i Oleh MUH. SUKRON
NIM. M2.14.010
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan Untuk gelar Magister Pendidikan Islam
PROGRAM PASCASARJANA
SUPERVISI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
v
Peran MGMP dan Supervisor dalam Supervisi Akademik Bagi Pengembangan Kompetensi Profesional Guru PAI SMA/SMK Se-Kota Salatiga Tahun 2016. Tesis. Salatiga, Fakultas Tarbiyah, Jurusan PAI Konsentrasi
Supervisi Pendidikan Islam IAIN Salatiga, 2016.
Tujuan penelitian: (1) mengetahui bagaimana kegiatan MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatig; (2) bagaimana peran MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga bagi pengembangan kompetensi profesional guru PAI; (3) bagaimana peran Supervisor PAI SMA/SMK Kota Salatiga bagi pengembangan kompetensi profesional guru PAI.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari organisasi dan perilaku yang diamati pada latar alamiah dan individu tersebut secara menyeluruh. Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode induktif.
Pelaksanaan kegiatan MGMP PAI SMA/SMK berjalan baik dengan mengacu pada AD/ART dan program kerja yang disusun oleh pengurus MGMP dengan berbagai kendala yang dihadapi.
Peran MGMP dalam mengembangkan kompetensi profesional guru PAI: (1) memilih metode pembelajaran yang efektif dan efisien, menentukan metode evaluasi, menertibkan; (2) mengadakan pelatihan metode dan pembuatan perangkat pembelajaran, menyusun kisi-kisi soal, mengkaji buku PAI; (3) mengadakan IHT, memecahkan masalah, serta menentukan cara bimbingan siswa.
Peran supervisor dalam mengembangkan kompetensi profesional guru PAI adalah: (1) membimbing guru PAI dalam menyusun administrasi pembelajaran; (2) memotivasi untuk aktif mengikuti kegiatan MGMP, mendalami materi, serta meningkatkan kemampuan menggunakan metode pembelajaran dan keterampilan di bidang IT.
MGMP PAI berperan pada pendalaman materi, penguasaan metode pembelajaran dan keterampilan menggunakan ICT sedang supervisor pada peningkatan kemampuan pada pembuatan administrasi. Dengan demikian MGMP mempunyai peran lebih dominan di bandingkan supervisor dalam mengembangkan kompetensi profesionalisme guru PAI.
vi
Thesis. Salatiga, Faculty tarbiyah, the Department of Supervision of Islamic Education Concentration PAI IAIN Salatiga, 2016.
Research purposes: (1) to understand how the activity of MGMP PAI SMA/SMK Salatiga; (2) the role of MGMP PAI SMA/SMK Salatiga for the development of professional competence of PAI teachers; (3) the role of Supervisor PAI SMA/SMK Salatiga for the development of professional competence of PAI teachers.
This study is a qualitative research that produces descriptive data in the form of words written or spoken of organization and behavior observed and directed at natural background and the individual as a whole. Data were analyzed using the inductive method.
The implementation of PAI MGMP SMA/SMK goes well with reference to the AD/ART and work programs drawn up by the board MGMP with various obstacles.
The role of MGMP in developing the professional competence of PAI teachers at SMA/SMK Salatiga: (1) to discuss and choose the method of learning effective and efficient, determine the method of PAI evaluation, requires each member MGMP create and submit a learning device; (2) training methods and learning tools manufacture, construct lattice matter, reviewing the PAI book; (3) hold IHT, identify problems solving, and determine how to implement the guidance.
The role of supervisors in developing the professional competence of PAI teachers are: (1) to guide teachers in preparing PAI learning administration; (2) motivated to be more active to take part in MGMP, steeped in the material, and to improve the ability of the methods and use of ICT skills.
vii serta seluruh muslimin dan muslimat.
Keberhasilan dunia pendidikan tidak bisa diraih dengan mudah, perlu ada intregasi positif dari semua unsur pendidikan termasuk di antaranya pengawas, guru dan organisasi profesi (Musyawarah Guru Mata Pelajaran). Salah satu indikasi keberhasilan pendidikan bisa dilihat dari kompetensi profesional seorang guru. Guru diharapkan senantiasa mengembangkan kompetensinya demi terwujudnya tujuan pendidikan.
MGMP dan supervisor mempunyai peran yang krusial bagi pengembangan kompetensi profesional guru, maka perlu adanya usaha yang optimal dalam upaya mewujudkan keberadaan MGMP dan supervisor yang efektif demi peningkatan kualitas pendidikan. Tesis ini terdiri dari 5 (lima) bab, mencakup pendahuluan, kajian teori, deskriptif data penelitian, analisis data penelitian dan penutup. Fokus penelitian ini adalah peran MGMP dan supervisi dalam supervisi akademik bagi pengembangan kompetensi profesional guru PAI SMA/SMK se-Kota Salatiga.
Peneliti menyampaikan rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada semua yang terlibat dalam penelitian ini sehingga tesis ini dapat terselesaikan, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung, di antaranya:
1. Dr. H. Zakiyudin, M.Ag. selaku pembimbing tesis.
2. Rektor dan Direktur Program Pascasarjana IAIN Salatiga beserta staf. 3. Segenap dosen Pascasarjana IAIN Salatiga.
4. Kasi Pakis Kemenag Kota Salatiga dan pengawas PAI SMA/SMK Kota Salatiga.
5. Kepala sekolah, Ketua MGMP dan seluruh guru PAI SMA/SMK Kota Salatiga 6. Teman-teman mahasiswa seperjuangan Program Pascasarjana IAIN, terutama
konsentrasi Supervisi Pendidikan Islam.
7. Keluarga besar bapak Musa terutama istriku Nurul Faizah dan anakku Nayla Faza Azka Aqila.
8. Bapak dan Ibu tercinta beserta saudara-saudaraku.
Peneliti menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan kekurangan pada tesis ini maka peneliti berharap suatu saat ada peneliti yang bersedia melakukan penelitian yang sejenis guna kemajuan pendidikan.
Salatiga, Juni 2016
viii
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
PRAKATA ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan dan Batasan masalah ... 5
C. Signifikansi Penelitian ... 6
D. Kajian Pustaka ... 8
E. Metodelogi Penelitian ... 14
F. Sistematika Penulisan ... 22
BAB II MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) A. Pengertian MGMP ... 23
ix
BAB III KEGIATAN MGMP PAI SMA/SMK KOTA SALATIGA
A. Gambaran umum MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga ... 41
1. Latar belakang ... 42
2. Visi, Misi dan Tujuan... 43
B. Kegiatan MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga ... . 43
C. Kendala dalam Pengembangan Kompetensi Guru PAI... 53
D. Peran MGMP PAI... 53
BAB IV PERAN SUPERVISOR BAGI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI A. Kegiatan Supervisor... 71
B. Pendekatan Supervisor ... 83
C. Problematika Supervisor ... 87
D. Solusi Problematika Supervisor ... 94
E. Peran Supervisor ... 95
BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 99
B. Saran ... 100
xi
1. Pedoman Wawancara 106
2. Permohonan Izin Penelitian 107
3. Surat keterangan Pelaksanaan Penelitian 108
4. Surat Keterangan Pelaksanaan Wawancara 109
5. SK Pengurus MGMP PAI SMK Kota Salatiga 221
6. Susunan Pengurus MGMP PAI Kota Salatiga 223
7. Instrumen Pemantauan Guru 224
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dari sudut pandangan masyarakat luas, pada hakekatnya guru merupakan wakil
masyarakat di lembaga pendidikan. Guru merupakan unsur masyarakat yang
diharapkan mampu mempersiapkan masyarakat sebaik-baiknya.1 Tujuan
pembentukan pemerintahan negara Indonesia, sebagaimana yang tersurat pada
pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, adalah
untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.2
Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yakni berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.3
Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran yang
wajib diajarkan pada sekolah formal. Secara subtansial tujuan Pendidikan
Agama Islam adalah mengasuh, membimbing, mendorong, mengusahakan, dan
menumbuh kembangkan taqwa.4 Manusia merupakan makhluk Allah SWT yang
1
Muhammad Surya, Bunga Rampai Guru dan Pendidikan, Jakarta: Balai Pustaka, 2004, 22.
2
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alenia ketiga.
3
Undang-undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab II Pasal 6. 4
paling sempurna dibanding makhluk lain membutuhkan proses pendidikan
untuk membina dan mengembangkan potensi dirinya sebagai makhluk individu,
makhluk sosial dan makhluk berketuhanan. Filosofi ini sebagaimana tersurat
dalam rumusan pengertian pendidikan sebagai berikut:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.5
Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen, diharapkan guru mampu meningkatkan
profesionalismenya melalui pelatihan, penulisan karya ilmiah, pertemuan
Kelompok Kerja Guru (KKG) maupun Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP).6 Dengan demikian KKG dan MGMP memiliki peran penting dalam
mendukung pengembangan profesional guru.
Pengawas, kepala sekolah dan guru merupakan tenaga pendidik dan
kependidikan yang mutlak terstandarisasi kompetensinya secara nasional.
Karena pengawas, kepala sekolah dan guru adalah tiga unsur yang berperan
aktif dalam pendidikan. Guru sebagai pelaku pembelajaran yang secara
langsung berhadapan dengan para siswa di ruang kelas, dan pengawas serta
kepala sekolah adalah pelaku pendidikan dalam pelaksanaan tugas
kepengawasan dan menejerial pendidikan.
Ketiga unsur tersebut (pengawas, kepala sekolah dan guru) tentunya
mempunyai peran masing-masing yang saling mengisi dan melengkapi. Hanya
5
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 1 ayat (1), 6
saja sampai saat ini peran dari ketiga unsur tersebut belum bisa berfungsi
dengan maksimal. Masih banyak hal-hal yang perlu dievaluasi dan
disempurnakan terutama dalam tataran implemantasi akan tugas dan tanggung
jawab yang harus diemban.
Pemerintah telah menyelenggarakan berbagai macam diklat dan
pelatihan untuk semua guru dari tingkat SD, SMP dan SMA/K sederajat, guna
meningkatkan pemahaman guru terhadap kurikulum yang diselenggarakan
sekaligus meningkatkan profesionalisme guru. Tuntutan tentang pentingnya
profesionalisme juga diterangkan oleh Rasulullah dalam haditsnya yang
berbunyi:
Di sekolah dasar, ada Kelompok Kerja Guru (KKG), di SMP dan SMA
terdapat MGMP (Musyarah Guru Mata Pelajaran. KKG dan MGMP adalah
suatu forum atau wadah kegiatan profcsional guru mata pelajaran, KKG
maupun MGMP merupakan wadah yang sangat efcktif untuk peningkatan
kualitas guru.8 Dinas Pendidikan Kota juga mendorong agar setiap guru
senantiasa aktif dalam kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).
Diharapkan MGMP menyusun dan melaksanakan program kerja sebaik
7
Imam Abi Abdillah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn Mughirah, Bardizbah Al
Bukhari Al Ja’fi, Shahih Bukhari: Beirut: Dar-Al kutb Al Ilmiyah,1992, Juz I, 26. 8
mungkin dengan melibatkan pengawas sebagai pembimbing sekaligus sebagai
motivator.
Untuk mewujudkan peran KKG dan MGMP dalam pengembangan
profesionalisme guru, maka peningkatan KKG dan MGMP merupakan masalah
yang mendesak untuk direalisasikan.9 Pelaksanaan pengawasan pendidikan
merupakan realisasi dari fungsi manajemen pendidikan. Pengawasan dapat
diarahkan pada kegiatan akademik dan administratif (manajerial). Pelaksanaan
pengawasan kegiatan akademik yaitu pelaksanaan pengawasan terhadap
kegiatan proses pembelajaran yang meliputi pengawasan kegiatan guru
pandidikan agama Islam dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
pembelajaran agama Islam.
SMA dan SMK kota Salatiga berdiri di lingkungan yang penduduknya
heterogen, mulai dari PNS, wira usaha, buruh maupun petani. Murid-murid pun
juga memeluk agama yang beragam, Islam, Kristen, Katholik dan Budha. Oleh
karena itu guru Pendidikan Agama Islam membutuhkan bantuan inovasi dan
motivasi serta bimbingan dari Pengawas akademik untuk membantu
meningkatkan kinerja mereka.
Dalam pengamatan penulis yang kemudian menunjukkan kegelisahan,
selama ini supervisor dalam melaksanakan tugasnya masih saja memiliki
pandangan bahwa kegiatan supervisi merupakan kegiatan inspeksi yang menitik
beratkan pada mencari kesalahan guru. Kegiatan yang dilakukan oleh pengawas
sebatas monitoring, melihat data-data siswa dan memeriksa administrasi guru.
9
Kegiatan MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pun selama ini terasa
baru berupa kegiatan rutinitas yang cenderung program kerjanya masih
monoton dan terkesan hanya sebatas ajang silaturokhim. MGMP jarang
melaksanakan kegiatan berupa pelatihan yang mampu meningkatkan
kompetensi profesionalisme guru.
Dari fenomena di atas kiranya penting bagi para pengawas khususnya
pengawas Pendidikan Agama Islam (PAI) untuk melaksanakan tugasnya
sebagai supervisor dengan sebaik mungkin, salah satu caranya berupa
pemanfaatan kegiatan MGMP yang mampu membantu pelaksanaan supervisi
akademik agar tujuan Pendidikan Agama Islam dapat terwujud. Oleh karena itu
penulis merencanakan melakukan penelitian dengan judul Peran MGMP dan
Supervisor dalam Supervisi Akademik bagi Pengembangan Kompetensi
Profesional Guru PAI SMA/SMK se-Kota Salatiga Tahun 2016.
A. Rumusan Masalah
Sesuai pengamatan penulis terdapat beberapa permasalahan dalam
kegiatan MGMP dan supervisor PAI SMA/SMK di antaranya sebagai berikut;
pertama, kegiatan MGMP baru sebatas ajang silaturrohim; kedua, kurangnya
respek dan partisipasi guru terhadap kegiatan MGMP; ketiga, supervisor
melaksanakan tugasnya baru sebatas inspeksi; dan ke empat, frekuensi
kunjungan supervisor masih rendah.
Penelitian ini dibatasi hanya pada wilayah Kota Salatiga pada tahun
2016. Sasarannya guru Pendidikan Agama Islam (PAI) SMA/SMK se-Kota
Adapun obyek penelitiannya pada peran MGMP dan supervisor dalam supervisi
akademik guna pengembangan kompetensi profesional guru PAI SMA/SMK
se-Kota Salatiga.
Agar penelitian dapat terarah dan mencapai tujuan sebagaimana yang
diharapkan, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kegiatan MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga dalam supervisi
akademik?
2. Bagaimana peran MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga menunjang
pengembangan kompetensi profesional guru PAI?
3. Bagaimana peran Supervisor PAI SMA/SMK Kota Salatiga bagi
pengembangan kompetensi profesional guru PAI?
B. Signifikansi Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui kegiatan MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga dalam
supervisi akademik.
2. Untuk mengetahui peran MGMP SMA/SMK Kota Salatiga yang dapat
mengembangkan profesionalisme guru PAI.
3. Untuk mengetahui peran supervisor SMA/SMK Kota Salatiga yang mampu
Penelitian ini mempunyai manfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
Ditinjau dari aspek pengembangan ilmu (teoritis), penelitian ini dapat
memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu administrasi
pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia. Hasil penelitian ini
dapat dijadikan bahan studi lanjutan yang relevan dan sebagai bahan kajian
tentang upaya peningkatan profesionalisme guru.
2. Manfaat Praktis
Ditinjau dari aspek praktis maka manfaat dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Pengawas PAI
Bahwa informasi dan kesimpulan dari hasil penelitian yang diperoleh,
akan dijadikan dasar untuk memberikan masukan kepada para pengawas
sekolah yang mudah-mudahan berguna sebagai bahan rujukan dalam
menyusun strategi kepengawasan terutama dalam memberikan motivasi
terhadap guru agar para guru dapat memaksimalkan potensi yang
dimilikinya.
b. Pengurus MGMP PAI
Pengurus MGMP dapat menggunakan hasi penulisan ini sebagai bahan
rujukan dalam menyusun strategi pengelolaan kegiatan MGMP yang
c. Guru
Hasil penelitian ini dapat meningkatkan kesadaran guru terhadap
manfaat MGMP dan menjadikan MGMP sebagai wadah untuk
menumbuhkan motivasi guna meningkatkan kompetensi profesionalnya
secara berkelanjutan.
d. Dinas terkait
Hasil penelitian ini dapat meningkatkan bentuk perhatian akan
keberlangsungan kegiatan MGMP sehingga dinas terkait (Kementrian
Agama) akan lebih perduli dan berupaya untuk memberikan fasilitas
dalam rangka memajukan MGMP demi peningkatan profesionalisme
guru.
C. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu
Sebelum melaksanakan penelitian terlebih dahulu penulis melakukan
kajian pustaka dari penelitian-penelitian terdahulu baik yang berupa jurnal
maupun tesis.
Sadi (2014), dalam penelitiannya yang berjudul Keaktifan Mengikuti
MGMP dan Etos Kerja terhadap Kinerja Guru PAI SMP di Kabupaten Wonosobo,
berkesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keaktifan mengikuti MGMP dengan GPAI SMP di Kabupaten Wonosobo, sehingga
apabila keaktifan mengikuti MGMP baik, maka kinerjanya akan meningkat,
GPAI SMP Kabupaten Wonosobo. Semakin tinggi etos kerja, maka semakin
meningkat kinerjanya, demikian sebaliknya.10
Sholikhah (2015), dalam tesisnya yang berjudul Kegiatan Kelompok Kerja
Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar (KKG PAI SD) dalam
Meningkatkan Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam di Kecamatan Kotagede
Yogyakarta berkesimpulan bahwa Ketercapaian kinerja ialah pemberian motivasi kerja, bentuknya berupa pembinaan langsung dari pengawas,
kegiatan KKG yang mampu memotivasi kinerja para guru antara lain adalah
kegiatan studi banding, kegiatan sosial dan lesson study. Keaktifan guru
dalam kegiatan KKG PAI mempengaruhi kinerja yang dihasilkan di sekolah
tempat tugas masing-masing. Guru yang aktif akan mendapat banyak
manfaat dari berbagai kegiatan KKG.11
Retoliah (2014),dalam penelitiannya yang berjudul Kinerja Pengawas
dalam Meningkatkan Kinerja Guru PAI di Kota Paluberkesimpulan bahwa Kinerja
pengawas PAI dalam pelaksanaan program kepengawasan hasilnya
bervariasi, ada beberapa pengawas PAI yang berhasil dengan baik, mereka
bekerja keras sesuai dengan fungsi dan wewenangnya. Selain itu beberapa
pengawas bekerja tidak maksimal karena adanya hambatan di lapangan
karena adanya dualisme pengawasan.12
10Sadi, “Keaktifan Mengikuti MGMP dan Etos Kerja terhadap Kinerja Guru PAI SMP
di Kabupaten Wonosobo”, Jurnal Pendidkan Agama Islam, Volume 1 Nomor 2, (Desember 2014), 42-43.
11
Sholikhah, Kegiatan Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar (KKG PAI SD) dalam Meningkatkan Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam di Kecamatan Kotagede Yogyakarta, Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga, 2015, 144.
12Retoliah, ”Kinerja Pengawas dal
Raden Roro Suci Nurdiyanti (2013), dalam tesisnya yang berjudul
Pengaruh Manajemen Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) terhadap
Kompetensi Profesional dan Kompetensi Pedagogik Guru serta Implementasinya
pada Kinerja Guru Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri se-Kota Bandung,
berkesimpulan bahwa semakin efektif penyelenggaraan MGMP semakin
tinggi kompetensi profesional guru ekonomi di Kota bandung. Efektifitas
MGMP berpengaruh secara positif terhadap kompetensi pedagogik guru.
Artinya Semakin efektif penyelenggaraan MGMP semakin tinggi
kompetensi pedagogik guru ekonomi di Kota Bandung.13
Arif Rahman (2013), dalam penelitiannya yang berjudul Pola Pembinaan
Peningkatan Profesionalitas Guru SMK Kota Medan Kunci sukses implementasi pola pembinaan profesional guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kota
Medan berkesimpulan bahwa pemberdayaan selurh komponen baik internal
maupun eksternal sekolah. Pemberdayaan seluruh komponen bertujuan
menciptakan sinergi dalam nenentukan tujuan dan program pembinaan
profesionalitas guru SMK. Dengan keterlibatan semua unsur terkait dalam
menentukan tujuan dan program pembinaankemampuan profesional guru
maka keberlangsungan pembinaan dan harapan stakeholder mengenai guru
SMK dapat terpenuhi.14
Ani Widayati (2013), dalam penelitiannya yang berjudul Studi tentang
Peran Musyawarah Guru Mata Pelajaran dalam Meningkatkan Profesionalisme
13
Raden Roro Suci Nurdiyanti, Pengaruh Manajemen Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) terhadap Kompetensi Profesional dan Kompetensi Pedagogik Guru serta Implementasinya pada Kinerja Guru Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri se-Kota Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia, 2013, 145-146.
14Arif Rahman, “Pola Pembinaan Peningkatan Profesionalitas Guru SMK Kota
Guru Akutansi SMK di Yogyakarta berkesimpulan bahwa program kerja MGMP
disusun tiap tahun dan diadakan evaluasi setiap akhir tahun. Kendala yang
dihadapi MGMP adalah pendanaan yang belum optimal dan pengaturan
waktu untuk pelaksanaan program kerja relatif sulit. Usaha yang dilakukan
oleh MGMP untuk mengatasi kendala adalah dengan mengadakan iuran
bagi guru-guru agar program kerja dapat terlaksana dan menggunakan
waktu libur sekolah untuk pelaksanaan program kerja.15
Tri Martiningsih (2008) dalam tesisnya yang berjudul Pengaruh Supervisi
Akademik dan Partisipasi Guru dalam KKG (Kelompok Kerja Guru) terhadap
Kompetensi Profesional Guru SD di Kecamatan Pekalongan Utara berkesimpulan
bahwa semakin baik persepsi guru terhadap supervisi akademik akan diikuti dengan semakin tingginya kompetensi guru profesional SD di kecamatan
Pekalongan Utara. Semakin baik partisipasi guru dalam KKG akan diikuti
dengan semakin tingginya kompetensi profesional guru SD di kecamatan
Pekalongan Utara.16
Menurut penulis, secara umum penelitian-penelitian di atas belum
bisa mewakili peran MGMP Pendidikan Agama Islam dan supervisor dalam
meningkatkan kompetensi profesional guru, karena penelitian tersebut
dilakukan di tempat atau lokasi yang punya karakteristik berbeda dengan
Kota Salatiga.
15Ani Widayati, “Studi tentang Peran Musyawarah Guru Mata Pelajaran dalam
Meningkatkan Profesionalisme Guru Akutansi SMK di Yogyakarta”, Jurnal Pendidikan Akutansi Indonesia, Vol. IX, No.1, (Maret 2013), 27-28.
16
D. MetodePenelitian 1. Jenis Penelitian
Dilihat dari jenis penelitiannya, maka penelitian ini termasuk
kategori penelitian lapangan (field research), yang berarti sebuah studi
penelitian yang mengambil data autentik secara obyektif atau studi
lapangan.17 Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang
tidak bisa dipakai dengan menggunakan prosedur statistik atau dengan
cara-cara kuantifikasi.18 Penelitian ini menekankan pada quality atau hal
terpenting suatu barang atau jasa yang berupa kejadian, fenomena dan gejala
sosial yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi pengembangan konsep
teori.19
Pada penelitian lapangan ini peneliti terlibat langsung dalam
berbagai macam kegiatan yang dilaksanakan oleh MGMP PAI SMA/SMK
Kota Salatiga. Tidak ada hitungan matematika ataupun statistik yang rumit,
tidak ada hipotesis deduktif yang abstrak. Sebaliknya, adanya interaksi
sosial atau tatap muka langsung dengan subyek penelitian dalam suatu
lingkungan tertentu. Data dikumpulkan dari hasil observasi terhadap segala
kegiatan tersebut.
17
Azwar Saifudin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001, 21. 18
Muhammad Shodiq dan Imam Muttaqin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, 4.
19
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA dan SMK se-Kota Salatiga (kecuali
SMA/SMK Kristen) yang berjumlah 19 sekolah dengan 47 guru dan 2
pengawas PAI. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret sampai
dengan Mei 2016. Tidak semua dari 19 sekolah 47 guru dijadikan subyek
penelitian. Untuk sekolah peneliti menggunakan model sample yang
mewakili kriteria sekolah dengan mutu pendidikan tinggi, sedang dan
rendah. Sedangkan untuk guru dengan kriteria guru PNS dan non PNS.
Peneliti memilih Kota Salatiga karena Kota Salatiga mempunyai ciri
khusus yang belum tentu dijumpai pada kota/kabupaten lain. Ciri khusus
tersebut di antaranya berupa persaingan antar guru (Islam dan non Islam) di
sekolah dalam menanamkan keimanan pada diri siswa. Hal ini terjadi
dimungkinkan karena jumlah guru dan siswa yang non muslim mencapai
20%. Fakta ini tercermin di SMA Negeri 3 Salatiga tempat peneliti
mengajar.
3. Data Penelitian
Bahan atau materi penelitian terbagi menjadi dua, yaitu data primer
dan data sekunder. Peneliti mengumpulkan data-data yang diperlukan baik
data primer maupun data sekunder. Data primer berasal dari kegiatan di
lapangan MGMP GPAI SMA/SMK Kota Salatiga, sedang data sekunder
berupa hasil wawancara dengan pengawas, guru PAI, siswa dan instansi
yang terlibat dalam Pendidikan Agama Islam.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penulisan, karena tujuan utama dari penulisan adalah mendapatkan
data.20 Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah
sebagai berikut:
a. Teknik Wawancara
Dalam penelitian ini peneliti menerapkan teknik wawancara mendalam
(depth interview) karena teknik ini merupakan teknik pengumpulan data
yang khas dalam penelitian kualitatif.
Penggunaan metode ini didasarkan pada dua alasan. Pertama;
dengan wawancara peneliti dapat menggali tidak saja apa yang diketahui
dan dialami subyek yang diteliti, tetapi apa yang tersembunyi jauh di
dalam subyek penelitian. Kedua; apa yang ditanyakan kepada informan
bisa mencakup hal-hal yang bersifat lintas waktu, yang berkaitan dengan
masa lampau, masa kini dan juga masa mendatang.
Dengan melakukan wawancara peneliti berusaha untuk menggali
informasi dari guru PAI, pengawas PAI dan kepala sekolah tentang
pernik-pernik pelaksanaan kegiatan MGMP dan supervisi akademik
yang mencakup keaktifan dan respek anggota terhadap kegiatan MGMP,
efektivitas kegiatan MGMP dan supervisi akademik, serta peran MGMP
dan supervisor dalam supervisi akademik bagi pengembangan
kompetensi profesional guru.
20
b. Teknik Pengamatan/Observasi
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis, mencakup proses
pengamatan dan ingatan.21 Metode observasi (pengamatan) merupakan
sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke
lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat,
pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan dan perasaan.22
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua teknik observasi
yaitu observasi partisipatif dan observasi terus terang atau samar
(gabungan obervasi terus terang dan samar). Yang dimaksud dengan
observasi partisipatif adalah sebuah teknik pengumpulan data yang
mengharuskan peneliti melibatkan diri dalam kehidupan dari masyarakat
yang diteliti untuk dapat melihat dan memahami gejala-gejala yang ada,
sesuai maknanya dengan yang diberikan atau dipahami oleh warga yang
diteliti.23
Adapun yang dimaksud dengan observasi terus terang, peneliti
dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada
subyek penelitian sebagai sumber data. Subyek penelitian mengetahui
dari awal sampai akhir tentang aktifitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat
peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam melaksanakan
observasi. Hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari
merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan
21
Sugiyono, Metode Penelitian ..., 145. 22
M. Djunaedi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian, ..., 165. 23
secara terus terang, peneliti tidak diizinkan untuk melaksanakan
observasi.
Peneliti melakukan observasi pada kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan oleh MGMP dan pengawas PAI. Peneliti juga
melaksanakan kunjungan kelas untuk mengamati proses belajar
mengajar Pendidikan Agama Islam. Dari hasil observasi tersebut
diharapkan peneliti mendapatkan data-data tentang pelaksanaan kegiatan
MGMP, teknik supervisi yang dilakukan pengawas dan kompetensi
profesional yang dimiliki guru PAI.
c. Teknik Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,
sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan.
Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa
dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang
dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif.24
Dengan teknik dokumentasi peneliti dapat memperoleh data
berupa AD/ART MGMP, struktur organisasi, program kerja, foto-foto
kegiatan, notulen kegiatan, daftar hadir peserta kegiatan dan Laporan
24
Pertanggung Jawaban (LPJ) pengurus MGMP. Selain itu peneliti juga
mengambil data berupa program kerja pengawas, catatan-catatan
pengawas dalam melaksanakan kegiatan supervisi akademik dan
penilaian kinerja guru PAI.
d. Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.25 Triangulasi data
berarti menggunakan bermacam-macam data, menggunakan lebih dari
satu teori, berbagai teknik analisa dan melibatkan beberapa peneliti.26
Triangulasi data ini diterapkan oleh peneliti saat mendapatkan
data yang bebeda dari hasil wawancara pada sumber data yang berbeda,
yaitu dengan cara mengkroscek dokumentasi yang ada sehingga dari
dokumen tersebut peneliti bisa mengetahui manakah data yang lebih
falid.
Dengan demikian triangulasi bisa dipahami sebagai pengecekan
data di lapangan yang diperoleh dari wawancara kemudian di
cross-check dengan observasi dan dibuktikan lagi dengan data dokumen.Oleh
karena itu peneliti menggunakan teknik yang berbeda-beda untuk
mendapatkan data dari sumber data yang sama atau bisa mendapatkan
data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.
25
Sugiyono, Metode Penelitian, ..., 241. 26
5. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan oleh peneliti merujuk pada Model
Miles dan Huberman, yaitu aktifitas dalam analisis kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data
reduction (merangkum, memilih dan memilah data), data display (penyajian
data) dan conclusion drawing/verification (penarikan kesimpulan dan
verifikasi)27.
Agar lebih jelas proses kegiatan dari analisis data tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar model analisis interaktif (interactive model)28
Dari gambar tersebut dapat dipahami bahwa data yang telah
didapatkan dikumpulkan semua, kemudian disajikan satu persatu, setelah itu
membuat rangkuman dengan memilah dan memilih data, langkah
selanjutnya adalah mengambil kesimpulan dari data yang telah didapat.
27
Sugiyono, Metode Penelitian,...., 246. 28
6. Keabsahan Data
Untuk menentukan validitas data peneliti menggunakan model triangulasi,
yaitu mengulang atau klarifikasi dengan aneka sumber, dan jika yang
diperlukan triangulasi data dapat dilakukan dengan cara mencari data-data
yang lain sebagai pembanding.29 Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.30
Dalam penelitian ini peneliti mengecek data hasil wawancara dengan
pengawas, guru Pendidikan Agama Islam dan kepala sekolah tentang peran
MGMP dalam supervisi akademik terhadap peningkatan kompetensi
profesional Guru PAI SMA/SMK se-Kota Salatiga, kemudian penulis
menyesuaikannya dengan dokumen berbentuk instrumen yang ada.
E. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan dalam tesis ini, maka peneliti
membuat sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I merupakan bab pendahuluan yang menjadi dasar akan
penulisan ini. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, signifikansi
penulisan (tujuan dan manfaat), kajian pustaka, metodologi penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab II mengulas tentang kajian teori Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP), supervisi akademik, dan kompetensi profesional guru
Pendidikan Agama Islam.
29
Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Folklor, Yogyakarta: Medpress, 2009, 224.
30
Bab III berupa deskripsi data penelitian, menyajikan profil organisasi
MGMP PAI SMA/SMA Kota Salatiga, serta pelaksanaan kegiatan MGMP
PAI SMA/SMK Kota Salatga dalam pengembangan kompetensi guru PAI.
Bab IV analisis data dan hasil penelitian, pada bab ini peneliti
menganalisisperan supervisor dalam supervisi akademik dan implikasinya
bagi pengembangan kompetensi profesional Guru PAI SMA/SMK se-Kota
Salatiga.
Bab V merupakan bab penutup. Bab ini terdiri atas kesimpulan dan
saran. Dalam bab ini peneliti akan menyimpulkan hasil penelitiannya. Selain
itu peneliti akan memberikan saran-saran kontruktif terkait peran MGMP
dan supervisor dalam mengembangkan kompetensi profesional guru
BAB II
KERANGKA TEORI
A. MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) 1. Pengertian MGMP PAI
KKG dan MGMP adalah suatu forum atau wadah kegiatan profcsional guru
mata pelajaran, KKG maupun MGMP mcrupakan wadah yang sangat efcktif
untuk peningkatan kualitas guru.31
Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam disingkat
MGMP PAI adalah kegiatan profesional untuk membina hubungan kerjasama
secara koordinatif dan fungsional antara sesama guru Pendidikan Agama Islam
yang bertugas pada SLTP dan SLTA.
MGMP mcrupakan wadah yang sangat efcktif untuk peningkatan
kualitas guru.32 MGMP dapat diartikan sebagai proses interaksi edukatif antara
guru mata pelajaran tertentu yang menekankan pada prinsip musyawarah.
Prinsip musyawarah ini sangat dianjurkan dalam Islam, sehingga harus
senantiasa ditegakkan. Sebagaimana firman Allah dalam QS: Ali Imran ayat
159;
...
وَ وِلكِّ وَووَفَتهُ رْلا بُّ وِهُ وَهكَّللا كَّ وِ وِهكَّللا ىوَلوَع رْلكَّ وَووَفَتوَفَف وَ رْموَ وَع اوَذوِ وَف وِررْموَلأرْا وِ رْمهُهرْروِواوَ وَو
.
Terjemahnya: ... dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada
31
Mulyana A.Z, Rahasia Menjadi Guru Hebat: Memotivasi Diri Menjadi Guru Luar Biasa, Grasindo, 118.
32
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.33
Ayat tersebut menekankan pentingnya musyawarah dalam segala urusan,
termasuk MGMP PAI sebagai suatu wadah bagi para guru untuk saling bertukar
pikiran, bertukar pengalaman dan memecahkan berbagai persoalan yang
berkaitan dengan tugas profesional guru. Dalam hal ini, musyawarah merupakan
syarat mutlak yang harus dilakukan dalam memberdayakan MGMP PAI sebagai
wahana dalam pengembangan profesi guru, karena profesionalisme guru
semestinya mencerminkan keahlian dalam pelaksanaan tugasnya.
Dalam kaitannya, MGMP PAI yang merupakan tempat kegiatan
guru-guru PAI untuk melaksanakan musyawarah dalam upaya peningkatan
kemampuan dan keterampilan mengajar, guru dapat berdiskusi untuk mencari
solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi dalam pengelolaan kegiatan
belajar mengajar. Dengan saling bertemunya sesama guru PAI yang difasilitasi
oleh pengurus MGMP serta adanya pendampingan dari pengawas PAI tentunya
akan menimbulkan interaksi yang positif. Pemasalahan yang dihapadi oleh
masing-masing guru dapat didiskusikan baik secara formal ataupun sekedar
obrolan santai yang bisa memberikan solusi akan masalah yang dihadapi
berkenaan dengan Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah masing-masing.
33
Indikator dari MGMP meliputi dua standar yaitu standar pengembangan
dan standar operasional. Standar pengembangan di antaranya adalah melakukan
penelitian, penulisan karya ilmiah, seminar, lokakarya dan penerbitan jurnal.34
Adapun standar operasional yaitu mencakup penyusunan draft awal program,
pembahasan program, revisi program dan finalisasi program.35
2. Standar Pengembangan MGMP
Dalam pengembangan MGMP ada hal-hal pokok yang menjadi
standar yaitu:
a. Standar Program
1) Menyusun program MGMP dimulai dari menyusun Visi, Misi,
Tujuan, sampai kalender kegiatan.
2) Program MGMP terdiri dari program rutin dan program
pengembangan.
3) Program rutin sekurang-kurangnya terdiri dari: a) Diskusi
permasalahan pembelajaran; b) Penyusunan silabus, Program
Semester, dan Rencana Program Pembelajaran; c) Analisis
kurikulum; d) Penyusunan instrumen evaluasi pembelajaran; dan d)
Pembahasan materi dan pemantapan menghadapi Ujian Nasional.
4) Program pengembangan dapat dipilih sekurang-kurangnya tiga dari
kegiatan-kegiatan tersebut: a) Penelitian; b) Penulisan Karya Tulis
Ilmiah; c) Seminar, lokakarya, colloquium (paparan hasil penelitian)
34
Direktorat Profesi Pendidik, Standar Pengembangan, ..., 7. 35
dan diskusi panel; d) Pendidikan dan pelatihan berjenjang; e)
Penerbitan jurnal MGMP; e) Penyusunan website MGMP; f) Forum
MGMP; g) Kompetisi kinerja guru; h) Peer coaching; i) Lesson
study; j) Professional Learning Community; k) TIPD (Teacher
Internatonal Professional)/kerja sama MGMP internasional) dan
Global Gateway (kemitraan lintas negara).36
b. Standar Organisasi
1) Organisasi MGMP terdiri dari: pengurus dan anggota. SK
pengesahan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan mempunyai
AD/ART.
2) Pengurus MGMP terdiri dari: Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan
Bidang, dipilih oleh anggota berdasarkan AD/ART.
3) Anggota KKG terdiri dari guru kelas, guru agama dan guru
penjaskes di SD/MI.
4) Anggota MGMP terdiri dari guru mata pelajaran di SMP/MTs,
SMA/MA, SMK/MAK, SLB/MALB.37
c. Standar Pengelolaan
1) Pengelolaan keseluruhan program MGMP menjadi tanggung jawab
ketua MGMP.
2) Pelaksanaan masing-masing program dilakukan oleh panitia yang
dipimpin oleh seorang penanggung jawab berdasarkan surat
keputusan ketua MGMP.
36
Direktorat Profesi Pendidik, Standar Pengembangan, ..., 7. 37
3) Pelaksanaan masing-masing program berpedoman pada Kerangka
Acuan Kerja (KAK) yang disusun oleh pengurus MGMP.
4) Panitia membuat proposal kegiatan yang meliputi: perencanaan,
pelaksanaan, pembiayaan dan evaluasi kegiatan.
5) Pengurus memantau dan mengevaluasi kegiatan.38
d. Standar Sarana dan Prasarana
1) Sarana dan prasarana yang tersedia di setiap MGMP
sekurang-kurangnya adalah: ruang/gedung untuk kegiatan MGMP, komputer,
media pembelajaran, OHP//LCD proyektor, telepon dan faximile.
2) Sarana dan prasarana tambahan yang tersedia sekurang-kurangnya
ada tiga dari: laboratorium IPA, laboratorium bahasa, laboratorium
Micro Teaching, perpustakaan, audio visual Aids (AVA), handy cam
dan kamera digital, internet dan davinet (Digital Audio Visual
Network)39
e. Standar Sumber Daya Manusia
1) Pendidik yang menjadi pembina kegiatan MGMP harus memiliki
kriteria: memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya S1,
memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 10 (sepuluh)
tahun dan memiliki keahlian yang relevan dengan materi yang
disampaikan.
2) Pendidik pada butir 1 dapat terdiri dari: instruktur, guru inti,
pemandu/tutor, pengawas, kepala sekolah, widyaiswara dan dosen.40
38
Direktorat Profesi Pendidik, Standar Pengembangan, ..., 8. 39
Direktorat Profesi Pendidik, Standar Pengembangan, ..., 9. 40
f. Standar Pembiayaan
1) Pembiayaan kegiatan MGMP mencakup sumber dana, penggunaan
dan pertanggung jawaban.
2) Sumber dana kegiatan MGMP dapat terdiri dari: iuran
anggota/sekolah, Dinas Pendidikan Propinsi, Kabupaten/Kota,
Departemen, donatur, unit produksi, hasil kerja sama, masyarakat
dan sponsor yang tidak mengikat dan sah.
3) Dana MGMP hanya dapat digunakan untuk membiayai program
rutin dan program pengembangan.
4) Pertanggungjawaban keuangan MGMP mengacu pada sistem
pelaporan keuangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.41
g. Standar Penjaminan Mutu
1) Kegiatan MGMP perlu disertai sistem penjaminan mutu yang akan
melihat kesesuaian antara standar dan pemenuhannya.
2) Data untuk penjaminan mutu doperoleh dengan melakukan
pemantauan dan evaluasi.
3) Pelaksanaan penjaminan mutu yag meliputi mekanisme pemantauan
dan evaluasi serta pelaporannya diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga (ART).
4) Laporan meliputi subtansi kegiatan dan dan administrasi
disampaikan kepada ketua MGMP, ketua KKKS/MKKS dan kepala
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.42
41
Direktorat Profesi Pendidik, Standar Pengembangan, ..., 10. 42
3. Standar Operasional Penyelenggaraan MGMP
Agar pelaksanaan kegiatan MGMP dapat lebih terarah dan mencapai
sasaran, maka perlu adanya standar operasioanal penyelenggaraan, yaitu:
a. Standar Operasional Organisasi
1) Mekanisme Pembentukan Pengurus MGMP
a) Dinas Pendidikan Kabupaten mengundang pengurus MKKS untuk
merencanakan pembentukan kembali pengurus MGMP yang masa
baktinya sudah habis.
b) MMKS mengundang pengurus MGMP untuk merencanakan
pembentukan kembali pengurus MGMP.
c) Para pengurus MGMP mengundang seluruh anggota untuk
mengadakan rapat anggota dalam rangka pembentukan kembali
pengurus MGMP.
d) Rapat anggota MGMP membentuk formatur pengurus.
e) Formatur terpilih membentuk pengurus MGMP.
f) Susunan pengurus diserahkan oleh tim formatur untuk disahkan
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
g) Pengurus menyusun AD/ART.43
43
2) Penyusunan Anggaran Dasar (AD)
a) Menentukan mukadimah
b) Menentukan nama dan dasar pendirian
c) Menentukan kedudukan, sifat dan tujuan
d) Menentukan organisasi
e) Menentukan masa kepengurusan dan pemilihan pengurus
f) Menentukan keanggotaan
g) Menentukan program
3) Rekrutmen Ulang Anggota
a) Menentukan persyaratan anggota, termasuk persyaratan tambahan
yang berasal dari peraturan-peraturan pemerintah
b) Melakukan pendaftaran ulang anggota
b. Standar Opersional Penyusunan Program
Tabel 2.1 Standar operasional penyusunan program44
No Agenda Pelaksana Uraian Kegiatan
1 Analisis SWOT Pengurus dan
2 Brainstorming Pengurus dan
anggota
Tim khusus 1. Menyusun outline
2. Menyusun draf awal
5 Revisi program Tim khusus Perbaikan draft sesuai
dengan masukan dalam
a. Prosedur operasional penentuan nara sumber yang bersifat temporer
mengikuti langkah-langkah berikut:
a) Pengurus mengidentifikasi kompetensi yang akan dikembangkan.
b) Pengurus mengidentifikasi nara sumber sesui dengan kebutuhan.
44
c) Pengurus menghubungi nara sumber disertai surat permohonan
dan proposal kegiatan.
d) Meminta nara sumber untuk menyiapkan materi dan media.
b. Prosedur operasional penentuan instruktur/guru inti/pendamping
mengikuti langkah-langkah berikut:
a) Pengurus mengidentifikasi kompetensi yang akan dikembangkan.
b) Pengurus mengidentifikasi instruktur sesuai kebutuhan.
c) Pengurus menunjuk instruktur disertai dengan surat tugas dan
proposal kegiatan.
d) Meminta instruktur untuk menyiapkan materi dan media.45
d. Standar Operasional Sarana dan Prasarana
Tabel 2.2Standar operasional sarana dan prasarana46
No Agenda Pelaksana Uaraian
1 Persiapan 4 Persetujuan Kepala sekolah Mengeluarkan surat
keputusan persetujuan
Direktorat Peningkatan Mutu Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan, Standar Operasional, ..., 16.
46
e. Standar Operasional Pengelolaan
Dalam penyusunan program MGMP telah dipilih program-program yang
menjadi prioritas, baik rutin mauoun pengembangan.47 Keseluruhan
program menjadi tanggung jawab bersama seluruh anggota. Tetapi
masing-masing program mempunyai tim yang dipimpin oleh seorang
koordinator program.
f. Standar Operasional Pembiayaan
Prosedur operasional pengusulan, penggunaan, dan pertanggungjawaban
dana MGMP sesuai tabel berikut.
Tabel 2.3Standar operasional pembiayaan48
No Kegiatan Pelaksana Uraian kegiatan 1 Penentuan
Panitia pelaksana Mengusulkan rencana anggaran biaya
4 Pembahasan Panitia pelaksana Melakukan revisi dan pengusulan ulang sesuai rekomendasi
5 Pencairan dana
Penyandang dana Pemberian dana kepada anitia pelaksana kegiatan
g. Standar Operasional Penjaminan Mutu
1) Pengurus MGMP menghubungi unit penjaminan mutu internal yang
te;ah ditunjuk sebelumnya atau unit penjaminan miutu eksternal
yang ada.
47
Direktorat Peningkatan Mutu Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan, Standar Operasional, ...,19.
48
2) Pengurus mengidentifikasi standar-standar MGMP yang sudah
ditetapkan.
3) Pengurus mengumpulkan dokumen-dokumen standar dan dokumen
pendukung.
4) Pengurus menyerhkan dokumen untk diaudit.
5) Tim audit membuat daftar pertanyaan berdasarkan standar yang
tersedia.
6) Tim audit melakukan uji pemenuhan standar.
7) Tim audit menyusun daftar temuan.
8) Tim audit dan pengurus melakukan verifikasi temuan dan
menandatangani temuan.
9) Tim audit menyusun daftar usulan perbaikan.
10)Tim audit menyerahkan hasil temuan dan daftar usulan perbaikan
kepada pengurus MGMP.49
Mengacu pada standar-standar yang ada pada MGMP diatas, MGMP
merupakan organisasi yang berada pada sistem pembinaan profesional yang
memberikan masukan tentang berbagai masalah pendidikan dan pengajaran di
sekolah. Agar pembinaan bisa maksimal maka pembinaan profesional di atas
perlu adanya bimbingan dan pembinaan dari pengawas atau supervisor.
49
B. Supervisi Akademik
1. Pengertian Supervisi Akademik
Menurut M. Ngalim Purwanto, supervisi adalah segala bantuan dari
pemimpin sekolah, yang tertuju pada perkembangan kepemimpinan guru-guru
dan personal sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan.50
Supervisi juga diartikan sebagai usaha dari pengawas sekolah dalam
membimbing guru-guru dan petugas lainnya dalam pengajaran.51 Inti supervisi
pendidikan adalah bagaimana guru dapat melakukan proses pembelajaran yang
sebaik-baiknya sehingga para peserta didik dengan mudah melakukan proses
pembelajaran.52 Supervisi diartikan sebagai layanan yang bersifat membimbing,
memfasilitasi, memotivasi serta menilai guru dalam pelaksanaan pembelajaran
dan pengembangan profesisecara efektif.53
Sahertian juga mendefinisikan supervisi sebagai usaha mestimuli,
mengkoordinasi dan membimbing secara kontinyu pertumbuhan guru-guru di
sekolah, baik secara individual ataupun kolektif agar lebih mengerti dan lebih
efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran.54 Adapun menurut
Glickman yang dikutip oleh Prasojo, supervisi akademik adalah rangkaian
kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
50
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014, 76.
51
A A. Ketut Jelantik, Menjadi Kepala Sekolah yang Profesional Panduan Menuju PKKS, Yogyakarta: Deepublish, 2012, 88.
52
Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono, Supervisi Pendidikan, Yogyakarta: Gava Media, 2002, 25.
53
Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pengembangan dan Pengembangan Kapasitas Guru:Memperdayakan pengawas sebagai Gurunya Guru, Bandung: Alfabeta, 2013, 3.
54
Dari beberapa definisi supervisi di atas maka penulis menyimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan dan
pembimbingan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai
sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif guna
mencapai tujuan pendidikan.
2. Tujuan, Fungsi dan Peranan Supervisi
Supervisi pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
profesional guru dalam proses dan hasil pembelajaranmelalui pemberian
layanan profesional kepada guru.55 Tujuan supervisi adalah
memperkembangkan situasi belajar dan mengajar yang lebih baik.56
Sedangkan menurut Sahertian tujuan supervisi ialah memberikan
layanan dan bantuan untuk melakukan kualitas mengajar guru dikelas yang pada
gilirannya meningkatkan kualitas siswa. Adapun tujuan supervisi menurut
Glickman yang dikutip oleh Prasojo adalah untuk membantu guru
mengembangkan kompetensinya, mengembangkan kurikulum dan
mengembangkan kelompok kerja guru.57
Dari beberapa tujuan supervisi diatas, peneliti lebih condong kepada
konsep dari tujuan supervisi yang di kemukakan oleh Glickman yang mencakup
pada kompetensi guru, kuri kulum dan kelompok kerja guru yang didalamnya
terdapat KKG dan MGMP.
Sebagaimana pengertian supervisi yang berarti suatu aktivitas
pembinaan dan pembimbingan yang direncanakan untuk membantu para guru
55
Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pengembangan dan Pengembangan, ..., 5. 56
Binti Maunah, Supervisi Pendidkan Islam Teori dan Praktik, Yogyakarta:Teras, 2009, 26.
57
dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif
guna mencapai tujuan pendidikan. Maka ada beberapa tanggapan tentang fungsi
dari supervisi. Supervisi pendidikan mempunyai fungsi utama untuk perbaikan
dan peningkatan kualitas pengajaran.58 Menurut Purwanto fungsi-fungsi
supervisi itu menyangkut beberapa hal diantaranya, 1) dalam bidang
kepemimpinana, 2) hubungan kemanusiaan, 3) pembinaan proses kelompok, 4)
bidang administrasi personel dan 5) dalam bidang evaluasi.59
Sedangkan menurut Swearingin yang dikutip oleh Sahertian ada delapan
fungsi supervisi:
1) Mengkoordinasi semua usaha sekolah
2) Memperlengkapi kepemimpinan sekolah
3) Memperluas pengalaman guru-guru
4) Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif
5) Memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus
6) Menganalisis situasi belajar-mengajar
7) Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf.60
Dari beberapa fungsi supervisi yang telah dirumuskan oleh tokoh diatas
penulis mengambil kesimpulan bahwa fungsi dari supervisi pendidikan adalah
untuk membantu guru dalam melaksanakan tugasnya secara efektif.
58
Pie A Sahertian, Konsep Dasar, ..., 21. 59
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi, ..., 86 60
3. Keterampilan Supervisor
Keterampilan atau skill dapat dikonotasikan sebagai sekumpulan
pengetahuan dan kemampuan yang harus dikuasai.61 Keterampilan supervisor
adalah sekumpulan pengetahuan dan kemampuan yang dikuasai dalam
pembinaan guru. Menurut Alfonso yang dikutip oleh Masaong, ada tiga jenis
keterampilan supervisor, ketrampilan teknis (technical skill), keterampilan
manajerial (managerial skill)dan keteramilan manusiawi (human skill).62
Ketika seorang supervisor mempunyai tiga keterampilan tersebut tentu
dia akan menjadai supervisor yang baik. Namun bagi seorang supervisor juga
perlu dibekali secara personal maupun profesional sifat-sifat yang sesuai dengan
profesinya. Seorang supervisor hendaknya mempunyai ciri-ciri pribadi sebagai
guru yang baik, memiliki pembawaan kecerdasan yang tinggi, pandangan yang
luas, kepribadian yang menyenangkan dan kecakapan melaksanakan human
relation yang baik.
Supervisor atau pengawas PAI adalah guru pegawai negeri sipil yang
diangkat dalam jabatan fungsional pengawas Pendidikan Agama Islam yang
tugas, tanggungjawab, dan wewenangnya melakukan pengawasan
penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam di sekolah.63 Dalam hal ini
indikator dari pengawas PAI adalah:
1) Melakukan penyusunan program.
2) Pengawasan, pembinaan, pembimbingan dan pengembangan profesi
guru PAI.
61
Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pengembangan dan Pengembangan, ...., 74. 62
Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pengembangan dan Pengembangan, ..., 74. 63
3) Pemantauan Standar Nasional PAI.
4) Penilaian hasil pelaksanaan program pengawasan.
5) Pelaporan pelaksanaan tugas pengawasan.64
a. Kompetensi Profesional Guru PAI
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen menyebutkan bahwa pengertian kompetensi adalah
seperangkat pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.65
Indikator kompetensi profesional guru memuat beberapa hal antara
lain:
1) Menguasai materi, struktur, konsep dan pola fikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu.
2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
yang diampu.
3) Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif.
4) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif.
5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
pengembangan diri.66
64
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No 2 Tahun 2012 tentang Pengawas Madrasah ..., Bab II Pasal 4.
65
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen,Surabaya: Kesindo Utama, 2006, h. 4.
66
C. Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) 1. Pengertian Kompetensi Profesional
Kompetensi dalam dunia kerja maupun dalam dunia pendidikan adalah
upaya peningkatan mutu, secara umum kompetensi terdiri dari ketampilan,
pengetahuan, sikap dan tingkah laku inti yang dibutuhkan bagi terwujudnya
kinerja yang efektif dalam melaksanakan tugas.67 Kompetensi merupakan
perpaduan dari penguasaan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan
tugas/pekerjaannya.68
Kemampuan atau kompetensi adalah kewenangan atau kecakapan untuk
menentukan atau memutuskan satu hal.69
Menurut Broke dan Stone, Kompetensi
adalah gambaran hakekat kualitatif dan perilaku guru yang tampak berarti.70
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen menyebutkan bahwa pengertian kompetensi adalah seperangkat
pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan
dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.71
Di dalam Undang-Undang Nomor 14 Tentang Guru dan Dosen (2005)
dijelaskan bahwa profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan
khusus yang dilaksanakan berdasarkan beberapa prinsip sebagai berikut: 1)
memiliki bakat, minat, dan panggilan jiwa; 2) memiliki komitmen untuk
67
Darmono, Perpustakaan sekolah Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja, Jakarta: Grasindo, 2012, 261.
68
Nur Aedi, Pengawasan Pendidikan Tinjauan Teori dan Praktik, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014, 209.
69
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan sekolah , , Bandung: CV. Ruhama, 1990, 95.
70
Muh Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007, 17. 71
meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan dan ahlak mulia; 3)
memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai bidang
tugas, memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang tugas; 4) memililki
tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; 5) memperoleh
penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; 6) memiliki
kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan
dengan belajar sepanjang hayat; 7) memiliki jaminan perlindungan hukum
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; 8) memiliki organisasi profesi yang
memililki kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas
keprofesionalan guru. Kompetensi profesional guru memuat beberapa hal antara
lain:
1) Menguasai materi, struktur, konsep dan pola fikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu.
2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang
diampu.
3) Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif.
4) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif.
5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan
diri.72
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi
profesional guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan tugas
72
profesi keguruan dengan pra syarat berupa bekal pengetahuan yang dimilikinya.
Kompetensi profesional sangat diperlukan untuk mengembangkan kualitas guru
sebagai pendidik agar tujuan pendidikan dapat tercapai.
2. Konsep Pengembangan Profesi Guru
Dalam peneilian ini, pengembangan sumber daya manusia
dikontekstualisasikan dalam posisi guru sebagai sumber daya manusia dalam
proses pendidikan. Istilah pengembangan sumber daya manusia dalam konteks
keguruan sering dikenal dengan istilah teacher professional development.73
Aktifitas-aktifitas tersebut meliputi pengembangan diri, pendidikan lanjutan,
dan kolaborasi dengan teman sejawat.
Menurut Ricard & Farrel yang dikutip oleh Edi pengembangan
profesional guru ialah:
Development generally refers to general growth not focused on a specific job. It serves a longer-term goal and seeks to facilitate growth of the teachers understanding of teaching and of themselves as teacher. It ofthen involves examining different dimension of a teacher’s practice as a basis for reflective review and can hence be seen as bottom up.74
Yang artinya: pada umumnya pengembangan mengacu pada pertumbuhan yang
tidak hanya berfokus pada pekerjaan tertentu, tetapi juga melayani tujuan jangka
panjang dan juga berusaha untuk memfasilitasi kebutuhan guru terhadap
pemahaman dirinya sendiri dalam mengajar sebagai seorang guru dengan
melakukan refleksi terhadap apa yang telah dipraktekkan sebagai
pengidentifikasian jati diri.
73
Nur Aedi, Pengawasan Pendidikan, ..., 345. 74
Menurut Castetter yang dikutip oleh Aedi ada lima model
pengembangan guru yaitu, (1) pengembangan diri secara individual; (2)
observasi atau penilaian; (3) keterlibatan dalam proses pengembangan atau
pebaikan; (4) pelatihan; dan (5) inquiry.75
Menurut Syaefudin dan Kurniatun ada beberapa prinsip yang harus
diperhatikan dalam penyelenggaraan pengembangan, yaitu: pertama, dilakukan
untuk semua jenis tenaga pendiddikan dan kependidikan. Kedua, berorientasi
kepada perubahan tingkah laku. Ketiga, Mendorong peningkatan kontribusi
individu terhadap organisasi pendidikan. Keempat, diarahkan pada pendidikan
dan pelatihan sebelum maupun sesudah menduduki jabatan. Kelima, pemenuhan
tuntutan pertumbuhan dalam jabatan, pengembangan profesi, pemecahan
masalah, kegiatan remedial, pemeliharaan motivasi kerja dan ketahanan
organisasi pendidikan. Keenam, pengembangan menyangkut jenjang karir.76
75
Nur Aedi, Pengawasan Pendidikan, ..., 350.
76
BAB III
KEGIATAN DAN PERAN MGMP PAI SMA/SMK KOTA SALATIGA DALAM SUPERVISI AKADEMIK BAGI PENGEMBANGAN
KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI
A. Gambaran Umum MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga 1. Latar Belakang
Menurut wawancara dengan Untoro selaku ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota
Salatiga periode 2013-2018, bahwa adanya MGMP PAI SMA/SMK Kota
Salatiga adalah atas instruksi dari Dinas Pendidikan Kota Salatiga kepada
kepala sekolah (MKKS). Untuk meninjak lanjutinya maka para guru PAI
SMA/SMK Kota Salatiga diwajibkan untuk menjadi pengurus atau anggota
sekaligus mengikuti kegiatan MGMP PAI.
Pada awalnya MGMP PAI SMA dan SMK Kota Salatiga berdiri
sendiri-sendiri. Baru pada tahun 2013 MGMP PAI SMA dan SMK Kota Salatiga
bergabung menjadi satu organisasi. Hal itu dikarenakan pasifnya MGMP PAI
SMA Kota Salatiga dalam melaksanakan kegiatan yang waktu itu hanya
beranggotakan 10 guru PAI dari 4 SMA yang ada di Kota Salatiga, yaitu SMA
N 1 Salatiga, SMA N 2 Salatiga, SMA N 3 Salatiga dan SMA Muhammadiyah
Salatiga.77
Dari latar belakang di atas, maka terbentuklah MGMP PAI SMA/SMK
Kota Salatiga yang merupakan wadah komunikasi, konsultasi dan tukar
77
pengalaman antar guru PAI SMA/SMK Kota Salatiga. Sehingga nantinya
diharapkan adanya peningkatan kompetensi profesionalisme guru PAI
SMA/SMK Kota Salatiga.
2. Visi, Misi dan Tujuan
Visi MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga adalah menjadikan MGMP
sebagai wadah pemberdayaan dan pengembangan profesi guru PAI SMA/SMK
Kota Salatiga. Sedangkan misinya adalah meningkatkan efektivitas, efisiensi
tugas dan fungsi organisasi, meningkatkan keterampilan dan sikap
profesionalitas guru dalam mengelola pembelajaran serta meningkatkan
kemampuan guru PAI dalam mengembangkan media pembelajaran,
meningkatkan minat, kreativitas, kompetensi siswa dan mutu PAI.78
Adapun tujuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) PAI
SMA/SMK Kota Salatiga yaitu:
Membina dan mengembangkan pengetahuan guru-guru PAI SMA/SMK Kota
Salatiga.Membina dan meningkatkan kemampuan profesi guru-guru PAI
SMA/SMK Kota Salatiga.
a. Membina dan mengembangkan pengetahuan bagi siswa SMA/SMK
dan masyarakat pada umumnya.
b. Mendiskusikan permasalahan yang dihadapi guru PAI SMA/SMK
Kota Salatiga dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan mencari
78