• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Problem Solving Therapy

Problem solving therapy (PST) adalah suatu tindakan psikologi yang diberikan secara singkat dan berfokus yang digunakan pada berbagai penderita termasuk orang dengan depresi, penyakit kronik dan kecenderungan pikiran dan perilaku bunuh diri.

Problem solving therapy (PST) adalah suatu tindakan psikologi atau “terapi berbicara”. Problem solving therapy (PST) biasanya diberikan secara serial antara empat sampai delapan sesi. Selama sesi ini terapi dan penderita saling bekerjasama untuk mengidentifikasi setiap masalah yang terjadi pada kehidupan penderita dan difokuskan pada satu masalah atau lebih sementara terapi mengajarkan kepada penderita pendekatan secara terstruktur untuk memecahkan

masalah meningkatkan konsentrasi penderita dalam pendekatan pemecahan masalah.

Terapi dapat memilih untuk menggunakan problem solving therapy (PST)

secara komplit atau terstruktur pada selama terapi pada penderita mereka atau dapat memilih untuk menambahkan problem solving therapy (PST) untuk pada program lain yang digunakan oleh mereka. Tujuan dari program traininig

diberikan adalah memberikan kedekatan antara penderita dan terapi dengan menurunkan resiko kerugian pada diri dengan keterampilan dan pengetahuan yang baru yang dapat ditambahkan mereka pada “toolkit” terapi mereka.

Problem solving therapy (PST) melibatkan pasien untuk belajar atau melakukan kegiatan keterampilan pemecahan masalah. Keterampilan ini dapat digunakan kepada permasalahan kehidupan secara spesifik yang digabungkan dengan psikologi dan gejala somatic. Problem solving therapy (PST) sangat cocok digunakan pada praktek secara umum pada kondisi pasien yang mengalami kondisi gangguan mental secara umum dan telah diketahui sebagai perawatan yang cukup efektif pada penderita depresi sebagai anti depresan. Problem solving therapy (PST) mempunyai langkah-langkah secara berseri. Terapis membantu pasien untuk mengembangkan keterampilan kemampuan baru dan kemudian mendukung mereka untuk melaksanakannya melalui langkah-langkah dari terapi untuk menentukan dan melaksanakan pemecahan masalah yang telah diseleksi oleh pasien. Banyak pengalaman GPs/Terapis yang akan mengidentifikasi kemampuan keterampilan pemecahan masalah mereka sendiri. Belajar Problem

solving therapy (PST) akan mempengaruhi kemampuan dan fokus pada keterampilan mereka ini.

Problem solving therapy (PST) kadang-kadang disebutkan sebagai “pemecahan masalah secara terstruktur” merupakan satu strategi fokus psikologi (FPS) yang didukung oleh Medicare dibawah asuhan yang lebih baik yang digunakan sewajarnya pada para praktisi umumnya. Problem solving therapy (PST) mempengaruhi pasien belajar keterampilan pemecahan masalah yang baru atau lebih aktif dari pembelajaran sebelumnya. Kemampuan ini dapat ditambahkan kepada permasalahan kehidupan spesifik yang disatukan dengan psikologi dan gejala somatik. Problem solving therapy (PST) telah dijelaskan sebagai suatu hal yang pragmatik, efektif dan gampang untuk dipelajari. Ini adalah model pendekatan yang membuat perasaan pasien dan proffesional, dan tidak memerlukan latihan yang tahunan dan sangat efektif dalam menseting perawatan dasar. Telah dijelaskan bahwa hal ini sangat cocok digunakan para praktisi dan hanya memerlukan 15-30 menit untuk konsultasi.

Problem solving therapy (PST) lahir dari teori dasar sosial Problem solving therapy (PST) yang mengidentifikasi tiga langkah yang jelas untuk penetapan masalah yaitu :

a. Penemuan / pendapat (menemukan masalah)

b. Perbuatan / pertunjukkan (mengidentifikasi pemecahan masalah) c. Verifikasi (penetapan hasil)

Problem solving therapy (PST) telah terbukti sangat efektif untuk banyak gangguan kesehatan mental termasuk depresi, stress dan kecemasan. Fokus

penelitian yang paling banyak adalah depresi. Dalam kontrol uji coba secara acak,

Problem solving therapy (PST) telah menunjukkan lebih efektif daripada placebo dan seimbang keefeketifannya dengan pengobatan anti depresan (Tricyclic dan serotinin inhibitor/SSRIs). Satu penelitian yang terbaru dengan menggunakan meta analisis pada 22 pelajar dilaporkan dengan kondisi depresi, Problem solving therapy (PST) sangat efektif sebagai pengobatan dan terapi psikososial yang lain dan lebih efektif daripada tidak dirawat. Untuk pasien dengan kecemasan, keuntungan dari Problem solving therapy (PST) adalah menurunkan kecemasan yang cenderung menetap. Problem solving therapy (PST) juga membantu sekelompok pasien untuk lebih sering dirawat oleh terapis yang meliputi dengan permasalahan yang multiple yang diagnosis spesifiknya tidak dapat didiagnosa pasti.

Walaupun Problem solving therapy (PST) telah menunjukkan keuntungan pada banyak pasien yang mengalami depresi, perdebatan tetap berlanjut tentang mekanisme melalui observasi positif dari Problem solving therapy (PST) yang dapat dicapai. Dua mekanisme telah diusulkan ; pasien mengalami perbaikan sebab mereka menerima resolusi masalah atau mereka bertambah baik oleh karena adanya perasaan keuntungan yang meningkat dari pengembangan keterampilan

Problem solving therapy (PST). Mungkin kedua faktor akan memainkan bagian dari penerimaan keuntungan dari terapi Problem solving therapy (PST). Kepatuhan manfaat dari Problem solving therapy (PST) pada pasien dengan kecemasan mungkin berhak untuk memecahkan resolusi dan penurunan

konsekuensi dari distress sebagai fokus anticipatory tentang identifikasi masalah yang tidak terpecahkan.

Penting untuk dicatat, sementara terapi diseting mungkin ditemukan percobaan untuk memecahkan masalah pada pasien dan mempertimbangkan pada apa yang dipikirkan seharusnya, dan itu bukanlah Problem solving therapy (PST). Hal-hal yang perlu dalam Problem solving therapy (PST) sebagai suatu pendekatan evidence terapi, terapis menolong pasien untuk menjadi lebih baik dalam belajar untuk memecahkan masalah mereka sendiri.

Tabel 1. Langkah-langkah pemecahan masalah

a. Terapis memperkenalkan konsep Problem solving therapy (PST) dan langkah- langkahnya

b. Pasien mengidentifikasi permasalahan yang telah ditetapkan. Terapis boleh bertanya untuk mengklarifikasi dari permasalahan yang ada

c. Pasien menentukan tujuan yang mau dicapai

d. Pasien melakukan tukar pikiran / diskusi / brainstorming yang memungkinkan pemecahan masalah yang potensial untuk mencapai tujuan /target

e. Pasien akan mendukung dan mempertimbangkan mengenai proses dan konsultasi terhadap potensi solusi dan memilih solusi mereka sendiri

f. Pasien melaksanakan solusi yang telah mereka pilih

g. Hasil akan ditinjau kembali bersama dengan terapis dan pasien akan mempertimbangkan tindakan yang selanjutnya jika seandainya diperlukan. Pasien mungkin mengalami kemajuan untuk menetapkan permasalahan yang lebih lanjut lagi.

Menggunakan Problem solving therapy (PST), sama seperti pendekatan perawatan yang lain, tergantung bagaimana mengidentifikasi pasien pada orang yang memerlukan. Pengalaman pasien pada gejala sehubungan dengan kesulitan hidup termasuk hubungan, finansial atau masalah pekerjaan, yang dilihat oleh pasien sebagai cara yang realistik mungkin cocok dengan Problem solving therapy (PST). Seringnya, banyak pasien merasa diliputi kegembiraan yang berlebih dan pada waktu yang bersamaan juga merasa kebingungan pada kesulitan ini. Memberi harapan pada pasien untuk menetapkan permasalahan secara jelas dan sepakat dengan satu masalah pada waktu tersebut untuk dapat dipecahkan / ditolong.

Problem solving therapy (PST) dapat digunakan pada pasien dengan pengalaman depresi yang juga mendapat pengobatan anti depresan. Hal tersebut dapat dimulai dengan pengobatan atau penambahan pharmakoterapi yang ada. Dengan tidak sengaja, diharapkan akan memberikan hasil dari kombinasi antara

Problem solving therapy (PST) dan pharmakotherapy. Bagaimanapun, penelitian menyarankan hal tidak dapat berdiri sendiri seperti Problem solving therapy (PST)

berdiri sendiri, penggunaan obat-obatan sendiri dan kombinasi dari Problem solving therapy (PST) dan pengobatan akan menghasilan hasil yang serupa.

Problem solving therapy (PST) mungkin akan tersaji dengan latihan yang diberikan tenaga kesehatan yang profesional, umumnya adalah psikologist. Beberapa praktisi mungkin akan menemukan penguatan mengenai keterampilan

Problem solving therapy (PST) dengan pasien yang mengembangkan kemampuan mereka dengan psikologisnya.

Berdasarkan sifat yang alami Problem solving therapy (PST) berarti penggunaannya dalam prakteknya sering berterus terang. Bagaimanapun hal ini tidak selalu dalam semua kasus. Problem solving therapy (PST) mungkin dapat ditambahkan untuk meningkatkan derajat struktur konsultasi secara kompleks yang dapat dibatasi.

Problem Solving adalah proses kognitif-behavioral pada diri sendiri yang terjadi secara individual, berpasangan atau berkelompok dalam usahanya untuk mengidentifikasi atau menemukan solusi yang efektif dari permasalahan yang spesifik dalam kehidupan sehari-hari. Lebih khususnya lagi, proses kognitif- behavioral ini adalah :

1. Membuat berbagai macam potensial solusi yang efektif pada permasalahan secara umum

2. Meningkatkan kemungkinan untuk memilih solusi yang efektif dari berbagai jenis alternatif yang ditawarkan (D’Zurilla & Goldfriend, 1990). Dari defenisi ini menyatakan secara tidak langsung, sosial problem solving adalah merupakan konsep kesadaran, rasional, usaha yang keras, dan aktivitas yang bertujuan. Tergantung tujuan dari problem solving, proses ini bertujuan untuk merubah situasi problematik kearah yang lebih baik, menurunkan ketegangan emosi. Problem (atau situasi problematik) adalah beragam siatusi hidup atau tugas/pekerjaan (yang terjadi sekarang atau yang sudah lewat) yang menuntut adanya response fungsi yang adaptif tetapi tidak berespon efektif segera secara nyata/jelas atau kemampuan seseorang untuk berkonfrontasi dengan situasi penyebab adanya rintangan / halangan. Tuntutan situasi problematik mungkin

terjadi secara lingkungan original atau dengan orang lain. Rintangan ini bisa termasuk sesuatu yang baru, kemenduaan, tidak dapat diprediksi, konflik rangsangan tuntutan, penurunan kemampuan diri atau kurangnya sumber- sumber. Perawatan dengan menggunakan Problem solving Therapy (PST)

adalah menggunakan suatu laporan intervensi psikologi yang dapat ditampilkan dengan kefektifan pada perawatan dari permasalah besar depresi dan pada pasien gangguan emosional yang ditetapkan dengan pengukuran yang simple. Perawatan ini diperoleh dari prinsip kognitif – behavioral. Rasional dari pemberian perawatan dengan menggunakan Problem solving therapy (PST) adalah :

 Gejala yang dialami pasien adalah disebabkan oleh permasalahan yang setiap

hari dialami

 Jika masalah dapat dipecahkan maka gejala dapat diperbaiki

 Permasalahan dapt dipecahkan dengan menggunakan tehnik Problem solving

therapy (PST)

Perawatan melibatkan kolaborasi aktif antara pasien dan terapis, dengan pasien yang lebih aktif dalam merencanakan perawatan dan implementasi kegiatan antara sesi perawatan. Perawatan ini dapat dievaluasi kira-kira pada sesi keempat sampai keenam. Selama perawatan terapis dan pasien berusaha untuk mencapai empat tujuan utama dari Problem solving therapy (PST) .

1) Tujuan pertama adalah peningkatan pemahaman pasien tentang kaitan antara gejala dan permasalahan yang terjadi setiap harinya. Termasuk dalam tujuan ini adalah pemahaman tentang permasalahan yang terjadi disekeliling

kehidupan sehari-hari dan kefektifan dari resolusi permasalah yang dihasilkan untuk menurunkan gejala.

Tujuan dari perawatan Problem solving therapy (PST) adalah :

a. Pasien mengerti / paham kaitan antara gejala yang mereka alami sekarang dan permasalah yang terjadi

b. Menetapkan permasalahan pasien saat ini

c. Mengajarkan tehnik Problem solving therapy (PST) dalam usahanya untuk memberikan pemecahan masalah secara terstruktur.

d. Memberikan kepada pasien suatu pengalaman pemecahan masalah yang positif

2) Tujuan kedua dari perawatan ini adalah meningkatkan kemampuan pasien untuk penetapan permasalahan secara jelas

Pentingnya untuk menseting secara konkrit, spesifik dan tujuan secara jelas untuk memberikan penekanan pada pemecahan masalah

3) Tujuan ketiga dari perawatan Problem solving therapy (PST) adalah mengajarkan pasien untuk menetapkan prosedur pemecahan masalah yang spesifik untuk memecahkan permasalahannya secara terstruktur. Keterampilan pemecahan masalah yang spesifik adalah dengan mengenalkan dan melaksanakan penggunaan segala permasalahan untuk dipecahkan/diberikan solusinya.

4) Tujuan terakhir dari prosedur ini adalah memberikan pengalaman yang positif mengenai kemampuan pasien untuk memecahkan masalah. Pasien sering merasa diserang/ditekan dan tampak tertekan di wajahnya. Problem solving

therapy (PST) menolong untuk memberikan perasaan penguasaan dan pengontrolan diri sendiri.

2.4.1. Bagaimana memberikan perawatan Problem Solving Therapy (PST)

Problem solving therapy (PST) dapat diberikan lebih dari 4-6 sesi. Untuk Sesi pertama akan membutuhkan waktu kira-kira 1 jam dan sesi selanjutnya kira- kira 30 menit. Pada sesi pertama adalah penting untuk memotivasi pasien untuk menurut dengan perawatan yang akan diberikan. Motivasi ini dapat dicapai apabila pasien mengenali bahwa terapi telah mendengar dan mengerti kesulitan yang dialami pasien dan menggunakan pengertian ini untuk menjelaskan prinsip dari Problem solving therapy (PST) secara jelas dan sederhana.

Tujuan dari sesi pertama :

a. Membuat daftar dari permasalahan dan gejala-gejala yang dialami pasien dan membuat hubungan atau kaitan diantara permasalahan tersebut

b. Menjelaskan prinsip dan rasional dari Problem solving therapy (PST)

c. Membuat ilustrasi langkah-langkah dari Problem solving therapy (PST)

dengan menggunakan contoh permasalah yang spesifik Langkah-langkah dari Problem solving therapy (PST) a) Stage – 1

Menjelaskan perawatan dan rasionalisasinya, merupakan bentukan dari daftar permasalahan

b) Stage – 2

Klarifikasi dan defenisi dari permasalahan

Menetapkan tujuan-tujuan yang dicapai

d) Stage – 4

Membangkitkan solusi

e) Stage – 5

Memilih solusi yang ditawarkan

f) Stage – 6

Melaksanakan dari solusi yang ditawarkan

g) Stage – 7

Evaluasi

Penjelasan Stage – 1

Ada 3 langkah dalam stage – 1 yaitu : 1. Pengenalan dari gejala emosional

Mendapatkan laporan yang menyeleuruh dari gejala pasien seperti emosi, kognitif dan fisik. Pengetahuan pasien mengenai gejala akan menolong pasien untuk merasa memahami tetapi juga membutuhkan hubungan dengan gejala-gejala dari permasalahan.

2. Mengenal permasalahan

Buat daftar permasalahan pasien. Daftar ini dapat mengetahui dengan menyelidiki tentang potensi area masalah sebagai suatu hubungan dari pekerjaan, uang, rumah, kesehatan dan aktivitas yang terbuang sia-sia

3. Membuat hubungan antara gejala emosi dan permasalahan

Hubungan tersebut harus dibuat antara gejala yang dialami pasien dengan permasalahannya. Pasien harusnya mengerti bahwa gejalanya adalah respon emosional dari permasalahannya. Terapis dapat menjelaskan bahwa pasien dapat mengontrol permasalahan selama perawatan dan seandainya sukses, resolusi permasalahan akan mendahului dari resolusi gejala. Walaupun ekspektasinya tidak realistik untuk membantu perkembangan, beberapa optimisme harus didukung untuk memotiviasi pasien. Pada point ini, penting untuk menekankan pada pasien untuk bermain aktif selama perawatan

Penjelasan Stage – 2 :

Daftar masalah seharusnya sudah siap dituliskan. Langkah berikutnya adalah memilih satu permasalahan yang sangat penting pada pasien, dan kemudian Terapis mempertimbangkan kemungkinan dapat dikerjakan untuk dipecahkan. Masalah ini seharusnya dipertegas dengan sejelas mungkin. Dalam menetapkan masalah, akan menolong bila pasien mau mempertimbangkan 4 pertanyaan berikut :

1) Apa permasalahannya

2) Kapan permasalahan tersebut terjadi 3) Dimana permasalahan tersebut terjadi

4) Siapa saja yang terlibat dalam permasalahan tersebut

Besarnya masalah seharusnya diperkecil lagi dan dapat bagian-bagiannya dapat diatur/dikendalikan. Biasanya pasien berhubungan dengan beberapa

permasalah. Terapis dan pasien seharusnya mereview masalah secara hati-hati dan kemudian memilih satu atau dua permasalahan untuk dikatrol. Pilihan permasalahan khusus seharusnya dipertimbangkan dengan (a) Apakah kelihatan relevan dengan pasien dan (b) masalah yang mana tujuannya dapat dicapai.

Penjelasan Stage – 3

Satu permasalahan telah diklarifikasi dan ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah menata satu atau lebih tujuan yang dapat dicapai. Dalam pembuatan pilihan ini, penting untuk menghitung keseimbangan antara sumber- sumber yang dimiliki pasien dan rintangan / halangan. Sumber-sumber pasien itu termasuk :

1. Kekuatan yang dimiliki secara personal dan aset yang dimiliki

2. Pendidikan, aktivitas diwaktu luang dan sosial serta sumber-sumber finansial

3. Dukungan dari orang lain seperti pasangan (suami/istri) atau teman dekat lainnya, teman atau orang profesional seperti pekerja sosial

4. Grup pertemanan ; nasehat langsung yang didapat dalam pertemuan group mungkin diperlukan

Tujuan yang dapat dicapai seharusnya seperti tujuan SMART ; Spesifik, Terukur, Dapat dicapai, Relevan dan waktu. Penting bagi pasien untuk mengembangkan pencapaian prestasi perawatan sebelumnya; untuk maksud ini, tujuan seharusnya diidentifikasi yang dapat dicapai dengan cepat contohnya sebelum sesi berikutnya. Tujuan medium dapat dicapai dalam stage perawatan ini.

Tujuannya lebih sering dapat dicapai jika mereka dapat dicapai oleh pasien itu sendiri daripada mempercayakan pada orang lain.

Penjelasan Stage – 4

Setelah target tujuan telah ditata, pasien dianjurkan untuk melakukan brainstorm untuk menghasilkan sebanyak mungkin solusi. Potensial solusi tidak harus segera dibuang atau disingkirkan, walapun kelihatannya terlihat bodoh atau tidak bekerja sama sekali.

Penjelasan Stage – 5

Terapis mendorong pasien untuk menuliskan daftar hal-hal pro dan kontra untuk tiap solusi. Ini mungkin berguna untuk menanyakan kepada pasien untuk mempersiapkan daftar ini seperti sebagai pekerjaan rumah. Pasien harus memilih solusi yang disukai, bahwa itu merupakan solusi terbaik yang dapat dicapai tujuan yang telah ditetapkan dengan kerugian yang kecil untuk orang lain dan sosial. Beberapa pasien menemukan pada stage Problem solving therapy (PST) ini merupakan yang paling sulit untuk diraih sendiri; seperti pasien harusnya merenungkan tentang kemungkinan solusi tanpa dapat memilih satu.

Penjelasan Stage – 6

Adalah penting untuk tidak terburu-buru pada stage ini sebab pasien kemungkinan kurang percaya diri untuk melaksanakan solusi yang dipilih. Langkah ini membutuhkan pencapaian solusi yang harus dibuat sesederhana mungkin pada bagian terkecil. Seharusnya mempunyai spesifikasi yang jelas dan kapan akan dilakukan. Pasien harus mempunyai tata/setting yang jelas yang perlu untuk dikomplitkan antar sesi terapi.

Penjelasan Stage – 7

Hal ini penting pada waktunya dan sesi Problem solving therapy (PST)

berikutnya untuk mengevaluasi kemajuan secara detail sejak sesi sebelumnya dijalankan. Kegagalan untuk melaksanakan proses ini secara komplit mungkin disebabkan oleh ketidaktahuan dari proses perawatan dan lanjutan perawatan dirumah. Rintangan / halangan yang tidak dapat diduga mungkin bisa terjadi atau pasien kurang termotifasi untuk memenuhi tugas pada sesi perawatan. Tujuan yang dapat dicapai membutuhkan pengalaman.

Jadi dapat disimpulkan bahwa problem solving therapy (PST) adalah suatu terapi terstruktur untuk menurunkan kecemasan dan stress. Problem solving therapy (PST) dapat dilakukan 4 – 6 sesi dan sangat cocok digunakan untuk para praktisi karena hanya memerlukan 15-30 menit untuk konsultasi. Tiga langkah dasar dalam problem solving therapy (PST) adalah menemukan masalah, mengidentifikasi masalah dan penetapan hasil.

Dokumen terkait