• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan hukum Islam terhadap usaha penukaran Uang pecahan Koin di Sunan Drajat Lamongan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan hukum Islam terhadap usaha penukaran Uang pecahan Koin di Sunan Drajat Lamongan."

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP USAHA PENUKARAN UANG PECAHAN KOIN DI SUNAN DRAJAT LAMONGAN

SKRIPSI Disusun Oleh :

MUHAMMAD FARIZ ZAMRONI NIM : C92213189

Univeraitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah Dan Hukum Jurusan Hukum Perdata Islam

Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah) Surabaya

▸ Baca selengkapnya: mengambil koin di dalam air posisi badan

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Konsep Islam dalam bermasyarakat di hadapan hukum harus diimbangi oleh keadilan ekonomi, tanpa pengimbangan tersebut, maka keadilan sosial kehilangan makna keadilannya. Islam dengan tegas melarang seorang muslim merugikan orang lain. Yang menjadi masalah adalah bagaimana praktek penukaran uang pecahan koin di Sunan Drajat Lamongan? dan bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap usaha penukaran uang pecahan koin di Sunan Drajat Lamongan?

Dalam menyusun skripsi ini menggunakan metode kualitatif mengkaji data-data lapangan (field research). Data Primer sumber data orang (penukar dengan orang yang menukar, penukar dengan peminta uang), sumber data tempat (Sunan Drajat lamongan). Sebagai data sekunder berupa buku-buku, kitab yang relevan. Teknik pengumpulan data cara observasi dan interview. Metode analisis data, metode deskriptif kualitatif yaitu metode yang dipakai untuk membantu dalam menggambarkan keadaan dan tujuan penelitian. Data dianalisis dan digambarkan secara menyeluruh pada praktek pertukaran uang pecahan koin di Sunan Drajat Lamongan, dan dianalisis dengan menggunakan teori-teori tersebut dan dapat ditarik suatu kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik usaha penukaran uang pecahan koin di Sunan Drajat Lamongan ini dilakukan para peziarah untuk memberikan sebagian rizki kepada peminta uang, peziarah melakukan penukaran uang kepada orang yang menukar uang karena peziarah membutuhkan banyak uang koin untuk peminta uang. Dalam proses penukaran tersebut terdapat pengurangan nominalnya, bahkan peziarah tidak mengetahui adanya pengurangan nominal pada penukaran. Demikian juga dengan peminta uang yang menukarkan uang receh ke uang kertas ke orang yang menukar uang tersebut juga terdapat pengurangan juga. Dan proses penukaran uang di Sunan Drajat Lamongan ini menurut hukum Islam mengatakan haram, karena mengandung unsur riba>. Yakni ada pengurangan nominal dari jumlah asli uang yang ditukarkan. Jadi pada intinya untuk menyikapi fenomena terjadi di Makam Sunan Drajat Lamongan, jika transaksi tersebut merupakan tukar menukar maka

hukumnya haram karena penukaran tersebut dipandang sebagai riba> fad}l, yang disebabkan

adanya kelebihan harga nilai tukar didalamnya. Namun jika transaksi tersebut merupakan jual beli mata uang logam, yang mana yang dijual adalah nilai intrinsiknya, maka hukumnya adalah mubah karena sudah memenuhi syarat dan rukun jual beli itu sendiri.

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... I PERNYATAAN KEASLIAN ... II PERSETUJUAN PEMBIMBING ... III PENGESAHAN ... IV ABSTRAK ... V KATA PENGANTAR ... VI PERSEMBAHAN ... X MOTTO ... XI DAFTAR ISI ... XII DAFTAR TRANSLITERASI ... XIV

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Kajian Pustaka ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 10

G. Definisi Operasional ... 11

H. Metode Penelitian ... 12

I. Sistematika Pembahasan ... 16

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TUKAR MENUKAR UANG DALAM ISLAM (al-S{ARF) A. Pengertian Tukar Menukar Uang (al-s{arf) ... 18

B. Dasar Hukum (al-s{arf) ... 24

C. Rukun dan Syarat (al-s{arf)... 26

(8)

BAB III PRAKTIK PENUKARAN UANG PECAHAN KOIN DI SUNAN DRAJAT LAMONGAN

A. Profil Sunan Drajat Lamongan ... 38 B. Latar Belakang Praktik Penukaran Uang Pecahan koin di Sunan Drajat ... 40 C. Proses Terjadinya Praktik Penukaran Uang Pecahan Koin ... 47

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENUKARAN UANG PECAHAN KOIN DI SUNAN DRAJAT LAMONGAN

A. Analisis Praktik Usaha Penukaran Uang Pecahan Koin ... 49 B. Analisis Hukum Islam Terhadap Usaha Penukaran Uang Pecahan Koin ... 51

BAB V PENUTUP

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia diciptakan dalam keadaan saling membutuhkan dan saling

melengkapi, tidak mungkin bagi siapapun untuk memenuhi seluruh kebutuhannya

dengan sendiri tanpa bantuan dari orang lain.1

Menurut Ahmad Azhar Basyir, disadari atau tidak untuk mencukupi

kebutuhan hidupnya, manusia selalu berhubungan satu sama lain. Menurutnya

hubungan manusia sebagai makhluk sosial ini dalam Islam disebut muamalah.2

Kata muamalah berasal dari bahasa arab berasal dari kata al-mu’amalah,

yang secara etimologi kata ini menggambarkan suatu kegiatan yang dilakukan

oleh seseorang dengan seseorang atau beberapa orang dalam memenuhi

kebutuhan masing-masing.3

Ada beberapa bentuk mu’amalah, antara lain jual beli, sewa menyewa,

kerjasama dagang, utang piutang, dan lain sebagainya. Salah satu bentuk kegiatan

manusia dalam lapangan muamalah adalah jual beli atau tukar menukar. Menurut

fiqih mu’amalah ialah tukar menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat

1 Muhammad Arifin bin Badri Sifat Perniagaan Nabi ; Panduan Praktis Fiqih Perniagaan Islam, (Bogor:

Darul Ilmi Publising, 2012), 1.

(10)

2

dengan cara yang ditentukan dalam literatur fiqih Islam jual beli diartikan dengan

menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan melepaskan

hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling merelakan. Dalam arti

luas ialah suatu perjanjian tukar-menukar benda atau barang yang mempunyai

nilai secara sukarela di antara kedua belah pihak yang satu menerima benda-benda

dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah

dibenarkan syara’ dan disepakati.

Surat Al Baqarah Ayat 275:

ّ نَِِ َكِلَذ ِّسَمْلا َنِم ُناَطْيّشلا ُهُطّبَخَتَ ي يِذّلا ُموُقَ ي اَمَك اِإ َنوُموُقَ ي ا ََِّرلا َنوُلُكََْ َنيِذّلا

اوُلاَق ْمُه

ا ّلَحَأَو ََِّرلا ُلْثِم ُعْيَ بْلا اَِّّإ

ّرَحَو َعْيَ بْلا ُّّ

َفَلَس اَم ُهَلَ ف ىَهَ تْ ناَف ِهِّبَر ْنِم ٌةَظِعْوَم َُءاَج ْنَمَف ََِّرلا َم

َنوُدِلاَخ اَهيِف ْمُ ِراّلا ُباَحْصَأ َكِئَلوُأَف َداَع ْنَمَو ِّّا ََِإ ُُرْمَأَو

Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.4

4Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya: Dana Karya,

(11)

3 Dalam hadist:

َلاَق يِردُخاديِعَس ِِا نَع

َِ اوُعيِبَت َا َبَّذلا

َثَم ّاِا ِبَّذل

َاَو ٍلَثَِِ اً

َقَرَولا َاَو ٍضعَب ىَلَعاَهَضعَباوُفِشُت

ٍز ِج اَِب اَه ِم اابِئاَغاوَعيِبَت َاَو ٍضعَب ىَلَع اَهَضعَب اوّفِشُت َاَو ٍلَثَِِ اًَثَم ّاِا اوُعيِبَت

يراخبلا اور(

)

Artinya : “janganlah kamu menjual emas dengan emas kecuali sama-sama

bilangannya dan janganlah kamu lebihkan sebagian atas sebagian lainnya, janganlah kamu menjual uang kertas dengan uang kertas kecuali sama-sama bilangannya dan janganlah kamu lebihkan sebagian dengan sebagian lainnya dan janganlah kamu menjual barang yang tidak ada di tempat dengan yang sudah ada

ditempat.”(HR Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Said).5

Dalam era globalisasi ini perkembangan perekonomian suatu negara tidak

hanya ditentukan oleh negara yang bersangkutan akan tetapi dengan sistem

perekonomian global khususnya dalam bidang perdagangan internasional.6

Dalam Islam uang dipandang sebagai alat tukar, bukan suatu komoditi.

Diterimanya peranan uang ini secara meluas dengan maksud melenyapkan

ketidakadilan, ketidakjujuran dan eksploitasi dalam ekonomi tukar menukar.

Ketidakadilan dalam ekonomi tukar menukar (barter) sebagai riba al fadl, yang

dilarang dalam agama. Sedangkan peranan uang sebagai alat tukar dapat

dibenarkan, karena dalam Islam, uang sendiri tidak menghasilkan suatu apapun.

Dengan demikian bunga (riba) pada uang yang dipinjam dan dipinjamkan

dilarang. Sejalan dengan itu, maka salah satu bentuk jual beli yang sekarang

5Muhammad ibn Isma>il Abu Abdillah Al-Bukhari, S}ah}i>h al-Bukhari (Beirut: Da>r al-kutub, 1997),

195.

(12)

4

terjadi adalah jual beli mata uang di mana baik mata uang sejenis maupun antar

mata uang berlainan jenis. Bahwa dalam tradisi perdagangan jual beli mata uang

dikenal beberapa bentuk transaksi yang status hukumnya dalam perdagangan

Islam berbeda dengan bentuk lain.

Dewan Syariah Nasional memutuskan melalui fatwanya tentang tukar

menukar uang yang diperbolehkan dengan syarat:

1. Tidak untuk spekulasi (untung-untungan).

2. Ada ketentuan transaksi atau untuk berjaga-jaga (simpanan).

3. Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis maka nilainya harus

sama dan secara tunai.

4. Apabila berlainan jenis, maka harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs) yang

berlaku pada saat transaksi dan secara tunai.7

Mata uang yang beredar di pasar, teruntuk mata uang rupiah telah

mengambil fungsi emas dan perak sehingga ia menjadi satu-satunya satuan

hitungan dan sarana perantara dalam tukar menukar. Dengan demikian, mata

uang kertas menjadi bernilai sebagaimana halnya emas dan perak. Oleh sebab itu,

hukum tukar menukar mata uang kertas pun tunduk kepada peraturan Al-S{arf

(penukaran uang).

7

(13)

5

Al-S{arf adalah sebuah akad untuk penjualan nilai harga (semua jenis nilai

harga) satu dengan yang lainnya atau disebut dengan penukaran uang, baik

dengan jenis yang sama maupun saling berbeda.8

Dalam konteksnya dengan dasar hukum tukar menukar uang, fuqaha

menyatakan bahwa kebolehan praktek Al-S{arf didasarkan pada sejumlah hadis

Nabi.

Adapun riba yang secara bahasa bermakna tambahan atau pengambilan

tambahan dari harta pokok atau modal secara batil, hal itu bertentangan dengan

prinsip muamalat dalam Islam. Kontrak riba pada hakikatnya mengambil

kelebihan dari modal. Perbuatan ini haram dan bertentangan dengan keadilan dan

persamaan.

Berdasarkan keterangan tersebut, penelitian ini hendak meneliti

bagaimana Praktek penukaran uang pecahan koin ini yang dilakukan apabila

penziarah ingin bersedekah atau berbagi rizki kepada pengemis-pengemis di

sekitar area pemakaman Sunan Drajat. Di sekitar area pemakaman tersebut

terdapat beberapa orang yang mempunyai usaha penukaran uang pecahan koin.

Dalam proses penukaran itu ada pengurangan nilai nominalnya. Dapat

dicontohkan ketika seseorang menukarkan uang Rp.10.000,00 kertas ia

mendapatkan tukaran uang pecahan koin senilai Rp.9.000,00.

(14)

6

Praktek penukaran uang pecahan koin tersebut sebenarnya menyimpan

berbagai permasalahan di antaranya adalah dengan adanya pengurangan jumlah

nominal, apa status uang dari hasil pengurangan tersebut, sehingga di sini akan

menimbulkan kontroversi dan dari permasalahan tersebut boleh jadi akan

menimbulkan perbedaan pendapat tentang kedudukan hukumnya.

Dengan berlatar belakang seperti yang diuraikan di atas, penulis

berkeinginan mengangkat persoalan ini sebagai pokok bahasan dalam penulisan

skripsi ini, karena penulis ingin memberikan gambaran yang jelas tentang hukum

tukar menukar uang pecahan koin tersebut, dengan memberikan judul: Tinjauan

Hukum Islam Terhadap Usaha Penukaran Uang Pecahan Koin di Sunan Drajat

Lamongan.

B. Identifikasi Dan Batasan Masalah

Dari latar belakang yang ada di atas maka dapat diangkat beberapa

masalah dalam penelitian ini, antara lain:

1. Faktor yang melatarbelakangi terjadinya praktik penukaran uang pecahan koin

di Sunan Drajat Lamongan.

2. Praktik penukaran uang pecahan koin di Sunan Drajat Lamongan.

3. Imbalan jasa bagi seorang penukar uang pecahan koin di Sunan Drajat

(15)

7

4. Manfaat dan keuntungan yang diperoleh dari praktik penukaran uang pecahan

koin di Sunan Drajat Lamongan.

5. Pandangan hukum Islam dalam usaha penukaran uang pecahan koin di Sunan

Drajat Lamongan.

Agar permasalahan dapat fokus dan mencapai apa yang diharapkan, maka

masalah penelitian dibatasi masalah berikut:

1. Praktik penukaran uang pecahan koin di Sunan Drajat Lamongan.

2. Tinjauan hukum Islam terhadap usaha penukaran uang pecahan koin di Sunan

Drajat Lamongan.

C. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang di atas, timbullah suatu permasalahan yang

menjadi perhatian peneliti yaitu:

1. Bagaimana praktik usaha penukaran uang pecahan koin di Sunan Drajat

Lamongan?

2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap usaha penukaran uang pecahan

(16)

8

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka ini pada intinya adalah untuk mendapatkan gambaran yang

berhubungan dengan topik yang akan diteliti dengan peneliti yang sejenis yang

pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya sehingga tidak ada pengulangan

kembali.

Dalam penelusuran awal sampai saat ini penulis belum menemukan

penelitian atau tulisan yang secara spesifik mengkaji tentang tinjauan hukum

Islam terhadap usaha penukaran uang pecahan koin tersebut.

1. Skripsi Abdul Ghoni yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap mata

uang emas dan perak yang diperjualbelikan bank Indonesia (studi di bank

Indonesia)” skripsi ini membahas jual beli uang rupiah khusus merupakan

pengalian dana untuk badan anak-anak International (UNICEF) dan dalam

prakteknya, jual beli uang rupiah khusus ini tidak menyalahi aturan dan

persyaratan yang disyari’atkan dalam Islam. Meskipun emas dan perak

termasuk barang ribawi. Jadi jual beli uang rupiah khusus hukumnya boleh

dan tidak bertentangan dengan syariat Islam.9

2. Skripsi saudara Kusuma Wardana yang berjudul “Studi Komparatif

Penggunaan Mata Uang Kertas dengan Dinar dan Dirham Di Indonesia”,

skripsi ini membahas bahwa uang kertas dengan dinar dan dirham yang

9

Abdul Ghoni, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap mata uang emas dan perak yang diperjualbelikan

(17)

9

mempunyai pesamaan dan perbedaan di Indonesia, persamaannya sebagai alat

tukar, sebagai satuan hitung, sebagai penyimpan nilai, dan masing-masing

mempunyai nilai intrinsik, dapat dibagi dengan unit lebih kecil dan uang kertas

dapat dikatakan sebagai pengganti dinar dan dirham. Sedangkan perbedaannya

uang kertas terbuat dari kertas khusus sedangkan dinar dan dirham tersebut

dari emas dan perak.10

3. Skripsi saudari Anniqa Raziqa Jurusan Muamalah Fakultas Syariah IAIN

Sunan Ampel yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penukaran

Mata Uang Asing di PT Valasindo Surabaya” yang membahas praktik

penukaran mata uang asing yang terjadi di PT Valasindo yang mana

transaksinya harus tunai, maksudnya uang rupiah tersebut ditukarkan dulu

dengan mata uang asing kemudian diterima uang tersebut oleh pihak yang

menukarkan. Selain serah terima juga tunai serta dalam menukarkan tidak ada

syarat hanya dalam uang yang ditukarkan kebijakan nominalnya yang

menentukan adalah PT Valasindo sendiri dan dalam system seperti ini dalam

hukum Islam diperbolehkan karena syarat dan rukunnya terpenuhi.11

4. Skripsi saudari Halimah yang berjudul “Studi Komparasi Antara Hukum Islam

Dan UU NO. 7 tahun 2011 Terhadap Penukaran Mata Uang Rusak Di Pasar

10

Kusuma Wardana, “Studi Komparatif Penggunaan Mata Uang Kertas Dengan Dinar Dan Dirham Di Indonesia”(Skripsi--IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2012).

11Anniqa Raziqa, “

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penukaran Mata Uang Asing di PT Valasindo

(18)

10

Pucang Surabaya” penelitian ini pembahasannya mengenai objeknya uang

rusak, penelitian ini titik penekanannya terletak pada status uang yang

dihasilkan dan penetapan harga dari pertukaran tersebut, penelitian

mengkomparasikan antara hukum Islam dan Undang-undang No.7 Tahun 2011

tentang mata uang terhadap penukaran uang rusak.12

Dari beberapa skripsi yang sudah dipaparkan di atas sangatlah jelas bahwa

dalam penelitian ini pembahasannya berbeda dengan skripsi sebelumnya. Selain

karena perbedaan pada objeknya, penelitian ini juga titik penekanannya terletak

pada status uang yang dihasilkan dari pengurangan tersebut.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang peneliti lakukan ini adalah:

1. Untuk mengetahui praktik usaha penukaran uang koin di Sunan Drajat

Lamongan.

2. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap usaha penukaran uang

pecahan koin di Sunan Drajat Lamongan tersebut.

12

Halimah, “Studi Komparasi Antara Hukum Islam Dan UU NO. 7 tahun 2011 Terhadap Penukaran

(19)

11

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian ini, peneliti berharap dapat bermanfaat dan berguna

bagi peneliti maupun pembaca lain diantaranya:

Secara teoretis, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khusunya ilmu

Hukum Ekonomi Syariah (muamalah).

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi dan

manfaat bagi:

1. Peneliti

Sebagai persyaratan untuk menyelesaikan tugas akhir untuk mendapatkan

gelar S-1 dan juga diharapkan menjadi penambah wawasan keilmuan

khususnya dalam bidang Hukum Ekonomi Syariah.

2. Akademisi

Bagi akademisi penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat berupa

sumbangan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang

Hukum Ekonomi Syariah.

3. Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memeberikan pemahaman yang lebih

mendalam kepada masyarakat dalam melakukan berbagai macam kegiatan

(20)

12

G. Definisi Operasional

Hukum Islam adalah hukum atau ketentuan-ketentuan yang dihasilkan dari

ijtihad para Imam madzhab atau ahli fiqih yang bersumber dari al-Qur'an dan

As-Sunnah sebagaimana terdapat dalam kitab-kitab fiqih Al-S{arf adalah sebuah nama

untuk penjualan nilai harga (semua jenis nilai harga) satu dengan yang lainnya

atau disebut dengan penukaran uang, baik dengan jenis yang sama maupun saling

berbeda.13

Dalam hal ini penukaran yang dilakukan yaitu dari uang kertas ke uang

koin, dari proses penukaran itu ada pengurangan nominal yang pada walnya uang

kertas Rp. 10.000,00 di tukarkan ke uang pecahan koin menjadi Rp. 9.000,00.

Proses penukaran uang ini dilakukan di sekitar area makam Sunan Drajat

lamongan yang mana di sekitar area makam tersebut terdapat banyak orang-orang

maupun anak-anak yang meminta uang. Dari sini lah awal terjadinya tukar

menukar yang dilakukan oleh pengunjung makan Sunan Drajat dan penukar uang

koin, guna menukarkan uang kertas ke uang koin tersebut untuk berbagi sedekah

kepada peminta uang di sekitar area makam Sunan Drajat.

(21)

13

H. Metode Penelitian

Adapun langkah-langkah atau tahapan-tahapan dalam menyelesaikan

penelitian ini meliputi metode sebagai berikut:

1. Data yang Dikumpulkan

Data yang dikumpulkan dalam menjawab permasalahan dalam penelitian

ini adalah:

a. Data yang berhubungan dengan latar belakang terjadinya penukaran uang

pecahan koin. Dalam hal ini meliputi teknik, prosedur dan penentuan harga

penukaran mata uang pecahan koin.

b. Data Hukum Islam tentang tukar menukar dan jual beli

2. Sumber Data

Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah terdiri dari data

primer dan data sekunder.

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber pertama di mana sebuah data dihasilkan,

yaitu sumber yang terkait secara langsung.14 Dengan para pelaku transaksi

penukaran mata uang pecahan koin, yang terdiri dari 5 penukar uang dan 7 orang

yang menukar uang.

b. Sumber Data Sekunder

(22)

14

Sumber data sekunder adalah sumber dari bahan bacaan yang bersifat

membantu atau menunjang dalam melengkapi serta memperkuat data.

Memberikan penjelasan mengenai sumber data primer, berupa buku daftar pustaka

yang berkaitan dengan objek penelitian.15

Data pendukung data primer berupa buku-buku literatur yang ada kaitannya

dengan masalah tukar menukar dan jual beli mata uang logam, antara lain:

1) Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2010.

2) Nasrun Haroen, Fiqih Muamalah, Jakarta, Gaya Media Pratama, 2007.

3) Ahmad Hasan, Mata Uang Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2004.

4) Muhammad Arifin bin Badri, Sifat Perniagaan Nabi ; Panduan Praktis Fiqih

Perniagaan Islam, Bogor, Darul Ilmi Publising, 2012.

5) Ahmad Azhar Basyir, Asas-asas Muamalat, Yogyakarta, UII Press, 2000.

3. Populasi

Untuk populasi penelitian ini adalah semua orang yang terlibat dalam tukar

menukar uang logam di area sekitar makam Sunan Drajat Lamongan tersebut,

antara lain:

a. Orang yang menukar uang di makam Sunan Drajat Lamongan.

b. Penukar (orang yang memiliki usaha penukaran uang).

(23)

15

4. Sampel

Mengingat populasi tersebut jumlahnya 9 penukar dan 10 orang yang

menukar, sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukannya penelitian secara

keseluruhan, maka dari itu ditarik suatu sampel yakni 5 penukar uang dan 7 orang

yang menukar uang yang ada di Sunan Drajat Lamongan.

5. Teknik pengumpulan data

Untuk memperoleh data yang kongkrit, peneliti menggunakan tiga metode

teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi

Pengumpulan data dengan menggunakan atau mengadakan pengamatan

langsung atau pencatatan dengan sistematis tentang fenomena yang diselidiki baik

secara langsung maupun tidak langsung.16

Agar memperoleh data yang objektif dan valid. Dalam hal ini, yang diobservasi

oleh peneliti adalah proses penukaran yang dilakukan oleh kedua belah pihak di

sekitar area makam Sunan Drajat Lamongan.

b. Wawancara atau interview

Yaitu proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan

dengan dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung

informasi-informasi atau keterangan-keterangan. Dimana keterangan diperoleh

langsung dari 5 para penukar uang dan 7 orang yang menukar uang.

(24)

16

6. Teknik Pengolahan Data

Setelah data dikumpulkan, dilakukan pengolahan data dengan tahap-tahap

sebagai berikut:

a. Editing

Editing adalah kegiatan pengeditan akan kebenaran dan ketepatan data

tersebut.17 Dalam hal ini yaitu memeriksa kembali data yang diperoleh dari

transaksi penukaran mata uang pecahan koin.

b. Organizing

Organizing adalah suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan,

pencatatan, dan penyajian fakta untuk tujuan penelitian.18

c. Coding

Coding adalah kegiatan mengklasifikasi dan memeriksa data yang relevan

dengan tema penelitian agar lebih fungsional.19

7. Teknik Analisis Data

Teknik yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah:

a. Deskriptif: yaitu dengan menggambarkan karakteristik suatu objek, disini

objek yang dimaksud adalah tukar menukar uang pecahan koin di Sunan Drajat

Lamongan yang kemudian dianalisa berdasarkan data yang telah dikumpulkan.

17 Ibid., 97.

(25)

17

b. Deduktif: yaitu dengan mengungkapkan beberapa dalil yang berhubungan

dengan penukaran atau jual beli mata uang yang kemudian dikaji berdasarkan

hukum Islam.

I. Sistematika Pembahasan

Penulisan skripsi ini disusun secara sistematis agar mempermudah

pembahasan dalam penelitian ini, adapun sistematika pembahasannya sebagai

berikut:

Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang

masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian

pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode

penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua Merupakan kerangka teoretis atau landasan teori yang

mendasari penelitian. Dalam hal ini mencakup pengertian tukar menukar, dasar

hukum penukaran, syarat-syarat penukaran, menurut Islam.

Bab ketiga Penukaran Uang pecahan koin di Sunan Drajat Lamongan.

Bab ini menjelaskan latar belakang praktik penukaran uang pecahan koin, dan

proses terjadinya praktik penukaran uang pecahan koin di Sunan Drajat

Lamongan.

Bab keempat ini membahas tentang tinjauan hukum Islam terhadap hukum

(26)

18

praktik penukaran uang dan yang kedua yaitu Tinjauan hukum Islam terhadap

transaksi penukaran mata uang pecahan koin di Sunan Drajat Lamongan.

Bab kelima merupakan penutup yang memuat hasil akhir dari penelitian

yaitu berupa kesimpulan yang menjawab rumusan masalah serta memberikan

(27)

19

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG TUKAR MENUKAR UANG

DALAM ISLAM (

al-S{ARF

)

A.Pengertian Tukar Menukar Uang (al-S{arf.)

Secara bahasa, pertukaran mata uang asing atau al-S{arf mempunyai arti

penukaran, penghindaran, atau transaksi jual beli.1

Tukar menukar secara istilah adalah kegiatan saling memberikan sesuatu

dengan menyerahkan barang. Pengertian ini sama dengan pengertian yang ada

dalam jual beli dalam islam, yaitu saling memindahkan milik dengan ganti yang

dapat dibenarkan.2

Pengertian tukar menukar sebagaimana dijelaskan dalam bab VI pasal 1541

KUH Perdata yaitu: Suatu persetujuan dengan mana kedua belah pihak

mengikatkan diri untuk saling memberikan suatu barang secara timbal balik

sebagai ganti suatu barang lain.

Dalam Islam sendiri pertukaran matauang dengan matauang dinamakan

al-s}arf. Yang mana secara harfiah al-s}arf berarti penambahan, penukaran,

penghindaran, pemalingan/transaksi jual beli sebagai transaksi, s}arf berarti

1Hasan Ahmad, Mata Uang Islami (Jakarta: PT. Grafindo Persada. 2005), 76.

(28)

20

perjanjian jual beli valuta dengan valuta lainnya. Transaksi jual beli mata uang

asing (valuta asing) dapat dilakukan baik sesama mata uang yang sejenis (rupiah

dengan rupiah) maupun yang tidak sejenis (misalnya rupiah dengan dolar).

Sedangkan secara istilah atau terminologi, terdapat beberapa definisi, dari

ulama’ Veith Rivai mengatakan, bahwa Al-S{arf adalah jual beli mata uang. Pada

asalnya mata uang merupakan emas dan perak. Biasanya uang emas disebut

dinar dan uang perak disebut dirham.3 Definisi lain yaitu Al-S{arf pertukaran

dua jenis barang berharga atau jual beli uang dengan uang atau disebut juga

Valas.4

Adapun mata uang dengan mata uang lebih dominan disebut Al-S}arf. Telah

dijelaskan bahwa Naqd (alat bayar) adalah salah satu bagian dari dua bagian

hasil klarifikasi barang-barang jenis riba>>. Telah dijelaskan pula bahwa bila

terjadi jual beli sesama jenis maka harus tamatsul dan Taqabud}, dan bila lain

jenis harus taqabud}. Adapun menurut ulama fiqh al-S{arf adalah sebagai

memperjualbelikan uang dengan uang yang sejenis maupun tidak sejenis.5

Dari beberapa definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa al-S{arf adalah

akad tukar menukar mata uang dengan mata uang lainnya ataupun mata uang

sejenis.

3 Veithzal Rivai, Islamic Banking (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 396.

(29)

21

Uang merupakan kebutuhan masyarakat yang paling utama. Juga

merupakan kebutuhan pemerintah, kebutuhan produsen, kebutuhan distributor

dan kebutuhan konsumen.6 Uang merupakan inovasi besar dalam peradaban

perekonomian dunia. Posisi uang sangat strategis dalam satu sistem ekonomi,

dan sulit digantikan variabel lainnya. Bisa dikatakan uang merupakan bagian

yang terintegrasi dalam satu sistem ekonomi. Sepanjang sejarah

keberadaannya, uang memainkan peran penting dalam perjalanan kehidupan

modern. Uang berhasil memudahkan dan mempersingkat waktu transaksi

pertukaran barang dan jasa. Uang dalam sistem ekonomi memungkinkan

perdagangan berjalan secara efisien.

Pada peradaban awal, manusia memenuhi kebutuhannya secara mandiri.

Mereka memperoleh makanan dari berburu atau memakan berbagai

buah-buahan. Karena jenis kebutuhannyamasih sederhana, mereka belum

membutuhkan orang lain. Masing-masing individu memenuhi kebutuhan

makannya secara mandiri. Dalam periode yang dikenal sebagai periode

prabarter ini, manusia belum mengenal transaksi perdagangan atau kegiatan

jual beli.7

Pada tingkat peradaban yang terendah, dapatlah dibayangkan adanya

perekonomian yang tidak membutuhkan uang. Akan tetapi ketika jumlah

6Muchdarsyah Sinungan, Uang dan Bank (Jakarta: Bina Aksara, 1989), 3. 7

(30)

22

manusia semakin bertambah dan peradabannya semakin maju, kegiatan dan

interaksi antarsesama manusia pun meningkat tajam. Jumlah dan jenis

kebutuhan manusia, juga semakin beragam. Ketika itulah, masing-masing

individu mulai tidak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Bisa dipahami

karena ketika seseorang menghabiskan waktunya seharian bercocok tanam,

pada saat bersamaan tentu ia tidak akan bisa memperoleh garam atau ikan,

menenun pakaian sendiri, atau kebutuhan lain.8

Satu sama lain mulai saling membutuhkan, karena tidak ada individu yang

secara sempurna mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Sejak saat itulah,

manusia mulai menggunakan berbagai cara dan alat untuk melangsungkan

pertukaran barang dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka. Pada tahapan

peradaban manusia yang masih sangat sederhana mereka dapat

menyelenggarakan tukar-menukar kebutuhan dengan cara barter. Maka

periode itu disebut zaman barter.

Pertukaran barter ini mensyaratkan adanya keinginan yang sama pada

waktu yang bersamaan (double coincidence of wants) dari pihak-pihak yang

melakukan pertukaran ini. Namun semakin beragam dan kompleks kebutuhan

manusia, semakin sulit menciptakan situasi double coincidence of wants ini.

8

(31)

23

Berdasarkan hal itu, maka dalam pertukaran uang dengan barang uang

dengan jasa atau uang dengan uang memerlukan suatu akad yaitu pertalian

antara ijab dan qabul yang dibenarkan oleh syara' yang menimbulkan akibat

hukum terhadap objeknya.

Dilihat dari berbagai literatur, akad terdiri dari beraneka bentuk. Para ahli

fiqih mengelompokkannya berbeda-beda sesuai dengan pemikiran mereka

masing-masing. Untuk memberi kemudahan dalam memahami bentuk-bentuk

akad, maka bentuk akad berdasarkan kegiatan usaha yang sering dilakukan

saat ini dapat dibagi dalam tiga bentuk, yaitu; 1. Pertukaran; 2. Kerja sama; 3.

Pemberian kepercayaan.

Jenis-jenis al-s}arf dapat digolongkan atas:

a. Transaksi spot yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas untuk

penyerahan pada saat itu atau penyelesaiannya paling lambat dalam

jangka 2 hari.9

b. Transaksi Forward yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas yang

nilainya ditetapkan pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu

yang akan datang.

(32)

24

c. Transaksi swap yaitu kontrak pembelian atau penjualan valas dengan

harga spot yang dikombinasikan dengan pembelian antara penjualan

valas yang sama dengan harga forward.10

Arti harfiah dari al-s}arf adalah penambahan, penukaran, penghindaran,

pemalingan, atau transaksi jual-beli. Secara terminologi, al-s}arf adalah jual

beli uang logam dengan uang logam lainnya, misal, jual beli. al-s}arf adalah

penukaran emas dengan emas, perak dengan perak atau penukaran salah

satudari emas dan perak dengan jenis lainnya.

Menurut Ahmad Hasan, al-s}arf adalah sebuah nama untuk penjualan nilai

harga (semua jenis nilai harga) satu dengan yang lainnya atau disebut dengan

"penukaran uang baik dengan jenis yang sama maupun saling berbeda".11

B. Dasar Hukum Al-S{arf

Surat Al Baqarah Ayat 275:

ّ نَِِ َكِلَذ ِّسَمْلا َنِم ُناَطْيّشلا ُهُطّبَخَتَ ي يِذّلا ُموُقَ ي اَمَك اِإ َنوُموُقَ ي ا ََِّرلا َنوُلُكََْ َنيِذّلا

اَق ْمُه

اَِّّإ اوُل

َ ف ىَهَ تْ ناَف ِهِّبَر ْنِم ٌةَظِعْوَم َُءاَج ْنَمَف ََِّرلا َمّرَحَو َعْيَ بْلا ُّّا ّلَحَأَو ََِّرلا ُلْثِم ُعْيَ بْلا

ََِإ ُُرْمَأَو َفَلَس اَم ُهَل

َنوُدِلاَخ اَهيِف ْمُ ِراّلا ُباَحْصَأ َكِئَلوُأَف َداَع ْنَمَو ِّّا

10 Ibid.,320.

(33)

25

Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.12

Kemudian dalam hadist dikatakan bahwa:

َلاَق يِردُخاديِعَس ِِا نَع

َثَم ّاِا ِبَّذلَِ اوُعيِبَت َا َبَّذلا

َاَو ٍلَثَِِ اً

َاَو ٍضعَب ىَلَعاَهَضعَباوُفِشُت

اوُعيِبَت

َقَرَولا

َِ

َقَرَولا

ٍلَثَِِ اًَثَم ّاِا

ٍز ِج اَِب اَه ِم اوَعيِبَت َاَو ٍضعَب ىَلَع اَهَضعَب اوّفِشُت َاَو

)يراخبلا اور(

Artinya: Dari Abi Sa’id al-Khudri “janganlah kamu menjual emas dengan emas kecuali sama-sama bilangannya dan janganlah kamu lebihkan sebagian atas sebagian lainnya, janganlah kamu menjual uang kertas dengan uang kertas kecuali sama-sama bilangannya dan janganlah kamu lebihkan sebagian dengan sebagian lainnya dan janganlah kamu menjual barang yang tidak ada di tempat dengan yang

sudah ada ditempat.”(HR Al-Bukhari).13

Hadist diatas menunjukkan bahwa menjual emas dengan emas atau perak

dengan perak itu tidak boleh kecuali sama dengan sama, tidak ada salah satunya

melebihi yang lain.

Dari Hadist di atas dapat dipahami bahwa dalil tentang al-S{arf serta tidak

boleh adanya penambahan antara suatu barang yang sejenis (emas dengan emas

12Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya: Dana Karya,

2007), 69.

13Muhammad ibn Isma>il Abu Abdillah Al-Bukhari, S}ah}i>h al-Bukhari (Beirut: Da>r al-kutub, 1997),

(34)

26

atau perak dengan perak) karena kelebihan antara dua barang yang sejenis

tersebut merupakan riba fadl yang jelas-jelas dilarang oleh Islam.

Dari kata )اوّفِشُت َا ( terkandung makna larangan dalam hal ini larangan

melebihkan. Karena asal dari kata larangan itu haram. Maka haram hukumnya

melakukan larangan tersebut.

C. Rukun dan Syarat Al-S{arf

Ada beberapa rukun dan syarat yang harus ada dalam jual beli mata uang

(valuta asing) adapun syarat-syarat itu telah disebutkan oleh para ulama dalam

penukaran emas dan perak yang mana berlaku juga dalam penukaran mata uang

yang ada pada zaman setelahnya, yaitu pada masa sekarang.

Pertukaran uang yang nilainya tidak sama rata maka hukumnya haram, syarat

ini berlaku pada pertukaran uang yang beda jenis atau sama jenis. Sedangkan yang

dibahas oleh peneliti yaitu penukaran uang rupiah dengan rupiah termasuk mata

uang sejenis dan dalam penukaran itu ada pengurangan nominal menurut dasar

hukum diatas termasuk haram.

Berdasarkan hal itu maka rukun jual beli menjadi rukun tukar menukar uang.

Sebagaimana diketahui, rukun jual beli ada tiga, yaitu aqid (penjual dan pembeli),

(35)

27

Rukun jual beli yang pertama, yaitu adanya aqid (penjual dan pembeli) yang

dalam hal ini dua atau beberapa orang melakukan akad, adapun syarat-syarat bagi

orang yang melakukan akad. Menurut ulama fiqih syarat-syarat sahnya al-S}arf

yang harus dipenuhi dalam jual beli mata uang sebagai berikut:

a. Baligh berakal agar tidak mudah ditipu orang maka batal akad anak kecil,

orang gila dan orang bodoh, sebab mereka tidak pandai mengendalikan

harta, oleh karena itu anak kecil, orang gila, dan orang bodoh tidak boleh

menjual harta sekalipun miliknya. karena orang bodoh tidak cakap dalam

mengendalikan harta, orang gila dan anak kecil juga tidak cakap dalam

mengelola harta, maka orang gila dan anak kecil juga tidak sah melakukan

ijab dan qabul.14

b. Beragama Islam, syarat ini khusus untuk pembeli saja dalam benda-benda

tertentu, seperti seseorang dilarangmenjual hambanya yang beragama

Islam, sebab besar kemungkinan pembeli tersebut akan merendahkan abid

yang beragama Islam, sedangkan Allah melarang orang-orang mukmin

memberi jalan kepada orang kafir untuk merendahkan mukmin.15

Rukun jual beli yang keduayaitu ma'qud alaih (objek akad).

Syarat-syarat benda yang menjadi obyek akad ialah:

14

Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah (Bandung: Pustaka Setia, 2001), 75.

(36)

28

a. Suci atau mungkin untuk disucikan, maka tidak sah penjualan benda-benda

najis seperti anjing, babi dan yang lainnya.

b. Memberi manfaat menurut Syara', maka dilarang jual beli benda-benda

yang tidak boleh diambil manfaatnya menurut Syara', seperti menjual babi,

kala, cecak dan yang lainnya.

c. Tidak dibatasi waktunya, sebab jual beli adalah salah satu sebab pemilikan

secara penuh yang tidak dibatasi apa pun kecuali ketentuan syara'.

d. Milik sendiri, tidaklah sah menjual barang orang lain dengan tidak seizin

pemiliknya atau barang-barang yangbaru akan menjadi miliknya.16

e. Diketahui (dilihat), barang yang diperjualbelikan harus dapat diketahui

banyaknya, beratnya, takarannya, atau ukuran-ukuran yang lainnya, maka

tidaklah sah jual beli yang menimbulkan keraguan salah satu pihak.

Rukun jual beli yang ketiga, yaitu shigat (lafaz ijab qabul) Ijab dan

qabul terdiri dari qaulun (perkataan) dan fi'lun (perbuatan). Qaulun dapat

dilakukan dengan lafal sharih (kata-kata yang jelas) dan lafal kinayah (kata

kiasan/sindiran). Rukun yang pokok dalam akad (perjanjian) jual-beli itu

adalah ijab qabul yaitu ucapan penyerahan hak milik disatu pihak dan

ucapan penerimaan di pihak lain. Adanya ijab-qabuldalam transaksi ini

merupakan indikasi adanya saling ridha dari pihak-pihak yang mengadakan

transaksi:

(37)

29

a. Ada serah terima antara kedua belah pihak sebelum berpisah diri. Dalam

akad Al-S}arf disyaratkan adanya serah terima barang sebelum berpisah diri.

Hal itu agar tidak terjatuh riba>> nasiah. Artinya kedua pihak yang melakukan

transaksi penukaran uang tersebut tidak diperbolehkan meninggalkan

tempat dimana keduanya melakukan transaksi hingga keduanya saling serah

terima barang yang saling dikehendaki. Hal ini sesuai dengan dalil yang

bersumber dari hadis nabi seperti yang telah disebutkan terakhir di atas.

Hadist yang diriwayatkan oleh Abu Sa’ad al-Khudhri, bahwasannya

Rasulullah bersabda: “menjual emas dengan emas, perak dengan perak,

gandum dengan gandum, garam dengan garam, maka harus sama (kualitas

dan kuantitasnya) maka jual belikanlah sekehendakmu secara tunai”.17

b. Apabila mata uang/valuta asing yang diperjualbelikan itu dari jenis yang

sama, jual beli mata uang itu harus dilakukan dalam mata uang sejenis yang

kualitas dan kuantitasnya sama sekalipun model dari uang itu berbeda.

Misalnya yaitu menukar mata uang rupiah dengan rupiah, maka nilainya

harus sama. Namun apabila menukar mata uang dolar Amerika dengan

rupiah, maka tidak disyaratkan al-tamatsul. hal ini praktis diperbolehkan

mengingat nilai tukar mata uang dimasing-masing negara di dunia ini

berbeda. Dan apabila diteliti, hanya ada beberapa mata uang tertentu yang

(38)

30

populer dan menjadi mata uang penggerak di perekonomian dunia, dan

tentunya masing-masing nilai mata uang itu sangat tinggi nilainya. Dalam

al-s}arf, tidak boleh dipersyaratkan dalam akadnya. Adanya hak khiyar

syarat (khiyar bagi pembeli). Yang dimaksud khiyar syarat itu adalah hak

pilih bagi pembeli untuk dapat melanjutkan jual beli mata uang tersebut

setelah selesai berlangsungnya jual beli yang terdahulu atau tidak

melanjutkan jual beli itu, yang mana syarat itu diperjanjikan ketika

berlangsungnya transaksi terdahulu tersebut.

c. Dalam akad al-s}}arf, tidak boleh terdapat tenggang waktu antara penyerahan

mata uang yang saling dipertukarkan, karena bagi sahnya al-s}arf

penguasaan, objek akad harus dilakukan secara tunai (harus dilakukan

seketika itu juga dan tidak boleh diutang) dan perbuatan saling

menyerahkan itu harus telah berlangsung sebelum kedua belah pihak yang

melakukan jual beli valuta asing berpisah fisik dalam hal ini termasuk

transaksi spot yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas untuk

penyerahan pada saat itu.18

Pertukaran uang yang nilainya tidak sama rata maka hukumnya haram,

syarat ini berlaku pada pertukaran uang yang satu atau sama jenis. Sedangkan

pertukaran uang yang jenisnya berbeda, maka dibolehkan. Misalnya yaitu

(39)

31

menukar mata uang dolar Amerika dengan dolar Amerika, maka nilainya harus

sama. Dan apabila diteliti, hanya ada beberapa mata uang tertentu yang

populer dan menjadi mata uang penggerak di perekonomian dunia, dan

tentunya masing-masing nilai mata uang itu sangat tinggi nilainya.

Maka dari itu tidak sah hukumnya apabila di dalam transaksi pertukaran

uang terdapat kelebihan dan penundaan pembayaran, baik penundaan tersebut

berasal dari satu pihak atau disepakati oleh kedua belah pihak. Syarat ini

terlepas dari apakah pertukaran itu antara mata uang yang sejenis maupun

mata uang yang berbeda.

Ulama sepakat bahwa jual beli mata uang disyaratkan tunai. Kemudian

mereka berbeda pendapat mengenai waktu yang membatasi pengertian ini.

Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i berpendapat bahwa jual beli mata uang

terjadi secara tunai selama kedua pihak belum berpisah, baik penerimaannya

itu segera atau lambat. Menurut Imam Malik, jika penerimaan pada majelis

terlambat, maka jual beli mata uang itu batal meskipun kedua pihak belum

berpisah. Karenanya, ia tidak menyukai janji-janji di dalamnya. Para fuqaha

bersilang pendapat, apabila sebagian mata uang telah diterima sedang yang

lain tertunda. Yakni dalam jual beli mata uang yang terjadi dengan syarat

(40)

32

Pendapat seperti ini juga dikemukakan oleh Imam Syafi'i. Pendapat lainnya

mengatakan bahwa hanya bagian yang tertunda itu saja yang batal.

Dalam mazhab Maliki diperselisihkan tentang penjualan yang dilakukan

bersama-sama jual beli mata uang (al-s}arf). Malik berpendapat bahwa

perbuatan itu tidak boleh kecuali salah satunya lebih banyak dan yang lain

mengikuti pihak yang lain itu, baik jual beli mata uang itu dalam satu dinar

atau beberapa dinar. Pendapat lainnya mengatakan bahwa jual beli mata uang

itu dalam satu dinar, maka jualbeli tersebut dibolehkan bagaimana pun cara

terjadinya. Sedang apabila dalam jumlah yang lebih banyak, maka salah

satunya diperhitungkan dengan mengikuti kebolehan yang lain. Apabila

dimaksudkan untuk keduanya bersama-sama, maka hal itu tidak boleh. Asyhab

membolehkan jual beli mata uang bersama penjualan. Pendapat ini dinilai lebih

baik karena pada perbuatan tersebut tidak terdapat hal-hal yang bisa

mendatangkan riba atau penipuan. Penjualan mata uang dengan mata uang

yang serupa, atau penjualan mata uang dengan mata uang asing, adalah

aktivitas al-s}arf. Dimana aktivitas al-s}arf tersebut hukumnya mubah. Sebab,

sharf tersebut merupakan pertukaran harta dengan harta lain, yang berupa

emas dan perak, baik sejenis maupun yang tidak sejenis dengan berat dan

ukuran yang sama dan boleh berbeda. Praktik tersebut bisa terjadi dalam uang

sebagaimana yang terjadi dalam pertukaran emas dan perak. Sebab sifat emas

(41)

33

merupakan mata uang, dan bukannya dianalogikan pada emas dan perak.

Namun jenis barang tersebut merupakan salah satu jenis dari kedua barang,

emas dan perak tersebut, karena sandaran jenis barang tersebut pada kedua

barang tadi, yaitu sama-sama dianggap sebagai uang.

Semuanya ini mubah, sebab uang tersebut menjadi jelas karena adanya

pernyataan dalam suatu transaksi, sehingga pemilikan atas bendanya bisa

ditetapkan. Apabila perak dijual dengan emas saja mubah, maka dalam hal ini

mubah pula menjual dinar dengan dirham, atau cincin dari perak dengan niqar.

Niqar adalah perak yang disepuh dengan emas. Begitu pula menjual perak

dengan emas, dengan cincin emas, dan dengan batangan serta logamnya.

Hanya saja semuanya tadi harus sama-sama kontan dan bukannya dengan

cara kredit, atau barang dengan barang dan bukannya barang dengan kredit,

atau dengan melebihkan timbangan yang satu dengan timbangan yang lain,

atau dengan menyamakan timbangan yang satu dengan yang lain, atau

sama-sama tanpa timbangan, ataupun antara yang ditimbang dengan tanpa

timbangan.

Pertukaran antara dua jenis uang yang berbeda. Adapun untuk uang yang

sejenis, maka tidak absah selain dengan ukuran dan berat yang sama, sehingga

tidak boleh dilebihkan. Oleh karena itu, apabila emas dijual dengan emas, baik

(42)

34

timbangannya, barangnya sama-sama ada, sama-sama kontan, dan tidak boleh

yang satu dilebihkan atas yang lain. Begitu pula kalau perak dijual dengan

perak, baik berupa dirham, atau cincin, atau niqar, maka timbangannya harus

sama, barangnya sama-sama ada, sama-sama tunai.19

Jadi, pertukaran dalam satu jenis uang hukumnya boleh, namun syaratnya

harus sama, sama-sama kontan, dan barangnya sama-sama ada. Begitu pula

pertukaran antara dua jenis uang hukumnya mubah. Bahkan, tidak ada syarat

harus sama atau saling melebihkan, namun hanya disyaratkan kontan dan

barangnya sama-sama ada. Berdasarkan uraian di atas dapat penulis simpulkan

bahwa pertukaran uang merupakan transaksi yang diperbolehkan di dalam

Islam sesuai dengan hukum-hukum tertentu yang telah dijelaskan oleh syara'.

Dimana pertukaran tersebut bisa terjadi dalam transaksi bisnis di dalam negeri,

begitu pula bisa terjadi dalam transaksi bisnis di luar negeri. Seperti halnya

pertukaran antara emas dengan perak, perak dengan emas yang menjadi uang

suatu negara. Maka demikian halnya dengan pertukaran antara uang asing

dengan uang dalam negeri, baik yang berlangsung didalam negeri maupun di

luar negeri, baik dalam bentuk transaksi finansial maupun transaksi antara

uang dengan uang, atau transaksi bisnis, dimana pertukaran uang dengan uang

tersebut bisa terjadi di dalamnya.

(43)

35

D. Prinsip-Prinsip al-s}}arf

Sebagaimana telah penulis paparkan sebelumnya, hendaklah pertukaran mata

uang asing (al-s}}arf) tidak mengandung unsur riba, seperti pertukaran yang ada

tambahannya pada salah satu, atau si penjual atau si pembeli meminta

tambahan. Transaksi tersebut dilarang karena merupakan riba fadl, disamping

itu riba fadl dilarang tegas oleh Rasulullah karena dapat menyebabkan seseorang

dapat melakukan riba. Rasul Saw, bersabda:

َلاَق يِردُخاديِعَس ِِا نَع

َثَم ّاِا ِبَّذلَِ اوُعيِبَت َا َبَّذلا

َاَو ٍلَثَِِ اً

َاَو ٍضعَب ىَلَعاَهَضعَباوُفِشُت

اوُعيِبَت

َولا

َقَر

َِ

ٍز ِج اَِب اَه ِم اوَعيِبَت َاَو ٍضعَب ىَلَع اَهَضعَب اوّفِشُت َاَو ٍلَثَِِ اًَثَم ّاِا َقَرَولا

)يراخبلا اور(

Artinya: Dari Abi Sa’id al-Khudri “janganlah kamu menjual emas dengan

emas kecuali sama-sama bilangannya dan janganlah kamu lebihkan sebagian atas sebagian lainnya, janganlah kamu menjual uang kertas dengan uang kertas kecuali sama-sama bilangannya dan janganlah kamu lebihkan sebagian dengan sebagian lainnya dan janganlah kamu menjual

barang yang tidak ada di tempat dengan yang sudah ada ditempat.”(HR

Al-Bukhari).20

1. Perkataan yang berbunyi:” menjual emas dengan emas, perak dengan

perak, gandum dengan gandum”. Menunjukkan bahwa barang yang

dipertukarkan itu bila sama jenisnya, mesti sama timbangannnya dan

ukurannya dan mesti pula sama-sama tunai, atau timbang terima. Kalau

(44)

36

syarat-syarat yang dijelaskan Nabi tidak dipenuhi, maka akan

menimbulkan riba.

2. Perkataan yang berbunyi: “Apabila berlainan macamnya, boleh bagi kamu

menjual sebagaimana kamu hendaki, dengan syarat timbang terima dan

sama-sama tunai”. Menunjukkan bahwa barang itu berlainan jenisnya,

boleh diperjualbelikan secara lebih atau berkurang, asalkan tunai sama

tunai atau serah terima di masjid akad. Kalau tidak maka akan

menimbulkan riba.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa

prinsip-prinsip pertukaran harus memenuhi beberapa hal, sebagai berikut:

a. Tidak ada unsur riba.

b. Sama nilainya.

c. Sama ukurannya menurut ukuran syara’.

d. Al-Taqabul (sama-sama tunai) di tempat akad.21

Adapun konsep dalam al-s}}arf dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Dalam perbankan termasuk bank islam sebagai lembaga yang

memfasilitasi perdagangan internasional tidak dapat terhindar dari

keterlibatan di pasar asing.

(45)

37

2. Hukum transaksi yang dilakukan oleh sebagian bank islam dalam

muamalah jual beli valas tidak dapat dilepaskan dariketentuan islam

mengenai al-s}}arf.

3. Bentuk transaksi internasional pertukaran valas harus tunai.

4. al-s}}arf dalam tradisi perdagangan terdiri dari beberapa bentuk yang

status hukumnya dalam pandangan Islam berbeda antara satu bentuk

dan bentuk yang lainnya.

5. al-s}}arf untuk tujuan transaksi dan dibenarkan oleh semua ulama’

ekonomi Islam, sedangkan untuk spekulasi dilarang.22

22

(46)

38

BAB III

PRAKTIK PENUKARAN UANG PECAHAN KOIN DI SUNAN

DRAJAT LAMONGAN

A. Profil Sunan Drajat

Sunan drajat adalah salah satu dari Sembilan wali penyebar agama Islam di

pulau Jawa, ia menyebarkan Agama Islam di wilayah Jawa bagian timur. Sunan

Drajat diperkirakan lahir pada tahun 1470 Masehi. Nama "Drajat" diambil dari

nama desa Drajat di Kabupaten Lamongan tempat beliau berdakwah. Nama

kecilnya adalah Raden Qasim, kemudian mendapat gelar Raden Syarifudin. Dia

adalah putra dari sunan ampel, dan bersaudara dengan sunan bonang.

Ketika dewasa, Sunan Drajat mendirikan pesantren Dalem Duwur di desa

Drajat, Paciran, Kabupaten Lamongan. Sunan Drajat yang mempunyai nama kecil

Syarifudin atau raden Qosim putra sunan ampel dan terkenal dengan

kecerdasannya. Setelah menguasai pelajaran islam beliau menyebarkan agama

Islam di desa Drajat sebagai tanah perdikan di kecamatan Paciran. Tempat ini

diberikan oleh kerajaan Demak. Ia diberi gelar Sunan Mayang Madu oleh Raden

Patah pada tahun saka 1442/1520 masehi.1

1

(47)

39

Makam sunan drajat ini sering di kunjungi oleh peziarah dari berbagai kota

bahkan ada yang dari luar provinsi jawa timur. Menurut Maslukhin,”kalau

hari-hari biasa, atau hari-hari Sabtu dan Minggu, jumlah peziarah yang datang dari berbagai

daerah di Tanah Air, dari berbagai kalangan, mencapai ribuan, tidak kurang

pejabat negeri ini, juga mengunjungi Makam Sunan Drajat, di antaranya, mantan

Gubernur DKI Sutiyono yang kini Kepala BIN, dan mantan Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono, yang datang ke makam setempat pada 2014”.2

Tujuan peziarah datang ke makam itu guna mendo’akan salah satu waliyullah

yang dulunya menyebarkan agama islam di pulau jawa ini. Di sekitar area makam

tersebut terdapat banyak kios-kios yang menjual berbagai souvenir maupun

makanan khas dari Kota Lamongan tersebut. Selain peziarah yang datang untuk

mendo’akan salah satu waliyullah tersebut di area makam terdapat banyak

orang-orang maupun anak-anak peminta uang kepada peziarah, di sekitar area makam itu

terdapat pula beberapa orang yang menerima penukaran uang pecahan koin guna

untuk berbagi sedekah kepada orang-orang peminta uang tersebut yang bisa di

kategorikan sebagai orang yang tidak mampu. Dari situlah penulis meneliti

bagaimana praktek penukaran uang kertas ke uang pecahan koin tersebut.

2

Maslukhin, Wawancara, Lamongan, 20 November 2016.

(48)

40

B. Latar Belakang Praktik Penukaran Uang Pecahan Koin di Sunan Drajat

Lamongan

1. Profil pihak penukar

Bapak hadi adalah Warga Negara Indonesia yang berasal dari Kota

Gresik, Bungah. Beliau pergi ke makam Sunan Drajat Lamongan untuk

melakukan usaha penukaran uang koin tersebut, lalu beliau menetap di

Paciran Lamongan sejak 3 tahun yang lalu beliau berumur sekitar 34 tahun,

beliau setiap hari melayani penukaran uang tersebut, dapat di kira-kira

setiap hari beliau menerima penukaran uang mencapai

Rp.150.000-Rp.250.000 dari pengunjung. Setiap uang Rp.10.000 kertas terdapat

pengurangan nominal Rp.1000, jika di uangkan koin menjadi Rp.9000.

Beliau mendapatkan uang koin dari peminta-peminta uang di sekitar area

makam tersebut lalu dikumpulkan untuk melayani peziarah yang ingin

menukar uang koin.3

Bapak jaswadi adalah Warga Negara Indonesia yang berasal dari Kota

Lamongan, Labuhan. Beliau pergi ke makam Sunan Drajat Lamongan

untuk melakukan usaha penukaran uang koin tersebut, beliau menetap di

3

(49)

41

Desa Labuhan, beliau berumur 42 tahun, beliau mempunyai kios makanan

dan minuman di sekitar area makam, setiap hari melayani penukaran uang

tersebut, dapat di kira-kira setiap hari beliau menerima penukaran uang

mencapai Rp.120.000-Rp.200.000 dari pengunjung. Setiap uang Rp.10.000

kertas terdapat pengurangan nominal Rp.1000, jika di uangkan koin

menjadi Rp.9000. Beliau mendapatkan uang koin dari pembeli di kiosnya

dan dari peminta-peminta uang di sekitar area makam tersebut lalu

dikumpulkan untuk melayani peziarah yang ingin menukar uang koin.4

Bapak Arif Ubaid adalah Warga Negara Indonesia yang berasal dari

Kota Lamongan, Brondong. Beliau pergi ke makam Sunan Drajat

Lamongan untuk melakukan usaha penukaran uang koin tersebut hanya

hari Sabtu dan Minggu saja, beliau menetap di Brondong Lamongan, beliau

berumur sekitar 27 tahun, beliau setiap hari Sabtu dan Minggu saja

melayani penukaran uang tersebut, dapat di kira-kira 2 hari tersebut beliau

menerima penukaran uang mencapai Rp.200.000-Rp.300.000 dari

pengunjung. Setiap uang Rp.10.000 kertas terdapat pengurangan nominal

Rp.1000, jika di uangkan koin menjadi Rp.9000. Beliau mendapatkan uang

koin dari peminta-peminta uang di sekitar area makam tersebut lalu

dikumpulkan untuk melayani peziarah yang ingin menukar uang koin.5

(50)

42

Ibu Suwarni adalah Warga Negara Indonesia yang berasal dari Kota

Lamongan, Solokuro. Beliau pergi ke makam Sunan Drajat Lamongan

untuk melakukan usaha penukaran uang koin tersebut, beliau menetap di

Solokuro Lamongan sejak 5 tahun yang lalu beliau berumur sekitar 31

tahun, beliau setiap hari melayani penukaran uang tersebut, dapat di

kira-kira setiap hari beliau menerima penukaran uang mencapai paling sedikit

Rp.100.000-Rp.280.000 dari pengunjung. Setiap uang Rp.10.000 kertas

terdapat pengurangan nominal Rp.1000, jika di uangkan koin menjadi

Rp.9000. Beliau mendapatkan uang koin dari tukang parker sepeda dan

peminta-peminta uang di sekitar area makam tersebut lalu dikumpulkan

untuk melayani peziarah yang ingin menukar uang koin.6

Ibu halimah adalah Warga Negara Indonesia yang berasal dari Kota

Jombang, Ploso. Beliau merantau bersama suaminya pergi ke makam

Sunan Drajat Lamongan untuk melakukan usaha penukaran uang koin

tersebut, lalu beliau menetap di Paciran Lamongan sejak 7 tahun yang lalu

beliau berumur sekitar 38 tahun, beliau setiap hari melayani penukaran

uang tersebut, dapat di kira-kira setiap hari beliau menerima penukaran

uang mencapai Rp.180.000-Rp.240.000 dari pengunjung. Setiap uang

Rp.10.000 kertas terdapat pengurangan nominal Rp.1000, jika di uangkan

koin menjadi Rp.9000. Beliau mendapatkan uang koin dari penjaga ponten

(51)

43

umum dan peminta-peminta uang di sekitar area makam tersebut lalu

dikumpulkan untuk melayani peziarah yang ingin menukar uang koin.7

2. Profil pihak yang menukar (peziarah)

Para pihak yang menukar uang yaitu peziarah makam Sunan Drajat

tersebut diantaranya:

1. Anshori peziarah asal Tuban yang menukarkan uang kertas berjumlah

Rp.20.000. Tanggapannya mengenai penukaran tersebut “saya pertama

kali berziarah di Makam Sunan Drajat ini, jujur awalnya kaget seteah

saya menukar lalu beliau mengasih saya uang koin sebanyak Rp.18.000

tanpa ada kesepakatan terlebih dahulu mengenai pengurangan nominal

tersebut”. Ungkapnya.8

2. Mufidah peziarah asal Mojokerto yang menukarkan uang Rp.10.000.

Tanggapannya “saya sempat menegoisasi atas pengurangan nominal

tersebut tapi salah satu penukar bilang kalau ini sudah kesepakatan

untuk semua penukar”. Ungkapannya.9

(52)

44

3. Andi peziarah asal Lamongan yang menukar uang Rp.20.000.

Tanggapannya “saya tidak menghiraukan pengurangan tersebut mas,

saya mengikhlaskannya saya anggap sedekah juga”. Ungkapannya.10

4. Falah peziarah rombongan asal Kota Jombang ini menukarkan uang

sebanyak Rp.50.000. Tanggapannya mengenai pengurangan nominal

tersebut “saya bahkan tidak tahu mas kalau uang kami yang awalnya

Rp.50.000 kertas menjadi Rp.45.000 saja, kami awalnya ya percaya

saja sama penukar uang tersebut, setelah selesai ke makam baru

menghitung dan membagi kepada kedua teman saya, dan ternyata baru

menyadari kalau ada pengurangan, saya fikir penukar itu lalai dalam

nominal tapi ternyata memang di kurangi nominalnya” Ujarnya.11

5. Hilmi peziarah rombongan asal Kota Jombang ini menukarkan uang

sebanyak Rp.50.000. Tanggapannya mengenai pengurangan nominal

tersebut “saya bahkan tidak tahu mas kalau uang kami yang awalnya

Rp.50.000 kertas menjadi Rp.45.000 saja, kami awalnya ya percaya

saja sama penukar uang tersebut, setelah selesai ke makam baru

menghitung dan membagi kepada kedua teman saya, dan ternyata baru

menyadari kalau ada pengurangan, saya fikir penukar itu lalai dalam

nominal tapi ternyata memang di kurangi nominalnya” Ujarnya.12

(53)

45

6. Syauqi peziarah rombongan asal Kota Jombang ini menukarkan uang

sebanyak Rp.50.000. Tanggapannya mengenai pengurangan nominal

tersebut “saya bahkan tidak tahu mas kalau uang kami yang awalnya

Rp.50.000 kertas menjadi Rp.45.000 saja, kami awalnya ya percaya

saja sama penukar uang tersebut, setelah selesai ke makam baru

menghitung dan membagi kepada kedua teman saya, dan ternyata baru

menyadari kalau ada pengurangan, saya fikir penukar itu lalai dalam

nominal tapi ternyata memang di kurangi nominalnya” Ujarnya.13

3. Orang yang menukar (peminta uang)

a. Hizbul seorang anak peminta uang di sekitar area makam yang

menukarkan kepada pengepul uang receh, anak ini menukarkan uang

dari koin ke uang kertas sebesar Rp.30.000 dalam sehari kepada

pengepul uang yang setiap Rp.10.000 terdapat potongan Rp.1000.14

b. Anam seorang anak peminta uang di sekitar area makam yang

menukarkan kepada pengepul uang receh, anak ini menukarkan uang

dari koin ke uang kertas sebesar Rp.20.000 dalam sehari kepada

pengepul uang yang setiap Rp.10.000 terdapat potongan Rp.1000.15

c. Bapak Dayat beserta kedua anaknya bernama Ilmi dan Huda seorang

ayah dan anak peminta uang di sekitar area makam yang menukarkan

(54)

46

kepada pengepul uang receh, anak ini menukarkan uang dari koin ke

uang kertas sebesar Rp.50.000 dalam sehari kepada pengepul uang

yang setiap Rp.10.000 terdapat potongan Rp.1000.16

d. Ibu julaika seorang wanita peminta uang di sekitar area makam yang

menukarkan kepada pengepul uang receh, anak ini menukarkan uang

dari koin ke uang kertas sebesar Rp.25.000 dalam sehari kepada

pengepul uang yang setiap Rp.10.000 terdapat potongan Rp.1000.17

e. Rani seorang anak peminta uang di sekitar area makam yang

menukarkan kepada pengepul uang receh, anak ini menukarkan uang

dari koin ke uang kertas sebesar Rp.20.000 dalam sehari kepada

pengepul uang yang setiap Rp.10.000 terdapat potongan Rp.1000.18

16Dayat, Ilmi, Huda, Wawancara, Lamongan, 20 November 2016. 17Julaika, Wawancara, Lamongan, 20 November 2016.

(55)

47

C. Proses Terjadinya Praktik Penukaran Uang Pecahan Koin di Sunan Drajat

Lamongan

Uang adalah standar yang terdapat pada barang dan tenaga, oleh karena

itu, uang didefinisikan sebagai sesuatu yang dipergunakan untuk mengukur

tiap barang dan tenaga.19

Uang sendiri memiliki empat fungsi yaitu sebagai alat pertukaran

(medium of exchange), unit perhitungan (unit of Account), penyimpanan nilai

(store of value), standar untuk pembayaran tertangguhkan.20

Namun yang terjadi di Makam Sunan Drajat uang bukan saja

mempunyai empat fungsi tersebut diatas. Namun uang bisa menghasilkan

uang. Fenomena ini terjadi karena ada beberapa orang diantaranya: bapak

Hadi, Jaswari, dan Arif. Orang-orang tersebut melayani penukaran uang koin

bagi pengunjung yang ingin bersedekah kepada peminta uang di sekitar area

makam tersebut. Karena tidak mungkinnya pengunjung untuk memberi uang

kepada peminta dalam bentuk kertas yang bernominal besar maka bisa di

tukarkan dengan uang koin 500 dan bisa juga 1000. Dari sinilah orang-orang

tersebut mempunyai kios penukaran uang koin tersebut.

19Taqyudin al Nabani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Prespektif Islam (Surabaya:

Risalah Gusti, 1996), 29.

(56)

48

Akan tetapi penukaran uang kertas ke uang koin itu ada

pengurangannya, yang awalnya uang kertas 10.000 ditukarkan ke uang koin

menjadi 9.000 di sini terdapat pengurangan nominal uang. Dari pengurangan

tersebut tidak ada kesepakatan antara penukar dengan orang yang menukar.

Transaksi ini dilakukan ketika pertukaran berlangsung, yakni di tempat

akadnya berlangsung dan pada waktu itu pula, artinya antara akad dan tempat

akadnya tidak terjadi tenggang waktu yang begitu lama. Setelah itu diucapkan

i>jab qabu>l dengan berbagai cara. Ada yang menggunakan bahasa dan ada pula

yang menggunakan isyarat, tetapi dari akad tersebut tidak adanya kesepakatan

pengurangan nominal dari penukaran uang tersebut.

Untuk bentuk pembayarannya, langsung diberikan ditempat itu juga

yakni sama-sama kontan dan uang koinnya nya juga sama-sama ada. Adapun

keuntungan yang didapat oleh penukar, diperoleh dari hasil pengurangan

nominal uang rusak tersebut tanpa adanya kesepakatan dari pihak yang

menukar uang tersebut bahkan dari orang yang menukar tidak tahu kalau ada

pengurangan nominal. Mereka kebanyakan mengira penukar tersebut tidak

mengurangi uangnya atau bisa di katatakan berniat membantu tanpa

(57)

49

BAB IV

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENUKARAN UANG

PECAHAN KOIN DI SUNAN DRAJAT LAMONGAN

A. Analisis Praktik Usaha Penukaran Uang Pecahan Koin

Latar belakang proses penukaran uang pecahan koin di Sunan Drajat

Lamongan ini antara penukar dengan orang yang menukar, penukar uang

tersebut ingin berbagi rizki kepada peminta uang di Sunan Drajat tersebut,

sedangkan penukar uang tersebut membutuhkan banyak uang pecahan koin

sehingga tidak memungkinkan untuk memberi uang kepada pengemis dalam

bent

Referensi

Dokumen terkait

Dari data hasil penelitian disimpulkan bahwa pembayaran uang muka sewa mobil pada usaha transportasi maju jaya di Banyuates Sampang Madura dalam tinjauan hukum

Lain halnya dengan pak Cipto yang menjalani bisnis ini pertama kali, sebagai penyedia jasa penukaran uang pak Cipto tidak memiliki modal melainkan ia diberikan modal

Praktik jual beli mobil bekas di Bandar Lampung sudah terbiasa dengan memberikan uang tanda jadi atau uang muka (DP) kepada penjual yang jumlahnya lebih sedikit dari

Hasil penelitian tentang rukun dan syarat wakaf dari al- wâqif, al- mauqūf, al-mauqūf ‘alaih, dan al-sīgah, dalam praktik wakaf buku melalui uang di UPT Perpustakaan

Pelaksanaan praktik jual beli sawah dengan sistem duwek urip ini, merupakan ba’i al wafa’ yakni jual beli yang dilangsungkan dengan syarat bahwa barang yang di jual

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana praktik penambahan uang dalam gadai kebun kopi yang terjadi di Desa Gunung Sari Kecamatan Ulu Belu

Dalam realitas sosial khususnya pada sebagian masyarakat Kecamatan Ngawen yang melakukan praktik nikah dibawah tangan, konsep nikah bawah tangan umumnya dipersepsikan

Dari segi subjek jual beli, praktik jual beli sistem cawukan yang terjadi di Desa Gempolmanis Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan dinyatakan sah karena dilakukan