• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konvensi Vienna tahun 1985 mengenai Proteksi Lapisan Ozon (the 1985 Vienna Convention for the Protection of the Ozone Layer) telah mendefinisikan lapisan ozon sebagai :

―the layer of atmospheric ozone above the planetary boundary layer‖.

Ini tidak berarti bahwa lapisan ozon tersebut adalah secara hukum dan secara fisik merupakan bagian dari ruang angkasa. Lapisan ozon tetap menjadi bagain dari atmosfer, dan sebagian jatuh dalam area yang masuk sebagai common property, dan sebagian masuk dalam area yang masuk dalam kedaulatan nasional suatu negara. Tujuan utama dari konvensi ini untuk mendefinisikan lapisan ozon tersebut adalah untuk mengindikasikan apa yang termasuk sebagai ozon stratosferik, dan tidak dengan ozone tingkat rendah (low-level ozone) yang disini dapat kita pandang sebagai polutan udara. Definisi ini sesungguhnya memperlakuakan ksesluruhan lapisan ozon stratosferik sebagai suatu global unity, tanpa menunjuk pada konsep hukum lainnya mengenai kedaulatan, shared resources, atau common property, akan tetapi lebih menujuk kepada common resource atau common interest, tanpa memandang siapa yang menikmati kedaulatan atas ruang udara yang dimilikinya. Hal penting lainnya, dikemukakan dalam Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN General Assembly) Res 43/53 yang mendaklarasikan bahwa perubahan iklim global sebagai the common concern of mankind32. Hal yang penting perlu kita garis bawahi adalah bahwa :

a. Perubahan iklim global memiliki status yang sama halnya dengan lapisan ozon, b. Totalitas dari atmosfer global sekarang dapat dijelaskan sebagai common concern of

mankind.

32 Boyle, dalam Churchill dan Freestone (eds.), International Law and Global Climate Change (London, 1991).

34 Dalam hal ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mengenal artifisialitas dari batas territorial dan ketidakcukupan untuk memperlaukan perubahan iklim global sama halnya dengan polusi udara lintas batas, yang dimana solusi regional atau bilateral masih menjadi yang lebih tepat33.

Prinsip lain yang juga berlaku dalam perlindungan lapisan ozon adalah prinsip common but differentiated responsibility. Publisis Nina E. Bafundo34, menjelaskan bahwa :

―Common but Differentiated Responsibility (―CDR‖) seeks to remedy global environmental problems with participation from all corners of the world. "Common" suggests that global concerns, like ozone depletion, affect every country35. "Responsibility" is "differentiated," or administered in distinct ways among developed and developing countries to address these concerns36. CDR presumes that developed, industrialized countries are disproportionately responsible for creating global environmental problems, and thus they should take the lead in finding solutions37. Further, because developing countries are unable to contribute financially to a global solution, the international community holds them to a much lesser degree of responsibility38. However, CDR appreciates the importance of including developing countries in the search for solutions, because as their economies grow and industrialize, developing countries may cause massive environmental damage in the future39.

Even though use of the phrase "CDR" is recent, the principle of differentiated responsibility has evolved over a number of years in international law40." The 1972 Stockholm Declaration of the U.N. Conference

33 Patricia Birnie dan Alan Boyle, International Law & The Environment., Op.cit., hal. 502.

34 Nina E. Bafundo, Compliance with the Ozone Treaty: Weak States and the Principle of Common But Differentiated Responsibility, AM. U. INT‟L L. REV. 21:461 (2008). hal. 467-468.

35 Lihat Christopher D. Stone, Common but Differentiated Responsibilities in International Law, 98 AM. J.

INT'L L. 276, hal.276 (menjelaskan bahawa isu-isu lingkungan yang serius seperti berkurangnya ozon dan global warming sebagai isu yang tidak mengenal batas geografis).

36 Lihat Michael Weisslitz, Comment, Rethinking the Equitable Principle of Common but Differentiated Responsibility: Differential Versus Absolute Norms of Compliance and Contribution in the Global Climate Change Context, 13 COLO. J. INT'L ENVTL. L. & POL'Y 473, 473-78 (2002), hal. 476 (membedakan antara negara yang satu dengan negara yang lainnya untuk menentukan tingkat tanggung jawab dan menemukan solusi-solusi yang paling efisien.

37 Lihat Proceedings of the Ninety-Sixth Annual Meeting of the American Society of International Law, Common but Differentiated Responsibility, 96 AM. Soc'Y INT'L L. PROC. 358, 358 (2002) [dalam hal ini disebut sebagai ASIL Proceedings 2002] (komentar dari Christopher C. Joyner) (mengaplikasikan konsep CDR dalam usaha komunitas internasional untuk menangani emisi gas rumah kaca dan perubahan iklim). Negara-negara industri bertanggung jawab atas mayoritas emisi-emisi tersebut, dan dengan demikian U.N. Framework Convention on Climate Change tahun 1992 tidak mengikut sertakan negara miskin, dan negara-negara berkembang dari persyaratan reduksi emisi yang mengikat).

38 Lihat Weisslitz, Op.cit, hal. 476.

39Lihat Duncan French, Developing States and International Environmental Law: The Importance of Differentiated Responsibilities, 49 INT'L & COMP. L.Q. 35, 50 (2000). (melaporkan bahwa negara-negara berkembang memiliki empat per lima dari populasi global dan banyak area wilayah dari massa daratan yang dimilikinya belum terindustrialisasi).

40 Lihat Stone, Op.cit., hal. 278. Lihat pula General Agreement on Tariffs and Trade Pasal. 18, 30 Oktober, 1947, 61 Stat. Al l, 55 U.N.T.S. 187, 252 (“giving special consideration to "contracting parties ... the economies of which can only support low standards of living and are in the early stages of development"); Lihat Constitution of

35 on the Human Environment cemented international environmental law as the premiere area of law giving credence to CDR, and recognized the need to protect the environment for present and future generations, without stifling economic growth41. Twenty years later, in one of the most prominent applications of CDR, Principle 7 of the Rio Declaration on the Environment and Development explicitly stated for the first time that states "have Common but differentiated responsibilities‖42. Since then, several MEAs incorporated CDR into their provisions, most notably the Montreal Protocol and the U.N. Framework Convention on Climate Change‖43.

the International Labour Organisation art. 427, 28 Juni, 1919, 49 Stat. 2712, 2733-34, 225 Consol. T.S. 188, 385 (menjelaskan bahwa perbedaan dalam “kesempatan ekonomi” membuat sulit setiap negara untuk dapat mengikuti standar-standar perburuhan yang universal untuk dilaksakan segera).

41 Conference on the Human Environment, June 5-16, 1972, Report of the U.N. Conference on the Human Environment, Declaration of the United Nations Conference on the Human Environment, princ. 9, U.N. Doc.

A/Conf.48/14/Rev. 1 (1 Januari, 1973) (taking into account developing countries' special economic situations and pledging to give them financial and technical assistance in making environmentally sound choices); Lihat Stone, Op.cit., hal. 279 (mendeskripsi lingkungan sebagai yang “paling subur dalam lapangan kewajiban yang tidak uniform /non-uniform) . Lihat pula Weisslitz. Op.cit., hal. 480-81 (menggarisbawahi bahwa perhatian negara-negara berkembang yang memprioritaskan isu-isu lingkungan atas pertumbuhan ekonomi akan melumpuhkan dan mengganggu ekonomi mereka yang rapuh).

42 Lihat U.N. Conference on Environment and Development, 3-14 Juni, 1992, Report of the U.N.

Conference on Environment and Development, Rio Declaration on Environment and Development, princ. 7, U.N.

Doc. A/Conf. 151/26/Rev. 1 (1 Januari, 1993) (―recognizing that developed countries have contributed more to the source of global environmental concerns and acknowledging that the responsibility lies with them to lead the pursuit for solutions‖)

43 Bandingkan U.N. Framework Convention on Climate Change Pasal 3, 9 Mei 1992, S. TREATY Doc.

No. 102-38 (1992), 1771 U.N.T.S. 165, 169 (mengadopsi frase CDR dan mendeklarasikan bahwa pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian internasional ini haruslah melindungsi sistem iklim nya sesuai dengan tanggung jawab CDR dan kemampuan yang bersangkutan (respective capabilities)) dengan Montreal Protocol, Montreal Protocol on Substances that Deplete the Ozone Layer, 16 September, 1987, S. TREATY Doc. No. 100-10 (1987), 1522 U.N.T.S.

29, 34 [hereinafter Montreal Protocol] Pasal. 34 (mengaplikasikan prinsip ini tanpa secara eksplisit menggunakan frase dengan mempersyaratkan negara maju untuk menghentikan produksi CFCS 10 tahun sebelum negara-negara berkembang), dan Convention on Biological Diversity art. 20(7), 5 Juni, 1992, 1760 U.N.T.S. 143, 156 (―giving

"consideration ... to the special situation of developing countries").

36 BAB III.

VIENNA CONVENTION FOR THE PROTECTION OF THE OZONE LAYER

Dokumen terkait