• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prioritas Strategi Pengembangan Industri Produk Olahan Minyak Pala

Dalam dokumen IV HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 37-48)

4.3 Strategi Pengembangan Industri Produk Olahan Minyak Pala .1 Penentuan Posisi Agroindustri Produk Olahan Minyak Pala

4.3.2 Prioritas Strategi Pengembangan Industri Produk Olahan Minyak Pala

Agresif, strategi Kekuatan – Ancaman (S–T) merupakan strategi Diferensiasi,

strategi Kelemahan – Peluang (W–O) merupakan strategi Diversifikasi dan strategi Kelemahan – Ancaman (W–T) merupakan strategi Defensif (Tabel 21).

Dari hasil analisis matriks SWOT dapat dirumuskan beberapa alternatif strategi yaitu :

1. Perluasan areal kebun pala

2. Pembangunan sentra produk olahan minyak pala

3. Pola kemitraan, termasuk di dalamnya mengintensifkan penyuluhan budidaya, subsidi benih, pengawasan hasil produksi petani pala dan kerjasama yang saling mendukung antar pelaku industri dalam pemanfaatan tiap bagian dari buah pala.

4. Pemberdayaan lembaga keuangan dan permodalan

5. Peningkatan kualitas SDM dan teknologi melalui pelatihan-pelatihan khususnya tentang minyak pala dan produk olahannya.

6. Pembangunan pusat informasi pala, termasuk di dalamnya perluasan jaringan pemasaran di sekitar sentra bisnis melalui pemanfaatan kemajuan teknologi. 7. Perbaikan kebijakan dan kelembagaan, khususnya yang mendukung industri,

termasuk di dalamnya penertiban pungutan-pungutan liar.

4.3.2 Prioritas Strategi Pengembangan Industri Produk Olahan Minyak Pala

Untuk memilih prioritas strategi pengembangan industri produk olahan minyak pala digunakan metode yang disebut Analytical Hyrarkhi Process (AHP). Dalam memformulasikan strategi ini dilakukan wawancara dan diskusi secara terpisah dengan masing-masing dua orang responden pakar. Selain itu dilakukan jajak pendapat melalui alat bantu pengisian kuesioner dengan enam responden pakar.

Dalam menyusun strategi pengembangan industri produk olahan minyak pala di Kabupaten Bogor ada beberapa permasalahan yang perlu dipertimbangkan. Permasalahan tersebut dikelompokkan dalam lima elemen, masing-masing elemen terdiri dari beberapa hal yang perlu dipertimbangkan yang merupakan hasil jajak pendapat dengan alat bantu pengisian kuesioner oleh para

responden, dalam rangka pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Bogor melalui

strategi dan prospek pengembangan industri produk olahan minyak pala. Fokus/ Tujuan.

Tujuan yang ingin dicapai adalah pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Bogor. Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah proses pendidikan dalam rangka merubah pola pikir masyarakat khususnya petani pala di Kabupaten Bogor, sehingga dari hasil perubahan pola pikir tersebut terjadi peningkatan/perubahan tingkah laku dan peningkatan kualitas SDM.

Faktor.

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam rangka pemberdayaan masyarakat melalui strategi dan prospek pengembangan industri produk olahan minyak pala yaitu ketersediaan bahan baku, mutu bahan baku, penguasaan teknologi, permintaan/kondisi pasar, ketersediaan fasilitas dan sarana produksi, SDM yang berkualitas, harga menguntungkan, dan ketersediaan dana dan modal.

Aktor

Aktor-aktor yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan industri produk olahan minyak pala di Kabupaten Bogor adalah petani pala, pemerintah daerah, investor, pelaku industri, konsumen, lembaga keuangan, serta lembaga penelitian dan pengembangan (litbang).

Tujuan

Tujuan yang diidentifikasi adalah membuka lapangan pekerjaan, memaksimalkan keuntungan, perluasan/diversifikasi usaha, perluasan pangsa pasar, dan peningkatan pendapatan daerah/devisa.

Alternatif Strategi.

Alternatif strategi berkenaan dengan kebijakan-kebijakan spesifik yang diprioritaskan untuk mencapai sasaran utama yaitu perluasan areal kebun pala, pembangunan sentra produk olahan minyak pala, pola kemitraan, pemberdayaan lembaga permodalan dan keuangan yang ada di Kabupaten Bogor, peningkatan kualitas SDM dan teknologi, pembangunan pusat informasi pala dan produk-produknya, dan perbaikan kebijakan dan kelembagaan.

Berdasarkan elemen-elemen diatas, disusun suatu hirarki untuk memformulasikan strategi pengembangan industri produk olahan minyak pala di Kabupaten Bogor. Berdasarkan hirarki ini dilakukan penyusunan kuesioner yang diajukan kepada para responden. Setelah itu kuesioner tersebut dianalisis menggunakan metode AHP dengan syarat hanya pendapat responden yang memilki rasio konsistensi ≤ 10% yang akan dianalisa lebih lanjut. Dari 6 responden yang mengisi kuesioner, hanya 4 pendapat yang bisa dianalisa karena rasio konsistensi ≤ 10%. Hasil pengolahan dengan menggunakan sofware Expert

Choice 2000 dapat dilihat melalui hirarki pada Gambar 3.

Hasil pembobotan dan pemberian prioritas pada elemen faktor dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22 Bobot dan Prioritas Elemen Faktor Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Bogor Melalui Pengembangan Industri Produk Olahan Minyak Pala

Elemen Faktor Bobot Prioritas

Ketersediaan Bahan Baku 0.171 1

Mutu Bahan Baku 0.140 4

Penguasaan Teknologi 0.151 3

Permintaan/Kondisi Pasar 0.154 2

Ketersediaan Fasilitas dan Sarana 0.083 8

SDM Berkualitas 0.098 6

Harga Menguntungkan 0.109 5

Ketersediaan Dana/Modal 0.093 7

Dari tabel diatas faktor yang paling penting untuk dipertimbangkan dalam strategi dan prospek pengembangan industri produk olahan minyak pala dalam rangka pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Bogor adalah ketersediaan bahan baku sebagai prioritas pertama dengan bobot 0.171. Bahan baku yang mencukupi yaitu berupa biji dan fuli pala sangat penting bagi industri produk olahan minyak pala. Dari hasil wawancara dengan seorang peneliti maupun seorang staf di Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor sebenarnya strategi dan prospek pengembangan industri produk derrvatif minyak pala di Kabupaten Bogor untuk kondisi saat ini dinilai belum visible dan masih belum menjadi prioritas kebijakan pengembangan agroindustri di Kabupaten Bogor, meskipun keuntungan bagi masyarakat besar.

Pemberdayaan Masyarakat Kab. Bogor melalui Pengembangan Industri Produk Olahan Minyak Pala

Ketersediaan Bahan Baku (0,171) Mutu Bahan Baku (0,140) Penguasaan Teknologi (0,151) Permintaan/ Kondisi Pasar (0,154) Ketersediaan Fasilitas dan Sarana Produksi

(0,083) SDM yang Berkualitas (0,098) Harga yang Menguntungkan (0,109) Ketersediaan Dana & Modal

(0,093)

Petani Pala

(0,205) (0,362) Pemda Investor (0,051) Pelaku Industri (0,239) Konsumen (0,048) Lembaga Keuangan (0,036) Litbang (0,058)

Membuka Lapangan Pekerjaan (0,269) Memaksimalkan Keuntungan (0,289) Perluasan/ Diversifikasi Usaha (0,230) Perluasan Pangsa Pasar (0,100) Peningkatan Pendapatan Daerah &Devisa (0,113) Perluasan Areal Kebun Pala (0,185) Pembangunan Sentra Produk olahan Minyak Pala

(0,180) Pola Kemitraan (0,183) Pemberdayaan Lembaga Permodalan & Keuangan (0,116) Peningkatan Kualitas SDM dan Teknologi (0,120) Pembangunan Pusat Informasi Pala dan Produk-produknya (0,130) Perbaikan Kebijakan dan Kelembagaan (0,084) Gambar 3 Hirarkhi Strategi Pengembangan Industri Produk Olahan Minyak Pala

Goal :

Faktor :

Aktor :

Sub-tujuan :

Hal ini karena luasan kebun pala rakyat yang benar-benar ada saat ini jauh

berkurang dan dikhawatirkan tidak mampu mencukupi kebutuhan industri produk olahan minyak pala. Selain itu kondisi di lapangan saat ini beberapa industri pengolahan minyak pala yang sudah ada sebagian tidak lagi berproduksi. Hal ini sebenarnya sudah mendapat perhatian dari pihak litbang dengan memberi bantuan barupa penyempurnaan alat destilasi dan penyuluhan kepada pelaku industri untuk memperoleh hasil minyak pala yang efisien. Namun karena kurangnya bahan baku berupa biji dan fuli pala serta tingginya harga kedua bahan baku tersebut mengakibatkan produksi terganggu dan akhirnya berhenti sama sekali. Beberapa alat penyulingan saat ini dalam kondisi menganggur (idle), selain kurangnya perencanaan yang cermat dalam pendirian industri minyak pala tersebut, menurut Peneliti dari Balai Besar Litbang Pasca Panen adalah kurangnya perhatian yang serius dari Pemerintah akan pengembangan industri minyak atsiri di Kabupaten Bogor. Karena beberapa alat destilasi yang saat ini menganggur sebenarnya dapat juga dimanfaatkan untuk penyulingan minyak atsiri lainnya selain minyak pala seperti minyak nilam dan minyak cengkeh misalnya. Untuk itu dalam rangka mencukupi kebutuhan akan bahan baku biji dan fuli pala perlu dibuat sebuah sentra perkebunan pala. Sentra tersebut sebaiknya dibuat di dekat lokasi potensial pengembangan industri produk olahan minyak pala atau industri pengolahan bagian buah pala lainnya, agar terjadi efisiensi waktu dan biaya dalam hal penyediaan bahan baku, dan transportasi.

Faktor permintaan atau kondisi pasar menjadi prioritas kedua setelah ketersediaan bahan baku dengan bobot 0.154. Dengan adanya pasar maka industri akan terus dapat beroperasi dan tidak kesulitan untuk memasarkan produknya. Apabila produk dari industri terus dapat diserap pasar maka industri semakin berkembang, maka akan semakin membuka peluang bagi masyarakat untuk bekerja pada industri atau ikut serta dalam pengembangan industri melalui kemampuannya masing-masing.

Dari Tabel 23 dibawah diketahui bahwa aktor yang menduduki prioritas pertama adalah Pemerintah Daerah dengan bobot sebesar 0.362. Berdasarkan penilaian beberapa responden pakar aktor yang dinilai berperan sangat penting dalam strategi dan prospek pengembangan industri produk olahan minyak pala yang akan dikembangkan di Kabupaten Bogor adalah Pemerintah Daerah.

Tabel 23 Bobot dan Prioritas Elemen Aktor Pemberdayaan Masyarakat

Kabupaten Bogor Melalui Pengembangan Industri Produk Olahan Minyak Pala

Elemen Aktor Bobot Prioritas

Petani Pala 0.205 3

Pemerintah Daerah 0.362 1

Pelaku Industri 0.239 2

Lembaga Penelitian dan Pengembangan 0.058 4

Konsumen 0.048 6

Investor 0.051 5

Lembaga Keuangan 0.036 7

Hal ini mengingat bahwa Pemda yang nantinya mampu meningkatkan dan menumbuhkan upaya kreatif masyarakat untuk membidik potensi daerah dan mengelolanya, seperti uraian yang telah dipaparkan perihal faktor prioritas terpenting yaitu ketersediaan bahan baku pala. Peran terpenting Pemerintah Kabupaten Bogor adalah bagaimana agar mampu membangkitkan kembali minat masyarakat untuk menanam dan membudi dayakan tanaman pala, karena itu perlu adanya publikasi tentang industri produk olahan minyak pala dan pengarahan-pengarahan yang berkaitan dengan hal tersebut, termasuk pengembangan industri pengolahan bagian tanaman pala lainnya, sehingga secara keseluruhan pengembangan kebun pala rakyat dapat berdaya guna dan berhasil guna. Disamping itu Pemerintah diupayakan lebih mengintensifkan penyuluhan-penyuluhan mengenai budidaya pala yang benar, pemberian bantuan benih/bibit tanaman pala yang baik, mengorganisir pasar dan melakukan pengawasan hasil produksi petani sehingga tidak jatuh ke tangan tengkulak yang hanya ingin mengambil keuntungan sepihak dari hasil panen petani pala, sehingga kelangkaan bahan baku dan tingginya harga bahan baku akan dapat dihindari. Pemda juga merupakan jalan untuk terbukanya industri tersebut di Kabupaten Bogor karena Pemda yang nantinya akan menentukan kebijakan-kebijakan serta peraturan-peraturan yang kemungkinan dapat melancarkan jalannya industri atau malah sebaliknya yaitu menghambat. Artinya Pemda sangat menentukan iklim usaha bagi industri produk olahan minyak pala.

Pelaku industri menduduki prioritas kedua dengan bobot 0.239, yang dimaksudkan pelaku industri adalah masyarakat Kabupaten Bogor yang terjun langsung dalam industri produk olahan minyak pala. Pelaku industri berperan

dalam menghidupkan industri terutama dalam rangka peningkatan nilai tambah

produk pala yang dihasilkan oleh petani pala. Pelaku industri juga berperan sebagai roda operasional dalam industri produk olahan minyak pala.

Tabel 24 Bobot dan Prioritas Elemen Tujuan Perberdayaan Masyarakat Kabupaten Bogor Melalui Pengembangan Industri Produk Olahan Minyak Pala

Elemen Sub-Tujuan Bobot Prioritas

Membuka Lapangan Pekerjaan 0.269 2

Memaksimalkan Keuntungan 0.289 1

Perluasan/Diversifikasi Usaha 0.230 3

Perluasan Pangsa Pasar 0.100 5

Peningkatan Pendapatan Daerah/Devisa 0.113 4

Dari tabel diatas diketahui bahwa tujuan pengembangan industri dalam rangka pemberdayaan masyarakat, berdasarkan hasil penilaian responden dan pengolahan data adalah memaksimalkan keuntungan (0.289). Apabila setiap pihak terutama petani pala dapat merasakan keuntungan yang diperoleh dengan adanya pengembangan industri produk olahan minyak pala, maka akan timbul semangat untuk memperbaiki kualitas kehidupan dan juga memacu pembangunan Kabupaten Bogor. Hal ini juga akan memicu pihak-pihak lain untuk mendukung sepenuhnya pengembangan industri tersebut sehingga setiap pihak juga akan memperoleh nilai tambah dari industri.

Dengan semakin tumbuhnya semangat dan gairah dari para pihak yang terkait dalam upaya pengembangan industri ini, maka akan terbuka lapangan pekerjaan khususnya bagi masyarakat Kabupaten Bogor baik bagi petani pala maupun pelaku industri, hal tersebut juga tergambar dari prioritas kedua tujuan pengembangan industri peroduk olahan minyak pala yakni membuka lapangan pekerjaan dengan nilai terbobot 0.269. Dengan adanya industri ini diharapkan angkatan kerja ataupun pengangguran khususnya dapat terserap dalam industri sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki oleh masing-masing.

Strategi yang menjadi prioritas dalam pengembangan industri produk olahan minyak pala dalam rangka pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Bogor berdasarkan hasil pengolahan kuesioner responden adalah perluasan areal kebun pala (0.185). Perluasan areal penting untuk dilakukan mengingat tanaman ini merupakan penghasil utama bahan baku industri produk olahan minyak pala.

Luasan areal kebun pala yang ada pada saat ini sudah mulai menyempit

disebabkan adanya alih lahan atau kegiatan lain yang disebabkan kurang adanya jaminan prospek untuk kemudahan pasar dari pohon pala dan produk-produknya, sehingga pemerintah perlu bekerjasama dengan petani pala untuk pengembangan areal kebun pala. Namun untuk pengusahaan tanaman pala di daerah baru perlu sekali diperhatikan tentang kesesuaian iklim, jenis tanah, suhu, pH tanah, drainase, dan sebagainya agar tanaman dapat tumbuh dan menghasilkan dengan baik, karena berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh para ahli curah hujan, kelembaban, pH tanah, dan drainase memiliki peranan besar terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman pala. Dalam upaya meningkatkan pendapatan petani, salah satu upaya adalah dengan memanfaatkan lahan seoptimal mungkin dengan menanam berbagai jenis tanaman dengan memperhatikan syarat tumbuh dari setiap tanaman itu sendiri. Peluang tanaman pala sebagai tanaman pokok ataupun sebagai tanaman sela sangat memungkinkan karena banyak lahan diantaranya belum dimanfaatkan secara optimal.

Tabel 25 Bobot dan Prioritas Elemen Strategi Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Bogor Melalui Pengembangan Industri Produk Olahan Minyak Pala

Elemen Alternatif Strategi Bobot Prioritas

Perluasan areal kebun pala 0.185 1

Pembangunan sentra produk olahan minyak pala 0.180 3

Pola kemitraan 0.183 2

Pemberdayaan lembaga permodalan dan keuangan 0.116 6

Peningkatan kualitas SDM 0.120 5

Pembangunan pusat informasi tanaman pala 0.130 4 Perbaikan kebijakan dan kelembagaan 0.084 7

Strategi yang menjadi prioritas kedua dalam pengembangan industri produk olahan minyak pala dalam rangka pemberdayaan masyarakat Kabupaten Bogor adalah melalui pola kemitraan (0.183). Pola kemitraan akan melibatkan petani pala dan stakeholder lainnya yaitu Pemda, pelaku industri, dan lembaga penelitian melalui sistem dan usaha agribisnis. Kerjasama ini diwujudkan melalui kontribusi masing-masing. Petani pala membentuk kelompok-kelompok tani dan melakukan budidaya pala melalui pengarahan dari Pemda dan juga bantuan modal/subsidi dari Pemda. Selain itu pengawasan juga tetap diperlukan bagi petani pala dan pelaku industri. Pelaku industri diharapkan tidak hanya

mementingkan keuntungan yang ingin diraih tetapi juga memberi arahan

khususnya bagi petani pala dan bekerjasama dalam rangka meningkatkan kualitas produk. Keuntungan/marjin yang diperoleh dibagikan kepada ketiganya dengan peraturan yang ditetapkan dalam pola kemitraan tersebut. Peranan lembaga penelitian dalam pola kemitraan juga sangat penting yaitu sebagai penyalur ilmu, pengembangan teknologi, dan peningkatan kualitas SDM. Kerjasama dengan lembaga penelitian dapat diwujudkan khususnya yang memiliki program untuk pengembangan daerah. Lembaga ini dapat menjadi penyokong dan pendukung dalam membantu masyarakat mengelola potensi daerah, peningkatan pengetahuan dan keterampilan, pengembangan teknologi, maupun pengembangan produk baru.

Prinsip utama yang harus dipegang oleh masing-masing pihak dalam kerjasama ini adalah saling percaya, kerjasama, hidup dan membiarkan hidup sehingga harus dihindarkan adanya rasa saling curiga, melainkan bekerjasama mencari keuntungan bersama dengan melakukan kendali mutu. Kemitraan ini juga harus bertumpu pada budaya masyarakat sekitar. Hambatan yang akan ditemui dalam pola kemitraan sebagaimana tersebut diatas diantaranya masing-masing elemen sebagai stakeholder memiliki watak yang berbeda bahkan cenderung berlawanan. Agar mendapatkan keuntungan yang maksimal, petani pala pasti ingin mematok harga jual yang tinggi, sebaliknya bagi pelaku industri mengharapkan harga murah dari bahan baku berupa biji dan fuli pala, agar biaya produksi juga rendah. Begitu juga dengan elemen yang lain, masing-masing akan memperjuangkan keuntungan bagi dirinya. Sebab itu masing-masing pihak harus kembali pada tujuan awal yaitu pemberdayaan masyarakat sehingga semuanya harus dibicarakan terlebih dahulu, termasuk pembagian keuntungan, hak dan kewajiban masing-masing pihak. Selain itu diperlukan keseriusan dan kesiapan dari masing-masing pihak.

Peningkatan produktivitas dan mutu tanaman pala sebagai bahan baku dapat diwujudkan melalui kebijakan-kebijakan antara lain pengembangan dan pemanfaatan teknis bercocok tanam yang baik sesuai kondisi lahan, penyediaan sarana produksi, peningkatan sumber daya petani agar mampu mengadopsi teknologi serta penerapan pola tanam tumpang sari. Pengembangan dan pemanfaatan teknis bercocok tanam yang sesuai merupakan tugas utama dari Pemda, sedangkan peningkatan SDM petani dalam hal teknologi dapat dilakukan

melalui kerjasama dengan pelaku industri atau lembaga penelitian yang lebih

mengerti tentang teknologi tersebut. Penerapan pola tanam tumpang sari dimaksudkan untuk menjaga kesuburan tanah pada sentra perkebunan pala karena dengan adanya pola tanam yang tidak monoton, maka unsur hara tertentu dalam tanah bisa terus berotasi/tidak hilang sehingga kesuburan lahan terjaga. Melalui pola kemitraan Pemda dapat memberi kebebasan untuk petani pala menanam tanaman sela sepanjang itu tidak mengganggu produktivitas lahan dan tanaman pokok itu sendiri, sehingga tetap diperlukan pengarahan dari Pemda khususnya Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Menurut Hadad et. al (2006) untuk menentukan atau mendapatkan jenis tanaman apa yang tepat bergandengan dengan tanaman pala, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

a) Kesesuaian lingkungan yang diartikan sebagai kecocokkan lahan untuk tanaman tersebut.

b) Tidak bersifat saling merugikan baik terhadap tanaman sela ataupun tanaman pokok.

c) Tidak menimbulkan persaingan, terutama dalam pengambilan zat makanan. d) Tidak memiliki kesamaan sebagai inang timbulnya hama atau penyakit. e) Memiliki kemampuan saling menguntungkan.

f) Tanaman tersebut memiliki nilai ekonomis.

g) Berwawasan lingkungan, artinya berkemampuan mengawetkan alam, sehingga kelestariannya tetap terjamin sesuai konsep ekologi yang diinginkan bersama. Sebagai contoh upaya menekan sekecil mungkin tingkat erosi tanah yang kelak dapat menurunkan tingkat kesuburan tanah.

Peluang tanaman pala sebagai tanaman sela, jumlahnya tergantung umur tanaman pokok, pada tanaman kelapa berumur 10 tahun, tanaman pala dapat tumbuh dan berproduksi cukup baik sebagai tanaman sela diantara tanaman kelapa. Sedangkan sebagai tanaman pokok, tanaman pala dapat dipola tanamkan dengan berbagai jenis tanaman palawija, tanaman temu-temuan, serta berbagai jenis tanaman obat. Jarak tanam pala yang biasa dipergunakan adalah 10 X 10 m, dengan jarak tanam tersebut banyak lahan yang kosong, terutama pada saat tanaman pala berumur dibawah 4 – 5 tahun, lahan ini dapat dimanfaatkan untuk ditanami berbagai jenis tanaman semusim misalnya tanaman palawija. Hasil

panen dari tanaman sela sebaiknya menjadi hak sepenuhnya bagi petani pala

dalam rangka menambah penghasilan dan juga meningkatkan minat petani pala di Kabupaten Bogor untuk bercocok tanam pala secara lebih baik.

Teknik bercocok tanam yang dipilih sebaiknya tetap disesuaikan dengan kondisi masyarakat sekitar. Pemerintah Daerah tetap wajib memberikan wawasan dan pengarahan tanpa melupakan pengetahuan lokal masyarakat khususnya petani pala yang akan mengolah sentra tanaman pala. Selain itu juga Pemda khususnya Dinas Perdagangan dan Perindustrian, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, serta Dinas Penanaman Modal Kabupaten Bogor, dapat bekerjasama dalam hal pemasaran produk olahan minyak pala yaitu kosmetik dan parfum.

Sedangkan prioritas ketiga dari strategi alternatif pemberdayaan masyarakat Kabupaten Bogor melalui pengembangan industri produk olahan minyak pala adalah pembangunan sentra produk olahan minyak pala (0.180). Sentra produk olahan minyak pala dimaksudkan untuk menampung dan mendistribusikan produk-produk tersebut kepada konsumen. Dengan adanya sentra ini diharapkan ada jaminan yang pasti mengenai pemasaran produk olahan minyak pala. Selain itu pembangunan sentra produk ini dapat menjadi daya tarik dalam pengembangan daerah seperti yang sudah ada yaitu Perkampungan Industri Kecil di Jakarta Timur (PIK). Adanya sentra produk ini akan memberikan gairah kepada industri untuk terus beroperasi karena adanya jaminan pasar bahwa ada tempat untuk menampung dan memasarkan produk yang sudah dibuat. Dalam hal ini, Pemda harus mampu membuka saluran-saluran distribusi dan kerjasama seluas-luasnya agar sentra ini bukan hanya menjadi tempat penampungan yang akhirnya tidak mampu mendistribusikan produk-produk yang sudah ada.

Pembangunan pusat informasi pala mendapat prioritas keempat (cukup kecil) dengan bobot 0.130 karena menurut pakar pembangunan pusat informasi ini hanya menjadi alat bantu saja bagi petani pala khususnya juga masyarakat Kabupaten Bogor pada umunya tentang peluang-peluang yang dapat “dibidik” untuk perluasan usaha namun tidak memberikan kontribusi yang nyata terhadap kesejahteraan masyarakat terutama petani pala. Petani pala lebih membutuhkan suatu perwujudan yang nyata seperti yang terdapat dalam pola kemitraan. Peningkatan kualitas SDM serta teknologi menempati prioritas rendah (0.120)

karena strategi ini secara otomatis akan terus berproses sebagai hasil dari pola

Dalam dokumen IV HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 37-48)

Dokumen terkait