• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN MGMP DAN SUPERVISOR BAGI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI SMA/SMK KOTA SALATIGA - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERAN MGMP DAN SUPERVISOR BAGI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI SMA/SMK KOTA SALATIGA - Test Repository"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

i Oleh MUH. SUKRON

NIM. M2.14.010

Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan Untuk gelar Magister Pendidikan Islam

PROGRAM PASCASARJANA

SUPERVISI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(2)
(3)
(4)
(5)

v

Peran MGMP dan Supervisor dalam Supervisi Akademik Bagi Pengembangan Kompetensi Profesional Guru PAI SMA/SMK Se-Kota Salatiga Tahun 2016. Tesis. Salatiga, Fakultas Tarbiyah, Jurusan PAI Konsentrasi

Supervisi Pendidikan Islam IAIN Salatiga, ‏2016.

Tujuan penelitian: (1) mengetahui bagaimana kegiatan MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatig; (2) bagaimana peran MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga bagi pengembangan kompetensi profesional guru PAI; (3) bagaimana peran Supervisor PAI SMA/SMK Kota Salatiga bagi pengembangan kompetensi profesional guru PAI.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari organisasi dan perilaku yang diamati pada latar alamiah dan individu tersebut secara menyeluruh. Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode induktif.

Pelaksanaan kegiatan MGMP PAI SMA/SMK berjalan baik dengan mengacu pada AD/ART dan program kerja yang disusun oleh pengurus MGMP dengan berbagai kendala yang dihadapi.

Peran MGMP dalam mengembangkan kompetensi profesional guru PAI: (1) memilih metode pembelajaran yang efektif dan efisien, menentukan metode evaluasi, menertibkan; (2) mengadakan pelatihan metode dan pembuatan perangkat pembelajaran, menyusun kisi-kisi soal, mengkaji buku PAI; (3) mengadakan IHT, memecahkan masalah, serta menentukan cara bimbingan siswa.

Peran supervisor dalam mengembangkan kompetensi profesional guru PAI adalah: (1) membimbing guru PAI dalam menyusun administrasi pembelajaran; (2) memotivasi untuk aktif mengikuti kegiatan MGMP, mendalami materi, serta meningkatkan kemampuan menggunakan metode pembelajaran dan keterampilan di bidang IT.

MGMP PAI berperan pada pendalaman materi, penguasaan metode pembelajaran dan keterampilan menggunakan ICT sedang supervisor pada peningkatan kemampuan pada pembuatan administrasi. Dengan demikian MGMP mempunyai peran lebih dominan di bandingkan supervisor dalam mengembangkan kompetensi profesionalisme guru PAI.

(6)

vi

Thesis. Salatiga, Faculty tarbiyah, the Department of Supervision of Islamic Education Concentration PAI IAIN Salatiga, 2016.

Research purposes: (1) to understand how the activity of MGMP PAI SMA/SMK Salatiga; (2) the role of MGMP PAI SMA/SMK Salatiga for the development of professional competence of PAI teachers; (3) the role of Supervisor PAI SMA/SMK Salatiga for the development of professional competence of PAI teachers.

This study is a qualitative research that produces descriptive data in the form of words written or spoken of organization and behavior observed and directed at natural background and the individual as a whole. Data were analyzed using the inductive method.

The implementation of PAI MGMP SMA/SMK goes well with reference to the AD/ART and work programs drawn up by the board MGMP with various obstacles.

The role of MGMP in developing the professional competence of PAI teachers at SMA/SMK Salatiga: (1) to discuss and choose the method of learning effective and efficient, determine the method of PAI evaluation, requires each member MGMP create and submit a learning device; (2) training methods and learning tools manufacture, construct lattice matter, reviewing the PAI book; (3) hold IHT, identify problems solving, and determine how to implement the guidance.

The role of supervisors in developing the professional competence of PAI teachers are: (1) to guide teachers in preparing PAI learning administration; (2) motivated to be more active to take part in MGMP, steeped in the material, and to improve the ability of the methods and use of ICT skills.

(7)

vii serta seluruh muslimin dan muslimat.

Keberhasilan dunia pendidikan tidak bisa diraih dengan mudah, perlu ada intregasi positif dari semua unsur pendidikan termasuk di antaranya pengawas, guru dan organisasi profesi (Musyawarah Guru Mata Pelajaran). Salah satu indikasi keberhasilan pendidikan bisa dilihat dari kompetensi profesional seorang guru. Guru diharapkan senantiasa mengembangkan kompetensinya demi terwujudnya tujuan pendidikan.

MGMP dan supervisor mempunyai peran yang krusial bagi pengembangan kompetensi profesional guru, maka perlu adanya usaha yang optimal dalam upaya mewujudkan keberadaan MGMP dan supervisor yang efektif demi peningkatan kualitas pendidikan. Tesis ini terdiri dari 5 (lima) bab, mencakup pendahuluan, kajian teori, deskriptif data penelitian, analisis data penelitian dan penutup. Fokus penelitian ini adalah peran MGMP dan supervisi dalam supervisi akademik bagi pengembangan kompetensi profesional guru PAI SMA/SMK se-Kota Salatiga.

Peneliti menyampaikan rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada semua yang terlibat dalam penelitian ini sehingga tesis ini dapat terselesaikan, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung, di antaranya:

1. Dr. H. Zakiyudin, M.Ag. selaku pembimbing tesis.

2. Rektor dan Direktur Program Pascasarjana IAIN Salatiga beserta staf. 3. Segenap dosen Pascasarjana IAIN Salatiga.

4. Kasi Pakis Kemenag Kota Salatiga dan pengawas PAI SMA/SMK Kota Salatiga.

5. Kepala sekolah, Ketua MGMP dan seluruh guru PAI SMA/SMK Kota Salatiga 6. Teman-teman mahasiswa seperjuangan Program Pascasarjana IAIN, terutama

konsentrasi Supervisi Pendidikan Islam.

7. Keluarga besar bapak Musa terutama istriku Nurul Faizah dan anakku Nayla Faza Azka Aqila.

8. Bapak dan Ibu tercinta beserta saudara-saudaraku.

Peneliti menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan kekurangan pada tesis ini maka peneliti berharap suatu saat ada peneliti yang bersedia melakukan penelitian yang sejenis guna kemajuan pendidikan.

Salatiga, Juni 2016

(8)

viii

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan dan Batasan masalah ... 5

C. Signifikansi Penelitian ... 6

D. Kajian Pustaka ... 8

E. Metodelogi Penelitian ... 14

F. Sistematika Penulisan ... 22

BAB II MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) A. Pengertian MGMP ... 23

(9)

ix

BAB III KEGIATAN MGMP PAI SMA/SMK KOTA SALATIGA

A. Gambaran umum MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga ... 41

1. Latar belakang ... 42

2. Visi, Misi dan Tujuan... 43

B. Kegiatan MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga ... . 43

C. Kendala dalam Pengembangan Kompetensi Guru PAI... 53

D. Peran MGMP PAI... 53

BAB IV PERAN SUPERVISOR BAGI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI A. Kegiatan Supervisor... 71

B. Pendekatan Supervisor ... 83

C. Problematika Supervisor ... 87

D. Solusi Problematika Supervisor ... 94

E. Peran Supervisor ... 95

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 99

B. Saran ... 100

(10)
(11)

xi

1. Pedoman Wawancara 106

2. Permohonan Izin Penelitian 107

3. Surat keterangan Pelaksanaan Penelitian 108

4. Surat Keterangan Pelaksanaan Wawancara 109

5. SK Pengurus MGMP PAI SMK Kota Salatiga 221

6. Susunan Pengurus MGMP PAI Kota Salatiga 223

7. Instrumen Pemantauan Guru 224

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dari sudut pandangan masyarakat luas, pada hakekatnya guru merupakan wakil

masyarakat di lembaga pendidikan. Guru merupakan unsur masyarakat yang

diharapkan mampu mempersiapkan masyarakat sebaik-baiknya.1 Tujuan

pembentukan pemerintahan negara Indonesia, sebagaimana yang tersurat pada

pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, adalah

untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.2

Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yakni berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.3

Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran yang

wajib diajarkan pada sekolah formal. Secara subtansial tujuan Pendidikan

Agama Islam adalah mengasuh, membimbing, mendorong, mengusahakan, dan

menumbuh kembangkan taqwa.4 Manusia merupakan makhluk Allah SWT yang

1

Muhammad Surya, Bunga Rampai Guru dan Pendidikan, Jakarta: Balai Pustaka, 2004, 22.

2

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alenia ketiga.

3

Undang-undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab II Pasal 6. 4

(13)

paling sempurna dibanding makhluk lain membutuhkan proses pendidikan

untuk membina dan mengembangkan potensi dirinya sebagai makhluk individu,

makhluk sosial dan makhluk berketuhanan. Filosofi ini sebagaimana tersurat

dalam rumusan pengertian pendidikan sebagai berikut:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.5

Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun

2005 tentang Guru dan Dosen, diharapkan guru mampu meningkatkan

profesionalismenya melalui pelatihan, penulisan karya ilmiah, pertemuan

Kelompok Kerja Guru (KKG) maupun Musyawarah Guru Mata Pelajaran

(MGMP).6 Dengan demikian KKG dan MGMP memiliki peran penting dalam

mendukung pengembangan profesional guru.

Pengawas, kepala sekolah dan guru merupakan tenaga pendidik dan

kependidikan yang mutlak terstandarisasi kompetensinya secara nasional.

Karena pengawas, kepala sekolah dan guru adalah tiga unsur yang berperan

aktif dalam pendidikan. Guru sebagai pelaku pembelajaran yang secara

langsung berhadapan dengan para siswa di ruang kelas, dan pengawas serta

kepala sekolah adalah pelaku pendidikan dalam pelaksanaan tugas

kepengawasan dan menejerial pendidikan.

Ketiga unsur tersebut (pengawas, kepala sekolah dan guru) tentunya

mempunyai peran masing-masing yang saling mengisi dan melengkapi. Hanya

5

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 1 ayat (1), 6

(14)

saja sampai saat ini peran dari ketiga unsur tersebut belum bisa berfungsi

dengan maksimal. Masih banyak hal-hal yang perlu dievaluasi dan

disempurnakan terutama dalam tataran implemantasi akan tugas dan tanggung

jawab yang harus diemban.

Pemerintah telah menyelenggarakan berbagai macam diklat dan

pelatihan untuk semua guru dari tingkat SD, SMP dan SMA/K sederajat, guna

meningkatkan pemahaman guru terhadap kurikulum yang diselenggarakan

sekaligus meningkatkan profesionalisme guru. Tuntutan tentang pentingnya

profesionalisme juga diterangkan oleh Rasulullah dalam haditsnya yang

berbunyi:

Di sekolah dasar, ada Kelompok Kerja Guru (KKG), di SMP dan SMA

terdapat MGMP (Musyarah Guru Mata Pelajaran. KKG dan MGMP adalah

suatu forum atau wadah kegiatan profcsional guru mata pelajaran, KKG

maupun MGMP merupakan wadah yang sangat efcktif untuk peningkatan

kualitas guru.8 Dinas Pendidikan Kota juga mendorong agar setiap guru

senantiasa aktif dalam kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).

Diharapkan MGMP menyusun dan melaksanakan program kerja sebaik

7

Imam Abi Abdillah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn Mughirah, Bardizbah Al

Bukhari Al Ja’fi, Shahih Bukhari: Beirut: Dar-Al kutb Al Ilmiyah,1992, Juz I, 26. 8

(15)

mungkin dengan melibatkan pengawas sebagai pembimbing sekaligus sebagai

motivator.

Untuk mewujudkan peran KKG dan MGMP dalam pengembangan

profesionalisme guru, maka peningkatan KKG dan MGMP merupakan masalah

yang mendesak untuk direalisasikan.9 Pelaksanaan pengawasan pendidikan

merupakan realisasi dari fungsi manajemen pendidikan. Pengawasan dapat

diarahkan pada kegiatan akademik dan administratif (manajerial). Pelaksanaan

pengawasan kegiatan akademik yaitu pelaksanaan pengawasan terhadap

kegiatan proses pembelajaran yang meliputi pengawasan kegiatan guru

pandidikan agama Islam dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi

pembelajaran agama Islam.

SMA dan SMK kota Salatiga berdiri di lingkungan yang penduduknya

heterogen, mulai dari PNS, wira usaha, buruh maupun petani. Murid-murid pun

juga memeluk agama yang beragam, Islam, Kristen, Katholik dan Budha. Oleh

karena itu guru Pendidikan Agama Islam membutuhkan bantuan inovasi dan

motivasi serta bimbingan dari Pengawas akademik untuk membantu

meningkatkan kinerja mereka.

Dalam pengamatan penulis yang kemudian menunjukkan kegelisahan,

selama ini supervisor dalam melaksanakan tugasnya masih saja memiliki

pandangan bahwa kegiatan supervisi merupakan kegiatan inspeksi yang menitik

beratkan pada mencari kesalahan guru. Kegiatan yang dilakukan oleh pengawas

sebatas monitoring, melihat data-data siswa dan memeriksa administrasi guru.

9

(16)

Kegiatan MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pun selama ini terasa

baru berupa kegiatan rutinitas yang cenderung program kerjanya masih

monoton dan terkesan hanya sebatas ajang silaturokhim. MGMP jarang

melaksanakan kegiatan berupa pelatihan yang mampu meningkatkan

kompetensi profesionalisme guru.

Dari fenomena di atas kiranya penting bagi para pengawas khususnya

pengawas Pendidikan Agama Islam (PAI) untuk melaksanakan tugasnya

sebagai supervisor dengan sebaik mungkin, salah satu caranya berupa

pemanfaatan kegiatan MGMP yang mampu membantu pelaksanaan supervisi

akademik agar tujuan Pendidikan Agama Islam dapat terwujud. Oleh karena itu

penulis merencanakan melakukan penelitian dengan judul Peran MGMP dan

Supervisor dalam Supervisi Akademik bagi Pengembangan Kompetensi

Profesional Guru PAI SMA/SMK se-Kota Salatiga Tahun 2016.

A. Rumusan Masalah

Sesuai pengamatan penulis terdapat beberapa permasalahan dalam

kegiatan MGMP dan supervisor PAI SMA/SMK di antaranya sebagai berikut;

pertama, kegiatan MGMP baru sebatas ajang silaturrohim; kedua, kurangnya

respek dan partisipasi guru terhadap kegiatan MGMP; ketiga, supervisor

melaksanakan tugasnya baru sebatas inspeksi; dan ke empat, frekuensi

kunjungan supervisor masih rendah.

Penelitian ini dibatasi hanya pada wilayah Kota Salatiga pada tahun

2016. Sasarannya guru Pendidikan Agama Islam (PAI) SMA/SMK se-Kota

(17)

Adapun obyek penelitiannya pada peran MGMP dan supervisor dalam supervisi

akademik guna pengembangan kompetensi profesional guru PAI SMA/SMK

se-Kota Salatiga.

Agar penelitian dapat terarah dan mencapai tujuan sebagaimana yang

diharapkan, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kegiatan MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga dalam supervisi

akademik?

2. Bagaimana peran MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga menunjang

pengembangan kompetensi profesional guru PAI?

3. Bagaimana peran Supervisor PAI SMA/SMK Kota Salatiga bagi

pengembangan kompetensi profesional guru PAI?

B. Signifikansi Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui kegiatan MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga dalam

supervisi akademik.

2. Untuk mengetahui peran MGMP SMA/SMK Kota Salatiga yang dapat

mengembangkan profesionalisme guru PAI.

3. Untuk mengetahui peran supervisor SMA/SMK Kota Salatiga yang mampu

(18)

Penelitian ini mempunyai manfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Ditinjau dari aspek pengembangan ilmu (teoritis), penelitian ini dapat

memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu administrasi

pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia. Hasil penelitian ini

dapat dijadikan bahan studi lanjutan yang relevan dan sebagai bahan kajian

tentang upaya peningkatan profesionalisme guru.

2. Manfaat Praktis

Ditinjau dari aspek praktis maka manfaat dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Pengawas PAI

Bahwa informasi dan kesimpulan dari hasil penelitian yang diperoleh,

akan dijadikan dasar untuk memberikan masukan kepada para pengawas

sekolah yang mudah-mudahan berguna sebagai bahan rujukan dalam

menyusun strategi kepengawasan terutama dalam memberikan motivasi

terhadap guru agar para guru dapat memaksimalkan potensi yang

dimilikinya.

b. Pengurus MGMP PAI

Pengurus MGMP dapat menggunakan hasi penulisan ini sebagai bahan

rujukan dalam menyusun strategi pengelolaan kegiatan MGMP yang

(19)

c. Guru

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan kesadaran guru terhadap

manfaat MGMP dan menjadikan MGMP sebagai wadah untuk

menumbuhkan motivasi guna meningkatkan kompetensi profesionalnya

secara berkelanjutan.

d. Dinas terkait

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan bentuk perhatian akan

keberlangsungan kegiatan MGMP sehingga dinas terkait (Kementrian

Agama) akan lebih perduli dan berupaya untuk memberikan fasilitas

dalam rangka memajukan MGMP demi peningkatan profesionalisme

guru.

C. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu

Sebelum melaksanakan penelitian terlebih dahulu penulis melakukan

kajian pustaka dari penelitian-penelitian terdahulu baik yang berupa jurnal

maupun tesis.

Sadi (2014), dalam penelitiannya yang berjudul Keaktifan Mengikuti

MGMP dan Etos Kerja terhadap Kinerja Guru PAI SMP di Kabupaten Wonosobo,

berkesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keaktifan mengikuti MGMP dengan GPAI SMP di Kabupaten Wonosobo, sehingga

apabila keaktifan mengikuti MGMP baik, maka kinerjanya akan meningkat,

(20)

GPAI SMP Kabupaten Wonosobo. Semakin tinggi etos kerja, maka semakin

meningkat kinerjanya, demikian sebaliknya.10

Sholikhah (2015), dalam tesisnya yang berjudul Kegiatan Kelompok Kerja

Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar (KKG PAI SD) dalam

Meningkatkan Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam di Kecamatan Kotagede

Yogyakarta berkesimpulan bahwa Ketercapaian kinerja ialah pemberian motivasi kerja, bentuknya berupa pembinaan langsung dari pengawas,

kegiatan KKG yang mampu memotivasi kinerja para guru antara lain adalah

kegiatan studi banding, kegiatan sosial dan lesson study. Keaktifan guru

dalam kegiatan KKG PAI mempengaruhi kinerja yang dihasilkan di sekolah

tempat tugas masing-masing. Guru yang aktif akan mendapat banyak

manfaat dari berbagai kegiatan KKG.11

Retoliah (2014),dalam penelitiannya yang berjudul Kinerja Pengawas

dalam Meningkatkan Kinerja Guru PAI di Kota Paluberkesimpulan bahwa Kinerja

pengawas PAI dalam pelaksanaan program kepengawasan hasilnya

bervariasi, ada beberapa pengawas PAI yang berhasil dengan baik, mereka

bekerja keras sesuai dengan fungsi dan wewenangnya. Selain itu beberapa

pengawas bekerja tidak maksimal karena adanya hambatan di lapangan

karena adanya dualisme pengawasan.12

10Sadi, “Keaktifan Mengikuti MGMP dan Etos Kerja terhadap Kinerja Guru PAI SMP

di Kabupaten Wonosobo”, Jurnal Pendidkan Agama Islam, Volume 1 Nomor 2, (Desember 2014), 42-43.

11

Sholikhah, Kegiatan Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar (KKG PAI SD) dalam Meningkatkan Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam di Kecamatan Kotagede Yogyakarta, Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga, 2015, 144.

12Retoliah, ”Kinerja Pengawas dal

(21)

Raden Roro Suci Nurdiyanti (2013), dalam tesisnya yang berjudul

Pengaruh Manajemen Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) terhadap

Kompetensi Profesional dan Kompetensi Pedagogik Guru serta Implementasinya

pada Kinerja Guru Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri se-Kota Bandung,

berkesimpulan bahwa semakin efektif penyelenggaraan MGMP semakin

tinggi kompetensi profesional guru ekonomi di Kota bandung. Efektifitas

MGMP berpengaruh secara positif terhadap kompetensi pedagogik guru.

Artinya Semakin efektif penyelenggaraan MGMP semakin tinggi

kompetensi pedagogik guru ekonomi di Kota Bandung.13

Arif Rahman (2013), dalam penelitiannya yang berjudul Pola Pembinaan

Peningkatan Profesionalitas Guru SMK Kota Medan Kunci sukses implementasi pola pembinaan profesional guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kota

Medan berkesimpulan bahwa pemberdayaan selurh komponen baik internal

maupun eksternal sekolah. Pemberdayaan seluruh komponen bertujuan

menciptakan sinergi dalam nenentukan tujuan dan program pembinaan

profesionalitas guru SMK. Dengan keterlibatan semua unsur terkait dalam

menentukan tujuan dan program pembinaankemampuan profesional guru

maka keberlangsungan pembinaan dan harapan stakeholder mengenai guru

SMK dapat terpenuhi.14

Ani Widayati (2013), dalam penelitiannya yang berjudul Studi tentang

Peran Musyawarah Guru Mata Pelajaran dalam Meningkatkan Profesionalisme

13

Raden Roro Suci Nurdiyanti, Pengaruh Manajemen Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) terhadap Kompetensi Profesional dan Kompetensi Pedagogik Guru serta Implementasinya pada Kinerja Guru Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri se-Kota Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia, 2013, 145-146.

14Arif Rahman, “Pola Pembinaan Peningkatan Profesionalitas Guru SMK Kota

(22)

Guru Akutansi SMK di Yogyakarta berkesimpulan bahwa program kerja MGMP

disusun tiap tahun dan diadakan evaluasi setiap akhir tahun. Kendala yang

dihadapi MGMP adalah pendanaan yang belum optimal dan pengaturan

waktu untuk pelaksanaan program kerja relatif sulit. Usaha yang dilakukan

oleh MGMP untuk mengatasi kendala adalah dengan mengadakan iuran

bagi guru-guru agar program kerja dapat terlaksana dan menggunakan

waktu libur sekolah untuk pelaksanaan program kerja.15

Tri Martiningsih (2008) dalam tesisnya yang berjudul Pengaruh Supervisi

Akademik dan Partisipasi Guru dalam KKG (Kelompok Kerja Guru) terhadap

Kompetensi Profesional Guru SD di Kecamatan Pekalongan Utara berkesimpulan

bahwa semakin baik persepsi guru terhadap supervisi akademik akan diikuti dengan semakin tingginya kompetensi guru profesional SD di kecamatan

Pekalongan Utara. Semakin baik partisipasi guru dalam KKG akan diikuti

dengan semakin tingginya kompetensi profesional guru SD di kecamatan

Pekalongan Utara.16

Menurut penulis, secara umum penelitian-penelitian di atas belum

bisa mewakili peran MGMP Pendidikan Agama Islam dan supervisor dalam

meningkatkan kompetensi profesional guru, karena penelitian tersebut

dilakukan di tempat atau lokasi yang punya karakteristik berbeda dengan

Kota Salatiga.

15Ani Widayati, “Studi tentang Peran Musyawarah Guru Mata Pelajaran dalam

Meningkatkan Profesionalisme Guru Akutansi SMK di Yogyakarta”, Jurnal Pendidikan Akutansi Indonesia, Vol. IX, No.1, (Maret 2013), 27-28.

16

(23)

D. MetodePenelitian 1. Jenis Penelitian

Dilihat dari jenis penelitiannya, maka penelitian ini termasuk

kategori penelitian lapangan (field research), yang berarti sebuah studi

penelitian yang mengambil data autentik secara obyektif atau studi

lapangan.17 Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang

tidak bisa dipakai dengan menggunakan prosedur statistik atau dengan

cara-cara kuantifikasi.18 Penelitian ini menekankan pada quality atau hal

terpenting suatu barang atau jasa yang berupa kejadian, fenomena dan gejala

sosial yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi pengembangan konsep

teori.19

Pada penelitian lapangan ini peneliti terlibat langsung dalam

berbagai macam kegiatan yang dilaksanakan oleh MGMP PAI SMA/SMK

Kota Salatiga. Tidak ada hitungan matematika ataupun statistik yang rumit,

tidak ada hipotesis deduktif yang abstrak. Sebaliknya, adanya interaksi

sosial atau tatap muka langsung dengan subyek penelitian dalam suatu

lingkungan tertentu. Data dikumpulkan dari hasil observasi terhadap segala

kegiatan tersebut.

17

Azwar Saifudin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001, 21. 18

Muhammad Shodiq dan Imam Muttaqin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, 4.

19

(24)

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA dan SMK se-Kota Salatiga (kecuali

SMA/SMK Kristen) yang berjumlah 19 sekolah dengan 47 guru dan 2

pengawas PAI. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret sampai

dengan Mei 2016. Tidak semua dari 19 sekolah 47 guru dijadikan subyek

penelitian. Untuk sekolah peneliti menggunakan model sample yang

mewakili kriteria sekolah dengan mutu pendidikan tinggi, sedang dan

rendah. Sedangkan untuk guru dengan kriteria guru PNS dan non PNS.

Peneliti memilih Kota Salatiga karena Kota Salatiga mempunyai ciri

khusus yang belum tentu dijumpai pada kota/kabupaten lain. Ciri khusus

tersebut di antaranya berupa persaingan antar guru (Islam dan non Islam) di

sekolah dalam menanamkan keimanan pada diri siswa. Hal ini terjadi

dimungkinkan karena jumlah guru dan siswa yang non muslim mencapai

20%. Fakta ini tercermin di SMA Negeri 3 Salatiga tempat peneliti

mengajar.

3. Data Penelitian

Bahan atau materi penelitian terbagi menjadi dua, yaitu data primer

dan data sekunder. Peneliti mengumpulkan data-data yang diperlukan baik

data primer maupun data sekunder. Data primer berasal dari kegiatan di

lapangan MGMP GPAI SMA/SMK Kota Salatiga, sedang data sekunder

berupa hasil wawancara dengan pengawas, guru PAI, siswa dan instansi

yang terlibat dalam Pendidikan Agama Islam.

(25)

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penulisan, karena tujuan utama dari penulisan adalah mendapatkan

data.20 Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah

sebagai berikut:

a. Teknik Wawancara

Dalam penelitian ini peneliti menerapkan teknik wawancara mendalam

(depth interview) karena teknik ini merupakan teknik pengumpulan data

yang khas dalam penelitian kualitatif.

Penggunaan metode ini didasarkan pada dua alasan. Pertama;

dengan wawancara peneliti dapat menggali tidak saja apa yang diketahui

dan dialami subyek yang diteliti, tetapi apa yang tersembunyi jauh di

dalam subyek penelitian. Kedua; apa yang ditanyakan kepada informan

bisa mencakup hal-hal yang bersifat lintas waktu, yang berkaitan dengan

masa lampau, masa kini dan juga masa mendatang.

Dengan melakukan wawancara peneliti berusaha untuk menggali

informasi dari guru PAI, pengawas PAI dan kepala sekolah tentang

pernik-pernik pelaksanaan kegiatan MGMP dan supervisi akademik

yang mencakup keaktifan dan respek anggota terhadap kegiatan MGMP,

efektivitas kegiatan MGMP dan supervisi akademik, serta peran MGMP

dan supervisor dalam supervisi akademik bagi pengembangan

kompetensi profesional guru.

20

(26)

b. Teknik Pengamatan/Observasi

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang

tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis, mencakup proses

pengamatan dan ingatan.21 Metode observasi (pengamatan) merupakan

sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke

lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat,

pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan dan perasaan.22

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua teknik observasi

yaitu observasi partisipatif dan observasi terus terang atau samar

(gabungan obervasi terus terang dan samar). Yang dimaksud dengan

observasi partisipatif adalah sebuah teknik pengumpulan data yang

mengharuskan peneliti melibatkan diri dalam kehidupan dari masyarakat

yang diteliti untuk dapat melihat dan memahami gejala-gejala yang ada,

sesuai maknanya dengan yang diberikan atau dipahami oleh warga yang

diteliti.23

Adapun yang dimaksud dengan observasi terus terang, peneliti

dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada

subyek penelitian sebagai sumber data. Subyek penelitian mengetahui

dari awal sampai akhir tentang aktifitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat

peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam melaksanakan

observasi. Hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari

merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan

21

Sugiyono, Metode Penelitian ..., 145. 22

M. Djunaedi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian, ..., 165. 23

(27)

secara terus terang, peneliti tidak diizinkan untuk melaksanakan

observasi.

Peneliti melakukan observasi pada kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan oleh MGMP dan pengawas PAI. Peneliti juga

melaksanakan kunjungan kelas untuk mengamati proses belajar

mengajar Pendidikan Agama Islam. Dari hasil observasi tersebut

diharapkan peneliti mendapatkan data-data tentang pelaksanaan kegiatan

MGMP, teknik supervisi yang dilakukan pengawas dan kompetensi

profesional yang dimiliki guru PAI.

c. Teknik Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

seorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,

sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan.

Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa

dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang

dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain. Studi dokumen

merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan

wawancara dalam penelitian kualitatif.24

Dengan teknik dokumentasi peneliti dapat memperoleh data

berupa AD/ART MGMP, struktur organisasi, program kerja, foto-foto

kegiatan, notulen kegiatan, daftar hadir peserta kegiatan dan Laporan

24

(28)

Pertanggung Jawaban (LPJ) pengurus MGMP. Selain itu peneliti juga

mengambil data berupa program kerja pengawas, catatan-catatan

pengawas dalam melaksanakan kegiatan supervisi akademik dan

penilaian kinerja guru PAI.

d. Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.25 Triangulasi data

berarti menggunakan bermacam-macam data, menggunakan lebih dari

satu teori, berbagai teknik analisa dan melibatkan beberapa peneliti.26

Triangulasi data ini diterapkan oleh peneliti saat mendapatkan

data yang bebeda dari hasil wawancara pada sumber data yang berbeda,

yaitu dengan cara mengkroscek dokumentasi yang ada sehingga dari

dokumen tersebut peneliti bisa mengetahui manakah data yang lebih

falid.

Dengan demikian triangulasi bisa dipahami sebagai pengecekan

data di lapangan yang diperoleh dari wawancara kemudian di

cross-check dengan observasi dan dibuktikan lagi dengan data dokumen.Oleh

karena itu peneliti menggunakan teknik yang berbeda-beda untuk

mendapatkan data dari sumber data yang sama atau bisa mendapatkan

data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.

25

Sugiyono, Metode Penelitian, ..., 241. 26

(29)

5. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan oleh peneliti merujuk pada Model

Miles dan Huberman, yaitu aktifitas dalam analisis kualitatif dilakukan

secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,

sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data

reduction (merangkum, memilih dan memilah data), data display (penyajian

data) dan conclusion drawing/verification (penarikan kesimpulan dan

verifikasi)27.

Agar lebih jelas proses kegiatan dari analisis data tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar model analisis interaktif (interactive model)28

Dari gambar tersebut dapat dipahami bahwa data yang telah

didapatkan dikumpulkan semua, kemudian disajikan satu persatu, setelah itu

membuat rangkuman dengan memilah dan memilih data, langkah

selanjutnya adalah mengambil kesimpulan dari data yang telah didapat.

27

Sugiyono, Metode Penelitian,...., 246. 28

(30)

6. Keabsahan Data

Untuk menentukan validitas data peneliti menggunakan model triangulasi,

yaitu mengulang atau klarifikasi dengan aneka sumber, dan jika yang

diperlukan triangulasi data dapat dilakukan dengan cara mencari data-data

yang lain sebagai pembanding.29 Triangulasi adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.30

Dalam penelitian ini peneliti mengecek data hasil wawancara dengan

pengawas, guru Pendidikan Agama Islam dan kepala sekolah tentang peran

MGMP dalam supervisi akademik terhadap peningkatan kompetensi

profesional Guru PAI SMA/SMK se-Kota Salatiga, kemudian penulis

menyesuaikannya dengan dokumen berbentuk instrumen yang ada.

E. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dalam tesis ini, maka peneliti

membuat sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I merupakan bab pendahuluan yang menjadi dasar akan

penulisan ini. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, signifikansi

penulisan (tujuan dan manfaat), kajian pustaka, metodologi penelitian dan

sistematika penulisan.

Bab II mengulas tentang kajian teori Musyawarah Guru Mata

Pelajaran (MGMP), supervisi akademik, dan kompetensi profesional guru

Pendidikan Agama Islam.

29

Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Folklor, Yogyakarta: Medpress, 2009, 224.

30

(31)

Bab III berupa deskripsi data penelitian, menyajikan profil organisasi

MGMP PAI SMA/SMA Kota Salatiga, serta pelaksanaan kegiatan MGMP

PAI SMA/SMK Kota Salatga dalam pengembangan kompetensi guru PAI.

Bab IV analisis data dan hasil penelitian, pada bab ini peneliti

menganalisisperan supervisor dalam supervisi akademik dan implikasinya

bagi pengembangan kompetensi profesional Guru PAI SMA/SMK se-Kota

Salatiga.

Bab V merupakan bab penutup. Bab ini terdiri atas kesimpulan dan

saran. Dalam bab ini peneliti akan menyimpulkan hasil penelitiannya. Selain

itu peneliti akan memberikan saran-saran kontruktif terkait peran MGMP

dan supervisor dalam mengembangkan kompetensi profesional guru

(32)

BAB II

KERANGKA TEORI

A. MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) 1. Pengertian MGMP PAI

KKG dan MGMP adalah suatu forum atau wadah kegiatan profcsional guru

mata pelajaran, KKG maupun MGMP mcrupakan wadah yang sangat efcktif

untuk peningkatan kualitas guru.31

Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam disingkat

MGMP PAI adalah kegiatan profesional untuk membina hubungan kerjasama

secara koordinatif dan fungsional antara sesama guru Pendidikan Agama Islam

yang bertugas pada SLTP dan SLTA.

MGMP mcrupakan wadah yang sangat efcktif untuk peningkatan

kualitas guru.32 MGMP dapat diartikan sebagai proses interaksi edukatif antara

guru mata pelajaran tertentu yang menekankan pada prinsip musyawarah.

Prinsip musyawarah ini sangat dianjurkan dalam Islam, sehingga harus

senantiasa ditegakkan. Sebagaimana firman Allah dalam QS: Ali Imran ayat

159;

...

وَ وِلكِّ وَووَفَتهُ رْلا بُّ وِهُ وَهكَّللا كَّ وِ وِهكَّللا ىوَلوَع رْلكَّ وَووَفَتوَفَف وَ رْموَ وَع اوَذوِ وَف وِررْموَلأرْا وِ رْمهُهرْروِواوَ وَو

.

Terjemahnya: ... dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada

31

Mulyana A.Z, Rahasia Menjadi Guru Hebat: Memotivasi Diri Menjadi Guru Luar Biasa, Grasindo, 118.

32

(33)

Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.33

Ayat tersebut menekankan pentingnya musyawarah dalam segala urusan,

termasuk MGMP PAI sebagai suatu wadah bagi para guru untuk saling bertukar

pikiran, bertukar pengalaman dan memecahkan berbagai persoalan yang

berkaitan dengan tugas profesional guru. Dalam hal ini, musyawarah merupakan

syarat mutlak yang harus dilakukan dalam memberdayakan MGMP PAI sebagai

wahana dalam pengembangan profesi guru, karena profesionalisme guru

semestinya mencerminkan keahlian dalam pelaksanaan tugasnya.

Dalam kaitannya, MGMP PAI yang merupakan tempat kegiatan

guru-guru PAI untuk melaksanakan musyawarah dalam upaya peningkatan

kemampuan dan keterampilan mengajar, guru dapat berdiskusi untuk mencari

solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi dalam pengelolaan kegiatan

belajar mengajar. Dengan saling bertemunya sesama guru PAI yang difasilitasi

oleh pengurus MGMP serta adanya pendampingan dari pengawas PAI tentunya

akan menimbulkan interaksi yang positif. Pemasalahan yang dihapadi oleh

masing-masing guru dapat didiskusikan baik secara formal ataupun sekedar

obrolan santai yang bisa memberikan solusi akan masalah yang dihadapi

berkenaan dengan Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah masing-masing.

33

(34)

Indikator dari MGMP meliputi dua standar yaitu standar pengembangan

dan standar operasional. Standar pengembangan di antaranya adalah melakukan

penelitian, penulisan karya ilmiah, seminar, lokakarya dan penerbitan jurnal.34

Adapun standar operasional yaitu mencakup penyusunan draft awal program,

pembahasan program, revisi program dan finalisasi program.35

2. Standar Pengembangan MGMP

Dalam pengembangan MGMP ada hal-hal pokok yang menjadi

standar yaitu:

a. Standar Program

1) Menyusun program MGMP dimulai dari menyusun Visi, Misi,

Tujuan, sampai kalender kegiatan.

2) Program MGMP terdiri dari program rutin dan program

pengembangan.

3) Program rutin sekurang-kurangnya terdiri dari: a) Diskusi

permasalahan pembelajaran; b) Penyusunan silabus, Program

Semester, dan Rencana Program Pembelajaran; c) Analisis

kurikulum; d) Penyusunan instrumen evaluasi pembelajaran; dan d)

Pembahasan materi dan pemantapan menghadapi Ujian Nasional.

4) Program pengembangan dapat dipilih sekurang-kurangnya tiga dari

kegiatan-kegiatan tersebut: a) Penelitian; b) Penulisan Karya Tulis

Ilmiah; c) Seminar, lokakarya, colloquium (paparan hasil penelitian)

34

Direktorat Profesi Pendidik, Standar Pengembangan, ..., 7. 35

(35)

dan diskusi panel; d) Pendidikan dan pelatihan berjenjang; e)

Penerbitan jurnal MGMP; e) Penyusunan website MGMP; f) Forum

MGMP; g) Kompetisi kinerja guru; h) Peer coaching; i) Lesson

study; j) Professional Learning Community; k) TIPD (Teacher

Internatonal Professional)/kerja sama MGMP internasional) dan

Global Gateway (kemitraan lintas negara).36

b. Standar Organisasi

1) Organisasi MGMP terdiri dari: pengurus dan anggota. SK

pengesahan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan mempunyai

AD/ART.

2) Pengurus MGMP terdiri dari: Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan

Bidang, dipilih oleh anggota berdasarkan AD/ART.

3) Anggota KKG terdiri dari guru kelas, guru agama dan guru

penjaskes di SD/MI.

4) Anggota MGMP terdiri dari guru mata pelajaran di SMP/MTs,

SMA/MA, SMK/MAK, SLB/MALB.37

c. Standar Pengelolaan

1) Pengelolaan keseluruhan program MGMP menjadi tanggung jawab

ketua MGMP.

2) Pelaksanaan masing-masing program dilakukan oleh panitia yang

dipimpin oleh seorang penanggung jawab berdasarkan surat

keputusan ketua MGMP.

36

Direktorat Profesi Pendidik, Standar Pengembangan, ..., 7. 37

(36)

3) Pelaksanaan masing-masing program berpedoman pada Kerangka

Acuan Kerja (KAK) yang disusun oleh pengurus MGMP.

4) Panitia membuat proposal kegiatan yang meliputi: perencanaan,

pelaksanaan, pembiayaan dan evaluasi kegiatan.

5) Pengurus memantau dan mengevaluasi kegiatan.38

d. Standar Sarana dan Prasarana

1) Sarana dan prasarana yang tersedia di setiap MGMP

sekurang-kurangnya adalah: ruang/gedung untuk kegiatan MGMP, komputer,

media pembelajaran, OHP//LCD proyektor, telepon dan faximile.

2) Sarana dan prasarana tambahan yang tersedia sekurang-kurangnya

ada tiga dari: laboratorium IPA, laboratorium bahasa, laboratorium

Micro Teaching, perpustakaan, audio visual Aids (AVA), handy cam

dan kamera digital, internet dan davinet (Digital Audio Visual

Network)39

e. Standar Sumber Daya Manusia

1) Pendidik yang menjadi pembina kegiatan MGMP harus memiliki

kriteria: memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya S1,

memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 10 (sepuluh)

tahun dan memiliki keahlian yang relevan dengan materi yang

disampaikan.

2) Pendidik pada butir 1 dapat terdiri dari: instruktur, guru inti,

pemandu/tutor, pengawas, kepala sekolah, widyaiswara dan dosen.40

38

Direktorat Profesi Pendidik, Standar Pengembangan, ..., 8. 39

Direktorat Profesi Pendidik, Standar Pengembangan, ..., 9. 40

(37)

f. Standar Pembiayaan

1) Pembiayaan kegiatan MGMP mencakup sumber dana, penggunaan

dan pertanggung jawaban.

2) Sumber dana kegiatan MGMP dapat terdiri dari: iuran

anggota/sekolah, Dinas Pendidikan Propinsi, Kabupaten/Kota,

Departemen, donatur, unit produksi, hasil kerja sama, masyarakat

dan sponsor yang tidak mengikat dan sah.

3) Dana MGMP hanya dapat digunakan untuk membiayai program

rutin dan program pengembangan.

4) Pertanggungjawaban keuangan MGMP mengacu pada sistem

pelaporan keuangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.41

g. Standar Penjaminan Mutu

1) Kegiatan MGMP perlu disertai sistem penjaminan mutu yang akan

melihat kesesuaian antara standar dan pemenuhannya.

2) Data untuk penjaminan mutu doperoleh dengan melakukan

pemantauan dan evaluasi.

3) Pelaksanaan penjaminan mutu yag meliputi mekanisme pemantauan

dan evaluasi serta pelaporannya diatur dalam Anggaran Rumah

Tangga (ART).

4) Laporan meliputi subtansi kegiatan dan dan administrasi

disampaikan kepada ketua MGMP, ketua KKKS/MKKS dan kepala

Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.42

41

Direktorat Profesi Pendidik, Standar Pengembangan, ..., 10. 42

(38)

3. Standar Operasional Penyelenggaraan MGMP

Agar pelaksanaan kegiatan MGMP dapat lebih terarah dan mencapai

sasaran, maka perlu adanya standar operasioanal penyelenggaraan, yaitu:

a. Standar Operasional Organisasi

1) Mekanisme Pembentukan Pengurus MGMP

a) Dinas Pendidikan Kabupaten mengundang pengurus MKKS untuk

merencanakan pembentukan kembali pengurus MGMP yang masa

baktinya sudah habis.

b) MMKS mengundang pengurus MGMP untuk merencanakan

pembentukan kembali pengurus MGMP.

c) Para pengurus MGMP mengundang seluruh anggota untuk

mengadakan rapat anggota dalam rangka pembentukan kembali

pengurus MGMP.

d) Rapat anggota MGMP membentuk formatur pengurus.

e) Formatur terpilih membentuk pengurus MGMP.

f) Susunan pengurus diserahkan oleh tim formatur untuk disahkan

Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

g) Pengurus menyusun AD/ART.43

43

(39)

2) Penyusunan Anggaran Dasar (AD)

a) Menentukan mukadimah

b) Menentukan nama dan dasar pendirian

c) Menentukan kedudukan, sifat dan tujuan

d) Menentukan organisasi

e) Menentukan masa kepengurusan dan pemilihan pengurus

f) Menentukan keanggotaan

g) Menentukan program

3) Rekrutmen Ulang Anggota

a) Menentukan persyaratan anggota, termasuk persyaratan tambahan

yang berasal dari peraturan-peraturan pemerintah

b) Melakukan pendaftaran ulang anggota

(40)

b. Standar Opersional Penyusunan Program

Tabel 2.1 Standar operasional penyusunan program44

No Agenda Pelaksana Uraian Kegiatan

1 Analisis SWOT Pengurus dan

2 Brainstorming Pengurus dan

anggota

Tim khusus 1. Menyusun outline

2. Menyusun draf awal

5 Revisi program Tim khusus Perbaikan draft sesuai

dengan masukan dalam

a. Prosedur operasional penentuan nara sumber yang bersifat temporer

mengikuti langkah-langkah berikut:

a) Pengurus mengidentifikasi kompetensi yang akan dikembangkan.

b) Pengurus mengidentifikasi nara sumber sesui dengan kebutuhan.

44

(41)

c) Pengurus menghubungi nara sumber disertai surat permohonan

dan proposal kegiatan.

d) Meminta nara sumber untuk menyiapkan materi dan media.

b. Prosedur operasional penentuan instruktur/guru inti/pendamping

mengikuti langkah-langkah berikut:

a) Pengurus mengidentifikasi kompetensi yang akan dikembangkan.

b) Pengurus mengidentifikasi instruktur sesuai kebutuhan.

c) Pengurus menunjuk instruktur disertai dengan surat tugas dan

proposal kegiatan.

d) Meminta instruktur untuk menyiapkan materi dan media.45

d. Standar Operasional Sarana dan Prasarana

Tabel 2.2Standar operasional sarana dan prasarana46

No Agenda Pelaksana Uaraian

1 Persiapan 4 Persetujuan Kepala sekolah Mengeluarkan surat

keputusan persetujuan

Direktorat Peningkatan Mutu Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan, Standar Operasional, ..., 16.

46

(42)

e. Standar Operasional Pengelolaan

Dalam penyusunan program MGMP telah dipilih program-program yang

menjadi prioritas, baik rutin mauoun pengembangan.47 Keseluruhan

program menjadi tanggung jawab bersama seluruh anggota. Tetapi

masing-masing program mempunyai tim yang dipimpin oleh seorang

koordinator program.

f. Standar Operasional Pembiayaan

Prosedur operasional pengusulan, penggunaan, dan pertanggungjawaban

dana MGMP sesuai tabel berikut.

Tabel 2.3Standar operasional pembiayaan48

No Kegiatan Pelaksana Uraian kegiatan 1 Penentuan

Panitia pelaksana Mengusulkan rencana anggaran biaya

4 Pembahasan Panitia pelaksana Melakukan revisi dan pengusulan ulang sesuai rekomendasi

5 Pencairan dana

Penyandang dana Pemberian dana kepada anitia pelaksana kegiatan

g. Standar Operasional Penjaminan Mutu

1) Pengurus MGMP menghubungi unit penjaminan mutu internal yang

te;ah ditunjuk sebelumnya atau unit penjaminan miutu eksternal

yang ada.

47

Direktorat Peningkatan Mutu Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan, Standar Operasional, ...,19.

48

(43)

2) Pengurus mengidentifikasi standar-standar MGMP yang sudah

ditetapkan.

3) Pengurus mengumpulkan dokumen-dokumen standar dan dokumen

pendukung.

4) Pengurus menyerhkan dokumen untk diaudit.

5) Tim audit membuat daftar pertanyaan berdasarkan standar yang

tersedia.

6) Tim audit melakukan uji pemenuhan standar.

7) Tim audit menyusun daftar temuan.

8) Tim audit dan pengurus melakukan verifikasi temuan dan

menandatangani temuan.

9) Tim audit menyusun daftar usulan perbaikan.

10)Tim audit menyerahkan hasil temuan dan daftar usulan perbaikan

kepada pengurus MGMP.49

Mengacu pada standar-standar yang ada pada MGMP diatas, MGMP

merupakan organisasi yang berada pada sistem pembinaan profesional yang

memberikan masukan tentang berbagai masalah pendidikan dan pengajaran di

sekolah. Agar pembinaan bisa maksimal maka pembinaan profesional di atas

perlu adanya bimbingan dan pembinaan dari pengawas atau supervisor.

49

(44)

B. Supervisi Akademik

1. Pengertian Supervisi Akademik

Menurut M. Ngalim Purwanto, supervisi adalah segala bantuan dari

pemimpin sekolah, yang tertuju pada perkembangan kepemimpinan guru-guru

dan personal sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan.50

Supervisi juga diartikan sebagai usaha dari pengawas sekolah dalam

membimbing guru-guru dan petugas lainnya dalam pengajaran.51 Inti supervisi

pendidikan adalah bagaimana guru dapat melakukan proses pembelajaran yang

sebaik-baiknya sehingga para peserta didik dengan mudah melakukan proses

pembelajaran.52 Supervisi diartikan sebagai layanan yang bersifat membimbing,

memfasilitasi, memotivasi serta menilai guru dalam pelaksanaan pembelajaran

dan pengembangan profesisecara efektif.53

Sahertian juga mendefinisikan supervisi sebagai usaha mestimuli,

mengkoordinasi dan membimbing secara kontinyu pertumbuhan guru-guru di

sekolah, baik secara individual ataupun kolektif agar lebih mengerti dan lebih

efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran.54 Adapun menurut

Glickman yang dikutip oleh Prasojo, supervisi akademik adalah rangkaian

kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses

pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

50

M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014, 76.

51

A A. Ketut Jelantik, Menjadi Kepala Sekolah yang Profesional Panduan Menuju PKKS, Yogyakarta: Deepublish, 2012, 88.

52

Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono, Supervisi Pendidikan, Yogyakarta: Gava Media, 2002, 25.

53

Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pengembangan dan Pengembangan Kapasitas Guru:Memperdayakan pengawas sebagai Gurunya Guru, Bandung: Alfabeta, 2013, 3.

54

(45)

Dari beberapa definisi supervisi di atas maka penulis menyimpulkan

bahwa yang dimaksud dengan supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan dan

pembimbingan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai

sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif guna

mencapai tujuan pendidikan.

2. Tujuan, Fungsi dan Peranan Supervisi

Supervisi pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

profesional guru dalam proses dan hasil pembelajaranmelalui pemberian

layanan profesional kepada guru.55 Tujuan supervisi adalah

memperkembangkan situasi belajar dan mengajar yang lebih baik.56

Sedangkan menurut Sahertian tujuan supervisi ialah memberikan

layanan dan bantuan untuk melakukan kualitas mengajar guru dikelas yang pada

gilirannya meningkatkan kualitas siswa. Adapun tujuan supervisi menurut

Glickman yang dikutip oleh Prasojo adalah untuk membantu guru

mengembangkan kompetensinya, mengembangkan kurikulum dan

mengembangkan kelompok kerja guru.57

Dari beberapa tujuan supervisi diatas, peneliti lebih condong kepada

konsep dari tujuan supervisi yang di kemukakan oleh Glickman yang mencakup

pada kompetensi guru, kuri kulum dan kelompok kerja guru yang didalamnya

terdapat KKG dan MGMP.

Sebagaimana pengertian supervisi yang berarti suatu aktivitas

pembinaan dan pembimbingan yang direncanakan untuk membantu para guru

55

Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pengembangan dan Pengembangan, ..., 5. 56

Binti Maunah, Supervisi Pendidkan Islam Teori dan Praktik, Yogyakarta:Teras, 2009, 26.

57

(46)

dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif

guna mencapai tujuan pendidikan. Maka ada beberapa tanggapan tentang fungsi

dari supervisi. Supervisi pendidikan mempunyai fungsi utama untuk perbaikan

dan peningkatan kualitas pengajaran.58 Menurut Purwanto fungsi-fungsi

supervisi itu menyangkut beberapa hal diantaranya, 1) dalam bidang

kepemimpinana, 2) hubungan kemanusiaan, 3) pembinaan proses kelompok, 4)

bidang administrasi personel dan 5) dalam bidang evaluasi.59

Sedangkan menurut Swearingin yang dikutip oleh Sahertian ada delapan

fungsi supervisi:

1) Mengkoordinasi semua usaha sekolah

2) Memperlengkapi kepemimpinan sekolah

3) Memperluas pengalaman guru-guru

4) Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif

5) Memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus

6) Menganalisis situasi belajar-mengajar

7) Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf.60

Dari beberapa fungsi supervisi yang telah dirumuskan oleh tokoh diatas

penulis mengambil kesimpulan bahwa fungsi dari supervisi pendidikan adalah

untuk membantu guru dalam melaksanakan tugasnya secara efektif.

58

Pie A Sahertian, Konsep Dasar, ..., 21. 59

M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi, ..., 86 60

(47)

3. Keterampilan Supervisor

Keterampilan atau skill dapat dikonotasikan sebagai sekumpulan

pengetahuan dan kemampuan yang harus dikuasai.61 Keterampilan supervisor

adalah sekumpulan pengetahuan dan kemampuan yang dikuasai dalam

pembinaan guru. Menurut Alfonso yang dikutip oleh Masaong, ada tiga jenis

keterampilan supervisor, ketrampilan teknis (technical skill), keterampilan

manajerial (managerial skill)dan keteramilan manusiawi (human skill).62

Ketika seorang supervisor mempunyai tiga keterampilan tersebut tentu

dia akan menjadai supervisor yang baik. Namun bagi seorang supervisor juga

perlu dibekali secara personal maupun profesional sifat-sifat yang sesuai dengan

profesinya. Seorang supervisor hendaknya mempunyai ciri-ciri pribadi sebagai

guru yang baik, memiliki pembawaan kecerdasan yang tinggi, pandangan yang

luas, kepribadian yang menyenangkan dan kecakapan melaksanakan human

relation yang baik.

Supervisor atau pengawas PAI adalah guru pegawai negeri sipil yang

diangkat dalam jabatan fungsional pengawas Pendidikan Agama Islam yang

tugas, tanggungjawab, dan wewenangnya melakukan pengawasan

penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam di sekolah.63 Dalam hal ini

indikator dari pengawas PAI adalah:

1) Melakukan penyusunan program.

2) Pengawasan, pembinaan, pembimbingan dan pengembangan profesi

guru PAI.

61

Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pengembangan dan Pengembangan, ...., 74. 62

Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pengembangan dan Pengembangan, ..., 74. 63

(48)

3) Pemantauan Standar Nasional PAI.

4) Penilaian hasil pelaksanaan program pengawasan.

5) Pelaporan pelaksanaan tugas pengawasan.64

a. Kompetensi Profesional Guru PAI

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen menyebutkan bahwa pengertian kompetensi adalah

seperangkat pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang harus dimiliki,

dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan.65

Indikator kompetensi profesional guru memuat beberapa hal antara

lain:

1) Menguasai materi, struktur, konsep dan pola fikir keilmuan yang

mendukung mata pelajaran yang diampu.

2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran

yang diampu.

3) Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif.

4) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan

melakukan tindakan reflektif.

5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

pengembangan diri.66

64

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No 2 Tahun 2012 tentang Pengawas Madrasah ..., Bab II Pasal 4.

65

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen,Surabaya: Kesindo Utama, 2006, h. 4.

66

(49)

C. Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) 1. Pengertian Kompetensi Profesional

Kompetensi dalam dunia kerja maupun dalam dunia pendidikan adalah

upaya peningkatan mutu, secara umum kompetensi terdiri dari ketampilan,

pengetahuan, sikap dan tingkah laku inti yang dibutuhkan bagi terwujudnya

kinerja yang efektif dalam melaksanakan tugas.67 Kompetensi merupakan

perpaduan dari penguasaan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang

direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan

tugas/pekerjaannya.68

Kemampuan atau kompetensi adalah kewenangan atau kecakapan untuk

menentukan atau memutuskan satu hal.69

Menurut Broke dan Stone, Kompetensi

adalah gambaran hakekat kualitatif dan perilaku guru yang tampak berarti.70

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen menyebutkan bahwa pengertian kompetensi adalah seperangkat

pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan

dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.71

Di dalam Undang-Undang Nomor 14 Tentang Guru dan Dosen (2005)

dijelaskan bahwa profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan

khusus yang dilaksanakan berdasarkan beberapa prinsip sebagai berikut: 1)

memiliki bakat, minat, dan panggilan jiwa; 2) memiliki komitmen untuk

67

Darmono, Perpustakaan sekolah Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja, Jakarta: Grasindo, 2012, 261.

68

Nur Aedi, Pengawasan Pendidikan Tinjauan Teori dan Praktik, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014, 209.

69

Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan sekolah , , Bandung: CV. Ruhama, 1990, 95.

70

Muh Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007, 17. 71

(50)

meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan dan ahlak mulia; 3)

memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai bidang

tugas, memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang tugas; 4) memililki

tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; 5) memperoleh

penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; 6) memiliki

kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan

dengan belajar sepanjang hayat; 7) memiliki jaminan perlindungan hukum

dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; 8) memiliki organisasi profesi yang

memililki kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas

keprofesionalan guru. Kompetensi profesional guru memuat beberapa hal antara

lain:

1) Menguasai materi, struktur, konsep dan pola fikir keilmuan yang

mendukung mata pelajaran yang diampu.

2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang

diampu.

3) Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif.

4) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan

tindakan reflektif.

5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan

diri.72

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi

profesional guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan tugas

72

(51)

profesi keguruan dengan pra syarat berupa bekal pengetahuan yang dimilikinya.

Kompetensi profesional sangat diperlukan untuk mengembangkan kualitas guru

sebagai pendidik agar tujuan pendidikan dapat tercapai.

2. Konsep Pengembangan Profesi Guru

Dalam peneilian ini, pengembangan sumber daya manusia

dikontekstualisasikan dalam posisi guru sebagai sumber daya manusia dalam

proses pendidikan. Istilah pengembangan sumber daya manusia dalam konteks

keguruan sering dikenal dengan istilah teacher professional development.73

Aktifitas-aktifitas tersebut meliputi pengembangan diri, pendidikan lanjutan,

dan kolaborasi dengan teman sejawat.

Menurut Ricard & Farrel yang dikutip oleh Edi pengembangan

profesional guru ialah:

Development generally refers to general growth not focused on a specific job. It serves a longer-term goal and seeks to facilitate growth of the teachers understanding of teaching and of themselves as teacher. It ofthen involves examining different dimension of a teacher’s practice as a basis for reflective review and can hence be seen as bottom up.74

Yang artinya: pada umumnya pengembangan mengacu pada pertumbuhan yang

tidak hanya berfokus pada pekerjaan tertentu, tetapi juga melayani tujuan jangka

panjang dan juga berusaha untuk memfasilitasi kebutuhan guru terhadap

pemahaman dirinya sendiri dalam mengajar sebagai seorang guru dengan

melakukan refleksi terhadap apa yang telah dipraktekkan sebagai

pengidentifikasian jati diri.

73

Nur Aedi, Pengawasan Pendidikan, ..., 345. 74

(52)

Menurut Castetter yang dikutip oleh Aedi ada lima model

pengembangan guru yaitu, (1) pengembangan diri secara individual; (2)

observasi atau penilaian; (3) keterlibatan dalam proses pengembangan atau

pebaikan; (4) pelatihan; dan (5) inquiry.75

Menurut Syaefudin dan Kurniatun ada beberapa prinsip yang harus

diperhatikan dalam penyelenggaraan pengembangan, yaitu: pertama, dilakukan

untuk semua jenis tenaga pendiddikan dan kependidikan. Kedua, berorientasi

kepada perubahan tingkah laku. Ketiga, Mendorong peningkatan kontribusi

individu terhadap organisasi pendidikan. Keempat, diarahkan pada pendidikan

dan pelatihan sebelum maupun sesudah menduduki jabatan. Kelima, pemenuhan

tuntutan pertumbuhan dalam jabatan, pengembangan profesi, pemecahan

masalah, kegiatan remedial, pemeliharaan motivasi kerja dan ketahanan

organisasi pendidikan. Keenam, pengembangan menyangkut jenjang karir.76

75

Nur Aedi, Pengawasan Pendidikan, ..., 350.

76

(53)

BAB III

KEGIATAN DAN PERAN MGMP PAI SMA/SMK KOTA SALATIGA DALAM SUPERVISI AKADEMIK BAGI PENGEMBANGAN

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI

A. Gambaran Umum MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga 1. Latar Belakang

Menurut wawancara dengan Untoro selaku ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota

Salatiga periode 2013-2018, bahwa adanya MGMP PAI SMA/SMK Kota

Salatiga adalah atas instruksi dari Dinas Pendidikan Kota Salatiga kepada

kepala sekolah (MKKS). Untuk meninjak lanjutinya maka para guru PAI

SMA/SMK Kota Salatiga diwajibkan untuk menjadi pengurus atau anggota

sekaligus mengikuti kegiatan MGMP PAI.

Pada awalnya MGMP PAI SMA dan SMK Kota Salatiga berdiri

sendiri-sendiri. Baru pada tahun 2013 MGMP PAI SMA dan SMK Kota Salatiga

bergabung menjadi satu organisasi. Hal itu dikarenakan pasifnya MGMP PAI

SMA Kota Salatiga dalam melaksanakan kegiatan yang waktu itu hanya

beranggotakan 10 guru PAI dari 4 SMA yang ada di Kota Salatiga, yaitu SMA

N 1 Salatiga, SMA N 2 Salatiga, SMA N 3 Salatiga dan SMA Muhammadiyah

Salatiga.77

Dari latar belakang di atas, maka terbentuklah MGMP PAI SMA/SMK

Kota Salatiga yang merupakan wadah komunikasi, konsultasi dan tukar

77

(54)

pengalaman antar guru PAI SMA/SMK Kota Salatiga. Sehingga nantinya

diharapkan adanya peningkatan kompetensi profesionalisme guru PAI

SMA/SMK Kota Salatiga.

2. Visi, Misi dan Tujuan

Visi MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga adalah menjadikan MGMP

sebagai wadah pemberdayaan dan pengembangan profesi guru PAI SMA/SMK

Kota Salatiga. Sedangkan misinya adalah meningkatkan efektivitas, efisiensi

tugas dan fungsi organisasi, meningkatkan keterampilan dan sikap

profesionalitas guru dalam mengelola pembelajaran serta meningkatkan

kemampuan guru PAI dalam mengembangkan media pembelajaran,

meningkatkan minat, kreativitas, kompetensi siswa dan mutu PAI.78

Adapun tujuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) PAI

SMA/SMK Kota Salatiga yaitu:

Membina dan mengembangkan pengetahuan guru-guru PAI SMA/SMK Kota

Salatiga.Membina dan meningkatkan kemampuan profesi guru-guru PAI

SMA/SMK Kota Salatiga.

a. Membina dan mengembangkan pengetahuan bagi siswa SMA/SMK

dan masyarakat pada umumnya.

b. Mendiskusikan permasalahan yang dihadapi guru PAI SMA/SMK

Kota Salatiga dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan mencari

78

Gambar

Gambar model analisis interaktif (interactive model)28
Tabel 2.2 Standar operasional sarana dan prasarana46
Tabel 2.3 Standar operasional pembiayaan48

Referensi

Dokumen terkait

Keindahan yang terdapat dalam genitri itu direpresentasikan kedalam sebuah karya karawitan Bali dengan motif yang sederhana pada bagian awalnya yang tidak

Dalam Islam shalat adalah rukun Islam yang kedua. Shalat merupakan tiang agama apabila shalat dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, maka agama seseorang akan kokoh,

Videotron sebagai media yang digunakan Humas Pemerintah Kabupaten Sidoarjo telah memberikan informasi yang benar dan wajar terkait pecapaian pembangunan Kabupaten

”Tilintarkastajan ammattitaito on katoava luonnonvara, jollei sitä jatkuvasti harjoita ja opiskele uutta” (Hyvönen 2009b, 27). Näin ollen voidaan päätellä yksittäisen

Adapun tujuan dari penulisan skripsi yaitu untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari Jakabaring Sportcity sebagai salah satu destinasi wisata

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi penelitian lebih lanjut mengenai toksisitas akut pemberian ekstrak putri malu terhadap tikus jantan

hasil uji normalitas terlihat bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal, dan ditunjukkan bahwa hasil sampel berasal dari populasi yang memiliki

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa : (1) Profil proses berpikir siswa RE (reflektif) dalam memecahkan masalah matematika adalah : (a) dalam memahami masalah,