H. ANALISIS KEBUTUHAN MANAJEMEN SEKOLAH SDN KENINGAR
3. Prioritas Strategi Manajemen Sekolah Berbasis Bencana Erupsi Merapi d
Strategi utama di dalam manajemen risiko bencana adalah dengan mengelola
hazard, menurunkan kerentanan (vulnerability) dan meningkatkan kapasitas & ketahanan korban (capacity & resilience). Berdasarkan hasil pemetaan diatas dengan mengaplikasikan strategi utama manajemen sekolah, maka sekolah perlu mengembangkan model integrasi manajemen sekolah berbasis pengurangan risiko bencana yang meliputi: Pertama penguatan institusi sekolah meliputi arah Visi, Misi dan Tujuan sekolah. Kedua, strategi program dan manajemen sekolah: (a). Standar Manajemen Pengurangan Risiko Bencana Sekolah. Meliputi Prosedur Keselamatan Dasar (PKD) Sekolah dan Standar Evakuasi Sekolah (b). Standar Manajemen Sekolah Darurat yang mecakup Tujuan Umum Pengajaran, Metode, Media Belajar, Kegiatan Belajar Mengajar dan Evaluasi Belajar.
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR………i DAFTAR ISI……….ii A. P E N D A H U L U A N... 1 1. Latar belakang... 1 2. Landasan Kebijakan ... 2 3. Tujuan, Sasaran dan Ruang Lingkup ... 2 a. Tujuan... 2 b. Sasaran ... 3 c. Ruang Lingkup ... 3 B. KONSEP STRATEGI MANAJEMEN SEKOLAH BERBASIS BENCANA ERUPSI (SMSBBE)
MERAPI ... 3 1. Pengertian... 3 2. Konsep Dasar ... 4 3. Materi SMSBBE Merapi ... 7 a. Prosedur Keselamatan Dasar dan Evakuasi (PKDE) Sekolah. ... 7 1). Tujuan ... 7 2). Sasaran... 7 3). Ruang lingkup... 7 4). Materi ... 7 5). Prosedur Keselamatan Dasar Sekolah ... 8 6). Prosedur Evakuasi Sekolah ... 8 7). Alat-alat... 10 8). Organisasi... 11 9). Peran Masyarakat ... 11 10). Pembiayaan... 11 b. Standar Manajemen Sekolah Darurat di Pengungsian ... 11 1). Tujuan ... 11 2). Peserta didik ... 11 3). Pendidik ... 11 4). Kurikulum... 12 5). Metode... 12 6). Alat dan sarana Belajar ... 12 7). Organisasi... 12 8). Pembiayaan... 12 9). Peran masyarakat ... 13 c. Kualifikasi Sumber Daya dan Pengertian Konsep ... 13 1). Kualifikasi Sumber Daya... 13 2). Pengertian-pengertian Konsep... 13
C. STRATEGI MANAJEMEN SEKOLAH BERBASIS BENCANA ERUPSI MERAPI... 14 1. Visi... 14 2. Misi ... 15 3. Tujuan Umum ... 15 4. Tujuan Khusus ... 15 5. Strategi Manajemen Sekolah Berbasis Bencana Erupsi Merapi ... 15
a. Penguatan Kelembagaan dan Sumber Daya Komunitas sekolah. ...15 b. Integrasi Pengurangan Risiko Bencana ke Dalam Kegiatan Intrakurikuler dan Ekstra- kurikuler dan Kondisi Darurat di Pengungsian... 17 D. PELAKSANAAN STRATEGI MANAJEMEN SEKOLAH BERBASIS BENCANA ERUPSI
(SMSBBE) MERAPI... 17 1. Peran Stakeholder dalam Pelaksanaan Strategi. ... 17 a. Peran Kepala Sekolah ... 17 b. Peran guru... 18 c. Peran Murid ... 18 d. Peran Orang Tua Murid... 18 e. Peran Komite... 18 f. Peran Desa ... 18 2. Kekuatan dan Kelemahan Strategi... 18 3. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Strategi... 19 a. Monitoring ... 19 b. Evaluasi... 19 E. P E N U T U P ... 20
1
Strategi Manajemen Sekolah Berbasis Bencana Erupsi (SMSBBE) MerapiSTRATEGI MANAJEMEN SEKOLAH BERBASIS BENCANA ERUPSI
(SMSBBE) MERAPI
SD Negeri Keningar 01 dan SD Negeri Keningar 02
Desa Keningar Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang Jawa Tengah
I.
P E N D A H U L U A N
1. Latar belakang
Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB tanggal 30 November 2010 melaporkan erupsi Merapi mengakibatkan 61.154 jiwa mengungsi, 341 jiwa meninggal dan 368 jiwa rawat inap. Menyebabkan 3.307 bangunan rumah, sekolah, puskesmas dan pasar rusak. Nilai kerugian mencapai Rp 4,23 triliun (Kompas, 2012). ada 156 sekolah tingkat SD, SMP dan SMA rusak berat di Kabupaten Magelang, Klaten dan Boyolali di Provinsi Jawa Tengah serta di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (Republika.co.id, 2011). Sementara guru mengungsi 1.882 orang dan siswa 18.345 orang (Republika.co.id, 2010).
Hasil pemetaan risiko bencana di SD Negeri Keningar 1 dan 2 menyatakan bahwa
pertama, SD Negeri Keningar 1 dan 2 berada dalam situasi hazard(bahaya) yang tinggi karena berada dalam lokasi cakupan lintasan guguran lava/lahar, paparan gas beracun, hujan abu/kerikil dan limpahan banjir lahan dingin. Intensitas bahaya SD Negeri Keningar 1 dan 2 meningkat jika erupsi Merapi terjadi pada jam sekolah sedang berlangsung. Karena belum ada sistem respon darurat yang dibangun antara sekolah dan masyarakat.Kedua,vulnerability(kerentanan) masyarakat dan sekolah SD Negeri Keningar 1 dan 2 tinggi karena faktor lokasi dan infrastruktur sekolah yang berada di cakupan ancaman bahaya Merapi. Sekolah sebagai aktivitas anak-anak dan perempuan menjadi faktor pendukung tingkat kerentanan sekolah. Anak-anak dan perempuan komunitas sekolah SD Negeri Keningar 1 dan 2 tidak bisa mengambil keputusan sendiri terhadap situasi darurat yang terjadi di sekolah. Sementara pengetahuan dasar tentang erupsi Merapi dan standar penyelamatan dasar bagi siswa belum dimiliki oleh komunitas sekolah SD Negeri Keningar 1 dan 2. Ancaman bahaya belum menjadi kesadaran kolektif untuk membangun budaya aman di Sekolah. Meskipun tidak ada konflik yang berarti di sekolah dan masyarakat terkait dengan pengurangan risiko bencana, tetapi keyakinan masyarakat lokal tentang bahaya yang bersandar pada mitologi bisa menjadi kekuatan untuk mengurangi paparan kerentanan mereka. Kerentanan
2
Strategi Manajemen Sekolah Berbasis Bencana Erupsi (SMSBBE) Merapisekolah meningkat jika ancaman bahaya erupsi terjadi pada saat kegiatan belajar di sekolah sedang berlangsung.
Ketiga, Pemahaman capacity (kapasitas) masyarakat dan ketersediaan alat-alat (tools) mitigasi bencana erupsi Merapi masih rendah. Komunitas sekolah SD Negeri Keningar 1 dan 2 memahami tanda tanda dan dampak bahaya. Bahkan hidup bertahun-tahun bersama bahaya dan kesadaran kerentanan yang mereka hadapi. Tetapi kemampuan tersebut belum di gunakan oleh masyarakat dan sekolah untuk membangun konsep mitigasi dan kesiapsiagaan yang baik. Sekolah belum menyusun standar keselamatan dasar bagi civitas sekolah terintegrasi dengan kebijakan desa.
Prioritas strategi manajemen sekolah berbasis bencana di SD Negeri Keningar 1 dan SD Negeri Keningar 2 pertamapenguatan institusi sekolah meliputi arah Visi, Misi dan Tujuan sekolah. Kedua, strategi program dan manajemen sekolah: (a). Standar Manajemen Pengurangan Risiko Bencana Sekolah. Meliputi Prosedur Keselamatan Dasar dan Evakuasi (PKDE) Sekolah (b). Standar Manajemen Sekolah Darurat.
2. Landasan Kebijakan
1) Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28 C ayat (1), Pasal 31 dan Pasal 32.
2) Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2003, Bab IV. Pasal 5 tentang Hak dan Kewajiban Warga Negara, Orang Tua, Masyarakat dan Pemerintah
3) Undang Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana 4) Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) di tingkat nasional sampai Tingkat Kabupaten/Kota.
5) Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 04 Tahun 2012 tentang Pedoman Penerapan Sekolah/Madrasah Aman dari Bencana, tertanggal 30 April 2012
6) Surat Edaran Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional Nomor 70a/MPN/SE/2010 tentang Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana di Sekolah.
3. Tujuan, Sasaran dan Ruang Lingkup a. Tujuan
Mewujudkan ketahananan sekolah dalam pengurangan risiko bencana erupsi Merapi yang terintegrasi dengan kebutuhan siswa, guru dan lingkungan sekolah.
3
Strategi Manajemen Sekolah Berbasis Bencana Erupsi (SMSBBE) Merapi b. SasaranSeluruh civitas sekolah meliputi Kepala Sekolah, siswa, guru dan tenaga administrasi di lingkungan SD Keningar 1 dan 2 Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang Jawa Tengah.
c. Ruang Lingkup
Meliputi semua kebijakan strategi manajemen di lingkup SD Negeri Keningar 1 dan 2 dalam upaya pengurangan risiko bencana erupsi bagi siswa, guru dan tenaga kependidikan termasuk orang tua murid. SMSBBE Merapi meliputi pengaturan mitigasi dan kesiapsiagaan sekolah: (1). Prosedur Keselamatan Dasar dan Evakuasi (PKDE) Sekolah. (2). Standar Manajemen Sekolah Darurat di Pengungsian.
J.
KONSEP STRATEGI MANAJEMEN SEKOLAH BERBASIS BENCANA
ERUPSI (SMSBBE) MERAPI
1. Pengertian
Strategi manajemen sekolah adalah suatu tindakan kegiatan mengikat, komprehensif dan terpadu di dalam organisasi sekolah terhadap tantangan lingkungan sekolah yang prosesnya merupakan gabungan antara ilmu dan seni untuk mencapai tujuan tertentu bersama orang lain melalui kegiatan perencanaan (planning), pelaksanaan (implementing, directing & actuating), pengawasan (controlling), dan pembinaan (leading). Dalam kontek manajemen berbasis bencana erupsi Merapi adalah upaya membangun manajemen sekolah yang terintegrasi dengan pengalaman dan kebutuhan lokal bagi pengurangan dampak risiko bencana erupsi Merapi.
Manajemen pendidikan bencana adalah proses pengelolaan pembelajaran bersama antara sekolah, orang tua murid, Komite Sekolah dan desa pada satu tujuan bersama untuk mengurangi dampak risiko bencana bagi sekolah. Kunci utama yang dibangun dalam pengurangan risiko bencana adalah pengakuan dan penggunaan kearifan tradisional dan pengetahuan lokal (Affeltranger, 2007). Oleh sebab itu pendidikan pengurangan risiko bencana merupakan perspektif materi pendidikan formal. Konsep Manajemen Sekolah Berbasis Bencana Erupsi Merapi di dalam sistem pendidikan meliputi memasukan pertimbangan kritis berdasarkan pengalaman dan kebutuhan sekolah dalam pengurangan risiko bencana. Pertimbangan-pertimbangan pengurangan risiko bencana diaplikasikan dalam dua arah.Pertama, pengembangan kebijakan dan program strategis sekolah. Meliputi kerangka strategis, perencanaan, implementasi, strukur kelembagaan, sarana prasarana dan implementasi
4
Strategi Manajemen Sekolah Berbasis Bencana Erupsi (SMSBBE) Merapipembelajaran. Kedua, Mengembangkan kegiatan-kegiatan pencegahan, mitigasi bencana dan kesiapsiagaan bencana di Sekolah.
2. Konsep Dasar
Konsep dasar SMSBBE SD Negeri Keningar 1 dan 2 mengikuti siklus status Merapi. Pada saat status Merapi Aktif Normal dan Waspada. Kebutuhan manajemen sekolah adalah kurikulum kebencanaan dan manajemen sekolah berbasis bencana (MSBB).
Gambar 4.6 Siklus Kebutuhan Manajemen Sekolah Berbasis Bencana Erupsi Merapi
Pada saat Siaga Merapi kebutuhan manajemen sekolah adalah melakukan simulasi, informasi, lokasi dan prosedur pengungsian. Pada saat status awas Merapi, Kebutuhan Sekolah adalah Mengungsi ke Tempat Pengungsian sesuai dengan prosedur Standar Keselamatan Dasar dan Evakuasi (SKDE) Sekolah. Sementara pada saat menjalankan sekolah darurat di pengungsian, kebutuhan manajemen sekolah adalah materi dan alat- alat/sarana/prasarana sekolah darurat. Pada saat kembali ke sekolah, kebutuhan sekolah adalah perbaikan kerusakan infrastruktur dan memastikan segera kegiatan belajar mengajar aktif kembali.
Siklus tersebut merupakan spiral yang bergerak keatas mulai dari Aktif Normal dan Waspada Merapi menuju ke Siaga Merapi, Awas Merapi, Sekolah Darurat dan Kembali ke Sekolah. Pada saat kembali ke sekolah, siklus lanjutan dimulai lagi dari bawah dimana status Merapi adalah Normal Aktif dan Waspada Merapi. Perbedaannya siklus pertama dan kedua adalahlevel kualitas manajemen sekolah yang diperlukan. Pada saat kondisi sekolah normal kembali, sekolah mengevaluasi
5
Strategi Manajemen Sekolah Berbasis Bencana Erupsi (SMSBBE) Merapiterhadap pendekatan manajemen, prosedur, sumber daya manusia dan kebijakan maupun alat-alat pendukung berjalan sesuai dengan konsep Strategi Manajemen Sekolah Berbasis Bencana Erupsi Merapi (SMSBBE) yang ditetapkan. Dengan siklus ini maka semua pengalaman respon bencana akan menjadi basis pengetahuan baru dan di terapkan dalam sistem manajemen sekolah yang meningkat sesuai kebutuhan.
a. Mengapa Perlu SMSBBE Merapi?
Pertimbangan utama adalah komunitas sekolah yang terletak di wilayah risiko tinggi bencana erupsi Merapi (KRB III) terutama siswa dan diffable merupakan salah satu kelompok rentan terhadap paparan erupsi Merapi. Komunitas sekolah meliputi siswa, guru dan tenaga kependidikan, orang tua siswa dan masyarakat sekitar merupakan sumber daya dan aset yang harus menjadi prioritas pembangunan. Sekolah sebagai aset pengetahuan dan aset membangun peradaban merupakan indikator penting dalam kemajuan bangsa Indonesia. Oleh sebab itu Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28 C ayat (1), Pasal 31 dan Pasal 32 Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan jaminan atas hak dasar warga negara di bidang pendidikan (UUD 1945, 2002). Sebagaimana dituangkan didalam Bab IV. Hak dan Kewajiban Warga Negara, Orang Tua, Masyarakat, dan Pemerintah, Pasal 5 Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2003 (Depdiknas, 2003).
Arah pembangunan millenium dunia terkait pengurangan risiko bencana saat ini menjadi prioritas. Konferensi Dunia untuk Pengurangan Risiko Bencana (World Conference on Disaster Reduction) di Kobe Jepang tahun 2005, 168 negara termasuk Indonesia menandatangani pesetujuan global bagi pengurangan risiko bencana yang dituangkan dalamHyogo Frame Work for Action(HFA) 2005 – 2015. Ada tiga tujuan strategis dan lima pilar prioritas kegiatan HFA. Tujuan strategi tersebut: pertama Integrasi yang lebih efektif pengurangan risiko bencana ke dalam kebijakan pembangunan secara berkelanjutan, perencanaan dan penyusunan program pada semua jenjang dengan secara khusus memberikan penekanan pada pencegahan bencana, mitigasi, kesiapsiagaan dan pengurangan kerentananan. Kedua, pengembangan dan penguatan kelembagaan, mekanisme dan kapasitas pada semua tingkat secara lebih khusus pada tingkat masyarakat, yang dapat secara sistematis memberikan sumbangan terhadap pembangunan dalam menghadapi bahaya. Ketiga, kerjasama sistematis dari pendekatan pengurangan risiko bencana ke dalam rencana dan pelaksanaan program tanggap darurat, respon dan program pemulihan di dalam proses rekonstruksi dari masyarakat yang terkena bencana.
6
Strategi Manajemen Sekolah Berbasis Bencana Erupsi (SMSBBE) MerapiHyogo Frame Work for Action (HFA) menetapkan lima prioritas kegiatan untuk mencapai tiga tujuan tersebut ditahun 2015 pertama, memastikan bahwa pengurangan risiko bencana ditempatkan sebagai prioritas nasional dan lokal dengan dasar institusional yang kuat dalam pelaksanaannya. Kedua, mengidentifikasi, mengevaluasi dan memonitor risiko-risiko bencana dan meningkatkan pemanfaatan peringatan dini.Ketiga, menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun suatu budaya aman dan ketahanan pada semua tingkatan. Keempat, mengurangi faktor-faktor risiko dasar. Kelima, memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana dengan respon yang efektif pada semua tingkatan. Memperkuat kapasitas-kapasitas pada tingkat komunitas untuk mengurangi risiko bencana pada tingkat lokal, dimana individu dan komunitas memobilisir sumberdaya lokal untuk upaya mengurangi kerentanan terhadap bahaya. Secara khusus, pada kontek pendidikan, pengurangan risiko bencana sesuai HFA, pendidikan merupakan capaian tujuan kunci bagi penggunaan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun budaya aman dan ketahanan di semua tingkatan (Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2010).
Secara teknis operasional Surat Edaran Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional Nomor 70a/MPN/SE/2010 tentang Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana di Sekolah (2010), menegaskan masih rendahnya kesiapsiagaan komunitas sekolah dan minimnya pengetahuan tentang bencana alam, yang disebabkan karena: (1). Belum ada kebijakan nasional dibidang pendidikan tentang penanggulangan bencana (2). Di era desentralisasi pendidikan: upaya-upaya pengurangan risiko bencana ke dalam kegiatan pembelajaran di sekolah belum banyak dilakukan. (3). Baru ada beberapa propinsi yang sudah memiliki kebijakan dalam bentuk peraturan daseran tentang penanggulangan bencana.
Undang Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana menegaskan bahwa Strategi Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana di Sekolah adalah kegiatan jangka panjang yang diutamakan untuk mengintegrasikan materi pembelajaran pendidikan kebencanaan kedalam kurikulum tingkat satuan pendidikan, bagi semua satuan pendidikan dasar dan menengah (2007).
b. Prinsip-prinsip SMSBBE Merapi
Sesuai kompilasi Surat Edaran Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional Nomor 70a/MPN/SE/2010 tentang Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana di Sekolah (2010) dan
7
Strategi Manajemen Sekolah Berbasis Bencana Erupsi (SMSBBE) MerapiHyogo Frame Work for Action (HFA) 2005 – 2015 prinsip dasar Strategi Manajemen Sekolah Berbasis Bencana Erupsi Merapi adalah:
1. Interdisiplin dan menyeluruh. Pembelajaran untuk pembangunan berkelanjutan terkandung dalam keseluruhan kurikulum tidak harus sebagai mata pelajaran terpisah.
2. Berorientasi nilai kearifan lokal; nilai dan prinsip pembangunan berkelanjutan di tingkat lokal yang pro lingkungan.
3. Kritis dan kontekstual. Mampu membangun kepercayaan diri dan sesuai dengan kebutuhan pemecahan masalah lokal sekolah terkait tantangan ancaman bahaya erupsi Merapi.
4. Multimetode; Pendekatan belajar di fokuskan untuk mendapatkan pengetahuan dan membangun lingkungan pengetahuan yang menyenangkan. 5. Partisipatif; Pengambilan keputusan dilakukan dengan melibatkan penerima
manfaat.
6. Aplikatif; Pengalaman pembelajaran terintegrasi dalam keseharian warga sekolah dan nilai-nilai budaya lokal.
7. Pro gender dan kelompok rentan.
3. Materi SMSBBE Merapi
a. Prosedur Keselamatan Dasar dan Evakuasi (PKDE) Sekolah. 1). Tujuan
Membangun budaya aman (safety) dan kesiapsiagaan bagi pengurangan dampak risiko bencana erupsi Merapi di lingkungan sekolah SD Negeri Keningar 1 dan 2 Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang yang terintegrasi dengan kebijakan Desa.
2). Sasaran
Seluruh komunitas sekolah meliputi Kepala Sekolah, siswa, guru dan tenaga administrasi, orang tua siswa dan masyarakat dilingkungan SD Keningar 1 dan 2 Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang Jawa Tengah.
3). Ruang lingkup
Meliputi kebijakan keselamatan dan pelaksanaan sekolah darurat bagi seluruh komunitas SD Negeri Keningar 1 dan 2 dalam pengurangan risiko bencana erupsi Merapi.
4). Materi
Materi kurikulum pendidikan bencana di integrasikan dengan mata pelajaran lainnya dengan pesan materi utama sebagai berikut:
8
Strategi Manajemen Sekolah Berbasis Bencana Erupsi (SMSBBE) Merapia) Bencana dan cara pandang terhadap erupsi Merapi.
b) Pemahaman tentang peta ancaman bahaya erupsi bagi sekolah. c) Pemahaman tentang peta kerentanan dan kapasitas sekolah. d) Pemahaman tentang manajemen erupsi Merapi di Sekolah e) Bimbingan Konseling kelas bagi siswa
5). Prosedur Keselamatan Dasar Sekolah
Prosedur Keselamatan Dasar Sekolah SD Keningar 1 dan 2 merupakan prosedur dasar yang dipakai oleh sekolah jika terjadi erupsi Merapi, tetapi belum diperlukan evakuasi bagi komunitas sekolah. Kondisi ini bisa terjadi pada saat semua level status Merapi. Oleh sebab itu, Prosedur Keselamatan Dasar (PKD) Sekolah penting dikembangkan untuk menjamin kesehatan, keselamatan dan kenyamanan komunitas sekolah didalam kegiatan belajar mengajar. Prosedur ini meliputi:
Pertama, Informasi Status Merapi. Informasi status Merapi disampaikan melalui pengeras suara di Musholla sekolahan maupun melalui pengeras suara milik sekolah. Update informasi status merapi di peruntukan untuk memberikan gambaran kondisi status Merapi kepada komunitas sekolah dari waktu ke waktu. Tujuannya untuk membangun kesiapsiagaan komunitas sekolah jika sewaktu- waktu harus melakukan evakuasi.
Kedua, Peringatan Bahaya. Peringatan bahaya dilakukan melalui suara panjang bel sekolah atau bisa melalui pengeras suara maupun kentongan yang dipukul berkali- kali (titir). Pilihan penggunaan berbagai alat peringatan ini untuk mengantisipasi kemungkinan listrik di desa mati. Begitu terjadi peringatan bahaya maka seluruh komunitas sekolah (termasuk masyarakat/orang tua siswa) yang berada dilingkungan sekolah untuk mengambil dan mengenakan alat-alat keselamatan dasar seperti masker, kacamata dan penutup kepala ditempat yang disediakan, kemudian melanjutkan kegiatan belajar.
Ketiga, jika terjadi korban luka, maka akan mendapatkan pertolongan pertama di UKS Sekolah SD Negeri Keningar 2 dan di kantor Polindes untuk SD Keningar 1.
Keempat, pada saat kondisi sudah aman, alat-alat keselamatan dasar dapat di lepas dan di kembalikan ke tempat penyimpanan sekolah untuk bisa dipakai kembali lain waktu.
6). Prosedur Evakuasi Sekolah
9
Strategi Manajemen Sekolah Berbasis Bencapenyelamatan dan pengungsian den berdasarkan asumsi erupsi Marapi terj berlangsung dilingkungan sekolah. Tahap
Pertama, Informasi Status Merapi. Informas pengeras suara di Musholla sekolahan sekolah. Update informasi ini peruntuk status Merapi kepada komunitas sekolah membangun kesiapsiagaan komunitas sek
Kedua, Peringatan Bahaya. Peringatan b bel sekolah atau bisa melalui pengeras berkali-kali (titir). Pilihan penggunaan mengantisipasi kemungkinan listrik di desa maka seluruh komunitas sekolah (ter berada dilingkungan sekolah untuk keselamatan dasar seperti masker, kacam disediakan, kemudian berkumpul ke Titik
Ketiga, Titik Kumpul. Titik Kumpul SD N sekolah. Titik Kumpul SD Negeri Keningar sekolah SD Negeri Keningar 1 dan 2 t mengenakan alat-alat keselamatan das dievakuasi ke Tempat Pengungsian Akhir Keningar yang lainnya.
Gambar 4.7. Peta Lokasi Tempat Pengungsia
basis Bencana Erupsi (SMSBBE) Merapi
Prosedur evakuasi untuk memastikan bahwa seluruh komunitas SD Negeri Keningar 1 dan 2 Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang mampu menyelenggara kan ian dengan baik. Prosedur evakuasi disusun rapi terjadi pada saat kegiatan belajar sedang
Tahapannya:
erapi. Informasi status Merapi disampaikan melalui ekolahan maupun melalui pengeras suara milik eruntukan untuk memberikan gambaran kondisi as sekolah dari waktu ke waktu. Tujuannya untuk omunitas sekolah.
gatan bahaya disampaikan melalui suara panjang pengeras suara maupun kentongan yang dipukul enggunaan berbagai alat peringatan ini untuk trik di desa mati. Begitu terjadi peringatan bahaya olah (termasuk masyarakat/orang tua siswa) yang untuk mengambil dan mengenakan alat -alat ker, kacamata dan penutup kepala ditempat yang
l ke Titik Kumpul yang telah ditentukan.
pul SD Negeri Keningar 1 ada di lapangan depan Keningar 2 di halaman sekolah. Semua komunitas dan 2 telah berkumpul di titik kumpul dengan atan dasar. Komunitas sekolah menunggu untuk ian Akhir (TPA) bersama dengan masyarakat desa ngungsian Akhir Desa Keningar.
10
Strategi Manajemen Sekolah Berbasis Benca Desa Ngrajek Kecamatan Mungkid.nama dan jumlah pengungsi dari komun Data ini kemudian di serahkan kepada ke
Kelima, Jalur Evakuasi. Jalur evakuasi bag Keningar 1 dan 2 adalah melalui jalan utam jalan menuju Jogjakarta dan berbelok k Ngrajek Kecamatan Mungkid berada di jal dalam gambar disamping. Jalur evakuas Gondangrejo dapat langsung turun men Ngrajek Kecamatan Mungkid Kabupaten
Keenam, alat transportasi. Alat transport Truk bak terbuka dan kendaraan pribadi dan Petugas Evakuasi dari desa Keningar.
Ketujuh, Tempat Pengungsian Akhir. Adalah Keningar mengungsi selama erupsi Mera Akhir desa Keningar adalah Desa N Magelang.
Kedelapan, sesampainya di Tempat Pen desa Keningar menyerahkan dokumen dat
7). Alat-alat
basis Bencana Erupsi (SMSBBE) Merapi
Keempat, pendataan. Pada saat berada di titik kumpul menunggu diangkut ke Tempat Pengungsian Akhir (TPA) dilakukan pendataan oleh petugas sekolah untuk memastikan ari komunitas sekolah SD Negeri Keningar 1 dan 2.
epada kepala sekolah dan kepala desa Keningar. akuasi bagi para pengungsi dari sekolah SD Negeri
jalan utama desa menuju ke Muntilan masuk arah erbelok ke kanan menuju jalan Borobudur. Desa erada di jalur tersebut. Jalur evakuasi dapat dilihat r evakuasi desa Keningar yang berada di Dusun run menuju desa Sumber dan mengarah ke Desa abupaten Magelang.
ransportasi bagi para pengungsi adalah kendaraan n pribadi warga yang telah disiapkan oleh sekolah
eningar.
Akhir. Adalah tempat di mana penduduk dari desa erupsi Merapi berlangsung. Tempat Pengungsian Desa Ngrajek Kecamatan Mungkid Kabupaten empat Pengungsian Akhir, petugas dari sekolah dan umen data pengungsi kepada petugas setempat.
11
Strategi Manajemen Sekolah Berbasis Bencana Erupsi (SMSBBE) MerapiAat-alat keselamatan dasar meliputi masker, kacamata, penutup kepala/payung/topi, oksigen, pengeras suara, alat komunikasi dan kendaraan alat transportasi untuk evakuasi.
8). Organisasi
Penyelenggaraan Prosedur Keselamatan Dasar dan Evakuasi (PKDE) sekolah merupakan tanggung jawab Kepala Sekolah dibantu oleh seluruh komunitas sekolah, masyarakat desa dan pemerintah desa. Serta pada kondisi darurat perlu di dukung juga oleh paramedik maupun tenaga guru bimbingan dan konseling. Secara khusus sekolah membentuk unit kerja dari Guru atau Tenaga Kependidikan sebagai Petugas Pelaksana. Petugas ini kemudian bertanggung jawab melatih dan menjalankannya Prosedur Keselamatan Dasar Sekolah.
9). Peran Masyarakat
Didalam seluruh proses perencanaan dan implementasi Prosedur Keselamatan