yang dari luar provinsi jawa timur. Menurut Maslukhin,”kalau hari-hari biasa, atau hari-hari Sabtu dan Minggu, jumlah peziarah yang datang dari berbagai daerah di Tanah Air, dari berbagai kalangan, mencapai ribuan, tidak kurang pejabat negeri ini, juga mengunjungi Makam Sunan Drajat, di antaranya, mantan Gubernur DKI Sutiyono yang kini Kepala BIN, dan mantan Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono, yang datang ke makam setempat pada 2014”.2

Tujuan peziarah datang ke makam itu guna mendo’akan salah satu waliyullah

yang dulunya menyebarkan agama islam di pulau jawa ini. Di sekitar area makam tersebut terdapat banyak kios-kios yang menjual berbagai souvenir maupun makanan khas dari Kota Lamongan tersebut. Selain peziarah yang datang untuk

mendo’akan salah satu waliyullah tersebut di area makam terdapat banyak

orang-orang maupun anak-anak peminta uang kepada peziarah, di sekitar area makam itu terdapat pula beberapa orang yang menerima penukaran uang pecahan koin guna untuk berbagi sedekah kepada orang-orang peminta uang tersebut yang bisa di kategorikan sebagai orang yang tidak mampu. Dari situlah penulis meneliti bagaimana praktek penukaran uang kertas ke uang pecahan koin tersebut.

2

Maslukhin, Wawancara, Lamongan, 20 November 2016.

40

B. Latar Belakang Praktik Penukaran Uang Pecahan Koin di Sunan Drajat Lamongan

1. Profil pihak penukar

Bapak hadi adalah Warga Negara Indonesia yang berasal dari Kota Gresik, Bungah. Beliau pergi ke makam Sunan Drajat Lamongan untuk melakukan usaha penukaran uang koin tersebut, lalu beliau menetap di Paciran Lamongan sejak 3 tahun yang lalu beliau berumur sekitar 34 tahun, beliau setiap hari melayani penukaran uang tersebut, dapat di kira-kira setiap hari beliau menerima penukaran uang mencapai Rp.150.000-Rp.250.000 dari pengunjung. Setiap uang Rp.10.000 kertas terdapat pengurangan nominal Rp.1000, jika di uangkan koin menjadi Rp.9000. Beliau mendapatkan uang koin dari peminta-peminta uang di sekitar area makam tersebut lalu dikumpulkan untuk melayani peziarah yang ingin menukar uang koin.3

Bapak jaswadi adalah Warga Negara Indonesia yang berasal dari Kota Lamongan, Labuhan. Beliau pergi ke makam Sunan Drajat Lamongan untuk melakukan usaha penukaran uang koin tersebut, beliau menetap di

3

41

Desa Labuhan, beliau berumur 42 tahun, beliau mempunyai kios makanan dan minuman di sekitar area makam, setiap hari melayani penukaran uang tersebut, dapat di kira-kira setiap hari beliau menerima penukaran uang mencapai Rp.120.000-Rp.200.000 dari pengunjung. Setiap uang Rp.10.000 kertas terdapat pengurangan nominal Rp.1000, jika di uangkan koin menjadi Rp.9000. Beliau mendapatkan uang koin dari pembeli di kiosnya dan dari peminta-peminta uang di sekitar area makam tersebut lalu dikumpulkan untuk melayani peziarah yang ingin menukar uang koin.4

Bapak Arif Ubaid adalah Warga Negara Indonesia yang berasal dari Kota Lamongan, Brondong. Beliau pergi ke makam Sunan Drajat Lamongan untuk melakukan usaha penukaran uang koin tersebut hanya hari Sabtu dan Minggu saja, beliau menetap di Brondong Lamongan, beliau berumur sekitar 27 tahun, beliau setiap hari Sabtu dan Minggu saja melayani penukaran uang tersebut, dapat di kira-kira 2 hari tersebut beliau menerima penukaran uang mencapai Rp.200.000-Rp.300.000 dari pengunjung. Setiap uang Rp.10.000 kertas terdapat pengurangan nominal Rp.1000, jika di uangkan koin menjadi Rp.9000. Beliau mendapatkan uang koin dari peminta-peminta uang di sekitar area makam tersebut lalu dikumpulkan untuk melayani peziarah yang ingin menukar uang koin.5

4Jaswadi, Wawancara, Lamongan, 19 November 2016.

42

Ibu Suwarni adalah Warga Negara Indonesia yang berasal dari Kota Lamongan, Solokuro. Beliau pergi ke makam Sunan Drajat Lamongan untuk melakukan usaha penukaran uang koin tersebut, beliau menetap di Solokuro Lamongan sejak 5 tahun yang lalu beliau berumur sekitar 31 tahun, beliau setiap hari melayani penukaran uang tersebut, dapat di kira-kira setiap hari beliau menerima penukaran uang mencapai paling sedikit Rp.100.000-Rp.280.000 dari pengunjung. Setiap uang Rp.10.000 kertas terdapat pengurangan nominal Rp.1000, jika di uangkan koin menjadi Rp.9000. Beliau mendapatkan uang koin dari tukang parker sepeda dan peminta-peminta uang di sekitar area makam tersebut lalu dikumpulkan untuk melayani peziarah yang ingin menukar uang koin.6

Ibu halimah adalah Warga Negara Indonesia yang berasal dari Kota Jombang, Ploso. Beliau merantau bersama suaminya pergi ke makam Sunan Drajat Lamongan untuk melakukan usaha penukaran uang koin tersebut, lalu beliau menetap di Paciran Lamongan sejak 7 tahun yang lalu beliau berumur sekitar 38 tahun, beliau setiap hari melayani penukaran uang tersebut, dapat di kira-kira setiap hari beliau menerima penukaran uang mencapai Rp.180.000-Rp.240.000 dari pengunjung. Setiap uang Rp.10.000 kertas terdapat pengurangan nominal Rp.1000, jika di uangkan koin menjadi Rp.9000. Beliau mendapatkan uang koin dari penjaga ponten

43

umum dan peminta-peminta uang di sekitar area makam tersebut lalu dikumpulkan untuk melayani peziarah yang ingin menukar uang koin.7

2. Profil pihak yang menukar (peziarah)

Para pihak yang menukar uang yaitu peziarah makam Sunan Drajat tersebut diantaranya:

1. Anshori peziarah asal Tuban yang menukarkan uang kertas berjumlah

Rp.20.000. Tanggapannya mengenai penukaran tersebut “saya pertama

kali berziarah di Makam Sunan Drajat ini, jujur awalnya kaget seteah saya menukar lalu beliau mengasih saya uang koin sebanyak Rp.18.000 tanpa ada kesepakatan terlebih dahulu mengenai pengurangan nominal

tersebut”. Ungkapnya.8

2. Mufidah peziarah asal Mojokerto yang menukarkan uang Rp.10.000.

Tanggapannya “saya sempat menegoisasi atas pengurangan nominal

tersebut tapi salah satu penukar bilang kalau ini sudah kesepakatan

untuk semua penukar”. Ungkapannya.9

7Halimah, Wawancara, Lamongan, 20 November 2016.

8Anshori, Wawancara, Lamongan, 20 November 2016.

44

3. Andi peziarah asal Lamongan yang menukar uang Rp.20.000.

Tanggapannya “saya tidak menghiraukan pengurangan tersebut mas,

saya mengikhlaskannya saya anggap sedekah juga”. Ungkapannya.10

4. Falah peziarah rombongan asal Kota Jombang ini menukarkan uang sebanyak Rp.50.000. Tanggapannya mengenai pengurangan nominal

tersebut “saya bahkan tidak tahu mas kalau uang kami yang awalnya

Rp.50.000 kertas menjadi Rp.45.000 saja, kami awalnya ya percaya saja sama penukar uang tersebut, setelah selesai ke makam baru menghitung dan membagi kepada kedua teman saya, dan ternyata baru menyadari kalau ada pengurangan, saya fikir penukar itu lalai dalam

nominal tapi ternyata memang di kurangi nominalnya” Ujarnya.11

5. Hilmi peziarah rombongan asal Kota Jombang ini menukarkan uang sebanyak Rp.50.000. Tanggapannya mengenai pengurangan nominal

tersebut “saya bahkan tidak tahu mas kalau uang kami yang awalnya

Rp.50.000 kertas menjadi Rp.45.000 saja, kami awalnya ya percaya saja sama penukar uang tersebut, setelah selesai ke makam baru menghitung dan membagi kepada kedua teman saya, dan ternyata baru menyadari kalau ada pengurangan, saya fikir penukar itu lalai dalam

nominal tapi ternyata memang di kurangi nominalnya” Ujarnya.12

10Andi, Wawancara, Lamongan, 20 November 2016.

11Falah, Wawancara, Lamongan, 20 November 2016.

45

6. Syauqi peziarah rombongan asal Kota Jombang ini menukarkan uang sebanyak Rp.50.000. Tanggapannya mengenai pengurangan nominal

tersebut “saya bahkan tidak tahu mas kalau uang kami yang awalnya

Rp.50.000 kertas menjadi Rp.45.000 saja, kami awalnya ya percaya saja sama penukar uang tersebut, setelah selesai ke makam baru menghitung dan membagi kepada kedua teman saya, dan ternyata baru menyadari kalau ada pengurangan, saya fikir penukar itu lalai dalam

nominal tapi ternyata memang di kurangi nominalnya” Ujarnya.13

3. Orang yang menukar (peminta uang)

a. Hizbul seorang anak peminta uang di sekitar area makam yang menukarkan kepada pengepul uang receh, anak ini menukarkan uang dari koin ke uang kertas sebesar Rp.30.000 dalam sehari kepada pengepul uang yang setiap Rp.10.000 terdapat potongan Rp.1000.14 b. Anam seorang anak peminta uang di sekitar area makam yang

menukarkan kepada pengepul uang receh, anak ini menukarkan uang dari koin ke uang kertas sebesar Rp.20.000 dalam sehari kepada pengepul uang yang setiap Rp.10.000 terdapat potongan Rp.1000.15 c. Bapak Dayat beserta kedua anaknya bernama Ilmi dan Huda seorang

ayah dan anak peminta uang di sekitar area makam yang menukarkan

13Syauqi, Wawancara, Lamongan, 20 November 2016.

14 Hizbul, Wawancara, Lamongan, 20 November 2016.

46

kepada pengepul uang receh, anak ini menukarkan uang dari koin ke uang kertas sebesar Rp.50.000 dalam sehari kepada pengepul uang yang setiap Rp.10.000 terdapat potongan Rp.1000.16

d. Ibu julaika seorang wanita peminta uang di sekitar area makam yang menukarkan kepada pengepul uang receh, anak ini menukarkan uang dari koin ke uang kertas sebesar Rp.25.000 dalam sehari kepada pengepul uang yang setiap Rp.10.000 terdapat potongan Rp.1000.17 e. Rani seorang anak peminta uang di sekitar area makam yang

menukarkan kepada pengepul uang receh, anak ini menukarkan uang dari koin ke uang kertas sebesar Rp.20.000 dalam sehari kepada pengepul uang yang setiap Rp.10.000 terdapat potongan Rp.1000.18

16Dayat, Ilmi, Huda, Wawancara, Lamongan, 20 November 2016.

17Julaika, Wawancara, Lamongan, 20 November 2016.

47

C. Proses Terjadinya Praktik Penukaran Uang Pecahan Koin di Sunan Drajat Lamongan

Uang adalah standar yang terdapat pada barang dan tenaga, oleh karena itu, uang didefinisikan sebagai sesuatu yang dipergunakan untuk mengukur tiap barang dan tenaga.19

Uang sendiri memiliki empat fungsi yaitu sebagai alat pertukaran (medium of exchange), unit perhitungan (unit of Account), penyimpanan nilai (store of value), standar untuk pembayaran tertangguhkan.20

Namun yang terjadi di Makam Sunan Drajat uang bukan saja mempunyai empat fungsi tersebut diatas. Namun uang bisa menghasilkan uang. Fenomena ini terjadi karena ada beberapa orang diantaranya: bapak Hadi, Jaswari, dan Arif. Orang-orang tersebut melayani penukaran uang koin bagi pengunjung yang ingin bersedekah kepada peminta uang di sekitar area makam tersebut. Karena tidak mungkinnya pengunjung untuk memberi uang kepada peminta dalam bentuk kertas yang bernominal besar maka bisa di tukarkan dengan uang koin 500 dan bisa juga 1000. Dari sinilah orang-orang tersebut mempunyai kios penukaran uang koin tersebut.

19Taqyudin al Nabani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Prespektif Islam (Surabaya: Risalah Gusti, 1996), 29.

48

Akan tetapi penukaran uang kertas ke uang koin itu ada pengurangannya, yang awalnya uang kertas 10.000 ditukarkan ke uang koin menjadi 9.000 di sini terdapat pengurangan nominal uang. Dari pengurangan tersebut tidak ada kesepakatan antara penukar dengan orang yang menukar.

Transaksi ini dilakukan ketika pertukaran berlangsung, yakni di tempat akadnya berlangsung dan pada waktu itu pula, artinya antara akad dan tempat akadnya tidak terjadi tenggang waktu yang begitu lama. Setelah itu diucapkan i>jab qabu>l dengan berbagai cara. Ada yang menggunakan bahasa dan ada pula yang menggunakan isyarat, tetapi dari akad tersebut tidak adanya kesepakatan pengurangan nominal dari penukaran uang tersebut.

Untuk bentuk pembayarannya, langsung diberikan ditempat itu juga yakni sama-sama kontan dan uang koinnya nya juga sama-sama ada. Adapun keuntungan yang didapat oleh penukar, diperoleh dari hasil pengurangan nominal uang rusak tersebut tanpa adanya kesepakatan dari pihak yang menukar uang tersebut bahkan dari orang yang menukar tidak tahu kalau ada pengurangan nominal. Mereka kebanyakan mengira penukar tersebut tidak mengurangi uangnya atau bisa di katatakan berniat membantu tanpa mengurangi nominal uang tersebut.

49

BAB IV

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENUKARAN UANG PECAHAN KOIN DI SUNAN DRAJAT LAMONGAN

A. Analisis Praktik Usaha Penukaran Uang Pecahan Koin

Latar belakang proses penukaran uang pecahan koin di Sunan Drajat Lamongan ini antara penukar dengan orang yang menukar, penukar uang tersebut ingin berbagi rizki kepada peminta uang di Sunan Drajat tersebut, sedangkan penukar uang tersebut membutuhkan banyak uang pecahan koin sehingga tidak memungkinkan untuk memberi uang kepada pengemis dalam bentuk uang kertas, dari sini ada beberapa orang membuka penukaran uang pecahan koin yang mana orang yang menukar menyediakan banyak uang receh untuk di pertukarkan kepada peziarah untuk membagikan sebagian rizkinya untuk pengemis tersebut.

Proses penukaran antara penukar dengan orang yang menukarkan tersebut mengalami pengurangan nominal, yang mana nominal tersebut menjadi keuntungan dari pihak orang yang menukar, setiap penukaran terjadi pengurangan yang tidak diketahui oleh pihak penukar, atau tidak ada kesepakatan sebelumnya antara penukar dengan orang yang menukar, kebanyakan penukar tidak mengetahui kalau ada pengurangan dan ada juga yang terpaksa kalau ada pengurangan tersebut.

50

Adapun dari penukaran diatas terdapat penukaran lagi antara peminta uang dengan orang yang menukar uang, peminta uang yang mendapatkan uang dari peziarah juga membutuhkan penukaran uang koin ke uang kertas untuk membeli kebutuhan sehari-harinya, yang mana mereka menukarkan uang koin tersebut kepada orang yang menukarkan uang.

Pada proses penukaran tersebut terdapat juga pengurangan nominalnya dari peminta uang kepada orang yang menukar uang, mereka di suruh untuk menukarkan kepada orang yang menukar tersebut sehingga terjadi keuntungan dua kali di pihak orang yang menukar uang, keuntungan tersebut di dapat dari pihak penukar dan pihak penukar. Dan proses penukaran tersebut semata-mata untuk mencari keuntungan.

Pertukaran uang yang dilakukan pengemis kepada penukar uang tersebut terdapat pengurangan dari jumlah Rp.10.000 menjadi Rp.9.000. pengemis menukarkan uang receh ke uang kertas dengan alasan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Demikian juga penukar uang mendapatkan keuntungan dari uang receh tersebut yang ditukarkan Rp.10.000 menjadi uang kertas Rp.9.000, dari pertukaran tersebut penukar uang mendapatkan keuntungan Rp.1000, mereka melakukan praktek penukaran uang tersebut dengan alasan hanya mencari keuntungan saja.

51

B. Analisis Hukum Islam terhadap Usaha Penukaran Mata Uang Pecahan Koin di Sunan Drajat Lamongan.

Sebagai salah satu adat kebiasaan yang berkembang di zaman modern, penukaran mata uang pecahan koin yang terjadi di Makam Sunan Drajat Lamongan menjadi sangat penting untuk dikaji menurut hukum Islam.

Menurut Ibrahim Muhammad al-Jamal, jual beli ialah tukar menukar harta secara suka sama suka atau memindahkan milik dengan mendapat pertukaran menurut cara yang diizinkan agama. Sesuai dengan penggambaran yang ada pada bab sebelumnya, bahwasannya penetapan harga penukaran mata uang yang terjadi di Makam Sunan Drajat Lamongan adalah Rp.10.000 kertas menjadi Rp.9.000.

Pengurangan nominal tersebut tidak ada kesepakatan dari penukar dan orang yang menukar, kesepakatan penetapan nominal tersebut hanya pada sama-sama penukar saja, jadi orang menukar kepada penukar siapa-pun di sekitar Makam Sunan Drajat Lamongan tetap mengalami pengurangan nominal. Tidak hanya peziarah saja yang menukar uang, namun para peminta uang tersebut menukarkan uang koin ke uang kertas pun terdapat pengurangan nilai juga. Kalau bisa dikatakan, aktivitas yang terjadi merupakan pertukaran mata uang. Dalam Islam pertukaran mata uang dengan mata uang dinamakan

52

al-s}arf. Yang mana pada dasarnya tukar menukar hukumnya mubah atau diperbolehkan. Hal ini sesuai dengan Hadis\ Rasulullah saw yang berbunyi:

َلاَق ييردُخادييعَس يِا نَع

َثَم َّيا يبَّذليِ اوُعييبَت ََ َبَّذلا

َََو ٍلَثَيِ اً

ٍضعَب ىَلَعاَهَضعَباوُفيشُت

َقَرَولا َََو

ٍز يج اَيب اَه يم اابيئاَغاوَعييبَت َََو ٍضعَب ىَلَع اَهَضعَب اوّفيشُت َََو ٍلَثَيِ اًَثَم َّيا اوُعييبَت

)ملسمو يراخبلا اور(

Artinya : “janganlah kamu menjual emas dengan emas kecuali sama-sama bilangannya dan janganlah kamu lebihkan sebagian atas sebagian lainnya, janganlah kamu menjual uang kertas dengan uang kertas kecuali sama-sama bilangannya dan janganlah kamu lebihkan sebagian dengan sebagian lainnya dan janganlah kamu menjual barang yang tidak ada di tempat dengan yang sudah ada ditempat.”(HR Al-Bukhari).

Hadist diatas menunjukkan bahwa menjual emas dengan emas atau perak dengan perak itu tidak boleh kecuali sama dengan sama, tidak ada salah satunya melebihi yang lain.

Dari Hadist di atas dapat dipahami bahwa dalil tentang al-S{arf serta tidak boleh adanya penambahan antara suatu barang yang sejenis (emas dengan emas atau perak dengan perak) karena kelebihan antara dua barang yang sejenis tersebut merupakan riba fadl yang jelas-jelas dilarang oleh Islam.

Dari kata

)اوّفيشُت ََ (

terkandung makna larangan dalam hal ini larangan

melebihkan. Karena asal dari kata larangan itu haram. Maka haram hukumnya melakukan larangan tersebut.

53

Adapun pembayarannya untuk penukaran uang yang sejenis, maka tidak sah kecuali dengan ukuran dan berat yang sama, sehingga tidak boleh dilebihkan. Oleh karena itu, apabila emas dijual dengan emas, baik antara dua jenis dinar, atau cincin atau batangan, atau logam, harus sama timbangannya dan tidak boleh yang satu dilebihkan atas yang lain, begitu pula kalau perak dengan perak, baik berupa dirham, cincin atau niqar (perak yang disepuh dengan emas). Maka timbangannya harus sama, serta tidak boleh dilebihkan yang satu atas yang lain.

Dan hal-hal yang dapat menimbulkan riba adalah jika seseorang menjual benda yang mungkin mendatangkan riba menurut jenisnya seperti seseorang menjual salah satu dari dua macam mata uang, emas dan perak dengan yang sejenis atau bahan makanan seperti beras dengan beras, gabah dengan gabah dan yang lainnya maka disyaratkan:

1. Sama nilainya, 2. Sama ukurannya, 3. Sama-sama tunai.1

Dokumen terkait