• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PERAN SUPERVISOR BAGI PENGEMBANGAN

C. Problematika Supervisor

Dalam usaha supervisor untuk mengembangkan kompetensi profesional guru PAI SMA/SMK Kota Salatiga menemui berbagai macam problematika. Problematika tersebut adakalanya muncul dari diri para guru PAI dan dan ada pula yang muncul dari diri pengawas/supervisor. Problematika yang muncul dari guru PAI di antaranya berupa:

1. Kurangnya gairah keilmuan guru

Salah satu dari tujuan pengawas/supervisor adalah peningkatan kualitas guru. Hanya saja selama ini masih banyak guru yang menempa dirinya dengan berbagai kegiatan ilmiah tidak serta merta untuk meningkatkan kualitasnya. Ada di antara mereka yang mengikuti kegiatan ilmiah karena kewajiban organisasi sehingga melakukannya karena rasa terpaksa sekedar mengikuti perintah atasan (kepala sekolah) dengan demikian tidak mampu menyerap keilmuan yang terkandung pada acara ilmiah yang diikuti. Maka

ketika acara telah selesai maka peserta tidak mendapatka apa-apa kecuali rasa capek dan pegal karena berlama-lama duduk.168

Kurangnya gairah keilmuan ini menjadi kendala utama pengembangan kualitas khususnya pada kompetensi profesional guru. Di sisnilah pekerjaan berat bagi supervisor karena bagaimana pun mengubah mental dan kesadaran guru yang telah terbentuk sejak lama bukanlah pekerjaan mudah.169

2. Rendahnya minat dan keterampilan guru PAI dalam pembuatan karya ilmiah Membuat karya ilmiah merupakan hal wajib yang harus dilakukan oleh guru. Dengan membuat karya ilmiah menjadikan guru selalu mau untuk membaca buku, berfikir dan berefleksi yang akan akan berimbas pada bertambah luasnya pengetahuan dan wawasan guru. Guru akan semakin pandai dan bisa semakin bijak dalam memandang dan menyelesaikan permasalahan yang ia hadapi.170

Selain itu pembuatan karya ilmiah merupakan salah satu syarat wajib bagi guru yang menginginkan kenaikan pangkat. Berapa banyak guru yang hingga bertahun-tahun lamanya berhenti di IV/a yang dikarenakan guru tersebut enggan untuk membuat karya ilmiah baik itu berupa penulisan arikel di media massa dan jurnal pendidikan, membuat PTK maupun mengarang buku pendidikan.

168

Hasil wawancara dengan Drs. Taqwim pengawas PAI SMP dan SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Seasa, 08 Maret 2016.

169

Hasil wawancara dengan Drs. Taqwim pengawas PAI SMP dan SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Seasa, 08 Maret 2016.

170

Hasil wawancara dengan Drs. Taqwim pengawas PAI SMP dan SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Seasa, 08 Maret 2016.

3. Rendahnya minat guru PAI melakukan penelitian atau studi banding yang yang dikarenakan tidak adanya anggaran sekolah

Selama ini minat guru PAI untuk melakukan penelitian tergolong masih rendah, terbukti dari 47 guru PAI SMA/SMK yang ada di Kota salatiga pada tahun ini (2016) tidak ada satu guru pun yang melakukan penelitian. Hal ini terjadi karena guru PAI enggan mengeluarkan dana penelitian yang menghabiskan cukup banyak biaya dan waktu. Padahal dengan melakukan penelitian akan didapatkan teori-teori baru yang nantinya akan sangat berguna bagi guru secara pribadi dan bagi pengembangan keilmuan secara umum.171

4. Masih ada guru PAI sudah merasa puas menyelesaikan (berijazah) S1

Pada dasarnya guru PAI SMA/SMK yang menempuh/telah menyelesaikan pascasarjana lumayan banyak. Hanya saja kebanyakan dari mereka yang menempuh/telah menyelesaikan adalah guru-guru PAI yang berstatus PNS. Sedangkan guru PAI non PNS yang baru menempuh/telah menyelesaikan pasca sarjana sangat sedikit sekali. Hal ini bisa dilihat dari keberadaan guru PAI SMA di Kota Salatiga. Dari delapan guru PAI PNS tinggal dua orang yang belum melanjutkan kuliah di pascasarjana. Hal ini dikarenakan bagi guru non PNS biaya kuliah di pasca sangat mahal jika dibandingkan dengan honor yang diterima, apalagi bagi guru yang belum sertifikasi.172

171

Hasil wawancara dengan Drs. Untoro M.Pd. sebagai Ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 01 Maret 2016.

172

Hasil wawancara dengan Drs. Untoro M.Pd. sebagai Ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 01 Maret 2016.

5. Teknik dan metode pembelajaran guru PAI yang masih monoton

Selama ini teknik dan metode pembelajaran guru PAI masih monoton terutama yang dilakukan oleh guru-guru PAI yang hendak pensiun. Jangankan menggunakan teknik dan metode yang berfariasi, sebagian dari mereka ada juga guru yang masih muda bernggapan bahwa masuk kelas saja itu sudah dirasa bagus dari pada ditinggal ngobrol dikantor guru. Terkadang guru PAI meninggalkan tugas agar dikerjakan oleh siswa kemudian siswa disuruh untuk mengumpulkan tugas tersebut di meja guru yang bersangkutan, sedang guru tersebut tidak ada dikarenakan baru keluar sekolah menyelesaikan urusan lain diluar urusan atau pekerjaannya sebagai seorang guru.173

Mayoritas dari guru PAI saat mengajar menggunakan metode ceramah yang membuat siswa bosan dan enggan untuk mengikuti pelajaran dengan seksama. Siswa malah menyibukkan diri dengan mainan HP secara sembunyi-sembunyi bahkan diantara mereka sampai ada yang tertidur ketika dalam guru berceramah tidak mengandung unsur humor yang membuat siswa tertawa.174

6. Aktivitas guru PAI yang terlalu padat

Aktivitas guru yang terlalu padat sangat mengangu waktu, tenaga dan pikiran guru. Salah satu contohnya adalah guru PAI di SMA Negeri 1 Salatiga ada yang mempunyai jadwal mengajar sampai 42 jam. Bagaimana guru tersebut bisa mengembangkan kompetensi profesionalnya karu

173

Hasil wawancara dengan Drs. Wahid Hasyim, M.PdI. pengawas PAI SMP dan SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 08 Maret 2016.

174

Hasil wawancara dengan Drs. Wahid Hasyim, M.PdI. pengawas PAI SMP dan SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 08 Maret 2016.

waktunya hanya habis untuk mengajar. Belum lagi ada tugas lain yang harus diselesaikan oleh guru seperti tugas sebagai wali kelas, pembina SKI ataupun pembina pramuka.175

7. Masih adanya guru yang tidak mau disupervisi

Hal ini terjadi karena guru tersebut merasa lebih senior dibanding dengan supervisor. Adakalanya senioritas itu diukur dari sudut usia dan adakalanya dilihat dari dulu waktu menyelesaikan studi di perguruan tinggi. Guru tersebut merasa gengsi jika disupervisi oleh pengawas yang umurnya lebih muda atau pengawas yang saat kuliah dulu menjadi adik kelasnya. Selain itu salah satu alasan kenapa seorang guru tidak mau disupervisi disebabkan ia belum siap atau belum membuat administrasi guru sehingga saat hendak disupervisi dia menolak atau menghindar dengan berbagai macam alasan.176

Sedangkan faktor yang muncul dari supervisor di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Mengedepankan formalitas mengabaikan esensi

Masih terdapat supervisor yang melakukan pekerjaannya hanya sebatas formalitas. Ia hanya datang, menanyakan keberadaan administrasi guru dan meminta tanda tangan kepala sekolah sebagai bukti telah melakukan observasi.177

175

Hasil wawancara dengan Agus Waluyo guru PAI SMA Negeri 3 Salatiga pada hari Senin, 07 Maret 2016.

176

Hasil wawancara dengan Drs. Wahid Hasyim, M.PdI. pengawas PAI SMP dan SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 08 Maret 2016.

177

Hasil wawancara dengan Drs. Untoro M.Pd. sebagai Ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 01 Maret 2016.

2. Pandangan salah supervisor terhadap makna supervisi

Selama ini pandangan supervisor terhadap peran dan fungsi supervisi masih terjebak pada pola lama, yaitu baru sekedar memeriksa dan mencari kesalahan guru, tanpa memberi solusi agar guru tersebut memperbaiki kesalahannya. Hal ini masih berlaku di Kota Salatiga walaupu sudah ada juga supervisor yang telah menggunakan paradigma baru terhadap fungsi supervisi yaitu membimbing dan membantu guru yang mempunyai masalah dalam menjalankan tugasnya sebagai tenaga pendidik.178

3. Lemahnya kreativitas.

Seorang supervisor membutuhkan kreativitas tinggi untuk mencari solusi dari permasalahan-permasalahan ang terjadi di sekolah. Supervisor harus jeli dalam membaca masalah, menganalisis dan mengurai faktor penyebab serta langkah yang ditempuh sebagai solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.179

4. Regulasi pengangkatan supervisor yang belum tepat

Sering kali regulasi pengangkatan supervisor terkesan asal-asalan. Biasanya guru yang menjadi kepala sekolah cukup lama dan sebentar lagi mau pensiun diangkat menjadi pengawas sehingga kinerja dari pengawas tersebut kurang maksimal.180

178

Hasil wawancara dengan Nur Munafiin, SThI. Guru PAI SMA Negeri 1 Salatiga pada hari Rabu, 02 Maret 2016.

179

Hasil wawancara dengan Nur Munafiin, SThI. Guru PAI SMA Negeri 1 Salatiga pada hari Rabu, 02 Maret 2016.

180

Hasil wawancara dengan Nur Munafiin, SThI. Guru PAI SMA Negeri 1 Salatiga pada hari Rabu, 02 Maret 2016.

5. Masih rendahnya penguasaan ICT.

Rendahnya penguasaan ICT supervisor menjadikan kinerja supervisor kurang maksimal. Supervisor dalam melaksanakan tugas berupa pembuatan administrasi tentang supervisi masih manual atau meminta bantuan bahkan dibuatkan oleh orang lain. Ini merupakan masalah yang sangat krusial, mana mungkin seorang supervisor mampu mendorong para guru agar tidak gaptek padahal dirinya sendiri juga gaptek.181

6. Belum sesuainya disiplin ilmu yang dimiliki supervisor

Keilmuan ataupun disiplin ilmu yang dimiliki oleh pengawas belum sesuai. Dari dua pengawas PAI SMA/SMK Kota Salatiga tidak ada satupun yang lulusan dari program supervisi. Supervisor yang satu walaupun lulusan S2 tapi bukan jurusan supervisi pendidikan, sedang supervisor yang satunya malah baru S1, padahala di Kota Salatiga sudah banyak guru PAI yang telah S2.182

7. Kurangnya komunikasi antara supervisor dan guru yang disupervisor

Komunikasi antara supervisor dan guru PAI selama ini masih terkesan sebagai komunikasi antara atasan dan bawahan yang tidak jarang pengawas mencari-cari kesalahan yang dilakukan oleh guru, dengan demikian guru PAI merasa enggan untuk berinteraksi secara langsung dengan pengawas

181

Hasil wawancara dengan Drs. Untoro M.Pd. sebagai Ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 01 Maret 2016.

182

Hasil wawancara dengan Drs. Untoro M.Pd. sebagai Ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 01 Maret 2016.

untuk meminta bantuan dan bimbingan saat mendapat masalah dalam melaksanakan tugas mengajarnya.183

D. Solusi Problematika Supervisor dalam Pengembangan Kompetensi

Dokumen terkait