• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKAAN

2.2 Problem Based Learning

Pembelajaran berbasis masalah (PBL) didasarkan atas teori psikologi kognitif, terutama berlandaskan teori Piaget dan Vigotsky (konstruktivisme), Menurut konstruktivisme, siswa belajar mengonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran berbasis masalah (PBL) dapat membuat siswa belajar melalui upaya penyelesaian permasalahan dunia nyata secara terstruktur dan mengontruksi pengetahuan siswa.

Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang penyampainnya dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan membuka dialog (Abdullah Sani, 2014: 127). Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistematik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karier dan kehidupan sehari-hari. Barows dan Kelson (Amir, 2009: 21). Dari kedua definisi tersebut, terlihat bahwa materi pembelajaran terutama bercirikan ada masalah. Masalah, seperti yang dibahas di atas, dapat pula kita katakan sebagai apa pun yang menghalangi kita dan mencapai sebuah tujuan pembelajaran.

2.2.1 Langkah PBL

Proses PBL akan dijalankan bila pengajaran siap dengan segala perangkat yang diperlukan (masalah, formulir perlengkap, dan lain-lain). Pembelajar pun harus sudah memahami prosesnya, dan telah membentuk kelompok-kelompok kecil. (Amir, 2009: 24-26) mengatakan bahwa proses PBL dapat dilakukan melalui 7 langkah sebagai berikut.

a. Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas

Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam masalah. Langkah pertama ini dapat dikatakan tahap yang membuat setiap peserta berangkat dari cara memandang yang sama atas istilah-istilah atau konsep yang ada dalam masalah.

b. Merumuskan masalah

Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan-hubungan apa yang terjadi di antara fenomena itu. Kadang-kadang ada hubungan-hubungan yang masih belum nyata antara fenomennya, atau ada yang sub-sub masalah yang harus diperjelas dahulu.

c. Menganalisis masalah

Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki anggota tentang masalah. Terjadi diskusi yang membahas informasi faktual (yang tercantum dalam masalah), dan juga informasi yang ada dalam pikiran anggota. Brainstorming (curah gagasan) dilakukan dalam tahap ini.

d. Menata gagasan anda dan secara sistematis menganalisisnya dengan dalam.

Bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitan satu sama lain, dikelompokkan, mana yang saling menunjang, mana yang bertentangan dan sebagainya. Analisis adalah upaya memilah-memilih sesuatu yang terjadi bagian-bagian yang membentuknya.

e. Memformulasikan tujuan pembelajaran

Kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena kelompok sudah tahu pengetahuan mana yang masih kurang, dan mana yang masih belum jelas. Tujuan pembelajaran akan dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat. Inilah yang akan menjadi dasar gagasan yang akan dibuat laporan.

f. Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain ( di luar diskusi kelompok).

Saat ini kelompok sudah tahu informasi apa yang dimiliki dan sudah punya tujuan pembelajaran. Kini saatnya harus mencari tambahan itu, dan menentukan di mana hendak dicarinya. Mereka harus mengatur jadwal, menentukan sumber informasi. Setiap anggota harus mampu belajar sendiri dengan efektif untuk tahap ini, agar mendapatkan informasi yang relevan, seperti menentukan kata kunci dalam pemilihan, memperkirakan topik, penulis, publikasi dari sumber pembelajaran. Pemelajar harus memilih, meringkas sumber pembelajaran itu dengan kalimatnnya sendiri (ingatkan mereka untuk tidak hanya memindahkan kalimat dari sumber).

g. Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru, dan membuat laporan untuk dosen /kelas.

Dari laporan-laporan setiap individu/subkelompok, yang dipresentasikan di hadapan anggota kelompok lain di depan kelas, kelompok akan mendapatkan informasi-informasi baru. Setiap anggota yang mendengar laporan harus menanggapi secara kristis tentang laporan yang disajikan oleh kelompok lain di depan kelas. Kadang-kadang laporan yang dibuat menghasikan pertanyaan-pertanyaan baru yang harus disikapi oleh kelompok.

Pada langkah 7 ini kelompok sudah dapat membuat sintesis menggabungkannya dan mengkombinasikan hal-hal yang relevan. Di tahap ini, keterampilan yang dibutuhkan adalah bagaimana meringkas, mendiskusikan, dan meninjau ulang hasil diskusi untuk nantinnya akan disajikan dalam bentuk paper/makalah. Di sinilah kemampuan menulis (komunikasi tertulis) dan kemudian mempresentasikan (komunikasi oral) sangat dibutuhkan dan sekaligus dikembangkan.

2.2.2 Tujuan Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Trianto (2009: 94-96) menyatakan tujuan pembelajaran berdasarkan masalah sebagai berikut:

1. Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah.

Berpikir juga diartikan sebagai kemampuan untuk menganalisis, mengkritik dan mencapai kesimpulan berdasar pada pertimbangan yang seksama. PBL memberikan dorongan kepada peserta didik untuk tidak hanya sekedar berpikir sesuai yang bersifat konkret, tetapi lebih dari itu berpikir terhadap ide-ide

yang abstrak dan kompleks. Dengan kata lain PBL melatih peserta didik untuk memiliki keterampilan tingkat tinggi.

2. Belajar peranan orang dewasa yang autentik.

Menurut Resnick (Ibrahim dan Nur 2000, 7), bahwa model pembelajaran berdasarkan masalah yang amat penting untuk menjebati gap antara pembelajaran sekolah normal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah. Berdasarkan pendapat tersebut, maka PBL mempunyai implikasi :

a) Mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas

b) Memiliki elemen-elemen belajar magang, hal ini mendorong pengamatan dialog dengan orang lain, sehingga secara bertahap siswa dapat memahami peran orang yang diamati atau yang diajak dialog (ilmuwan, guru, dokter, dan sebagainya)

c) Melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri, sehingga memungkinkan mereka menginterprestasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun pemahaman terhadap fenomena tersebut secara mandiri.

3. Menjadi pembelajar yang mandiri

PBL berusaha membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom. Dengan bimbingan guru secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan mereka untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri, siswa belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas itu secara mandiri dalam hidupnya kelak.

Menurut Edward de Bono (Taufiq Amir, 2009 :26-27), Pendidikan bukan tujuan kita. Pendidikan harus mempesiapkan pembelajar untuk hidup. Dengan PBL terdapat peluang untuk membangun kecakapan hidup (life skills) pembelajar, pembelajar terbiasa mengatur dirinya sendiri (selft directed), berpikir metakognitif (relatif dengan pikiran dengan tindakannya) berkomunikasi dan berbagai kecakapan terkait. Smith (Taufiq Amir 2009:27), yang khusus meneliti berbagai dimensi bermanfaat di atas menemukan bahwa kecakapan pemecahan masalahnya, lebih mudah mengingat, meningkatakan pemahaman, meningkatakan pengetahuannya yang relevan dengan dunia praktik, mendorong mereka penuh pemikiran, membangun kemampuan kepemimpinan dan kerja sama, kecakapan pembelajar, dan memotivasi pembelajar.

2.2.3 Sintaks Pengajaran Berdasarkan Masalah

Pengajaran berbasis masalah (PBL) juga dikembangkan sebagai sebuah model pembelajaran dengan sintaks belajar sebagai berikut (Abdulan Sani, 2014: 157).

Tabel 2.2

No Fase Kegiatan Guru

1. Memberikan orientasi permasalahan kepada peserta didik.

Guru menyajikan permasalahan, membahas tujuan pembelajaran, memaparkan kebutuhan logistik untuk pembelajaran, memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif.

peserta didik untuk penyelidikan.

mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar/penyelidikan untuk menyelesaikan permasalahan.

3. Pelaksanaan investigasi. Guru mendorong peserta didik untuk memperoleh infromasi yang tepat, melaksanakan penyelidikan, dan mencari penjelasalan solusi

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil.

Guru membantu peserta didik merencanakan produk yang tepat dan relevan, seperti

laporan, rekaman video, dan sebagainya untuk keperluan penyampaian hasil.

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses penyidikan.

Guru membantu peserta didik melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses yang mereka lakukan.

Fase 1. Memberikan orientasi permasalahan kepada peserta didik.

Pada awal pelajaran PBL, seperti semua tipe pelajaran lainnya, guru seharusnya mengkomunikasikan dengan jelas maksud pelajaran, membangun sikap positif terhadap pelajaran itu dan mendeskripsikan sesuatu yang diharapkan untuk dilakukan siswa. Guru perlu memberikan permasalahan dengan hati-hati atau memiliki prosedur yang jelas untuk melibatkan siswa dalam identifikasi permasalahan. Guru seharusnya menyuguhkan situasi bermasalah itu kepada siswa dengan semenarik mungkin.

Fase 2. Mengorganisasikan peserta didik untuk penyelidikan.

PBL mengharuskan guru untuk mengembangkan keterampilan kolaborasi di antara siswa dan membantu mereka untuk menginvestasi masalah secara bersama-sama. PBL juga mengaharuskan guru untuk membantu siswa untuk merencanakan tugas investigatif pelaporannya.

Fase 3. Pelaksanaan investigasi. Investigasi yang dilakukan secara mandiri, berpasangan, atau dalam kelompok adalah inti PBL.

Meskipun setiap situasi masalah membutuhkan teknik investigatif yang agak berbeda, kebayakan melibatkan proses mengumpulkan data dan mengumpulkan hipotesis.

Fase 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil.

Hal- hal yang memperlihatkan situasi yang bermasalah dan solusi yang diusulkan. Guru membantu peserta didik merencanakan produk yang tepat dan relevan, seperti laporan, rekaman video, dan sebagainya untuk keperluan penyampaian hasil

Fase 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses penyidikan.

Fase terakhir PBL melibatkan kegiatan-kegiatan yang dimaksud untuk membentu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikirnya sendiri maupun keterampilan intelketual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta siswa untuk merekontruksikan pikiran dan kegiatan mereka selama fase pelajaran.

2.2.4 Pelaksanaan Pengajaran Berdasarkan Masalah

PBL mempunyai tahap pelaksanaan pengajaran berdasarkan masalah. Pelaksanaan pengajaran berdasarkan masalah terdiri dari tugas perencanaan, tugas interaktif, lingkungan belajar, tugas manajemen, assement, dan evaluasi (Trianto,2009:98-102).

A. Tugas-tugas Perencanaan (a) Penetapan Tujuan

Model pengajaran berdasarkan masalah yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan seperti keterampilan menyelidik, memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa menjadi seorang pembelajar yang mandiri. Dalam pelaksanaannya pembelajaran berdasarkan masalah bisa saja diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

(b) Merancang situasi masalah

Situasi masalah yang baik seharusnya autentik, mengandung teka teki dan tidak didefinisikan secara ketat, memungkinkan kerja sama, bermakna bagi siswa, dan konsisten dengan tujuan kurikulum.

(c) Organisasi sumber daya dan rencana logistik

Dalam pengajaran berdasarkan masalah siswa dimungkinkan bekerja dengan beragam material dan peralatan, dan pelaksanaannya bisa dilakukan dalam kelas, di perpustakaan, atau di laboratorium, bahkan pula dilakukan di luar sekolah. Oleh karena itu, tugas mengorganisasikan sumber daya dan melaksanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa, haruslah menjadi tugas perencanaan yang utama bagi guru yang menerapkan pembelajaran berdasarkan pemecahan masalah.

B.Tugas Interaktif

(a) Orientasi siswa pada masalah

Siswa perlu memhami bahwa tujuan pengajaran berdasarakan masalah adalah tidak untuk memperoleh informasi baru dalam jumlah besar, tetapi untuk melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah penting dan untuk menjadi pembelajar yang mandiri. Cara yang baik dalam menyajikan masalah untuk suatu materi dalam pembelajaran berdasarkan masalah adalah dengan menggunakan kejadian yang mencengangkan dan menimbulkan misteri sehingga membangkitkan minat dan keinginan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.

(b) Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Pada model pembelajaran berdasarkan masalah pengembangan keterampilan kerjasama diantara siswa perlu adanya bimbingan atau panduan, sehingga dalam diskusi membutuhkan bantuan dari guru untuk merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan.

(c) Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok

Guru membantu siswa dalam mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka berpikir tentang suatu masalah dan jenis informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut. Guru mendorong pertukaran ide gagasan yang bebas dan penerimaan sepenuhnya gagasan-gagasan tersebut merupakan hal yang sangat penting dalam tahap penyelidikan dalam rangka pemelajaran berdasarkan masalah. Puncak proyek-proyek berdasarkan pemecahan masalah adalah penciptaan dan peragaan artefak seperti laporan, poster, model-model fisik, dan video tape.

(b) Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah

Tugas guru pada tahap akhir pengajaran berdasarkan pemecahan masalah adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri, dan keterampilan penyelidikan yang meraka gunakan.

C. Lingkungan Belajar dan Tugas Manajemen

Hal penting yang harus diketahui adalah bahwa guru memiliki seperangkat aturan yang jelas agar semua pembelajaran dapat berlangsung tertib tanpa gangguan, dapat menangani perilaku siswa yang menyimpang secara cepat dan tepat, juga perlu memilki panduan mengenai bagaimana mengelola kerja kelompok. Salah satu masalah yang cukup rumit bagi guru dalam pengelolaan yang menggunakan model pengajaran berdasarkan masalah adalah bagaimana menangani siswa baik individual maupun kelompok, yang dapat menyelesaikan tugas lebih awal maupun yang terlambat. Dengan kata lain, kecepatan penyelesaian tugas tiap individu maupun kelompok berdeda-beda.

Pada model pembelajaran berdasarkan masalah siswa dimungkinkan siswa untuk mengerjakan tugas multi (rangkap), dan waktu penyelesaiaan tugas-tugas tersebut dapat berbeda-beda. Hal tersebut mengakibatkan perlunya pengelolaan dan pemantauan kerja siswa yang rumit. Selain itu, tidak kalah pentingnya, guru harus meyampaikan aturan, tata krama, dan sopan santun yang jelas untuk mengendalikan tingkah laku siswa ketika mereka melakukan penyelidikan di luar kelas termaksud di dalamnya ketika melakukan penyelidikan di masyarakat.

D Asessment dan Evaluasi

Seperti halnya dalam pembelajaran kooperatif, dalam model pembelajaran berdasarkan masalah fokus perhatian pembelajaran tidak pada perolehan pengetahuan deklaratif, oleh karena itu tugas penilaian tidak cukup bila penilaian hanya dengan tes tertulis. Teknik penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model pengajaran berdasarkan masalah adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan siswa yang merupakan hasil penyelidikan mereka.

Tugas asessment dan evaluasi yang sesuai untuk model pengajaran berdasarkan masalah terutama terdiri dari menemukan prosedur penilaiaan alternatif yang akan digunakan untuk mengukur pekerjaan siswa, misalnya dengan asessment kinerja dan peragaan hasil. Asessment dapat berupa asessment melakukan pengamatan, asessment merumuskan pertanyaan asessment merumuskan sebuah hipotesis dan sebagainya.

Dokumen terkait