• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancangan strategi pembelajaran problem based learning untuk meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rancangan strategi pembelajaran problem based learning untuk meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

i

RANCANGAN STRATEGI PEMBELAJARAN

PROBLEM

BASED LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI

BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SMK

SANJAYA PAKEM

TUGAS AKHIR

Diajukan Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Progam Studi Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlihaan Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Gaudentia Yosephine Rehi NIM: 111334046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Tugas akhir ini saya persembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa menjadi pembimbing dalam setiap langkah hidupku.

Kedua orangtua tercinta, kakak, dan adikku yang telah mendukung, memberikan semangat, dan mendoakan saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Untuk seseorang yang kelak menjadi pendampingku

Untuk seluruh keluarga besar Eleven Jogja dan Chalmentez

Untuk teman-teman PAK 2011

(5)

v MOTTO

Belajarlah dari mereka yang diatasmu,

Nikmati hidup dengan mereka yang ada disampingmu,

Jangan remehkan yang di bawahmu.

-Bocahe Tuhan-

Ketika kamu jatuh 7 kali,

Kamu mampu bangkit 8 kali.

-Kristian Adelmund-

Jadilah guru yang bukan menggurui,

Namun jadilah guru yang mampu menjadi teman belajar yang baik

bagi anak.

Hidup bukan hanya untuk prestasi,

Namun tanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang jauh lebih penting

untuk dunia saat ini

.

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

RANCANGAN STRATEGI PEMBELAJARAN

PROBLEM

BASED LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI

BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SMK

SANJAYA PAKEM

Gaudentia Yosephine Rehi Universitas Sanata Dharma

2017

Tujuan penulisan makalah ini untuk membahas peranan strategi Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar dengan pada mata pelajaran akuntansi siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem. Dalam membahas peran strategi Problem Based Learning (PBL) menggunakan pendekatan teoritis yaitu dengan melakukan kajian teori dan pendapat ahli.

Berdasarkan hasil pembahasan disimpulkan sebagai berikut (1) rancangan pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa SMK Sanjaya Pakem pada mata pelajaran akuntansi, dan (2) rancangan pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa SMK Sanjaya Pakem pada mata pelajaran akuntansi.

(9)

ix ABSTRACT

THE DESIGN OF PROBLEM BASED LEARNING STRATEGY

TO IMPROVE LEARNING MOTIVATION AND

ACHIEVEMENT OF GRADE X STUDENTS OF SMK

SANJAYA PAKEM

Gaudentia Yosephine Rehi University of Sanata Dharma

2017

The purpose of this paper is to discuss the role of Problem Based Learning (PBL) strategy to improve learning motivation and learning achievement with the subject of accounting students of class the tenth of SMK Sanjaya Pakem. The role of Problem Based Learning (PBL) strategy is discussed using theoretical opinion by doing study theory and expert opinion.

The results of the discussion are concluded as follows (1) the design of Problem Based Learning (PBL) learning can improve students' learning motivation SMK Sanjaya Pakem on accounting subjects, and (2) the design of Problem Based Learning (PBL) learning can improve student learning achievement SMK Sanjaya Pakem on accounting subjects.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena oleh berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir yang berjudul

Rancangan Strategi Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMK Sanjaya Pakem dengan baik dan lancar.

Dalam penulisan makalah ini, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahliaan Khusus Pendidikan Akuntansi.

3. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si.,selaku dosen pembimbing yang telah memberikan dukungan, semangat, dan membimbing penulis dalam menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini.

4. Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., dan Drs. FX. Muhadi, M.Pd., selaku dosen penguji tugas akhir.

5. Mba Aris selaku staf sekretariat Program Studi Pendidikan Ekonomi bidang keahlian khusus Akuntansi yang telah membantu membereskan seluruh administrasi,.

6. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah menyediakan buku-buku sebagai sumber referensi dan informasi.

7. Teman-teman Program Studi Pendidikan Akuntansi kelas B yang telah menjadi teman belajar selama penyelesaian studi.

(11)

xi

9. Keluarga bapa besar, mama besar, om Jen, mbak Epi, ka Roslin, ka Soni, Sanita, Vano, ka Ita, nong Roy da Lopez.

10.Keluarga besar 2011 Jogja, Wempy Ita Buju, Vian Metan, Tepenk, Faris, Bartol, Ricard, Ama, Golas, Shandi, Yean, Lanny, Epank, Abu, Lenny, Manona, Ferdy.

11.Terima kasih buat yang selalu membantu saya selama di Jogja adik Santi, ade Ann, ade Elen, nona Tari, Ensa, Ita Buju, cece Rita, ka Yayo, ka Hesti, ka Diter.

12.Teman-teman PAK 2011, Fanny, Erlin, Abet, Pacil, Tere, Dika, Aly, yang telah memberikan semangat.

13.Teman-teman Chalmentez Estyn, Yanny, Naddy, Lia, Lelly, cece Lia, Ayu, Anong, Tian, Verdy, Feris, Cawa, Edo, Denis, Gudi, Emen, Ecek, Lexa, Opa, Deyan, Mexes, Arnold Nong, Yul, Lidian, Ina, Metan, Copot, dan Yandy. 14.Segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkkan satu persatu yang turut

memberikan bantuan dan dukungan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan. Walaupun demikian, penulis berharap tugas akhir ini bermanfaat bagi pembaca.

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN BIMBINGAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...iv

HALAMAN MOTO ...v

PERNYATAAN KEASLIAAN KARYA ...vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASIKARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...vii

ABSTRAK ...viii

ABSTRACT ...ix

KATA PENGANTAR ...x

DAFTAR ISI ...xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ...1

1.2Rumusan Masalah ...4

1.3 Tujuan Penulisan Makalah ...4

1.4 Manfaat Penulisan Makalah ...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKAAN 2.1Penelitian Tindakan Kelas...6

2.2Problem Based Learning ...20

2.3 Motivasi Belajar ...31

(13)

xii

(14)

xiii BAB III PEMBAHASAN

Pembahasan ...43

BAB IV PENUTUP 4.1Kesimpulan...60

4.2Keterbatasan ...60

4.3Saran ...61

DAFTAR PUSTAKA ...63

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal penting yang harus diperoleh oleh setiap orang dalam sebuah negara. Pendidikan menjadi ujung tombak keberhasilan suatu negara untuk menjadi negara yang maju. Sebuah negara dapat dikatakan maju apabila warga negaranya memperoleh pendidikan sejak dini tanpa terkecuali. Berbicara tentang pendidikan tentunya tidak pernah terlepas dari sebuah gedung, siswa, dan guru. Kewajiban seorang siswa yakni belajar dan seorang guru sebagai pendidik atau fasilitator bagi para siswa. Dalam dunia pendidikan kegiatan belajar mengajar menjadi aktivitas utama yang sering dilakukan oleh siswa dan guru. Belajar merupakan suatu kegiatan dari tidak tahu, tidak mengerti, menjadi tahu dan mengerti.

Kemampuan seorang siswa dapat diukur melalui kegiatan belajar dengan cara memberikan stimulus yang dapat menghasilkan sebuah interaksi antara siswa dan guru. Stimulus yang diberikan oleh seorang guru dapat memancing respon dari siswa. Respon yang muncul dari siswa setelah mendapat stimulus dari seorang guru dapat menghasilkan pembelajaran yang berkualitas. Namun, pembelajaran yang berkualitas ini tidak hanya melalui sebuah respon siswa tetapi juga harus adanya motivasi dan kreatifitas seorang pengajar atau guru. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi harus ditunjang dengan pengajar yang memfasilitasi motivasi tersebut sehingga dapat mencapai target belajar.

(16)

yang kreatif dari seorang guru saat menyampaikan materi pelajaran dapat menarik minat dan perhatian siswa terhadap materi yang diajarkan. Pola pembelajaran siswa dari tahun ke tahun selalu berbeda. Pada jaman orde lama guru cenderung mengajar dengan menggunakan metode ceramah. Metode ceramah merupakan teknik pengajaran yang dilakukan oleh guru secara monolog dan hubungan satu arah. Metode ceramah menjadi metode yang turun-temurun digunakan oleh sebagian besar guru yang ada di Indonesia.

Metode ceramah mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi para siswa yaitu siswa menjadi kurang aktif. Metode ceramah ini juga menyebabkan siswa menjadi malas, hal ini dapat terjadi karena tidak semua siswa mempunyai gaya belajar yang sama. Ada siswa yang merasa bosan dan jenuh dengan metode ceramah. Motivasi belajar siswa menjadi menurun dan target pembelajarannya tidak tercapai karena penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat oleh guru. Solusi untuk mengatasi masalah ini yaitu seorang guru harus mengubah metode pembelajaran sehingga dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.

(17)

eksternal. Faktor internal dapat disebabkan karena pribadi siswa tersebut memang tidak menyukai pelajaran akuntansi. Faktor eksternal dapat disebabkan karena siswa tidak tertarik dengan guru yang mengajarnya atau metode pembelajaran yang digunakan oleh guru tersebut monoton. Metode mengajar sangat penting karena metode mengajar yang digunakan oleh guru mempengaruhi prestasi belajar siswa, bila siswa senang dengan metode yang digunakan guru maka siswa dapat menjadi senang dengan pelajaran akuntansi.

Di SMK Sanjaya Pakem banyak siswa yang kurang berminat dalam pelajaran akuntansi. Penulis melihat bahwa guru hanya menggunakan metode ceramah dalam mengajar akuntansi. Guru beranggapan bahwa dengan berceramah siswa akan mencatat apa yang disampaikannya dan akan meningkatkan hasil belajar siswa. Pemikiran seperti itu salah, terkadang siswa menjadi bosan sehingga semangat belajar menurun.

(18)

tertarik untuk melakukan makalah “Rancangan Strategi Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Kelas X

SMK Sanjaya Pakem”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana merancang strategi pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dalam pembelajaran akuntansi yang dapat meningkatkan

motivasi belajar dan prestasi belajar siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem? 1.3 Tujuan Penulisan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa selama proses pembelajaran akuntansi dengan menerapkan model pembelajaran PBL. 2. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa selama proses

pembelajaran akuntansi dengan menggunakan model pembelajaran PBL. 1.4 Manfaat Penulisan Makalah

Makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan pengetahuan bagi guru, siswa, sekolah, dan peneliti selanjutnya.

1. Bagi Penulis

(19)

2. Bagi Guru

Rancangan makalah ini diharapkan memberikan masukan bagi guru untuk menggunakan variasi metode pembelajaran, salah satunya strategi pembelajaran PBL sehingga nantinya dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan prestasi belajar siswa.

3. Bagi Siswa

Siswa mendapat pengalaman baru dalam pembelajaran akuntansi dengan cara pembelajaran yang sedikit diubah dari yang biasannya digunakan oleh guru.

4. Bagi Sekolah

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional (Suyanto, dalam Muslich, 2011: 8). Mulyasa (2009: 10) mengatakan bahwa PTK merupakan suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan sebuah tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkan. Mulyasa (2009: 10-11) menjelaskan bahwa PTK dengan memisahkan kata-kata yang tergabung di dalamnya, yakni: Penelitian, tindakan, dan kelas, dengan paparan sebagai berikut.

a. Penelitian

Penelitian menunjuk pada kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik bagi peneliti.

b. Tindakan

Tindakan menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk peserta didik.

c. Kelas

(21)

dan pengajaran. Yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok peserta didik dalam waktu sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa PTK adalah penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru di dalam kelas dengan cara sengaja memberikan tindakan-tindakan (treatment) kepada peserta didik guna meningkatkan mutu kegiatan belajar siswa. Tindakan PTK dilakukan oleh guru, oleh guru bersama-sama dengan peserta didik, atau oleh peserta didik di bawah bimbingan dan arahan guru, dengan maksud untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

2.1.1 Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

PTK sangat bermanfaat dalam meningkatkan pemahaman guru terhadap pembelajaran. Keberhasilan PTK dapat dikukur dengan melihat kemanfaatkan tindakan alternatif bagi perbaikan proses belajar mengajar dalam kelas yang dapat meningkatkan mutu pembelajaran. Masnur Muslich (2011: 11) mengemukakan bahwa manfaat PTK adalah sebagai berikut.

a. Dengan melaksanakan PTK akan terjadi peningkatan kompetensi guru dalam mengatasi masalah pembelajaran yang menjadi tugas utamanya. b. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi peningkatan sikap profesional

guru.

c. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan peningkatan kinerja belajar dan kompetensi siswa.

(22)

e. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan peningkatan kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainnya.

f. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan peningkatan kualitas prosedur alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.

g. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan peningkatan pengembangan pribadi siswa di sekolah.

h. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan peningkatan kualitas penerapan kurikulum.

Praktik PTK diharapkan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengelolah pembelajaran, memecahkan dan memperbaiki berbagai persoalan pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan pendidikan pada umumnya.

2.1.2 Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

(23)

a. Memperbaiki dan meningkatkan kondisi-kondisi belajar serta kualitas pembelajaran.

b. Meningkatkan layanan profesional dalam konteks pembelajaran, khususnya layanan kepada peserta didik sehingga tercipta layanan prima. c. Memberikan kesempatan kepada guru berimprovisasi dalam melakukan

tindakan pembelajaran yang direncanakan secara tepat waktu dan sasarannya.

d. Memberikan kesempatan kepada guru mengadakan pengkajian secara bertahap kegiatan pembelajaran yang dilakukannya sehingga tercipta perbaikan yang berkesinambungan.

e. Membiasakan guru mengembangkan sikap ilmiah, terbuka, dan jujur dalam pelajaran.

Tujuan PTK di atas berguna untuk memperoleh landasan dalam mempertimbangkan suatu prosedur kerja, khususnya prosedur pembelajaran. Proses pembelajaran menjamin cara kerja dalam pendidikan yang efektif dan efisien, memperoleh fakta-fakta tentang berbagai masalah pendidikan, serta menghindarkan situasi yang dapat merusak, serta meningkatkan kompetensi guru dalam mengembangkan pelajaran.

2.1.3 Keunggulan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

(24)

1) Keunggulan

a) PTK dilakukan bukan sendiri saja melainkan berkolaborasi dengan berbagai pihak, antara lain guru sebagai pelaksana tindakan sekaligus peneliti dan bahkan tidak menutup kemungkinan adanya keterlibatan siswa. Dalam kegiatan PTK akan terciptanya kerjasama yang akan memberikan kepercayaan khususnya untuk guru dalam menghasilkan sesuatu yang lebih berarti.

b) Kerjasama dalam PTK, memugkinkan dapat menghasilkan sesuatu yang lebih kreatif dan inovatif karena kertelibatan keaktivan berbagai pihak.

c) Hasil simpulan yang diperoleh adalah hasil kesepakatan semua pihak, demikan akan meningkatkan validitas dan reabilitas hasil penelitian.

d) PTK berangkat dari masalah yang dihadapi guru secara nyata, dengan demikian kelebihan PTK adalah hasil yang diperoleh dapat secara langsung diterapkan oleh guru

e) Kerangka kerjanya teratur.

f) Berdasarkan observasi yang nyata dan objektif. g) Fleksibel dan adaptif

h) Dapat digunakan dalam inovatif pembelajaran

i) Dapat digunakan untuk mengembangkan kurikulim tingkat kelas j) Dapat digunakan untuk meningkatakan kepekaan atau

(25)

2) Kelemahan dari PTK

a) Keterbatasan pada aspek peneliti atau guru itu sendiri

b) Simpulan dari hasil kegiatan PTK tidak bersifat universal yang berlaku secara umum.

c) Keraguan kehandalan hasil PTK karena kadang tidak menerapkan prinsip-prinsip ilmiah.

2.1.4 Tahap Pelaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian tindakan kelas merupakan proses pengkajian melalui sistem berdaur siklus dari berbagai kegiatan pembelajaran. Suyadi (2012: 19-25) menyatakan prosedur penelitian dilaksanakan dengan 4 kegiatan utama atau tahapan yaitu planning (perencanaan), acting (pelaksanaan), observation (pengamatan), refelection (refleksi). Secara ringkas tahapan kegiatan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Planning (Perencanaan)

Rencana merupakan kegiatan pokok pada awal yang harus dilakukan guru sebelum melakukan PTK. Dengan perencanaan yang baik guru pelaksana PTK akan lebih mudah untuk mengatasi kesulitan dan mendorong guru untuk bertindak dengan lebih efektif. Tahapan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan meliputi indentifikasi masalah, merumuskan masalah, dan memecahkan masalah. Masing-masing kegiatan tersebut terdapat sub-sub kegiatan yang akan menunjang perencanaan yang lebih sempurna.

1. Identifikasi Masalah

(26)

berguna bagi peningkatan hasil belajar siswa (PTK). Sebaliknya, identifikasi masalah yang keliru akan membuat penelitian sia-sia dan memboroskan biaya. Berikut ini terdapat empat langkah yang dapat dilakukan agar identifkasi masalah mengenai sasaran :

i) Masalah harus riil

Masalah yang diangkat adalah masalah yang dilihat, dirasakan, didengar secara langsung oleh guru. Misalnya sebagian besar nilai Bahasa Indonesia siswa kelas IX SMP “X” di bawah standar kelulusan. Masalah ini jelas masalah nyata

(riil) karena didukung dari data empiris berupa dokumen-dokumen ulangan harian maupun ulangan.

ii) Masalahnya harus problematik

Permasalahan yang bersifat problematik adalah permasalahan yang bisa dipecahkan oleh guru, mendapatkan literatur yang memadai, dan kewenangan untuk mengatasi secara penuh. Misalnya, sebagai siswa kelas VII SMP “X” tidak

bisa membaca teks bahasa Inggris. Permasalahan ini riil dan problematik, tetapi hanya khusus bagi guru bahasa Inggris di kelas tersebut. Sebaliknya permasalahan tersebut tidak menjadi problematik bagi guru Fisika.

iii) Manfaatnya jelas

Hasil penelitian harus bermanfaat secara jelas. Tentu, hal ini berkaitan erat dengan kemampuan dalam mengidentifikasikan atau mendiagnosa masalah.

iv) Masalah harus fleksibel

(27)

PTK. Misalnya, siswa siswi SMP “X” selalu mogok ke sekolah jika musim taman

tiba karena membantu orang tuanya bercocok taman. Atau, sekolah terendam banjir ketika hujan lebat.

v) Membuat Rumusan Masalah

Langkah kedua dalam merencanakan PTK adalah menganalis berbagai kemungkinan penyebab munculnya permasalahan yang diangkat. Jadi, setelah menemukan masalah yang riil, problematik, bermanfaat, dan fleksibel, masalah tersebut harus ditemukan akarnya. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menemukan akar permasalahannya. Beberapa diantaranya menyebarkan angket ke siswa, mewawancarai, observasi langsung dan lain sebagainya. Semua data dikumpulkan dan dianalisis secara kolaboratif sehingga akar permasalahan atau penyebab munculnya masalah dapat ditemukan.

Selanjutnya akar permasalahan harus digali sedalam-dalamnya, sehingga ditemukan akar permasalahan yang benar-benar menjadi sumber penyebab utama terjadi masalah. Akar masalah inilah yang akan nantinya menjadi tolak ukur tindakan.

vi) Ide Untuk Memecahkan Masalah

(28)

analisis SWOT (Strenght, Weaknesses, Oppornutunity, Thereat) dan SMART (Spesific, Managabla, Acceptable, Realistic, Time-Bound).

2. Acting ( Pelaksanaan)

Tahap kedua dari PTK adalah pelaksanaan. Pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telah direncanakan pada tahap satu, yaitu bertindak di kelas. Hendaknya perlu diingat pada tahap ini, yakni tindakan sesuai dengan rencana, tetapi harus terkesan alamiah dan tidak direkayasa. Hal ini berpengaruh ketika refeleksi pada tahap ke empat nanti, sehingga hasilnya dapat disinkronkan.

Ketika menulis laporan PTK, peneliti tidak perlu menuliskan apa yang direncanakan sebagaimana tahap I, tetapi langsung menuliskan apa yang dilaksanakan. Ketidaklengkapan dalam menuliska proses pelaksanaan ini dapat dilaporkan PTK pada berakibat pada tertolaknya laporan hasil PTK oleh tim penilai.

3. Observation (Pengamatan)

Prof. Supardi menyatakan bahwa observasi yang dimaksud dalam tahap ke III adalah pengumpulan data. Dengan kata lain, observasi adalah alat utuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Pada langkah ini peneliti harus menguraikan jenis data yang dikumpulkan, cara mengumpulkan, dan alat atau instrument pegumpulan data (angket/wawancara/ observasi,dll).

4. Tahap IV : Reflection (Refleksi)

Refleksi adalah kegiatan untuk mengumpulkan kembali apa yang telah dilakukan. Refleksi juga sering disebut juga dengan istilah “memantul”. Dalam

(29)

diri baru bisa dilaksanakan ketika pelaksanaan tindakan telah selesai dilakukan. Refeksi akan efektif jika antara guru yang melaksanakan tindakan berhadapan langsung atau diskusi dengan pengamanat atau kolabolator (kepala sekolah)

Pengamat

Pengamat

Refleksi siklus II

Pelaksanaan

Perencanaan Siklus I

Refleksi

Pelaksanana

(30)

2.1.5 Syarat Keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas

Keberhasilan PTK sangat ditentukan oleh banyak faktor yag saling kait mengait. Kusuma dan Dwitagama (2009, 92-95) menyatakan ada 10 syarat agar PTK berhasil, yaitu sebagai berikut.

1) Tekad, Komitmen, dan Dedikasi

Syarat ini harus dimiliki oleh guru, teman sejawat dan siswa untuk meningkatkan kualiatas pembelajaran. Komitmen itu terwujud dalam keterlibatan pendidikan dan peserta didik dalam seluruh kegiatan PTK secara proporsional. 2) Tanggung Jawab Guru dan Teman Sejawat

Guru dan teman sejawat menjadi pusat penelitian sehingga dituntut untuk bertanggung jawab atas peningkatan yang dicapai setelah melakukan PTK. Guru harus benar-benar memahami hakikat masalah yang ditelitinya.

3) Tindakan Berdasarkan Pengetahuan

Tindakan yang harus dilakukan guru hendaknya didasarkan pada pengetahuan baik pengetahuan konseptual dari tinjauan pustakateoritis, maupun teknis prosedural, yang diperoleh lewat refeleksi kritis dan dipadukan dengan pengalaman orang lain atau guru lainnya dari tinjauan pustaka hasil penelitian tindakan, juga berdasarkan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya.

4) Situasi Dapat Diubah

(31)

5) Pengajuan Pertanyaan

PTK melibatkan pengajuan pertanyaan agar dapat melakukan perubahan melalui tindakan yang disadari dalam konteks yang ada dengan seluruh kerumitannya.

6) Pemantauan Sistematik

Guru harus memantau sistematik agar dapat mengetahui dengan mudah arah dan jenis perbaikan, yang semuanya berkenaan dengan pemahaman yang lebih baik terhadap praktik dan pemahaman tentang terjadi perbaikan.

7) Penjabaran Tindakan

Guru harus memuat penjabaran atau deskripsi otentik objektif (bukan penjelasan) tentang tindakan yang dilaksanakan dalam riwayat faktual, perekaman video, dan audio, riwayat subjektif yang diambil dari buku harian , refleksi, observasi pribadi, dan riwayat fiksional.

8) Penjelasan Tindakan

Guru harus memberi penjelasan tentang tindakan yang dilakukan berdasarkan deskripsi otentik tersebut di atas, yang mencakup:

A. Identifikasi Makna

Kita perlu melakukan identifikasi makna yang mungkin diperoleh wawasan teoritik yang relevan, pengaitan, dengan peneliti lain.

B. Mempertanyakan Motif Tindakan dan Evaluasi Atas Hasil

Kita perlu mempermasalahkan motif tindakan dan evaluasi terhadap hasilnya.

C. Teorisasi

(32)

9) Penyajian Laporan Hasil PTK

Guru perlu menyajikan laporan hasil PTK dalam berbagai bentuk, termaksud:

a) Tulisan hasil refleksi diri

b) Percakapan tertulis yang dialogis c) Narasi dan cerita

d) Bentuk visual

10) Validasi Pertanyaan Keberhasilan PTK

Guru perlu menvalidasi pertanyaan tentang keberhasilan PTK melalui pemeriksaan kritis dengan mencocokkan pertanyaan dengan bukti (data mentah), baik dilakukan sendiri maupuan bersama teman (validasi diri) meminta teman sejawat untuk memeriksanya sehinga muncul masukan yang dapat digunakan untuk memperbaikinya (validasi sejawat), dan terakhir menyajikan hasil seminar penelitian dalam seminar (validasi publik).

11) Pemahaman Prosedur PTK

A. Prosedur Pertama : Penyusunan Proposal PTK

(a) Mendeskripsikan dan menemukan masalah PTK dengan berbagai metode atau cara.

(b) Menentukan cara pemecahan masalah PTK dengan pendekatan strategi, media, atau kiat tertentu.

(c) Memilih dan merumuskan masalah PTK baik berupa pertanyaan atau peryataan.

(33)

(e) Memilih dan menyusun perspektif, konsep, dan perbandingan yang mendukung dan melandasi pelaksaan PTK.

(f) Menyusun silkus yang berisi rencana tindakan yang diyakini dapat memecahakan masalah yang telah dirumuskan.

(g) Menetapkan cara mengumpulkan data sekligus menyusun instrument yang diperlukan untuk menjaring data PTK. (h) Menetapkan dan menyusun prosedur cara analisis data PTK. B. Prosedur Kedua : Pelaksanaan Rencana Tindakan

Dalam kegiatan ini ditetapkan rencana telah disusun dengan variasi tertentu sesuai dengan kondisi kelas. Selama pelaksanaan tindakan dalam siklus dilakukan pula pengamatan dan refeleksi. Pelaksanaan tindakan, pengamatan maupun refeleksi dapat dilakukakan secara beriringan, bahkan bersamaan.

C. Prosedur Ketiga : Analisis Data

Mengalisis data yang telah dikumpulkan baik data tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, maupun refeleksi. Analisis data ini harus disesuaikan dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Hasil analisis data ini dipaparkan sebagai hasil PTK. Setelah itu, perlu dibuat kesimpulan dan rumusan saran.

D. Prosedur Keempat : Penulisan Laporan PTK

(34)

L. Penulisan Karya Tulis mengenai PTK

Guru harus mampu menulis hasil penelitiannya dan melengkapi predikat guru sebagai ilmuwan sejati dengan menuliskan pengalaman melaksanakan PTK tersebut ke dalam karya tulis ilmiah. PTK belum tentu dikatakan berhasil, bila guru belum meluangkan ke dalam karya tulis ilmiah.

2.2 Problem Based Learning (PBL)

Pembelajaran berbasis masalah (PBL) didasarkan atas teori psikologi kognitif, terutama berlandaskan teori Piaget dan Vigotsky (konstruktivisme), Menurut konstruktivisme, siswa belajar mengonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran berbasis masalah (PBL) dapat membuat siswa belajar melalui upaya penyelesaian permasalahan dunia nyata secara terstruktur dan mengontruksi pengetahuan siswa.

Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang

(35)

2.2.1 Langkah PBL

Proses PBL akan dijalankan bila pengajaran siap dengan segala perangkat yang diperlukan (masalah, formulir perlengkap, dan lain-lain). Pembelajar pun harus sudah memahami prosesnya, dan telah membentuk kelompok-kelompok kecil. (Amir, 2009: 24-26) mengatakan bahwa proses PBL dapat dilakukan melalui 7 langkah sebagai berikut.

a. Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas

Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam masalah. Langkah pertama ini dapat dikatakan tahap yang membuat setiap peserta berangkat dari cara memandang yang sama atas istilah-istilah atau konsep yang ada dalam masalah.

b. Merumuskan masalah

Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan-hubungan apa yang terjadi di antara fenomena itu. Kadang-kadang ada hubungan-hubungan yang masih belum nyata antara fenomennya, atau ada yang sub-sub masalah yang harus diperjelas dahulu.

c. Menganalisis masalah

(36)

d. Menata gagasan anda dan secara sistematis menganalisisnya dengan dalam.

Bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitan satu sama lain, dikelompokkan, mana yang saling menunjang, mana yang bertentangan dan sebagainya. Analisis adalah upaya memilah-memilih sesuatu yang terjadi bagian-bagian yang membentuknya.

e. Memformulasikan tujuan pembelajaran

Kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena kelompok sudah tahu pengetahuan mana yang masih kurang, dan mana yang masih belum jelas. Tujuan pembelajaran akan dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat. Inilah yang akan menjadi dasar gagasan yang akan dibuat laporan.

f. Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain ( di luar diskusi kelompok).

(37)

g. Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru, dan membuat laporan untuk dosen /kelas.

Dari laporan-laporan setiap individu/subkelompok, yang dipresentasikan di hadapan anggota kelompok lain di depan kelas, kelompok akan mendapatkan informasi-informasi baru. Setiap anggota yang mendengar laporan harus menanggapi secara kristis tentang laporan yang disajikan oleh kelompok lain di depan kelas. Kadang-kadang laporan yang dibuat menghasikan pertanyaan-pertanyaan baru yang harus disikapi oleh kelompok.

Pada langkah 7 ini kelompok sudah dapat membuat sintesis menggabungkannya dan mengkombinasikan hal-hal yang relevan. Di tahap ini, keterampilan yang dibutuhkan adalah bagaimana meringkas, mendiskusikan, dan meninjau ulang hasil diskusi untuk nantinnya akan disajikan dalam bentuk paper/makalah. Di sinilah kemampuan menulis (komunikasi tertulis) dan kemudian mempresentasikan (komunikasi oral) sangat dibutuhkan dan sekaligus dikembangkan.

2.2.2 Tujuan Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Trianto (2009: 94-96) menyatakan tujuan pembelajaran berdasarkan masalah sebagai berikut:

1. Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah.

(38)

yang abstrak dan kompleks. Dengan kata lain PBL melatih peserta didik untuk memiliki keterampilan tingkat tinggi.

2. Belajar peranan orang dewasa yang autentik.

Menurut Resnick (Ibrahim dan Nur 2000, 7), bahwa model pembelajaran berdasarkan masalah yang amat penting untuk menjebati gap antara pembelajaran sekolah normal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah. Berdasarkan pendapat tersebut, maka PBL mempunyai implikasi :

a) Mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas

b) Memiliki elemen-elemen belajar magang, hal ini mendorong pengamatan dialog dengan orang lain, sehingga secara bertahap siswa dapat memahami peran orang yang diamati atau yang diajak dialog (ilmuwan, guru, dokter, dan sebagainya)

c) Melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri, sehingga memungkinkan mereka menginterprestasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun pemahaman terhadap fenomena tersebut secara mandiri.

3. Menjadi pembelajar yang mandiri

(39)

Menurut Edward de Bono (Taufiq Amir, 2009 :26-27), Pendidikan bukan tujuan kita. Pendidikan harus mempesiapkan pembelajar untuk hidup. Dengan PBL terdapat peluang untuk membangun kecakapan hidup (life skills) pembelajar, pembelajar terbiasa mengatur dirinya sendiri (selft directed), berpikir metakognitif (relatif dengan pikiran dengan tindakannya) berkomunikasi dan berbagai kecakapan terkait. Smith (Taufiq Amir 2009:27), yang khusus meneliti berbagai dimensi bermanfaat di atas menemukan bahwa kecakapan pemecahan masalahnya, lebih mudah mengingat, meningkatakan pemahaman, meningkatakan pengetahuannya yang relevan dengan dunia praktik, mendorong mereka penuh pemikiran, membangun kemampuan kepemimpinan dan kerja sama, kecakapan pembelajar, dan memotivasi pembelajar.

2.2.3 Sintaks Pengajaran Berdasarkan Masalah

[image:39.595.83.510.296.745.2]

Pengajaran berbasis masalah (PBL) juga dikembangkan sebagai sebuah model pembelajaran dengan sintaks belajar sebagai berikut (Abdulan Sani, 2014: 157).

Tabel 2.2

No Fase Kegiatan Guru

1. Memberikan orientasi permasalahan kepada peserta didik.

Guru menyajikan permasalahan, membahas tujuan pembelajaran, memaparkan kebutuhan logistik untuk pembelajaran, memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif.

(40)

peserta didik untuk penyelidikan.

mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar/penyelidikan untuk menyelesaikan permasalahan.

3. Pelaksanaan investigasi. Guru mendorong peserta didik untuk memperoleh infromasi yang tepat, melaksanakan penyelidikan, dan mencari penjelasalan solusi

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil.

Guru membantu peserta didik merencanakan produk yang tepat dan relevan, seperti

laporan, rekaman video, dan sebagainya untuk keperluan penyampaian hasil.

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses penyidikan.

Guru membantu peserta didik melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses yang mereka lakukan.

Fase 1. Memberikan orientasi permasalahan kepada peserta didik.

(41)

Fase 2. Mengorganisasikan peserta didik untuk penyelidikan.

PBL mengharuskan guru untuk mengembangkan keterampilan kolaborasi di antara siswa dan membantu mereka untuk menginvestasi masalah secara bersama-sama. PBL juga mengaharuskan guru untuk membantu siswa untuk merencanakan tugas investigatif pelaporannya.

Fase 3. Pelaksanaan investigasi. Investigasi yang dilakukan secara mandiri, berpasangan, atau dalam kelompok adalah inti PBL.

Meskipun setiap situasi masalah membutuhkan teknik investigatif yang agak berbeda, kebayakan melibatkan proses mengumpulkan data dan mengumpulkan hipotesis.

Fase 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil.

Hal- hal yang memperlihatkan situasi yang bermasalah dan solusi yang diusulkan. Guru membantu peserta didik merencanakan produk yang tepat dan relevan, seperti laporan, rekaman video, dan sebagainya untuk keperluan penyampaian hasil

Fase 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses penyidikan.

(42)

2.2.4 Pelaksanaan Pengajaran Berdasarkan Masalah

PBL mempunyai tahap pelaksanaan pengajaran berdasarkan masalah. Pelaksanaan pengajaran berdasarkan masalah terdiri dari tugas perencanaan, tugas interaktif, lingkungan belajar, tugas manajemen, assement, dan evaluasi (Trianto,2009:98-102).

A. Tugas-tugas Perencanaan (a) Penetapan Tujuan

Model pengajaran berdasarkan masalah yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan seperti keterampilan menyelidik, memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa menjadi seorang pembelajar yang mandiri. Dalam pelaksanaannya pembelajaran berdasarkan masalah bisa saja diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

(b) Merancang situasi masalah

Situasi masalah yang baik seharusnya autentik, mengandung teka teki dan tidak didefinisikan secara ketat, memungkinkan kerja sama, bermakna bagi siswa, dan konsisten dengan tujuan kurikulum.

(c) Organisasi sumber daya dan rencana logistik

(43)

B.Tugas Interaktif

(a) Orientasi siswa pada masalah

Siswa perlu memhami bahwa tujuan pengajaran berdasarakan masalah adalah tidak untuk memperoleh informasi baru dalam jumlah besar, tetapi untuk melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah penting dan untuk menjadi pembelajar yang mandiri. Cara yang baik dalam menyajikan masalah untuk suatu materi dalam pembelajaran berdasarkan masalah adalah dengan menggunakan kejadian yang mencengangkan dan menimbulkan misteri sehingga membangkitkan minat dan keinginan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.

(b) Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Pada model pembelajaran berdasarkan masalah pengembangan keterampilan kerjasama diantara siswa perlu adanya bimbingan atau panduan, sehingga dalam diskusi membutuhkan bantuan dari guru untuk merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan.

(c) Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok

(44)

(b) Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah

Tugas guru pada tahap akhir pengajaran berdasarkan pemecahan masalah adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri, dan keterampilan penyelidikan yang meraka gunakan.

C. Lingkungan Belajar dan Tugas Manajemen

Hal penting yang harus diketahui adalah bahwa guru memiliki seperangkat aturan yang jelas agar semua pembelajaran dapat berlangsung tertib tanpa gangguan, dapat menangani perilaku siswa yang menyimpang secara cepat dan tepat, juga perlu memilki panduan mengenai bagaimana mengelola kerja kelompok. Salah satu masalah yang cukup rumit bagi guru dalam pengelolaan yang menggunakan model pengajaran berdasarkan masalah adalah bagaimana menangani siswa baik individual maupun kelompok, yang dapat menyelesaikan tugas lebih awal maupun yang terlambat. Dengan kata lain, kecepatan penyelesaian tugas tiap individu maupun kelompok berdeda-beda.

(45)

D Asessment dan Evaluasi

Seperti halnya dalam pembelajaran kooperatif, dalam model pembelajaran berdasarkan masalah fokus perhatian pembelajaran tidak pada perolehan pengetahuan deklaratif, oleh karena itu tugas penilaian tidak cukup bila penilaian hanya dengan tes tertulis. Teknik penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model pengajaran berdasarkan masalah adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan siswa yang merupakan hasil penyelidikan mereka.

Tugas asessment dan evaluasi yang sesuai untuk model pengajaran berdasarkan masalah terutama terdiri dari menemukan prosedur penilaiaan alternatif yang akan digunakan untuk mengukur pekerjaan siswa, misalnya dengan asessment kinerja dan peragaan hasil. Asessment dapat berupa asessment melakukan pengamatan, asessment merumuskan pertanyaan asessment merumuskan sebuah hipotesis dan sebagainya.

2.3 Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti dorongan, daya penggerak atau kekuatan yang menyebabkan suatu tindakan atau perubahan. Kata “movere” dalam bahasa Inggris, sering disepadankan dengan “motivation” yang berarti pemberian motif, penimbulan motif, atau hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan.

(46)

dengan cara tertentu. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar.

Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar. Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu (i) kebutuhan, (ii) dorongan, (iii) tujuan (Dimiyati dkk, 2006: 80). Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan ia harapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut merupakan inti motivasi.

2.3.1 Pentingnya Motivasi dalam Belajar

Para ahli berpendapat bahwa motivasi perilaku manusia berasal dari kekuatan mental umum, dorongan, kebutuhan, proses kognitif, dan interaksi. Perilaku yang penting bagi manusia adalah belajar dan bekerja. Belajar menimbulkan perubahan mental pada diri siswa. Bekerja menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pelaku dan orang lain. Motivasi belajar dan motivasi bekerja merupakan penggerak kemajuan masyarakat. Motivasi belajar penting bagi siswa. Dimyati dkk (2006: 84-86) menyatakan bahwa motivasi memiliki 5 kepentingan bagi siswa dan guru. Pentingnya motivasi belajar bagi siswa tersebut sebagai berikut.

(a)Menyadarkan pada awal belajar, proses dan hasil akhir

(47)

(c)Mengarahkan kegiatan belajar (d)Membesarkan semangat belajar

(e)Menyadarkan tentang adannya perjalanan belajar dan kemudian bekerja (diselah-selahnya adalah istirahat dan bermain) yang berkesinambungan.

Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan tentang pengetahuan tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru., manfaat itu sebagai berikut.

1) Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil

2) Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas bermacam raga, ada yang acuh tak acuh, ada yag tak memusatkan perhatian, ada yang bermain, di samping ada yang bersemangat belajar. Diantara yang bersemagat belajar, ada yang tidak berhasil dan berhasil

3) Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih dari satu di antar bermacam-macam peran sebagai penasehat, fasilator, instruksi, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah, atau pendidik. Peran pedagogis tersebut sudah barang tertentu sesuai dengan perilaku siswa

(48)

2.3.2 Jenis dan Sifat Motivasi a. Jenis Motivasi

Motivasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu motivasi primer dan motivasi sekunder. Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar (Dimiyati dan Mudjiono, 2006: 86). Manusia adalah makhluk berjasmani, sehingga perilakunya terpengaruh oleh insting atau kebutuhan jasmaninya. Tingkah laku tersebut dapat diaktifkan, dimodifikasi, dipicu secara spontan, dan dapat diorganisasikan. Insting mempunyai empat ciri, yaitu tekanan, sasaran, objek, dan sumber. Semakin besar energi dalam kebutuhan jasmani, maka tekanan terhadap individu semakin besar. Sasarannya adalah kepuasan atau kesenangan. Kepuasaan tercapai, bila energi tekanan pada insting berkurang. Sebagai contoh keinginan untuk makan berkurang bila individu kenyang. Objek insting adalah hal-hal yang memuaskan insting. Sumber insting adalah kejasmanian individu.

Motivasi sekunder atau motivasi sosial adalah motivasi yang dipelajari (Dimiyati dan Mudjiono, 2006: 88). Hal ini berbeda dengan motivasi primer. Sebagai ilustrasi, orang yang lapar aka tertarik pada makanan tanpa belajar. Untuk memperoleh makanan tersebut orang khusus bekerja terlebih dahulu. Agar dapat bekerja dengan baik, orang harus bekerja. “Bekerja dengan baik” merupakan

motivasi sekunder.

(49)

relatif bersifat tetap, (iv) berkecenderungan melakukan penilaian, dan (v) dapat timbul dari pengalaman, dapat dipelajari atau berubah.

b. Sifat Motivasi

Motivasi seseorang dapat bersumber dari dalam diri sendiri, yang dikenal sebagai motivasi internal, dan dari luar seseorang yang dikenal sebagai motivasi eksternal. Motivasi internal atau intrinsik adalah motivasi motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang (Dimiyati dan Mujiono, 2006: 90-91). Sebagai ilustrasi, seorang siswa membaca sebuah buku, karena ingin mengetahui kisah seorang tokoh, bukan karena tugas sekolah. Motivasi memang mendorong terus, dan memberi energi pada tingkah laku. Setelah siswa tersebut menamatkan sebuah buku maka ia mencari buku lain untk memahami tokoh yang lain. Keberhasilan membaca sebuah buku akan menimbulkan keinginan untuk membaca buku yang lain. Dalam hal ini, motivasi intrinsik tersebut telah mengarah pada timbulnya motivasi berprestasi.

(50)

Dalam contoh tersebut, motivasi ekstrinsik membuat siswa belajar dengan tujuannya sendiri, berkat informasi guru. Selanjutnya siswa menyadari pentingnya belajar, dan ia belajar bersungguh-sungguh penuh semangat. Dalam hal ini motivasi ekstrinsik “dapat berubah” menjadi motivasi intrinsik, yaitu pada saat

siswa menyadari pentingnya belajar, dan ia belajar sungguh-sungguh tanpa disuruh orang lain.

2.3.4 Motivasi dalam Belajar

Motivasi belajar tersebut ada yang intrinsik dan ekstrinsik. Penguatan motivasi belajar tersebut berda di tangan para guru/pendidik dan anggota masyarakat lain. Guru sebagai pendidik bertugas memerkuat motivasi belajar selama 9 tahun pada usia wajib belajar. Orang tua bertugas memperkuat motivasi belajar sepanjang hayat (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 94-108).

a. Unsur-unsur yang mempengaruhi proses belajar adalah : 1) Cita-cita atau aspirasi mayarakat

2) Kemanuan siswa 3) Kondisi siswa

4) Kondisi lingkungan siswa

5) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran 6) Upaya guru dalam membelajarkan siswa

b. Upaya meningkatkan motivasi belajar, yaitu : 1) Optimalisasi penerapan prinsip belajar

(51)

c. Indikator mativasi belajar dapat diklafikasikan sebagai berikut. 1) Adanya hasrat dan keiginan untuk berhasil

2) Adanya dorongan dan keiginan belajar 3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan 4) Adanya kegiatan yang menarik untuk belajar

5) Adannya lingkungan belajar yang kondusif,sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik

Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku (Hamzah, 20117: 14). Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Dalam proses pembelajaran motivasi sangat dibutuhkan oleh seorang peserta didik. Hasil pembelajaran akan maksimal jika motivasi dalam diri peserta didik sangat tinggi untuk belajar dan mendapatkan nilai yang baik.

(52)

Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termaksud perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan individu belajar. Hamzah (2007: 23) mengatakan bahwa unsur motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

a) Adanya hasrat dan keiginan untuk berhasil b) Adanya dorongan dan keiginan belajar c) Adanya harapan dan cita-cita masa depan d) Adanya kegiatan yang menarik untuk belajar

[image:52.595.89.508.227.756.2]

e) Adannya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik.

Tabel 2.3

Kisi-kisi Motivasi Belajar

Variabel Deskriptor Indikator No. Item

Motivasi Hasrat dan

keiginan untuk

berhasil

a. mempunyai rasa tertarik

terhahap pelajaran akuntansi

b. mempunyai keinginan kuat

terhadap sesuatu

c.keinginan bertanya untuk

mencari tahu 1 2 3 Dorongan dan keiginan belajar

a. merasa terdorong untuk

mengerjakan tugas

b. merasa membutuhkan ilmu

pengetahuan

4,5

6,7

(53)

cita depan

b. melakukan sesuatu untuk

mewujudkan keinginannya

8,10

Kegiatan yang

menarik dalam

belajar

a. peserta didik menjadi senang

dalam belajar

b. peserta didik menjadi tidak

bermalas-malasan

c. tidak merasa jenuh dengan

pelajaran akuntansi 12,13 11,15 14,16 Lingkungan yang kondusif

a. lingkungan kelas tidak bising

b.lingkungna rumah yang

nyaman untuk belajar

17,18

19,20

[image:53.595.87.511.83.681.2]

Berdasarkan kisi-kisi tersebut disusun item-item pernyataan. Setiap item pernyataan dinyatakan dengan Skala Likert dengan opsi empat jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS).

Tabel 2.4

Pemberian Skor Setiap Item Kuisoner

Katagori Positif Negatif

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

(54)

sesudah penerapan PBL.kemudian hasilnya dikonversikan menggunakan PAP tipe II.

2.4 Prestasi Belajar

Presetasi belajar adalah perubahan perilaku individu. Individu akan memperoleh perilaku yang baru, menetap, fungsional, positif, disadari, dan sebagainya (Karwati dkk, 2014:155). Perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran atau prestasi belajar ialah perilaku secara keseluruhan yang mencakup aspek kognitif, afektif, konatif, dan motorik (Muhamad Surya (dalam Karwati dkk, 2014: 155).

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan kemampuan yang meliputi segenap ranah psikologi (kognitif, afektif, dan psikomotorik) yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar peserta didik. Prestasi belajar akan terlihat berdasarkan perubahan perilaku sebelum dan sesudah belajar peserta didik. Hal tersebut pada dasarnya dapat dijadikan sebagai tolak ukur berhasil atau tidaknya suatu kegiatan belajar dan mengajar.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

(55)
[image:55.595.87.514.178.730.2]

pendekatan belajar (approach to learning) yang dapat digambarkan melalui tabel berikut.

Tabel 2.5

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Ragam Faktor dan Elemennya

Internal Eksternal Pendekatan

Belajar Peserta Didik

1. Aspek Fisiologis Tonus dan Jasmani Mata dan Telinga

2. Aspek Psikologis Intelegensi Sikap Minat Bakat Motivasi

1. Lingkungan Sosial Keluarga Guru dan staf Masyarakat Teman

(56)
(57)

BAB III

PEMBAHASAN

Pendidikan yang bermutu sangat bergantung pada kapasitas satuan pendidikan dalam mentranformasikan peserta didik untuk memperoleh nilai tambah dan hasil yang baik dalam proses pembelajaran. Kebermutuan dan kualitas para peserta didik dalam lembaga pendidikan dapat diketahui melalui sebuah penelitian. Penelitian yang tepat dilakukan untuk mengetahui hasil belajar para peserta didik yaitu dengan melakukan PTK (Penelitian Tindakan Kelas). PTK adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar sekelompok peserta didik (Mulyasa,2009:10).

Penelitian tindakan kelas dapat diintegrasikan sebagai model belajar bermutu. Pembelajaran bermutu ini berguna untuk memecahkan masalah yang ada dan perbaikan pembelajaran. Kualitas pembelajaran dari sekolompok peserta didik dapat berhasil dengan memberikan sebuah tindakan atau (treatment). Penelitian tindakan kelas juga dapat diartikan sebagai upaya yang bertujuan untuk mempebaiki proses pembelajaran atau memecahkan masalah yang dihadapi siswa dalam pembelajaran.

(58)

Setiap siklus penelitian pada dasarnya sama dan menggunakan instrumen yang sama. Adapun kegiatan yang dilakukan pada masing-masing tahap diuraikan sebagai berikut.

1. Rancangan Pra penelitian a. Observasi terhadap guru

Instrumen observasi yang dilakukan adalah lembar observasi terhadap keterampilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Lembar observasi meliputi beberapa kegiatan, pertama pra pembelajaran (memeriksa kesiapan ruangan, alat pembelajaran, media, dan memeriksa kesiapan siswa), kedua kegiatan awal (apersepsi, menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan rencana kegiatannya, ketiga kegiatan inti pembelajaran (penguasaan materi pembelajaran, strategi pembelajaran, pemanfaatan media sumber pembelajaran, pembelajaran yang memicu keterlibatan siswa, kemampuan khusus dalam bidang studi, peneliaian proses dan hasil belajar, penggunaan bahasa), kelima kegiatan penutup (melakukan refleksi belajar dengan melibatkan siswa dan menyusun rangkuman dengan melibatkan siswa), keenam pelaksanaan tindak lanjut (memberikan arahan, kegiatan atau tugas sebagai tindakan remidi dan memberikan arahan kegiatan atau tugas sebagai pengayaan).

b. Observasi terhadap kelas

(59)

c. Observasi terhadap siswa

Instrumen observasi yang digunakan adalah lembar observasi terhadap perilaku dan sikap siswa. Lembar observasi meliputi kegiatan awal (kesiapan siswa mengikuti pelajaran), kegiatan inti (sikap siswa pada saat pembelajaran, aktivitas siswa dan partisispasi siswa), kegiatan penutup (evaluasi proses pembelajaran, siswa mengerjakan tugas dengan baik, refleksi. Pada kegiatan pra penelitian ini, peneliti akan membagikan kuesioner untuk mengungkapkan motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran Akuntansi sebelum penerapan model pembelajaran Problem Based Learning.

2. Pelaksanaan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus 1 dan siklus 2. Siklus yang ada dalam penelitian ini dilakukan berulang-ulang hingga menemukan pola pembelajaran yang tepat untuk menghasilkan pembelajaran yang berkualitas dari peserta didik. Setiap siklus yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari empat langkah, yaitu:

A. Siklus 1

Pada siklus I peneliti akan melakukan perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi dan refleksi dalam melakukan penelitian. Pada siklus I ini peneliti juga akan menyiapkan perangkat pembelajaran berupa Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan menyiapkan instrumen penelitian.

(60)

Pada tahap perencanaan dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa penyiapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), yakni:

a) Pembagian kelompok belajar

Peneliti bekerjasama dengan guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen berdasarkan prestasi belajar, jenis kelamin, suku maupun ras. Pembagian berdasarkan prestasi belajar ditentukan dengan menggunakan nilai ujian yang telah diadakan sebelumnnya dan penilaian di dalam proses pembelajaran sebelumnya. Siswa dibagi ke dalam kelompok, setiap kelompok beranggotakan 3-4 orang.

b) Menyiapkan perangkat pembelajaran

Pada tahap ini, peneliti menyiapkan instrumen penelitian, berupa: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL), buku siswa, Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar evaluasi.

c) Menyiapkan instumen pengumpulan data

Pada tahap ini peneliti menyiapkan instrumen pengumpulan data, berupa:

(1) Lembar observasi guru (2) Lembar observasi siswa (3) Lembar observasi kelas (4) Lembar kuisioner motivasi (5) Instrumen refleksi siswa

(61)

2) Pelaksanaan

(62)

SKENARIO PEMBELAJARAN

SIKLUS I

Kegiatan Pembelajaran

Alokasi Waktu

1. Kegiatan Awal

a. Guru memeriksa kesiapan ruang kelas, alat dan media pembelajaran

serta kesiapan siswi.

b. Guru membuka pelajaran dengan salam.

c. Guru melakukan apersepsi sebelum pembelajaran

d. Guru memotivasi siswa dengan menyampaikan pentingnya

mempelajari laporan keuangan dan cara penyusunannya.

e. Memberikan kata penyemangat: “Rasa lelah, rasa letih, rasa lesu

hadapi dengan wajah berseri-seri !”

f. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran (pencapaian kompetensi).

g. Guru memberikan beberapa pertanyaan untuk menimbulkan rasa

ingin tahu dan membangun pemahaman awal pada peserta didik

15

menit

2. Kegiatan inti

Eksplorasi

Mengamati

 Guru menjelaskan materi tentang mutasi dana kas kecil

 Siswa diminta mencatat hal-hal penting yang disampaikan guru  Guru menanyakan kepada siswa apakah penyebab mutasi kas

kecil.

(63)

yang mengakibatkan mutasi dana kas kecil dan dokumen yang

dibuat masing-masing bagian yang terkait mutasi kas kecil

 Setiap kelompok di beri soal tentang bukti-bukti transaksi yang

menyebabkan mutasi dana kas kecil.

Menanya

 Guru meminta siswa untuk melakukan diskusi kelompok terkait

soal yang diberikan guru.

 Siswa melakukan diskusi kelompok terkait mutasi kas kecil

Mengeksplorasi/Mencoba/Mengumpulkan Informasi

 Masing-masing siswa memiliki tugas tersendiri untuk

mengumpulkan informasi.

 Membaca informasi dari berbagai sumber (buku paket, handout,

maupun internet)

 Dalam kelompok yang telah dirancang guru, siswa diminta

bersama-sama memecahkan kasus untuk menemukan jawaban

dari soal yang telah diberikan.

 Guru membimbing siswa dalam proses pengumpulan informasi.

Elaborasi

Mengasosiasi/Mengolah Informasi

 Siswa bersama kelompok menganalisis kasus, dan informasi

yang telah diperoleh dapat digunakan sebagai dasar untuk

berdiskusi.

 Setiap kelompok diberi kesempatan untuk berpikir dan bertindak

menurut cara mereka masing-masing dalam menyelesaikan soal.

 Guru membantu mengarahkan siswa agar dapat menganalisis

transaksi mutasi dana kas kecil dengan baik dan benar.

(64)

 Siswa bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan soal yang

telah diberikan oleh guru.

Konfirmasi

Mengomunikasikan

 Untuk melihat bagaimana perkembangan sikap ilmiah siswa,

guru menyebutkan nomor kelompok sebagai perwakilan dari

setiap kelompok untuk bisa menyampaikan hasil sesuai dengan

permintaan yang diberikan..

 Memberikan tanggapan apabila ada yang belum dimengerti dari

kelompok lain.

 Guru mengatur jalannya presentasi dan tanya jawab, serta

memberi penguatan.

3. Kegiatan Akhir

a.Siswa dan guru membeuat kesimpulan tenang materi yang telah dipelajari.

b.Guru mereview kembali materi yang telah disampaikan dan memberikan motivasi pada siswa untuk menggali materi lebih dalam.

c.Siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan

d.Guru meminta siswa untuk selalu jujur dan teliti dan selalu komunikatif dalam proses belajar.

e.Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam 15

(65)

a) Kegiatan dalam kelompok

Pada kegiatan dalam kelompok, anggota kelompok dibagi berdasarkan heterogenitas yang dilihat dari prestasi, jenis kelamin, suku, dan ras. Selanjutnya di dalam kelompok siswa diharuskan melakukan kegiatan berdiskusi dan mengerjakan latihan soal yang telah diberikan guru dalam bentuk lembar kerja siswa. Siswa berdiskusi dan mengerjakan soal berpedoman pada buku siswa yang dibagikan oleh guru. Guru mempunyai harapan bahwa dengan adanya diskusi dalam kelompok tanpa adanya penjelasan materi oleh guru yaitu siswa dapat lebih mudah mengingat dan memahami. Melalui kegiatan kelompok, jika siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi pembelajaran diharapkan siswa dapat bertanya kepada siswa lain yang lebih memahami dan mengerti materi pembelajaran tersebut.

b) Presentasi di kelas oleh siswa

Siswa di setiap kelompok akan melakukan presentasi di depan kelas setelah menyelesaikan soal latihan dalam bentuk LKS. Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja di depan kelas dengan menggunakan media yang telah disiapkan. Sebelum siswa dari setiap kelompok melakukan presentasi di depan kelas guru melakukan pengundian untuk menentukan kelompok yang berhak melakukan presentasi terlebih dahulu.

3) Observasi

(66)

pengumpulan data. Pengamatan atau observasi ini dilakukan oleh peneliti bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan tindakan. Pada saat mengobservasi pengamat harus mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas penelitian mengenai kinerja guru, situasi kelas, perilaku dan sikap siswa, penyajian dan pembahasan materi yang diajarkan. Kegiatan pengamatan juga dibantu dengan video recorder untuk mempermudah peneliti dalam mengolah data. Peneliti menyusun instrumen observasi sebagai berikut.

a. Lembar observasi guru dalam menerapkan strategi pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

b. Lembar aktivitas observasi aktivitas siswa di dalam kelas selama penerapan proses pembelajaran dengan strategi Problem Based Learning (PBL).

c. Lembar observasi kondisi kelas selam penerapan proses pembelajaran dengan strategi Problem Based Learning (PBL). 4) Evaluasi dan refleksi

a) Evaluasi

Peneliti melakukan evaluasi terhadap hasil analisis data pengamatan setelah pelaksanaan tindakan telah selesai dilakukan. Evaluasi dilaksanakan setelah kegiatan presentasi di kelas. Kegiatan evaluasi dilakukan untuk mengethaui kemampuan siswa dalam penguasaan materi.

b) Refleksi

(67)

digunakan untuk menganalisis segala kekurangan dan keberhasilan selama pembelajaran berlangsung. Kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran akan diperbaiki pada siklus kedua sebagai perbaikan.

B.Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi pada sikuls pertama, peneliti kembali membuat perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi dan refleksi.

1) Perencanaan

Pada tahap ini, peneliti melakukan penyusunan rencana tindakan berupa penyiapan pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sebagai berikut.

a) Pembagian kelompok belajar

Pembagian anggota kelompok belajar pada siklus II sama dengan pembagian anggota kelompok pada siklus I.

b) Menyiapkan perangkat pembelajaran

Pada tahap ini, peneliti menyiapkan instrumen penelitian, berupa: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan strategi Problem Based Learning (PBL), buku siswa, Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar evaluasi.

c) Menyiapkan instrumen pengumpulan data

Pada tahap ini peneliti menyiapkan instrumen pengumpulan data, berupa:

(68)

5. Instrumen refleksi siswa 6. Soal evaluasi

7. Lembar jawaban evaluasi 2) Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telah direncanakan pada tahap satu, yaitu bertindak di kelas (Suyadi, 2010: 24). Pada tahap pelaksanaan tindakan harus sesuai dengan rencana. Pada tahap ini peneliti melaksanakan penerapan strategi Problem Based Learning (PBL) sesuai dengan perencanaan pembelajaran. Tahap-tahap penerapan strategi PBL, sebagai berikut.

SKENARIO PEMBELAJARAN

SIKLUS II

KEGIATAN PEMBELAJARAN (1X45 menit) ALOKASI

WAKTU 1. KEGIATAN AWAL

a. Guru memeriksa kesiapan ruang kelas, alat dan media

pembelajaran serta kesiapan siswi.

b. Guru membuka pelajaran dengan salam.

c. Guru melakukan apersepsi sebelum pembelajaran

d. Guru memberikan beberapa pertanyaan untuk menimbulkan rasa

ingin tahu dan membangun pemahaman awal pada peserta didik

5 menit

2. KEGIATAN INTI

35 menit Eksplorasi

a. Mengamati

 Guru menjelaskan materi tentang metode pencatatan dana

(69)

 Siswa diminta mencatat hal-hal penting yang disampaikan

guru

 Guru menanyakan kepada siswa bagaimana proses

pencatatan metode dana tetap dan metode fluktuasi

 Setiap kelompok di beri soal tentang bagaimana cara

pencatatan transaksi metode dana tetap dan metode

fluktuasi.

b. Menanya

 Meminta siswa merumuskan dan menyampaikan pertanyaan

yang terkait dengan kasus soal yang telah diminta untuk

dikerjakan.

c.Mengeksplorasi/Mencoba/Mengumpulkan Informasi

 Masing-masing siswa memiliki tugas tersendiri untuk

mengumpulkan informasi.

 Membaca informasi dari berbagai sumber (buku paket,

handout, maupun internet)

 Dalam kelompok yang telah dirancang guru, siswa diminta

bersama-sama memecahkan kasus untuk menemukan

jawaban dari soal yang telah diberikan.

 Guru membimbing siswa dalam proses pengumpulan

informasi.

Elaborasi

a.Mengasosiasi/Mengolah Informasi

 Siswa berkelompok (pembagian kelompok dilakukan hari

sebelumnya), masing-masing diberikan tugas untuk

(70)

pencatatandana kas kecil yang telah disediakan.

 Siswa bersama kelompok menganalisis kasus, dan informasi

yang telah diperoleh dapat digunakan sebagai dasar untuk

berdiskusi.

 Guru membantu mengarahkan siswa agar dapat menganalisis

metode pencatatan dana kas kecil dengan baik dan benar.

Konfirmasi

a. Mengomunikasikan

 Untuk melihat bagaimana perkembangan sikap ilmiah siswa,

guru menyebutkan nomor kelompok sebagai perwakilan dari

setiap kelompok untuk bisa menyampaikan hasil sesuai

dengan permintaan yang diberikan.

 Memberikan tanggapan apabila ada yang belum dimengerti

dari kelompok lain.

 Guru mengatur jalannya presntasi dan tanya jawab, serta

memberi penguatan

(71)

a. Siswa dan guru membuat kesimpulan tenang materi yang

telah dipelajari.

b. Guru mereview kembali materi yang telah disampaikan dan

memberikan motivasi pada siswa untuk menggali materi lebih

dalam.

c. Guru meminta siswi untuk selalu jujur dan teliti dan selalu

komunikatif dalam proses belajar.

d. Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam.

5 menit

a) Kelompok

(72)

b) Presentasi di kelas oleh siswa

Siswa di setiap kelompok akan melakukan presentasi di depan kelas setelah menyelesaikan soal latihan dalam bentuk LKS. Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja di depan kelas dengan menggunakan media Overhead Projector (OHP) yang telah disiapkan. Sebelum siswa dari setiap kelompok melakukan presentasi di depan kelas guru melakukan pengundian untuk menentukan kelompok yang berhak melakukan presentasi terlebih dahulu.

3) Observasi

Observasi adalah alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran (Suyadi, 2012: 24). Pada langkah ini peneliti harus menguraikan jenis data yang dikumpulkan, cara mengumpulkan, dan alat atau instrumen pengumpulan data. Pengamatan atau observasi i

Gambar

Tabel 2.2
Tabel 2.3 Kisi-kisi Motivasi Belajar
Tabel 2.4 Pemberian Skor Setiap Item Kuisoner
Tabel 2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Referensi

Dokumen terkait

Selaku pengelola Bank Sampah yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian dan pengambilan data di Bank Sampah Green Life Center, Bank Sampah Mapan dan Bank

c) For individual primitive-type elements of an array: False. A called method receives and manipulates a copy of the value of such an element, so modifications do not affect

Struktur ekonomi diatas harus dirobah dengan

Bahaya tanah longsor dapat diidentifikasi secara cepat melalui Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan menggunakan metode tumpang susun atau overlay terhadap parameter-parameter

perceived organizational support dan kepuasan kerja terbukti melalui pengujian sebesar 0.712 dengan thitung sebesar 7.904 lebih besar dari nilai ttabel sebesar 1.96,

Penggunaan formula zat pengatur tumbuh yang berbeda berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap laju pertumbuhan harian, laju regenerasi dan panjang tunas yang dihasilkan, tetapi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman tentang kontribusi kemampuan kerja dan motivasi berprestasi terhadap kinerja Kepala Tata Usaha SMP Negeri

Balasan penyelesaian pengaduan disertakan Berita Acara Kesepakatan Penyelesaian Pengaduan (F. Laporan jawaban pengaduan, oleh Ketua Lab. Riset Terpadu digunakan sebagai